Sebelum membaca novel ini, disarankan untuk membaca novel MENJADI PENGUASA HUTAN NERAKA, karena ini merupakan lanjutan dari novel yang sebelumnya.
...----------------...
Flash back:
Blar....
Blar...
Blar...
Terdengar suara retakan di langit, Xiu Juan berbalik dan melihat kejanggalan yang ada di belakangnya, sebuah lubang besar tercipta dengan daya hisap yang sangat tinggi, Xiu Juan melesat kearah keluarganya dan memasukan mereka ke dalam ruang dimensi miliknya.
Dia langsung kembali melesat menuju sang suami, kaisar Yongsheng. Langit semakin bergemuruh dan awan hitam mengumpul di satu titik, bersamaan dengan itu Tiba-tiba terdengar suara menggema dari langit.
"Xiu Juan.. Kau telah menggunakan jurus terlarang dengan penyatuan ketiga best spirit tingkat ilahi! Tapi karena kau telah membunuh raja iblis dan membebaskan dunia ini dari kehancuran! Maka kau akan di kembalikan kedunia xingguan dalam wujud seorang bayi dengan kemampuan dan ingatan yang lengkap. Bersiaplah.."
Wuuuung...
Lubang besar itu berdengung dan menghisap Xiu Juan beserta sang suami untuk memasuki roda reinkarnasi dan kembali dalam bentuk mungil seorang bayi menuju dunia xingguan.
Dan di sinilah Xiu Juan saat ini, menjadi putri angkat dari Liu Yibei dan juga Yuan Lan dan di beri nama Liu Lin. Ketiganya tinggal di sebuah gubuk di Hutan terlarang yang berada di kekaisaran Huan yang bernama hutan akasia hijau.
Liu Lin hidup dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya, walaupun terkadang Yuan Lan sedikit tidak tenang melihat perlakuan sang suami pada bayi mungilnya itu, tapi dia hanya bisa mengusap dada.
Liu Yibei sering bercerita tentang dunia pada Liu Lin yang masih bayi, bahkan dia juga menceritakan seluruh kejadian yang menimpa dirinya saat berada di alam atas hingga akhirnya dia bereinkarnasi menjadi seorang manusia dan tinggal di dunia xingguan.
Liu Lin yang masih bayi mendengarkan seluruh penjelasan dari ayah angkatnya, dia juga selalu ingin bercerita tentang siapa dirinya dan berapa kali dia telah bereinkarnasi kemudian berapa kali dia mengalami pertukaran jiwa. Hanya saja dia belum bisa lagi mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.
Sepasang ayah dan anak itu sepertinya memiliki dendam tersendiri kepada dewi reinkarnasi yang telah membuat keduanya terus berubah identitas dari waktu ke waktu, dan bertekad dalam hati untuk merusak roda reinkarnasi suatu saat nanti agar tak lagi terlempar ke dunia antah berantah.
Terlebih untuk Liu Lin yang merupakan reinkarnasi dari permaisuri kekaisaran angin yang telah di pisahkan dari belahan jiwanya saat ini. Dia belum mengetahui keberadaan sang suami dimana, tapi keyakinannya berkata jika pujaan hatinya saat ini telah terlahir kembali di suatu tempat dan menunggunya untuk kembali bersatu.
Liu Lin akan berusaha untuk segera meningkatkan kekuatan tubuhnya setelah dia besar nanti dan pergi untuk berpetualang demi bertemu dengan kekasih hatinya, sang kaisar angin.
Jauh dari sana, di dalam hutan kabut beberapa siluet bayangan melintas dengan sangat cepat, mereka melesat dengan ilmu peringan tubuh nya, salah satu dari orang itu membawa sebuah keranjang berisi bayi laki-laki.
Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah gubuk di kedalaman hutan, bayi mungil itu membuka matanya, iris matanya yang berbeda, membuat bayi itu semakin lucu dan menggemaskan, dialah sang putra mahkota dari Kekaisaran Xiao yang bernama Xiao Zhan.
Memiliki iris mata biru di sebelah kiri dan iris mata merah di sebelah kanan, di tengah-tengah antara kedua matanya terdapat sebuah tato naga berwarna putih yang begitu dominan.
"Selamat datang pangeran ku! Ini adalah rumah barumu! Maafkan paman yang terpaksa harus membesarkanmu di tempat ini! Saat ini nyawamu dalam bahaya hingga yang mulia kaisar dan permaisuri terpaksa harus menyembunyikan mu disini!" ucap pria pertama, bayi itu terlihat mengerutkan kedua alis nya seolah mengerti apa yang saat ini tengah di ucapkan oleh pria itu.
"Dengar! Mulai hari ini namamu adalah Yan Chen! Kau tidak bisa menggunakan nama aslimu agar terhindar dari bahaya. Nama paman Yan Lu, yang ini adik paman namanya Yan Chang dan Yan Dong." ucap Yan Lu memperkenalkan diri sekaligus dengan kedua adiknya.
Bayi itu menggerakkan matanya, dia seperti tengah memperhatikan satu persatu orang yang akan merawatnya di tempat itu, senyuman tipis tersungging dari bibir kecil nya yang imut, membuat ketiga bersaudara Yan itu lega.
Pangeran mereka telah menerima kehadiran ketiganya.
"Kakak pertama! Lebih baik kita segera masuk, udara di sini terlalu dingin untuk pangeran!" ucap Yan Dong dan langsung di jawab anggukan kepala oleh Yan Lu.
"Ayoo..!" ucapnya sambil meraih tubuh mungil Yan Chen dan membawanya dalam gendongan.
Akhirnya ketiga orang kepercayaan kaisar Xiao itu pun membawa Yan Chen ke dalam gubuk agar tak kedinginan.
Sementara saat ini di Kekaisaran Xiao terjadi huru hara, banyak sekali anggota klan yang datang dan melihat sang pangeran mahkota yang baru lahir. Berdasarkan ramalan, Kekaisaran Xiao akan memiliki pewaris tahta yang sedikit berbeda, dia akan memiliki iris mata yang berbeda dengan sebuah tato naga di dahinya.
Namun yang mereka lihat saat ini, sang pangeran mahkota sama seperti bayi pada umumnya, dia memiliki iris mata coklat dan rambut yang hitam, bahkan tidak ada tato di dahinya.
Beberapa orang merasa bersyukur karena ramalan itu meleset tapi ada beberapa orang diantara mereka yang meragukan pangeran kecil di hadapannya saat ini sebagai sang pewaris sah tahta Kekaisaran Xiao.
Beberapa orang pembunuh bayaran pun kini sudah mulai bergerak menuju istana, mereka telah mendapatkan perintah dari seseorang untuk membunuh sang putra mahkota, tidak peduli apakah iris matanya itu sama atau berbeda, rambutnya hitam ataupun putih, ada tato naga atau pun tidak, putra mahkota harus mati!
Mereka yang haus kekuasaan dan ingin merebut Kekaisaran dari tangan sang kaisar tentunya tidak boleh membiarkan sang pewaris tahta tetap hidup dengan nyaman di istana. Untuk memuluskan rencana besarnya itulah, para pembunuh bayaran di kerahkan.
Permaisuri Xiao tentunya sangat sedih karena harus berjauhan dengan putra yang baru saja dia lahirkan, tapi mengingat keselamatan putra kandung nya yang terancam, dia terpaksa menggendong bayi lain sebagai pengganti putranya.
Kaisar Xiao tentu mengerti kegelisahan dari sang istri, tapi mengingat saat ini masih ada banyak sekali tamu yang menyambangi istana mereka, dia pun berusaha menenangkan permaisurinya.
Hingga akhirnya sebuah serangan muncul dari depan gerbang Kekaisaran, 200 orang kultivator tingkat jendral yang menggunakan pakaian serba hitam dengan penutup wajah, berdiri dengan penuh kesombongan.
Di tangan mereka, pedang teracung ke atas dengan mata yang menyorot tajam.
"Serahkan putra mahkota! Atau kami akan meratakan seluruh Kekaisaran ini!" teriak salah seorang dari mereka dengan menggunakan energi Qi nya.
Deg...
Deg...
Deg...
Detak jantung permaisuri seakan hendak berhenti, untunglah suaminya telah menyembunyikan putra kandung mereka sebelum para penghianat itu datang dan mengacaukan istana Kekaisaran.
"Suamiku...!" permaisuri melirik ke arah kaisar Xiao yang saat ini tengah menatap tajam pada dua ratus orang pasukan berpakaian hitam yang telah membuat keonaran di Kekaisaran nya.
"Pergilah! Dan bawa kedua putri kita! Jika sampai zhen tak selamat, kau harus bisa membesarkan anak-anak kita dengan baik!" ucap kaisar Xiao sambil mencium pucuk kepala permaisuri nya.
Permaisuri Xiao meneteskan air mata, betapa sulit hidup yang harus dia jalani saat ini. Bagaimana mungkin dia bisa hidup tanpa kaisar Xiao di sisinya? Meski begitu dengan terpaksa dua pun segera masuk ke dalam istana dan menemui kedua putrinya.
"Feng Qiang! Yi Rong!" panggil kaisar Xiao pada kedua orang kepercayaan nya.
"Hamba yang mulia!" ucap mereka dengan serempak sambil membungkukkan tubuhnya di hadapan kaisar Xiao.
"Kalian berdua lindungi permaisuri dan juga putri zen!" ucap kaisar Xiao dengan tegas.
"Tapi yang mu-" ucapan Yi rong terpotong.
"Zhen harap kalian berdua bisa menyelamatkan istri dan juga kedua putri zhen!" ucap kaisar Xiao kembali.
"Baik yang mulia" Feng Qiang dan Yi Rong sudah tidak memiliki alasan lagi untuk menolak permintaan dari kaisar mereka hingga akhirnya keduanya pun langsung menyetujuinya dan segera melesat menuju paviliun tempat kedua putri kaisar itu berada.
"Permaisuri! Kita harus segera pergi dari sini!" ucap Yi Rong.
Xiao Anchi dan Xiao Junyie saling bertatapan, kedua bocah itu belum mengerti apa yang terjadi di Kekaisaran nya hingga mereka harus segera pergi.
"Tapi Ibunda.. Ayahanda dimana?" tanya Xiao Anchi menanyakan keberadaan sang ayah.
Yi Rong dengan cepat langsung menggendong kedua bocah itu, sementara Feng Qiang membuka jalan rahasia dari istana Kekaisaran Xiao menuju keluar. Mereka berempat pergi bersama sepuluh orang prajurit dan juga 5 orang pelayan kepercayaan permaisuri.
Jalan untuk keluar dari istana itu tidaklah mulus, banyak sekali jebakan di sana. Namun karena Feng Qiang sudah sangat hapal tempat yang paling aman untuk mereka pijak dan juga pegang hingga akhirnya mereka pun bisa keluar dari sana dengan sangat aman.
Saat ini Yi Rong dan Feng Qiang dengan cepat menyuruh permaisuri dan juga kedua putrinya untuk berganti pakaian dengan hanfu polos biasa agar tidak mencolok hingga mengundang perhatian orang yang nanti mereka lewati.
Bahkan para pelayan dan prajurit itu pun langsung mengganti pakaian mereka tanpa di perintah lagi, akhirnya mereka sampai di sebuah sungai dimana ada sebuah perahu yang lumayan luas untuk mereka tunggangi.
Para pelayan dengan cepat membantu permaisuri dan juga kedua putri kaisar itu untuk naik ke atas perahu, sementara Yi Rong dan beberapa prajurit bergantian mendayung.
Mereka harus segera keluar meninggalkan wilayah Kekaisaran Xiao agar permaisuri dan juga kedua putrinya itu aman, sesuai dengan perintah kaisar mereka.
Sementara di istana kekaisaran Xiao saat ini telah terjadi pertempuran sengit antara para prajurit Kekaisaran dengan dua ratus orang pembunuh bayaran, bahkan kaisar Xiao beserta beberapa petinggi dan juga jendralnya sudah ikut turun tangan menangani para kultivator.
"Dasar payah! Kalian semua tak mungkin bisa melawan kami!" teriak si pria yang berpakaian hitam sambil mengeluarkan aura penekanan dan energi Qi nya mengarahkan serangan pada para prajurit Kekaisaran.
Booom...
Booom...
Duar...
Duar...
Ratusan prajurit Kekaisaran kini telah ambruk dalam keadaan tak bernyawa karena efek dari serangan para kultivator tingkat jendral itu. Mereka membantai seluruh pasukan dan berusaha untuk merebut putera mahkota yang saat ini tengah di sembunyikan oleh seorang pelayan di suatu tempat.
Sementara kaisar Xiao juga kini telah babak belur, tubuhnya telah di hiasi sayatan pedang dengan darah yang mengucur dari setiap lukanya, begitu juga dengan jendral dan para petingginya.
"Dasar kaisar lemah! Kau bahkan hanya bisa mengandalkan pasukan bodohmu saja! Lihatlah tubuhmu yang sudah babak belur itu! Kau bahkan tak bisa melawan ku!" teriak seorang pria berbaju hitam itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Pria lain pun ikut memprovokasi sang kaisar dengan sangat sengit, mereka sengaja ingin membuat kaisar Xiao marah hingga melakukan kesalahan dalam penyerangannya, jadi akan mudah bagi mereka untuk melenyapkan nya.
Mereka ingin kaisar Xiao terluka sebelum membunuhnya! Karena itu juga yang jadi perintah dari tuan mereka. Sementara itu di sebuah dahan pohon yang cukup besar saat ini ada dua orang pria yang sedang duduk dan memperhatikan pertempuran itu.
Keduanya menggunakan pakaian mewah layaknya bangsawan kelas atas, orang itu adalah Han Xuefeng dan Cheng Jiang yang merupakan adik tiri dari kaisar Xiao, putra dari kaisar terdahulu bersama selirnya.
Kedua pangeran itu sangat berambisi untuk menjadi kaisar Masa depan. hingga akhirnya mereka meracuni saudara mereka yang lain hingga mati. Nasib baik saat itu kaisar Xiao yang masih bergelar pangeran keempat berada di akademi, jadi dia tidak mengalami nasib yang sama seperti yang di alami oleh keempat saudara nya yang lain.
Kaisar Xiao diangkat menjadi seorang kaisar pada saat dia berumur 21 tahun atau beberapa bulan setelah pernikahan nya dengan sang permaisuri, sementara Han Xuefeng dan Cheng jiang di usir dari istana karena terbukti telah membunuh keempat saudaranya.
Ambisi Cheng Jiang dan Han Xuefeng tidak berakhir di situ, setelah kaisar Xiao yang baru naik tahta, keduanya juga sering kali melakukan penyerangan secara diam-diam pada istana Kekaisaran.
Bahkan salah satu selir termuda milik kaisar Xiao juga telah di rebut oleh Han Xuefeng secara terang-terangan. Tapi hal itu tidak membuat kaisar Xiao marah, dia dengan santai menyerahkan selirnya itu. Karena kaisar Xiao hanya mencintai permaisurinya.
"Kuharap kaisar sialan itu mati! Agar aku bisa menggantikan posisinya dia sebagai kaisar yang baru!" ucap Han Xuefeng dengan sangat santai.
Cheng Jiang hanya tersenyum manis sambil menganggukkan kepala nya, namun dia juga memiliki niat busuk di dalam hatinya terhadap Han Xuefeng.
'Tentu saja! Jika si kaisar itu mati, aku hanya perlu membunuhmu untuk bisa naik tahta' gumam Ceng Jiang dalam hati seraya menyunggingkan senyuman yang mengerikan.
Han Xuefeng sama sekali tak menyadari niat busuk saudara tirinya itu, dia berfikir jika Ceng Jiang benar-benar memihaknya dan ingin agar dirinya naik tahta. Padahal Cheng Jiang hanya menjadikan Han Xuefeng sebagai bidak catur dia untuk mencapai ambisinya menguasai Kekaisaran Xiao.
Saudara yang sangat mengharukan, saling mendukung untuk bisa menusuk dari belakang. Cheng Jiang hanya harus bersabar sampai keinginan Han Xuefeng tercapai dan di detik selanjutnya dia akan membunuh saudara tirinya itu dengan alasan pemberontakan terhadap Kekaisaran sehingga pada saat dia naik tahta, semua orang pun berfikir Cheng Jiang adalah orang yang sangat baik, Han Xuefeng lah si penghianat dan pantas untuk mati.
Trang...
Trang...
Trang...
Suara logam beradu semakin lama semakin intens, menggema di seluruh Kekaisaran Xiao. Para petinggi beserta prajurit mulai kelelahan terlebih yang mereka hadapi saat ini adalah kultivator tingkat tinggi yang sudah mencapai ranah jendral tahap menengah.
Sedangkan di Kekaisaran Xiao saat ini baru dua orang saja yang sudah berada di ranah jendral yaitu kaisar Xiao dan salah satu jendral besar nya. Itu pun masih ranah jendral tingkat awal.
Duak...
Brugh...
Karena terlalu fokus menghadapi lawannya, akhirnya kaisar Xiao tidak dapat mengelak ataupun menghindari serangan dadakan yang di lancarkan oleh salah satu rekan dari orang yang kini di hadapinya, hingga dia terjatuh karena mendapatkan pukulan dan juga tendangan yang telak menuju ulu hatinya.
Bruk...
Kaisar Xiao jatuh tersungkur di tanah, sudut bibirnya mengeluarkan darah, sepertinya sang kaisar telah mengalami luka dalam yang cukup parah karena serangan kejutan dari lawan yang dengan sengaja memukul titik buta nya.
Uhuk...
Uhuk...
Kaisar Xiao terbatuk darah, dadanya terasa begitu sakit hingga sulit untuk bernafas. Para prajurit kerajaan dengan segera langsung melesat menuju kaisar mereka, begitu juga dengan para petinggi dan jendral Kekaisaran.
Mereka kompak membuat benteng untuk melindungi sang kaisar yang terluka, namun apalah artinya pagar manusia yang kini membentengi kaisar Xiao, mereka masih berada di ranah prajurit tingkat akhir, bagaikan semut di mata para pemberontak.
Han Xuefeng meloncat dari dahan pohon yang sejak tadi di dudukinya, begitu juga dengan Cheng Jiang yang ikut melompat menyusul saudara tirinya.
Hap...
Hap...
Keduanya menginjakkan kakinya di atas tanah, Han Xuefeng tersenyum sinis melihat keadaan kaisar Xiao yang sudah mengenaskan, dia pun akhirnya tertawa dengan terbahak-bahak, keinginan nya untuk menjadi kaisar akhirnya akan terlaksana sebentar lagi.
"Hahaha... Bagaimana kejutan dariku saudara ke empat? Bukan kah ini sangat menyenangkan?" tanya Han Xuefeng pada kaisar Xiao.
Sang kaisar mendongak saat mendengar sebutan saudara keempat, dirinya kini yakin 100% jika dua ratus orang kultivator tingkat tinggi itu merupakan suruhan dari salah satu saudaranya yang ingin merampas tahta darinya.
"Kau? Apa maksudmu Han Xuefeng? Kenapa kau melakukan ini semua dan menghancurkan saudaramu sendiri?" tanya kaisar Xiao sambil menatap tajam wajah Han Xuefeng.
"Aku adalah putra ke tiga kaisar sebelumnya, bukan kah seharusnya tahta ini milik ku? Kau telah merebut semua nya dariku, jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan pemberontakan dan mengambil kembali hak ku yang telah kau rebut!" teriak Han Xuefeng dengan sengit.
"Jangan hanya karena kau terlahir sebagai putra dari permaisuri kau merasa berhak menjadi kaisar dan berkuasa di istana ini! Meskipun aku terlahir dari selir agung, harusnya akulah yang jadi kaisar menggantikan ayahanda!" ucap Han Xuefeng sambil menatap tajam ke arah kaisar Xiao.
Kaisar Xiao menggelengkan kepala nya perlahan, dia sungguh tak menduga jika saat ini saudara tirinya sendiri tega melakukan hal itu terhadapnya. Bukan hanya sekali pemberontakan itu terjadi, tapi sudah yang kesekian kalinya.
Akhirnya kaisar Xiao pun sadar jika selama ini saudara ketiga nya itu mengincar tahta dan menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan dirinya beserta putra mahkotanya sebagai keturunan sah pewaris tahta selanjutnya.
"Zhen benar-benar tidak menyangka jika selama ini zhen telah memelihara ular di istana zhen sendiri. Zhen menyayangimu sebagai saudara tapi apa yang kau perbuat Han Xuefeng? Kau bahkan tega memvunuh seluruh pasukan Kekaisaran hanya karena ambisimu untuk menaiki tahta! Kau benar-benar bajingan tak tahu diri! Tsk!" ucap kaisar Xiao sambil membalas tatapan Han Xuefeng.
"Kau saja yang terlalu naif! Aku bahkan sejak lama telah membunuh saudara pertama dan juga saudara kedua agar bisa menaiki tahta kaisar! Kau yang tidak melakukan apa pun malah di pilih ayahanda untuk jadi penerusnya, apa kau fikir itu pantas?" teriak Han Xuefeng mengeluarkan seluruh unek-unek yang menumpuk dan mengganjal di hatinya.
Dia merasa selalu di sisihkan oleh kaisar terdahulu hanya karena status nya sebagai putra dari seorang selir. Jauh berbeda dengan kaisar Xiao yang mendapatkan kasih sayang dan juga perhatian dari semua orang, bahkan begitu di hormati oleh rakyat Kekaisaran.
"Harusnya kau bercermin Han Xuefeng! Kenapa ayahanda lebih memilih zhen sebagai kaisar menggantikan dirinya! Itu karena kau tidak pantas!" teriak kaisar Xiao dengan mata merah menahan amarah.
Rasa sakit dan perih di seluruh tubuhnya tak lagi dia rasakan saat ini, justru hatinya lebih sakit menghadapi kenyataan jika orang yang selama ini mengincar nyawanya beserta nyawa putranya tak lain adalah saudara tirinya sendiri.
Sret...
Han Xuefeng mencabut pedang yang menggantung di pinggangnya dan melesat dengan sangat cepat menuju kaisar Xiao, dia ingin segera mengeksekusi saudara tirinya itu dengan tangannya sendiri.
"Salahkan saja nasibmu yang tidak beruntung itu Xiao Wu! Hari ini adalah hari kematianmu!" teriak Han Xuefeng seraya mengangkat pedang nya dan langsung mengarahkannya untuk menebas leher kaisar Xiao.
Swush...
Sesosok bayangan pria tua menggunakan hanfu putih muncul dan langsung merengkuh kaisar Xiao dengan sangat cepat, janggut putihnya terlihat melambai saat terkena hembusan angin, dengan gerakan yang gesit dan juga sangat cepat dia melayang membawa tubuh kaisar Xiao tepat 5 centi meter sebelum pedang Han Xuefeng mengenai lehernya.
Swush...
Boom...
Booom...
Booom...
Pria tua itu pun segera melemparkan kekuatan yang telah diisi dengan energi Qi nya menuju Han Xuefeng hingga termundur beberapa langkah, serangan nya yang cepat langsung mengenai dada dan perut Han Xuefeng hingga dia tersungkur jatuh ke belakang.
Bruk...
Tubuh Han Xuefeng membentur beberapa pohon dan langsung jatuh di tanah, darah segar mengucur dari mulut dan lubang hidung nya dengan sangat deras.
Saat ini seluruh tubuh nya terasa remuk, di tambah lagi dengan kerusakan organ dalamnya yang sangat parah, serangan yang di lancarkan pria tua itu tak main-main hingga Han Xuefeng hampir saja mati jika dia tak cepat-cepat menghindar tadi.
Cheng Jiang melesat dengan sangat cepat untuk memeriksa keadaan Han Xuefeng, wajah nya terlihat menyunggingkan seringaian keji namun dalam sekejap dia merubah ekspresinya menjadi sangat khawatir.
"Saudara ketiga! Kau baik-baik saja?" tanya Cheng Jiang yang sudah berdiri di hadapan Han Xuefeng.
"Bantu aku saudara kelima! Sepertinya serangan pria tua itu telah merusak beberapa tulang dan juga organ dalamku!" ucap Han Xuefeng sambil mengulurkan tangan nya.
Jleb...
Cheng Jiang dengan cepat menarik belati miliknya dan langsung menikam jantung Han Xuefeng hingga membuat dia begitu kaget dan tak bisa menghindari serangan dari saudara kelimanya.
"Kau? Uhuk... Apa yang kau lakukan Cheng Jiang?" tanya Han Xuefeng sambil melotot menahan sakit, belati yang di tancapkan oleh Cheng Jiang berhasil menusuk jantung Han Xuefeng hingga menembus punggungnya.
"Inilah yang ku lakukan Han Xuefeng! Selama ini aku tidak benar-benar mendukungmu! Aku hanya menjadikanmu sebagai tameng untuk memuluskan rencana besarku merebut tahta dari tangan Xiao Wu! Dan sekarang kau sudah tak berguna lagi untukku, jadi matilah.." teriak Cheng Jiang seraya menarik belatinya dari tubuh Han Xuefeng dengan kasar dan menancapkannya kembali hingga beberapa kali di bagian perutnya.
"Kau pas-ti a-kan me-nye-sal Cheng Jiang!" ucap Han Xuefeng lirih dengan suara yang terbata-bata, sebelum akhirnya ambruk di atas tanah dengan mata yang melotot dan menghembuskan nafas terakhirnya.
"Buang jasad manusia tak berguna itu, dan bersihkan semua kekacauan ini! Jika ada yang menentang keputusanku, maka bunuh!" ucap Cheng Jiang.
200 orang pria berpakaian serba hitam itu pun langsung melesat dengan cepat untuk melaksanakan perintah yang di berikan oleh Cheng Jiang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!