"Apa kamu yakin apa yang kamu ucapkan barusan Rud? "
Ya, pertanyaan itulah yang lolos dari mulut Dini, dia tak yakin atas apa yang baru di lontarkan Rudi kepadanya. Dia sadar perbedaan status keluarga mereka yang sangat jauh, Rudi, yang seorang anak bungsu dari anak juragan terpandang di Desa mereka. Sementara Dini,hanyalah anak dari keluarga yang hidup serba berkekurangan.Terlahir sebagai anak ke tiga dari lima orang bersaudara,yang memaksa keluarga mereka harus pandai - pandai mengelola penghasilan panen padi yang hanya satu kali panen dalam satu tahun.
Dini dan Rudi sudah lama mengenal, mereka satu umuran dan bersekolah di tempat yang sama,sehingga mereka sudah saling tau akan kondisi keluarga masing - masing.Dan ungkapan perasaan Cinta Rudi ini baru di ungkapkannya saat Dini duduk di bangku kelas tiga SMA, tepatnya disaat Lima Bulan lagi Dini akan tamat dari Sekolahnya.
"kenapa Din,apa kamu tak yakin akan perasaan ku ini, atau karena aku tidak tamat sekolah, sehingga kamu malu pada teman - teman mu"
"Bukan masalah itu Rud,kamu tau kan selama ini aku jarang keluar rumah,yang aku pikirkan gimana aku bisa lulus nanti dan bisa meringankan beban keluarga kami.Lagian apa kata orang nanti"
"Hubungan orang lain dengan perasaan kita apa,atau kamu tidak ada perasaan sama aku Din"
"Rud... "
"Din, sudah lama aku menyimpan perasaan ini,tapi kamu tak pernah tanggapi, bahkan Surat yang dulu beberapa kali aku titipkan ke Andri untukmu, langsung kau robek Din"
Memang sudah beberapa kali Rudi mengirimkan surat untuk Dini melalui teman mereka Andri, tetapi tak pernah sekalipun Dini menanggapinya. Dibenak Dini bisa jadi Rudi iseng, karna tak sengaja Dini pernah menguping pembicaraan Andri,bahwa Rudi juga pernah mengungkapkan Kata Cinta untuk Perempuan lain.Sebenarnya Dini juga memiliki perasaan yang sama seperti Rudi,tetapi selama ini selalu ditutupinya.
"Kita sudah sampai Rud, langsung pulang atau mau gabung dengan kami"
"Nunggu Andri disini saja, kami mau turun ke bawah lagi nanti"
" Aku gabung sama mereka yah"
"kita duduk disini saja Din,kan yang lain juga pada disitu semua"
"Baik lah"
Sudah menjadi kebiasaan di desa mereka, setiap malam minggu,orang tua memperbolehkan anak sekolah bisa keluar malam, karna tentu besoknya akan libur.Maklum di desa mereka juga masih belum ada penerangan PLN,hanya beberapa orang yang tajirlah yang sudah mempunyai mesin genset dan mereka punya televisi.
Tidak terasa, jam karet yang melingkar di tangan Dini sudah menunjukkan jam 10 malam, itu artinya Dini akan menjemput kedua adiknya dari tempat main anak - anak di Desa itu, dan langsung mereke pulang kerumah.
"Selagi masih Sekolah, boleh keluar malam minggu atau pas hari libur Sekolah, tetapi harus pulang sebelum jam 10"
Itulah aturan di keluarga Dini,Bapak Dini yang tegas, tetapi penyayang bagi anak - anaknya,dan Ibu Dini yang selalu Lembut, membuat anak mereka tidak pernah kekurangan kasih sayang.
"Rud aku jemput adek dulu yah, sekalian langsung pulang"
"Ok Din, tapi Besok bisa ikut kan, soalnya Andri dan yang lain juga ikut"
"Aku tak janji Rud,.... "
"Tolong Din, kita juga berangkatnya Siang kok,jadi tak kan ganggu kerjaanmu, atau aku harus ijin ke Bapak dulu? "
"Tidak perlu Rud, akan ku usahakan yah"
"Baiklah, sampai jumpa besok Din"
"Dah.... "
"Bapak, besok rencana kami mau pergi mendaki gunung,apa boleh ikut pak?"
"Siapa yang membantu bapak ngarit rumput nak "
"Tadi kami sudah ngarit pak,cukup untuk dua hari kedepan,dan kain kotor juga sudah dicuci semua pak, dan kami perginya juga siang pak"
"Ijin juga ke Ibumu besok nak"
"Terimakasih Bapak"langsung mencium tangan Bapaknya, Dini sangat senang dan langsung merebahkan diri disamping adik - adiknya yang sudah duluan tidur.Malam itu Dini sangat senang,
Dia tak menyangka,Rudi memiliki perasaan yang sama kepadanya.Bahkan perasaan Dini ini sudah di pendam sejak duduk di bangku kelas tiga SMP, mungkin inilah namanya cinta monyet,tetapi tetap di jaganya sampai kelas Tiga SMA.
Jam 04:30,Dini sudah bangun dan langsung bergegas untuk memasak.Dengan cekatan dan rasa gembira di hatinya,dia memasak masakan sederhana yang biasa mereka santap sehari - hari.Sekarang Dinilah yang berperan sebagai kakak tertua dirumah itu,karna kedua kakaknya sudah merantau.
"Ibu,Siang nanti rencana kami mau pergi mendaki gunung,bolehkah aku ikut Bu?"
" Siapa yang bantu Bapak nanti nak, lagian besok juga sekolah kan?"
"Ia Bu, tapi kami perginya sebentar saja, dan kami rame - rame pergi nya Ibu"
"Ia lah, tapi hati-hati di jalan nak, bergurau jangan kelewatan"
Dini langsung memeluk Ibunya, dan bergegas membereskan bekas piring makan keluarga mereka.Ibu Dini mengijinkan anaknya pergi, karna selama ini Dini tidak pernah banyak permintaan.Bahkan diusianya yang sudah menginjak 19 tahun, dia tak pernah ada permintaan yang membuat orang tuanya pusing, beda dengan teman seusianya, yang kadang tidak mau sekolah, maklum desa mereka kekecamatan untuk sekolah harus di tempuh selama satu setengah jam berjalan kaki.
"Din diboleh ikut sama Bapak"Andri langsung bertanya melihat temanya itu ada disana
"Boleh Dri, Ibu juga sudah setuju"
"Kita berangkat yok, semua sudah datang kan"Rudi memastikan teman mereka yang mau ikut.
Jarak Gunung dari desa mereka tidak terlalu jauh, cukup satu jam merekapun sudah akan sampai di tempat tujuan, apalagi mereka perginya ramai - ramai, jadi pasti tidak terasa sudah sampai di tempat tujuan.
Akhirnya kita sampai juga"ucap Rudi
"Capek benar"timpal Andre dan langsung meneguk air mineral yang mereka bawa dari rumah.
"Tapi terbayar dengan pemandangan yang sangat indah ini, jarang juga kita bisa rame - rame datang kesini"ucap Rudi.
Ia memang benar, apalagi bagi seorang Dini yang jarang bisa kumpul dengan temanya apalagi di hari libur, selain karna harus bantu Bapak ngarit rumput untuk kerbau, dia juga harus bantu Ibu ke sawah. Mereka pelihara kerbau saudara jauh, yang mana bila kerbaunya beranak, maka mereka akan dapat bagian.Itulah sebabnya mereka bahu membahu dalam merawat kerbau tersebut.
"Din ngomong - ngomong gimana tanggapan mu tentang ungkapan perasaan Rizal kemarin, atau jangan bilang sudah kamu terima cintanya Din, secara dia anaknya ganteng, dan paling penting dia pintar dan baik Din" cerocos Desi
"Rizal itu siapa Des"tanya Rudi
"Kawan satu kelas kami Rud, orangnya baik, jadi cocoklah di pasangkan dengan Dini"
Wajah Rudi langsung berubah, karna selama ini dia sudah lamamenunggu momen untuk ungkapkan perasaanya terhadap Dini.
"Apaan sih Des, Rizal itu sudah sering bilang kayak gitu sma ku,jadi udah gak heran lagi,selama ini aku hanya menganggap dia teman,karna orangnya tak pilih - pilih teman".
.......
"Din boleh kita kesana bentar"Rudi langsung berjalan dulun tanpa menunggu jawaban dari Dini.Tanpa menunggu lama, Dini lansung mengikuti Rudi dari belakang, setelah sebelumnya ijin ke teman mereka. Tempat mereka tak jauh, hanya berjarak sepuluh meter dari tempat mereka tadi berkumpul.
"Din...,gimana dengan yang semalam,apa bisa saya tau jawabanya?"
"Untuk saat ini aku masih fokus ke sekolah ku Rud, belum berani aku untuk.... "
"Atau jangan bilang kamu sudah suka sama si Rizal yang di bilang Desi tadi"
"Bukan itu Rud, aku berteman baik dengan semua orang yangmau berteman samaku, tak ada perasaan ku yang lebih untuk Rizal Rud"
"Terus apa alasanya Din, kalau untuk masalah fokus kesekolah,itu tidak akan mengganggu, kalau kita jadian, tidak ada yang berubah Din, sekolahmu tetap nomor satu, aku akan dukung kamu terus semampu saya"
"Tapi... "
"kalau belum bisa kasih jawabanya sekarang tak masalah Din, aku akan memunggu yang terbaik Din"
.....
Seminggu telah berlalu,setelah kejadian itu hidup Dini tetap berjalan seperti bisa, hanya saja belakangan ini Dini sering melamun sambil membayangkan ungkapan perasaan Rudi kepadanya.
Sore itu, setelah pulang sekolah Dini langsung pergi ke sawah untuk membantu ibunya membajak sawah.Di desa mereka untuk pengolahan sawah masih menggunakan alat tradisional yaitu mencangkul.
"Din tadi pagi di balai desa adarapat / pengumuman, katanya akan ada pemasangan listrik ke desa kita"ibu Dini menyampaikan hasil rapat di balai desa tadi.
"Kalau tak salah kata Bapak, minggu ini tiang Listriknya sudah datang,untuk upah masuknya juga sangat mahal nak,seperinya kita tak bisa ikut pasang nak, tadi juga sudah bicarakan dengan Bapak"ujar ibu Dini
"Tidak masalah Ibu,kita masih bisa hidup seperti biasa kan"
"Sebenarnya ibu ada simpanan Din, uang yang kiriman kakakmu itu masih Ibu simpan,takut ada keperluan mendadak"
"Nanti malam kita bahas lagi dengan Bapak dan Adek - adek Bu,oh yah bu, sabtu depan Ibu tidak ke Pasar pekan, sekaliankita ke wartel untuk telepon orang kakak"
"Bisa juga nak, sekalian mau beli sepatu adekmu si Riko yang sudah Rusak"sambung Ibunya Dini
.......
Sabtu pagi,Ibuny Desi sudah rapi mau kepasar, sebab hanya ada dua bus yang akan mengantar jemput penumpang ke pasar di kecamatan.Sesuai kesepakatan keluarga mereka,Listrik akan dipasang dirumah mereka.Setelah pulang sekolah, Dini dan temanya tidak langsung pulang kerumah, melainkan mereka ke Pasar dulu,mereka ada yang mau beli keperluan sekolah dll.
"Ibu sudah siap belanjanya, kita langsung pergi atau gimana Bu"
"Kita makan dulu nak, Ibu ad bawa bekal dari rumah" mereka langsung menuju kedai penjual soto, Dini bisa makan soto seperti ini karna Ibunya kepasar saja, selebihnya Dini tidak Pernah mampir kepasar, dia lebih memilih pulang cepat untuk bisa membantu orang tuanya.
......
"Hallo .. ini Dini kak, apa Kakak sibuk"
"Hallo Dek,kakak sedang libur hari ini"
"Baik lah kak, apa kabar kak, Kak Mia dan Kak Mila sehat kan kak"
"Sehat dek, Ibu ada disana Dek"sambung kakaknya yang bernama Mia
"Ia nak, ini Ibu nak"dan Ibunya Dini pun menympaikan apa rencana mereka ke anaknya Mia, karna anaknya Mila sedang kerja saat itu.
......
Malam harinya Dini ijin ke Bapak dan Ibunya untuk keluar sebentar. Setelah daat ijin, Dini beranjak dan pergi ke Rumah Desi. Disana teman mereka sudah ada ngumpul termasuk Rudi, Rumah Desi adalah tempat nongkrong mereka,rumah Desi besar dan juga ada mesin genset, jadi mereka juga bisa sambil menonton televisi disana.
"Hai Din, kok baru datang, kirain tadi gak dapat ijin keluar"ujar Desi
"Maaf, tadi aku harus jemur pakain dulu Des,eh Andri mana Des? "
"Andri lagi ada acara, Pamanya datang dari Kota" jawab Rudi
"Din aku ke dalam bentar yah"pamit Desi dan meninggalkan Rudi dan Dini yang duduk di Kursi halaman, sementara yang lain ada yang main gitar sambil bernyanyi di tempat duduk yang sengaja dibuat di halaman luas itu.
.....
"Gimana sekolahmu Din,apa ada lancar saja"tanya Rudi
"Lancar saja Rud, oh yah Rud, mengenai yang kamu bicarakan seminggu yang lalu, aku sudah pikirkan, tapi aku takut untuk mengungkapkanya"
"Kenapa harus takut Din, aku siap kok, apa pun keputusan mu tapi kalau itu jadi beban buat kamu, aku minta maaf Din, aku tidak memaksa perasaan ku harus di balas Din"
"Rud, aku hanyalah anak orang susah,aku tidak mau hal buruk terjadi karna adanya hubungan kita nanti, apalagi Bapak ku yang sakit selama ini,aku tak mau menambah beban orang tuaku Rud hanya karna perasaan ku untuk mu "
"Hubungan yang akan kita jalin adalah hubungan yang sehat, aku yakin kita bisa bijak menjalaninya Din"
"Aku hanya tak mau dianggap tak tau diri Rud"
"Cinta tak memandang itu Din,lagian kalau masah harta, itu bukan milikku Din, sampai sekarang pun aku masih beban orang tua"
Memang benar, Rudi walaupun dia anak dari seorang juragan kaya di desa itu, dia tetap bertani kopi dan sambil membantu orang tuanya,dia tidak sombong, dia tetap rendah hati.
"Rud aku hanya takut... "
"Tak ada yang perlu di takutkan Din, kita jalani dulu,yang penting kita harus saling percaya, saling mendukung, dan terbuka"
"Bolehkah hubungan ini hanya kita berdua dulu yang tau,ada waktunya nanti kita bisa kasih tau keteman dekat kita"
"Kenapa harus seperti itu, memang kamu masih sekolah, tapi tidak akan mengganggu sekolahmu Din, untuk apa harus di sembunyikan"
"Aku hanya tak mau jadi bahan gosipan orang didesa ini, please yah Rud"mohon Dini.
"Baiklah, aku janji tidak memberitahukan ke yang lain, setidaknya untuk saat ini dulu, kedepan saya tidak bisa pastikan Din, tetapi ingatlah Din, aku akan selalu mendukungmu.Din tadi Desi bilang akan ada perlombaan Lomba Cepat Cermat di Sekolah kalian, katanya enam orang perwakilannya yang berangkat ke kabupaten"
"Ia Rud,seminggu lagi kami akan berangkat, doakan kami yah Rud, biar sukses"
"Itu pasti Din"
Dini dan Rizal terpilih mewakili sekolah SMA mereka dari kelas tiga, sementara empat orang lagi masing - masing dari kelas satu dan dua. Berita ini juga sudah di sampaikan Dini kepada Bapak dan Ibunya, mereka sangat bersyukur atas itu.
........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!