Agam! Hari ini kan baru hari senin, kenapa kamu harus injek sepatu aku segala! Ih dasar nyebelin!" pekik Sheila yang merasa kesal karena Agam selalu melakukan kebiasaannya menginjak sepatu sekolahnya.
"Biarin, we..!" ujar Agam sambil menjulurkan lidahnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Setelah puas menginjak sepatu Sheila, Agam bergegas pergi dan berlari agar Sheila tidak mengejarnya.
Terkadang Sheila membalas dengan menginjak sepatu Agam. Namun kadang kala ia merasa cuek dan tidak memperdulikan Agam. Padahal hampir setiap hari Agam berbuat usil kepada Sheila.
Meski Sheila merasa sangat kesal dan marah tapi Agam selalu bersikap seperti itu. Hampir setiap hari Agam melakukan hal itu. Bahkan teman-teman sekelas mereka sudah biasa menyaksikan pemandangan seperti itu.
Mereka memang ibarat tom and jerry yang selalu main kejar-kejaran di kelas. Akan tetapi saat pelajaran berlangsung mereka tidak pernah saling mengganggu. Justru mereka selalu belajar dengan serius saat pembelajaran dimulai.
Tak terasa hampir seharian mereka berada di sekolah. Kini tiba saatnya bagi Sheila untuk segera pulang ke rumah. Seperti biasa Sheila selalu berjalan terlebih dahulu sebelum naik angkot.
Jarak dari sekolah ke rumah memang lumayan jauh. Untuk itu mau tidak mau Sheila harus menggunakan angkutan umum. Beruntung ada beberapa teman yang sama-sama harus berjalan terlebih dahulu sebelum naik angkot.
Sebut saja dia Hana. Meski bukan merupakan teman sekelas Sheila tapi dia selalu setia menunggu untuk pulang bersama.
"Hai Han, udah lama nunggu disini?" tanya Sheila yang baru saja tiba di gerbang sekolah.
"Ah belum lama kok, ya udah ayo kita jalan!" ajak Hana sambil bergegas melangkah ke depan.
"Eh iya ayo! Tunggu aku!" pekik Sheila yang segera mengejar Hana untuk menyeimbangkan langkah kaki mereka.
Sepanjang perjalanan ada saja hal yang mereka bicarakan. Mulai tentang pelajaran sekolah sampai masalah keluarga pun tak lupa mereka jadikan topik pembicaraan.
Bukan hanya Hana, Winda juga selalu ikut pulang bersama. Memiliki tujuan yang sama, membuat mereka akhirnya pulang bersamaan.
"Kamu ada pr Win?" tanya Sheila.
"Ga ada, di kelas aku jarang dikasih pr," jawab Winda.
"Ah masa sih?" timpal Hana tidak percaya..
"Iya beneran, wali kelas aku baik banget sampe-sampe jarang ngasih kita pr," tambah Winda.
Perbincangan mereka bertiga pun akhirnya harus berakhir karena Sheila harus segera naik angkot yang menjadi tujuannya. Ya angkot Sheila yang berwarna hijau sudah berada di depan mata.
Sedangkan bagi Hana dan Winda, mereka harus menaiki angkot yang berwarna kuning karena arah perjalanan mereka berbeda dengan arah perjalanan Sheila.
"Ya udah aku pergi duluan ya," pekik Sheila dari arah jendela mobil sambil melambaikan tangannya.
"Dadah Sheila," ujar Hana dan Winda serempak.
"Dah.." timpal Sheila yang merasa sangat senang.
Beberapa menit kemudian akhirnya Sheila tiba dirumah. Rumah kontrakan yang cukup sederhana namun tetap nyaman untuk ditinggali.
"Assalamualaikum," ujar Sheila saat baru saja pulang ke rumahya.
"Waalaikumsalam warrohmatullohi wabarokatuh," jawab Bu Dewi yang merupakan ibu dari Sheila.
Sheila tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Dulu Bu Dewi sempat bekerja di pabrik konveksi, namun karena kesehatannya yang terus menurun akhirnya mau tidak mau Bu Dewi harus berada di rumah.
"Hmm, ibu masak apa hari ini? Wangi banget," ujar Sheila yang mengendus bau masakan sesaat setelah mengganti pakaiannya.
"Ibu masak ikan tongkol bumbu kesukaanmu nak," jawab Bu Dewi.
"Wah asyik, aku jadi lapar bu," tukas Sheila.
"Makan yang banyak ya nak," tambah Bu Dewi.
"Iya bu, ibu juga ikut makan ya!" ajak Sheila.
"Ibu sudah makan tadi nak," timpal Bu Dewi.
Sheila pun segera bergegas makan karena perutnya sudah mulai keroncongan. Seharian berada disekolah membuat Sheila lelah. Dia merasa sangat senang karena setiap pulang sekolah ibunya selalu menyiapkan makanan kesukaan Sheila.
Ikan tongkol berbumbu merupakan makanan kesukaan Sheila. Dia akan menambah beberapa kali jika makan dengan makanan kesukaannya. Selesai makan Sheila segera mengulang pelajaran yang tadi dipelajari di sekolah.
Kehidupan Sheila begitu sederhana. Meski ia terlahir dari keluarga yang biasa namun cita-citanya begitu tinggi. Sheila sangat ingin menjadi seorang sarjana. Ia juga sangat ingin bisa membantu saudara yang kekurangan jika ia menjadi orang yang sukses nanti.
Ditempat lain Agam juga baru tiba dirumahnya. Dia memiliki satu orang adik perempuan dan satu orang adik laki-laki. Agam merupakan anak yang paling besar. Ayahnya bekerja disalah satu kantor perhotelan.
Sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Kehidupan Agam begitu beruntung dibandingkan dengan Sheila. Dia memiliki segalanya. Rumah yang besar, serta keluarganya merupakan keluarga yang begitu terpandang.
"Aku pulang," ujar Agam saat baru tiba dirumahnya.
"Eh den Agam udah pulang? Mau langsung makan den?" tawar Bi Sari yang merupakan asisten rumah tangga keluarga Agam. Bi Sari sudah bekerja di keluarga Agam sejak ia masih sangat kecil. Sehingga tidak heran jika Agam selalu bersikap baik kepadanya.
"Nanti aja bi, aku mau ganti baju dulu," jawab Agam yang segera bergegas menuju kamarnya. Di dalam kamar Agam segera mengganti pakaiannya lalu merebahkan badannya untuk beberapa saat.
Seharian berada Di sekolah membuat Agam merasa begitu lelah. Agam pun tertidur untuk beberapa saat karena kelelahan. Beberapa jam kemudian ibunya, Bu Widia mengetuk pintu dari luar kamar.
Tok.. tok..
"Agam, bangun nak! Makan dulu, sudah mau ashar ini," teriak Bu Widia.
Tak berapa lama akhirnya Agam pun terperanjat bangun.
"Astaga aku ketiduran bu," jawab Agam sambil bergegas membukakan pintu untuk ibunya.
"Ya sudah Agam sholat dulu nak, setelah itu cepat makan ya!" titah Bu Widia.
"Iya bu," timpal Agam sambil bergegas untuk mengambil air wudhu.
Beberapa saat setelah melaksanakan sholat ashar, Agam segera bergegas untuk makan. Suasana dirumah Agam begitu ramai. Adik Agam yang perempuan bernama Anggi. Dia cantik juga berkaca mata.
Agam yang selalu mengusili adiknya selalu membuat Anggi merasa kesal. Namun walaupun begitu mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Kamu udah makan dek?" tanya Agam yang baru melihat keberadaan adiknya.
"Udah kak tadi," jawab Anggi.
Anggi yang baru pulang les, segera bergegas ke dalam kamarnya. Agam sangat beruntung karena ia memiliki keluarga yang sangat lengkap. Meski begitu Di sekolah Agam selalu saja mengganggu Sheila.
Dari sekian banyak teman perempuannya, hanya Sheila yang selalu Agam jahili. Rasanya sehari saja tidak mengganggu Sheila membuat Agam merasa ada yang kurang. Sejak pertama mereka berada dalam satu kelas entah mengapa mereka selalu saja bertengkar.
Pagi-pagi sekali Sheila sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Jarak dari rumah menuju jalan raya lumayan jauh, untuk itu Sheila harus pergi lebih awal agar ia tidak terlambat. Meski lumayan jauh namun hal itu tidak menyurutkan semangat Sheila untuk tetap bisa bersekolah.
Setelah berjalan kaki hampir 10 menit, perjalanan Sheila harus dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum. Meski jaraknya lumayan jauh tapi hal itu membuat Sheila merasa senang.
Tidak hanya sendiri, Sheila pergi bersama teman-temannya yang lain. Ada teman yang satu kelas, namun ada juga yang berbeda kelas. Sheila sendiri sekolah di sekolah yang cukup elit.
Dia bisa masuk dan lulus ke sekolah negeri tersebut berkat kepintarannya. Meski biayanya yang cukup mahal tapi Sheila beruntung karena ia mendapatkan beasiswa, sehingga orang tua Sheila tidak terlalu pusing memikirkan biaya setiap bulannya.
Mereka hanya cukup memikirkan bekal sehari-hari saja. Ayah Sheila yang hanya seorang buruh memang tidak memiliki gaji yang cukup besar, namun untuk biaya sehari-hari masih bisa mencukupi keperluan mereka.
"Sheila tunggu!" pekik suara wanita yang berasal dari arah belakang.
"Hai Yun, kamu baru datang juga?" tanya Sheila saat menoleh ke arah belakang.
"Iya aku juga baru datang," jawab Yuni yang hampir setengah berlari menghampiri Sheila. Yuni kini berjalan bersama Sheila menuju kelas mereka.
Setelah tiba di koridor sekolah, mereka harus berpisah karena kelas mereka terpisah. Ruangan kelas Sheila berada di lantai atas, sedangkan ruangan kelas Yuni berada di paling ujung.
"Aku duluan ya Sheila," pamit Yuni yang meneruskan langkah kakinya, sementara Sheila mulai menaiki anak tangga.
"Iya Yun, dadah!" timpal Sheila sambil melambaikan tangannya.
Yuni sendiri merupakan teman pertama yang Sheila kenal saat pertama masuk sekolah. Sejak itulah hingga sekarang mereka menjadi teman dekat. Saat Sheila melangkahkan kakinya, dia yang melihat kedatangan Agam dari arah yang berlawanan.
Seperti biasa tanpa rasa bersalah sedikitpun Agam selalu menginjak sepatu Sheila saat mereka berpapasan. Tanpa aba-aba Agam langsung menginjak sepatu Sheila. Meski tidak menginjaknya secara keras namun hal yang dilakukan Agam sangat merugikan Sheila karena sepatunya menjadi kotor.
"Aw, awas ya loh Agam!" pekik Sheila yang merasa kesal saat Agam melakukan kesalahan yang sama.
"Apa?" tanya Agam yang berpura-pura tidak melalukan sesuatu.
"Dasar ya kamu itu memang nyebelin!" teriak Sheila yang segera mengejar Agam karena ingin membalas perbuatannya.
"Kabur!" pekik Agam yang menyadari dirinya di kejar oleh Sheila dan segera berlari.
Mereka pun kembali saling mengejar sampai ke dalam kelas. Hampir setiap hari mereka melakukan hal itu. Beberapa teman mereka ada yang hanya tersenyum melihat tingkah konyol mereka.
Ada juga yang tidak perduli dengan apa yang dilakukan Agam dan Sheila.
"Mereka selalu saja seperti itu," ujar Fadil sambil menepuk jidatnya.
Hampir setiap hari Fadil selalu menyaksikan tingkah konyol mereka berdua. Setelah lelah saling kejar-keharan akhirnya mereka pun duduk di bangku mereka masing-masing.
"Udah ah cape, awas aja nanti!" ancam Sheila dengan nafas yang terengah setelah berlarian mengejar Agam namun tak kunjung terkejar.
Sementara Agam hanya tersenyum puas melihat Sheila yang kelelahan.
"Kalian itu ya selalu saja seperti itu," ujar Mawar yang merupakan teman sebangku Sheila.
"Habisnya Agam nyebelin sih!" timpal Sheila yang merasa kesal dan merasa kelelahan.
Tak berapa lama terdengar suara bel pertanda pelajaran akan segera di mulai. Hari ini merupakan jadwal pelajaran matematika dan Sheila sangat tidak menyukai pelajaran ini karena menurutnya pelajaran ini sangatlah susah.
Setelah hampir beberapa jam pelajaran berlangsung, kini tiba saatnya untuk berisitirahat. Sebagian siswa ada yang berhamburan pergi ke kantin sekolah untuk membeli jajanan.
Namun ada juga sebagian siswa yang membawa bekal dari rumah. Termasuk Sheila yang terkadang membawa bekal, terkadang jajan ke kantin.
"Kamu ga jajan Sheila?" tanya Mawar.
"Engga, aku tadi dibuatkan roti bakar sama ibu. Kamu mau?" tawar Sheila yang segera mengeluarkan kotak bekalnya.
"Engga ah makasih, aku masih kenyang," jawab Mawar.
Beberapa saat setelah menghabiskan makanannya, Sheila pergi keluar kelas untuk melihat pemandangan dari atas lantai sekolah. Dari lantai atas Sheila bisa menyaksikan murid-murid yang lain yang sedang jajan di kantin.
Dari atas juga Sheila bisa melihat siswa yang lain yang sedang asyik bermain basket di lapangan.
"Sheila!" panggil Fahri dari arah belakang.
"Ya, ada apa Fahri?" tanya Sheila yang menautkan kedua halisnya.
"Aku titip salam buat mawar ya," ujar Fahri dengan malu-malu.
"Jadi kamu suka sama mawar nih," tukas Sheila yang segera mengambil kesimpulan.
"Iya Sheila, tolong bantu aku ya," timpal Fahri.
"Oke siap!" ujar Sheila sambil mengangkat ibu jarinya sebagai tanda setuju.
Fahri yang merupakan teman dekat Agam mencoba memberitahukan tentang perasaannya kepada mawar. Meski merasa malu tapi Fahri harus mengatakan ini agar ia bisa membantunya.
"Kamu bisa bantu aku ga Gam?" ujar Fahri.
"Bantu apa?" tanya Agam yang menautkan kedua halisnya.
"Aku suka sama Mawar, apa kamu sama Sheila bisa bantuin aku buat dapetin Mawar," jawab Ganti.
"Jadi kamu suka sama Mawar? Kenapa ga bilang dari kemarin-kemarin. Itu mah soal gampang," tukas Agam.
Setelah pembicaraan Agam dan Fahri selesai, ia pun bergegas menemui Sheila.
"Mau apa kamu?" tanya Sheila ketus.
"Ih, sinis amat," jawab Agam.
Agam pun memberitahukan tentang perasaan Fahri, Sheila yang sudah mengetahui perasaan Fahri pun setuju diajak kerja sama untuk menjodohkan Fahri dan Mawar. Mereka sepakat untuk membuat rencana bagi Fahri dan Sheila.
"Jadi gimana, kamu setuju kan dengan rencana aku?" tanya Agam.
"Oke lah kalau begitu, itu mah bisa diatur," jawab Mawar.
Keesokan harinya.
Hari ini merupakan jadwal berenang bagi kelas Sheila. Agam dan Sheila sudah sepakat dengan rencana yang sudah mereka buat kemarin. Seperti biasa mereka pun melakukan tes berenang terlebih dahulu.
Setelah pelajaran selesai Sheila mulai memberitahukan sesuatu kepada Mawar, sementara Agam memberitahukan sesuatu kepada Fahri.
"Oiya kata Sheila, ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan ya?" tanya Mawar spontan.
"Mmh, itu, begini Mawar. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Sebenarnya sudah sangat lama aku suka sama kamu," ujar Fahri yang langsung mengutarakan isi hatinya.
"Apa? Beneran Fahri, apa aku tidak salah dengar?" tanya Mawar tidak percaya.
"Iya bener, kamu mau ga jadi pacar aku?" tanya Fahri to the point.
"Sebenarnya aku juga suka sama kamu," jawab Mawar yang ternyata sama-sama menyimpan perasaan untuk Fahri.
Sejak saat itu akhirnya mereka resmi menjadi pasangan kekasih.
Beberapa hari setelah Fahri dan Mawar jadian membuat Agam tidak melanjutkan kebiasaannya. Entah mengapa tiba-tiba saja Agam tidak menjahili Sheila seperti biasa nya.
Sheila yang biasanya dibuat kesal merasa ada yang aneh pada Agam.
"Sheila ada yang suka tuh sama kamu," celetuk Fahri saat mereka baru pulang sekolah.
"Apaan sih," ujar Sheila yang mulai penasaran dengan apa yang dikatakan Fahri.
"Beneran tadi Agam titip salam," tambah Fahri lagi.
Uhuk.. uhuk..
Sheila yang sedang minum pun tiba-tiba tersedak karena merasa terkejut dengan apa yang di dengarnya.
"Apaan sih, ga mungkin lah!" timpal Sheila yang tiba-tiba pipinya memerah.
"Beneran tau," tukas mawar yang ikut berbicara.
"Aku ga percaya," pekik Sheila yang segera bergegas pulang.
"Tunggu Sheila!" teriak Mawar yang melihat kepergian Sheila.
Sementara dari arah belakang tiba-tiba saja Agam datang. Dengan perasaan canggung dan degdegan Agam segera menanyakan yang sebenarnya kepada Fahri.
"Jadi gimana apa kamu udah bilang sama Sheila?" tanya Agam yang kini duduk di samping Fahri.
"Dia ga percaya Gam, dia kira aku cuma main-main aja," jawab Fahri.
"Ya udah ga pa-pa, pasti dia ga akan percaya lah. Orang selama ini aku selalu jahil, mana mungkin bisa tiba-tiba langsung suka," timpal Agam sambil tersenyum simpul.
"Ya udah ah, aku pulang duluan ya! Kalian berdua jangan pacaran aja!" pekik Agam yang segera menaiki angkot yang sebelumnya ia panggil.
"Yeah sirik aja loh!" timpal Fahri.
Di dalam angkot Agam pun mulai berfikir tentang perasaannya. Agam sendiri merasa tidak percaya dengan apa yang dirasakannya. Agam memang sudah lama menyukai Sheila hanya saja ia takut untuk mengungkapkan perasaannya.
Itulah yang menjadi sebab kenapa Agam selalu membuat Sheila kesal dan selalu menjahilinya. Hanya cara itu yang bisa membuat Agam lebih dekat dengan Sheila.
"Apa aku tembak aja ya besok pas pulang sekolah," gumam batin Agam.
Sementara Di tempat lain, Sheila sudah tiba dirumah sejak tadi. Sesesampainya dirumah ia pun bergegas ke dalam kamarnya. Seperti biasa sambil beristirahat Sheila selalu mendengarkan musik dari radio kesayangannya.
Sheila merebahkan tubuhnya sambil menikmati lagu-lagu yang sedang hits pada masa itu. Salah satunya ialah lagu Roulette.
Awalnya kutak mengerti apa yang sedang kurasakan
Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada
Sejak kau hadir disetiap malam ditidurku Aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku
Sudah sekian lama kualami pedih putus cinta Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku
Kau berbeda dari yang kukira
Reff:
Aku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh-sungguh cinta Oh apa adanya
Tak pernah kuragu Namun tetap selalu menunggu
Sungguh aku… Jatuh cinta kepadanya
Coba-coba dengarkan apa yang ingin aku katakan
Yang selama ini sungguh telah lama terpendam
Aku tak percaya membuatku tak berdaya
Tuk ungkapkan apa yang kurasa
Back to Reff.
Kadang aku cemburu Kadang aku gelisah Seringnya ku tak mampu lalui hariku Tak dapat kupungkiri Hatiku yang terdalam Betapa aku jatuh cinta kepadanya
Back to Reff.
Setelah mendengarkan lagu itu tiba-tiba Sheila memikirkan apa yang tadi dikatakan Fahri di sekolah.
"Apa bener dengan yang dikatakan Fahri ya? Apa dia bohong? Ah kenapa ya tiba-tiba aku memikirkan hal ini. Terus kalau misalnya Agam benar-benar suka sama aku gimana ya? Apa yang harus aku katakan? Apa aku juga sebenarnya suka sama Agam?" gumam batin Sheila.
Memikirkan hal itu tiba-tiba membuat Sheila senyum-senyum sendiri. Sheila merasa bingung harus menjawab apa jika memang Agam menyukainya. Sebab Sheila pun tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
"Ah ga tau ah jadi pusing!" teriak Sheila yang menutup wajahnya dengan bantal.
"Loh anak ibu kenapa?" tanya Dewi yang terkejut mendengar anaknya tiba-tiba berteriak.
"Hehe, ga apa-apa bu," jawab Sheila yang merasa malu dengan tingkahnya sendiri.
"Sheila kalau misalnya mau cerita sama ibu boleh," tukas Bu Dewi.
"Mmh, nanti aja bu. Aku jadi malu," timpal Sheila dengan pipi yang mulai memerah.
Melihat gerak-gerik anaknya membuat Bu Dewi menyadari jika anaknya kini sedang mengalami masa puber. Bu Dewi tahu betul jika anaknya mulai menyukai lawan jenisnya. Hal itu sangat Bu Dewi maklumi karena itu wajar dan normal.
Hanya saja sebagai ibu yang baik, Bu Dewi ingin jika anaknya selalu mencurahkan isi hatinya kepada ibunya saja.
"Ya sudah tidak apa-apa, tapi jika nanti suatu saat ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan bisa bicara sama ibu ya," ujar Bu dewi sesaat sebelum keluar dari kamar anaknya.
"Ok bu," jawab Sheila.
Keesokan harinya Sheila sudah bersiap pergi ke sekolah. Dan satu jam kemudian akhirnya Sheila tiba di sekolah. Saat turun dari angkot Sheila segera bergegas melangkahkan kakinya.
Perlahan tapi pasti Sheila mulai berjalan menuju kelasnya. Sheila selalu datang lebih awal, untuk itu masih belum terlalu banyak siswa yang berdatangan.
"Sheila," teriak seseorang dari arah belakang.
"Agam?" ujar Sheila saat ia menoleh untuk melihat seseorang yang memanggil namanya.
"Kamu baru datang? Tumben pagi-pagi gini udah datang?" tanya Sheila yang menautkan kedua halisnya.
"Iya emang sengaja aku datang pagi-pagi," jawab Agam datar.
"Maksudnya? Emang ada apaan?" selidik Sheila.
Sambil berbincang mereka pun terus melangkahkan kakinya hingga akhirnya mereka pun tiba di kelas mereka. Suasana ruang kelas yang masih sepi pun seolah sunyi karena hanya ada mereka berdua.
"Oiya Sheila ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ujar Agam sesaat setelah menyimpan tas di bangkunya. Kini Agam duduk di depan bangku Sheila.
"Ada seseorang yang suka sama kamu," tambah Agam.
"Masa iya? Emang siapa?" tanya Sheila yang menautkan kedua halisnya.
"Aku orangnya," jawab Agam dengan penuh rasa percaya diri.
"Apa? Beneran?" tanya Sheila yang hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan Agam.
"Bener lah, masa aku bohong," timpal Agam.
"Jadi gimana? Apa kamu terima cinta aku?" tanya Agam yang kini mulai berlutut dihadapan Sheila.
"Mmh, aku juga sebenernya suka sama kamu," jawab Sheila yang merasa canggung saat mengatakan hal itu.
"Jadi mulai hari ini kita jadian ya?" tanya Agam untuk lebih meyakinkan.
Tanpa berkata apa-apa Sheila hanya mengangguk dan tersenyum. Akhirnya pada hari itu mereka resmi jadian. Agam sengaja mengungkapkan perasaannya saat teman-temannya belum tiba disekolah.
Kini dua insan itu resmi menjadi pasangan kekasih. Agam merasa sangat senang karena perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Begitupun dengan Sheila yang sejak kemarin sudah memikirkan hal ini akhirnya menjadi kenyataan.
"Makasih ya Sheila," ujar Agam sambil memegang tangan Sheila.
"Ya Agam sama-sama," jawab Sheila yang merasa senang.
Ekhem.. ekhem..
Tiba-tiba terdengar deheman seseorang dari arah belakang yang membuat Sheila dan Agam terkejut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!