NovelToon NovelToon

Atas Nama Jodoh

Bab 1 : Cinta tak seindah itu

Waktu akan terus berjalan, seiring dengan langkah takdir yang mengikuti dibelakang, siap tak siap, hidup dengan segala ujian didalamnya akan terus mengalir layaknya air

Tamparan lembut angin malam pada kulit, seakan menembus melewati pembuluh darah sampai ke tulang, menyisakan sebuah rasa rindu dalam hati saat kenangan terlintas dalam memori

"Kamu kuat, aku tau itu. Jangan bersedih lagi"

Naufal menolehkan kepalanya ke samping, seolah kekasih hatinya sedang berbicara dan menasihati dirinya kala ingin menyerah

"Mereka sudah besar Qil, masa putih abu mereka segera berakhir, mereka sudah mulai mencari jati diri masing-masing. Kau tau? Sifat mereka berdua sangat berbeda dengan kita, entahlah sifat itu menurun dari mana, tapi mereka selalu bisa membuatku tertawa"

.

"Saya datang dengan niat untuk menjadikan Yasmin pasangan halal saya"

Layla yang berada dibalik dinding, memegang dadanya yang terasa nyeri, laki-laki yang ia harapkan ternyata datang melamar sepupunya. Ini adalah hadiah ulang tahun yang terburuk selama ini

Gadis baru saja berusia tujuh belas tahun itu melangkahkan kakinya pergi keluar lewat pintu belakang, air mata menjadi satu-satunya pelampiasannya saat ini. Ia membenarkan kata-kata orang kalau mungkin lebih baik sakit gigi daripada sakit hati

"Bunda" siapa yang mendengar rintihannya pasti ikut bersedih, ketika sudah keluar kata itu dari mulutnya, hatinya dipastikan sedang tak baik-baik saja

Laki-laki yang ia cintai dalam diam dua tahun belakangan ini, ternyata memilih Yasmin sebagai pendampingnya. Layla pikir ia seharusnya sadar diri sejak awal, kalau laki-laki itu tak mungkin membalas perasaannya

"Cengeng, jangan nangis, emangnya laki-laki cuma dia doang?" Gadis itu masih menangkupkan kepalanya diatas lutut, tak ingin mendongak melihat si pemilik suara yang sangat mengenal dirinya

"Udahlah, lagian kamu belum selesai sekolah udah cinta-cintaan kalau ayah tau dia bisa marah" masih belum ada pergerakan mendengar kata-kata itu

"Baju kamu kotor, ada katak loncat"

"KAK ILAL" setelah mendengar nama makhluk paling ditakuti, ia langsung bangkit dan memukul saudaranya saat tau dibohongi

"Makanya jangan nangis lagi, artinya dia bukan jodoh kamu kalau kayak gitu" Ilal menghapus air mata adiknya, karena kembar mungkin perasaan mereka terikat kuat. Saat salah satu diantara mereka bersedih atau sakit, mereka bisa saling merasakan perasaan masing-masing

"Masih kelas tiga SMK udah cinta-cintaan"

"Memangnya jatuh cinta salah? Ali saja bisa memendam cintanya untuk Fatimah"

Skakmat! Bilal terdiam, mulut adiknya kadang mengesalkan

"Kamu sama dia beda, kamu mencintai dalam dia seperti Ali, tapi kamu lupa kalau dia bukan Fatimah yang membalas perasaanmu"

"Hiks, laki-laki memang sama saja" Layla malah kembali menjatuhkan air matanya

"Apanya yang sama? Kami berbeda"

"Kalian sama-sama PHP"

"Perempuan emang ribet"

"Kenapa ya jatuh cinta itu sakit?"

"Yang namanya jatuh udah pasti sakit"

"Udahlah, ikhlasin aja, Allah tau kok yang terbaik buat hambanya" lanjut Bilal

"Iya, aku nggak mau jatuh cinta lagi. Cinta pertama sulit, malah milih nikah sama orang lain"

"Jatuh cinta itu fitrah manusia, kehendak hati bukan kita bisa bebas mengatur. Kadang hati tak mengenal kepada siapa ia jatuh cinta"

"Tadi Kak Ilal bilang nggak baik cinta-cintaan, sekarang malah bilang kayak gini"

"Gitu ya?" Bilal mengusap tengkuk belakang kepalanya, laki-laki memang selalu salah

"Kenapa kalian berdua disini? Ayah nyariin dari tadi" Naufal menghampiri mereka masih dengan sarung hitam dan baju koko nya

Bilal dan Layla sebenarnya tak mondok di pesantren, dengan alasan tak ingin meninggalkan Naufal sendiri dirumah. Naufal pun tak ingin menetap disana, ia lebih menyukai rumahnya yang penuh dengan kenangan. Hanya saja mereka ikut ngaji sore yang diadakan setiap hari kecuali minggu, itupun kalau tidak ada kegiatan di sekolah

"Kita cuma lagi nikmati angin sore, biar lebih bersyukur aja"

"Kalian mau pulang atau nginep? besok hari minggu" Naufal mengabaikan jawaban Layla, ia tau mereka berdua menyembunyikan sesuatu, hanya saja tak ingin mendesaknya untuk bercerita, biarlah mereka sendiri yang akan bercerita jika sudah siap

"PULANG!, BAJU SEKOLAH BELUM DICUCI!" Naufal menutup telinganya yang berdengung, mereka kompak sekali kalau urusan seperti ini

"Kalau gitu pamit dulu sama paman dan bibi, Ayub sama Yasmin juga ada didalam"

"Tamunya udah pergi?" Bilal yang bertanya. Ia melihat ekspresi adiknya yang seperti enggan masuk kedalam

"Udah, kalian keluar terlalu lama, mereka udah pulang dari tadi"

.

Mentari menyambut pagi dengan sinarnya, menerangi langit biru yang dihiasi awan putih bersih, angin pagi menerbangkan dedaunan kering yang jatuh. Tetesan demi tetesan air dari pakaian basah yang tergantung dijemuran membasahi rumput-rumput yang tumbuh tipis dibawahnya

"Cinta ternyata tak seindah itu ya kak" Bilal mengernyitkan alisnya, ia pikir adiknya tak lagi membahas hal kemarin

"Memangnya kamu pikir indah?"

"Kata orang begitu"

"Orang yang mengatakan itu adalah orang yang sudah pernah merasakan sakitnya berkali-kali sampai akhirnya indah diakhir"

"Gitu ya? Dari mana Kak Bilal tau"

"Pendapat aja" balas Bilal cuek, ia mengambil pakaian dalam ember dan menggantungnya pada jemuran

"KAK ILAL, KAK ILA" dua saudara itu saling pandang kemudian lari terbirit-birit meninggalkan pakaian mereka yang belum dijemur

"Mereka kayaknya nggak ada dirumah" suara Yusuf terdengar lelah

"Paman Naufal, Ilal dan Ila nggak ada dirumah ya?" Zara bertanya saat melihat Naufal baru saja masuk memarkirkan motornya

"Mereka ada kok, katanya nggak kemana-mana hari ini" Naufal mengernyitkan dahinya sedikit bingung, ia pun heran kemana dua anak itu pergi. Biasanya dihari minggu seperti ini, mereka sudah terdengar adu mulut membahas hal-hal yang tak penting

"Padahal Vio pengen diajarin gambar sama Kak Ilal" gadis berusia dua belas tahun itu menarik nafasnya panjang, dia Viona, putri dari Reyna dan Gempano

"Anisa minta diajarin matematika sama Kak Ila" dia Anisa, putri dari Rian dan Rani, jarak umurnya dengan Viona hanya dua bulan saja

"Sini Kak Zara aja yang ajari gambar"

"Kak Yusuf juga jago matematika"

"Kalian galak, sukanya marah-marah" Yusuf dan Zara saling pandang, bagaimana tidak marah jika kelakuan dua anak yang baru saja masuk SMP ini membuat darah mereka mendidih

"Jemuran mereka juga belum selesai, biasanya ada disini" Naufal mencari sampai ke halaman belakang, biasanya dua anak itu akan duduk disini setelah pekerjaan mereka selesai, entah berdebat atau kadang juga membahas pelajaran bersama

"Tidur mungkin" ucap Zara

"Tak biasanya mereka tidur dijam seperti ini, apalagi pekerjaan mereka belum selesai"

"Makan mungkin" pernyataan dari Yusuf semakin tak masuk akal menurut Naufal, mereka bukan tipe orang yang mengerjakan pekerjaan setengah kemudian melakukan hal yang lain

BRAKKK

"Aduh"

.

Banyak Typo...🙏🙏🙏

Bab 2 : Dia suka ya?

"Kenapa sih harus manjat disana?" Dua saudara itu saling tatap, tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun

"Kalau jatuh terus patah tulang gimana?"

Tanya Naufal, ia tak habis pikir maksud dan tujuan mereka memanjat pohon mangga yang cukup tinggi dan berakhir jatuh karena digigit serangga

"Tapi kan nggak terjadi ayah"

"Kalau kejadian nanti nangis" ledek Yusuf

"Kak Ilal sama Kak Ila cari apasih disana?" Saudara kembar itu kembali saling tatap, mengisyaratkan siapa yang akan menjawab terlebih dahulu

"Kita nyari ketenangan" jawaban yang jujur dan tidak terlalu menyinggung

"Ketenangan apa? Ketenangan itu dicari dalam shalat"

"Ketenangan tubuh bukan ketenangan batin"

"Sudah jangan banyak alasan, selesaikan pekerjaan kalian dan setelah itu kalian boleh bermain" ucap Naufal tegas sebelum akhirnya berdiri dan naik ke lantai atas

"Kalian tau nggak? Ayah kalian lagi deket sama perempuan"

"YUSUF! SAYA DENGER KAMU NGOMONG APA"

"Becanda paman" Yusuf mengangkat dua jarinya dan menampilkan gigi putihnya. Bilal dan Layla menatap dirinya dengan tatapan malas. Laki-laki yang sudah berada disemester akhir kuliahnya itu kadang menjengkelkan jika bersama mereka

.

Hari senin, entah kenapa hari senin selalu jadi hari yang cukup menakutkan untuk sebagian orang termasuk Layla. Ia berusaha berpikir sepositif thingking mungkin kalau hari ini adalah baik-baik saja. Namun nyatanya, selalu saja ada hal tak terduga terjadi

"Ya Allah padahal sepuluh menit lagi nyampe" ia mengeluh kala motornya mogok ditengah jalan, Bilal sudah pasti sampai ke sekolah. Mereka memilih sekolah yang berbeda karena minat yang berbeda. Bilal yang suka dengan ilmu alam, mekanisme cara kerja suatu benda, hitung-hitungan, pengamatan suatu objek, memilih masuk SMA dengan jurusan IPA. Sedang Layla yang tertarik dengan dunia komputer, jaringan, coding, dan hal yang berbau teknologi memilih masuk SMK dengan jurusan TKJ

"La, kenapa berhenti disini? Bensin motormu habis?"

"Bukan, nggak tau juga mogok kenapa"

"Bengkel lima puluh meter lagi dari sini, ayo ku bantu" Layla bersyukur bisa bertemu Ammar, mereka satu sekolah namun dengan jurusan yang berbeda

"Makasih ya Mar, aku mungkin bakal telat kalau nggak ada kamu" mereka sudah sampai di area parkir sekolah, Ammar mengantar setelah membantu membawa motor itu sampai bengkel

"Kamu kayak sama siapa aja? Kita udah bareng dari kecil, jangan kayak orang baru kenal gitu"

"Bunda nanya kenapa kamu nggak pernah kerumah lagi?"

"Iya, lagi sibuk akhir-akhir ini, segala macam ujian bentar lagi mulai" Ammar terkekeh, ia bahkan lupa kalau sudah kelas dua belas dan sebentar lagi masa putih abu ini berakhir

"Bundamu pasti kangen sama bundaku, makanya nyuruh aku dateng. Dia selalu bilang aku mirip bunda"

"Dia juga rindu katanya melukis bareng"

"Sampaikan maaf untuk Bunda Renata, mungkin besok setelah ujian, insyaallah kalau tidak ada kegiatan aku pasti berkunjung" Layla melambaikan tangannya pada Ammar sebelum akhirnya menghilang dibalik koridor

.

Sinar matahari terik kian meninggi, mengucurkan keringat deras dari para siswa yang mulai berhamburan keluar kala bel sudah berbunyi nyaring

"Sumpah deh, kayaknya kabel itu punya masalah sama aku, tiap aku colokin ke port CPU nya, selalu nyetrum. Untung aku nggak punya penyakit jantung"

"Tangan kamu basah mungkin Nes" balas Layla. Mereka baru saja keluar dari lab komputer, mempraktikan materi yang akan diujikan saat UKK nanti

"Mungkin juga, entah kenapa setiap masuk lab, tanganku selalu basah kayak orang gemeteran, padahal hatiku nggak gemetar kalau liat kabel, palingan gemetar cuma liat cogan"

"Cogan mulu, ujian udah didepan mata"

"Biar semangat aja, kalau cuma liat kabel UTP aku malah pusing ngadepin ujian" Layla terkekeh mendengarnya

"La, ayo aku anterin ke bengkel, motor kamu pasti udah selesai" Ammar sepertinya sengaja menunggu diparkiran, begitu dua gadis itu kesana ia langsung menyapa Layla

"Maaf ya Mar, aku pulang bareng Nessi, sekalian kita mau beli sesuatu" Nessi yang tiba-tiba dilibatkan tentu saja terkejut, Layla menggenggam tangannya cukup keras sebagai kode agar dia diam

"Gitu ya?, kalau gitu hati-hati" Layla mengangguk, ia menghela nafasnya menatap punggung laki-laki itu yang menjauh

"Kamu nggak bilang tadi ngajak pulang bareng" pertanyaan langsung dilontarkan Nessi saat melihat ekspresi Layla

"Ntar aku teraktir es depan sekolah, lagian bengkelnya masih sejalur kok sama rumah kamu, jalan samping perempatan"

"Janji ya?"

"Janji" Layla sudah hafal sekali pencinta minuman dingin seperti Nessi apalagi di hari terik seperti ini

"Tapi kenapa nggak bareng Ammar aja?"

"Aku nggak tau ya Nes, tapi kenapa aku ngerasa kalau dia suka sama aku ya?" Nessi tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Layla

"Kenapa? Aku terlalu percaya diri ya?"

"Kamu terlalu polos sayang, semua orang juga tau dari tatapan mata dia dan perhatiannya, dia suka sama kamu" Nessi menepuk bahu Layla pelan, menurutnya Layla terlalu polos untuk urusan cinta

"Bundanya dia teman dekat bundaku dulu, bisa saja itu sebatas hubungan persahabatan orang tua? Mungkin?, atau bisa jadi dia nganggap aku adiknya karena kita tumbuh besar bersama?"

"Itu lain lagi, itu hubungan orang tua kalian. Hubungan dengan dia beda"

"Tapi aku nggak suka sama dia, gimana dong?" Layla menghela nafasnya, ia sudah berjanji kemarin untuk tak jatuh cinta lagi setelah kang santri yang ditaksir memilih sapupunya. Ia hanya berjanji jantu cinta untuk siapa yang akan menjadi pemimpinnya di masa depan

"Yaudah jalanin aja dulu kayak gini, seolah kamu nggak tau apa-apa, dia juga belum ngungkapin perasaannya kan?"

"Belum, kalau udah nggak mungkin aku nebak kayak tadi"

"Tapi menurutku Ammar tampan juga"

"Tetap aja kan hati nggak bisa dipaksa? Sekalipun dia tampan, kaya harta, kaya ilmu agama, kadang hati punya spesifikasi sendiri"

"Kalau aku udah pasti langsung mau kalau paketnya komplit kayak gitu, urusan cinta belakangan"

"Yakin? Kalau dia ternyata selingkuh dibelakang kamu gimana? Kamu bisa nahan diri buat nggak sakit hati?"

"Gimana bisa sakit hati kalau kita nggak ada rasa sama dia?"

"Kamu bisa jamin walau tinggal serumah nggak bakal jatuh cinta sama dia?"

"Asalkan ada uang, cinta cuma secuil rasa yang tak berarti, hanya membuang-buang air mata dan menyakiti diri sendiri, setelah seseorang menikah kamu percaya cinta abadi itu ada? Bagiku itu sebatas rasa sesaat diawal, selanjutnya hanya tentang cara bagaimana bertahan hidup tak peduli lagi dengan urusan hati. Cinta abadi? Itu hanya dongeng"

"Aku mengerti Nes, cinta akan memiliki pengertian sendiri di orang yang berbeda, kadang itu sesuai dengan apa yang kita alami atau lihat sendiri"

"Kalau cinta abadi beneran ada, aku yakin ayahku nggak milih perempuan lain dan ninggalin aku dengan ibuku" Layla merangkul bahu sahabatnya, memang benar, cinta punya makna sendiri bagi setiap orang

"Ada. Aku percaya cinta abadi itu ada, aku bisa melihat cinta ayahku pada bunda. Cinta seorang laki-laki sejati pada perempuan yang disukainya"

.

Banyak Typo...🙏🙏🙏

Bab 3 : Gadis Preman

Angin berhembus dingin sore itu, awan sepertinya bersiap menumpahkan beban yang tak bisa lagi ditahannya

"Mau ujan ini kak, nggak ada libur?" Bosan, lelah, rasa malas, adalah ujian seorang penuntut ilmu

"Jangan bilang nggak mau dateng karena Zain yang milih Kak Yasmin" tuding Bilal dengan menatap tajam mata adiknya

"Jangan sebut-sebut nama dia lagi, ini nggak ada hubungannya" Layla tak suka dituduh seperti itu, ia seperti orang yang gagal move on, padahal nyatanya sedikit iya

Zain, laki-laki yang sedang menempuh kuliah semester lima dan mengajar di ponpes sebagai guru pencak silat itu berhasil membuat seorang Asma Layla Husna merasakan cinta pada pandangan pertama. Tapi seakan takdir dengan kejam menegaskan kalau mereka tak bisa bersama

"Udah, jangan banyak alasan" Layla menatap Bilal intens, kakaknya ini terlihat sangat berbeda

"Kak Bilal suka ya sama santriwati disana?" Tuduhnya

"Jangan ngomong sembarangan!, mana ada kakak kayak gitu" jawab Bilal terlihat mengelak

"Biasanya orang yang jawab ngegas kayak gini itu beneran" Layla tentu tak mau kalah, gelagat aneh kakaknya sudah cukup membuatnya curiga

"Emangnya kayak kamu yang suka sama Kak Zain?"

"Layla suka Zain?"

Mampus, dua saudara itu saling pandang, Naufal yang baru datang tak sengaja mendengar ucapan dua anaknya

"Kamu suka Zain?" Pertanyaan diulangi dengan pandangan Naufal yang lurus menatap putrinya

"Nggak ayah, cuma kagum aja" jawab Layla dengan menggelengkan kepalanya, ia tak ingin ayahnya berpikir macam-macam tentang dirinya

"Antara kagum dengan rasa suka itu sesuatu yang beda tipis nak"

"Ila tau, Ila nggak mungkin suka sama laki-laki yang udah khitbah Kak Yasmin" ucap Layla menunduk, ia membenarkan perkataan ayahnya. Kagum dan rasa suka memang sesuatu yang beda tipis, ia sekarang malah bingung, apa rasa pada Zain adalah cinta atau kagum. Ia jadi memikirkan apa arti cinta untuk dirinya sekarang, padahal kemarin ia membahas ini juga bersama Nessi

"Putri ayah sudah besar, jatuh cinta tak salah, hanya saja kadang cinta memilih hati yang kurang tepat untuk bersama"

"Ila ngerti ayah" Naufal tersenyum mendengar jawaban putrinya. Masa remaja memang tak pernah lepas dari berbagai masalah, termasuk urusan hati

"Kalian mau pergi ngaji?"

"Iya, tumben ayah udah pulang jam segini?" Bilal melihat jam di handphonenya yang masih menunjukkan pukul empat sore. Biasanya Naufal pulang jam lima atau setengah enam

"Pekerjaan udah selesai, ayah lupa ngasih tau kalau ngaji sorenya libur. Kata Paman Hasan, ada tamu dari Turki" Bilal dan Layla mengangguk, tak lama kemudian hujan deras turun, awan menumpahkan apa yang sedari tadi dikandungnya

"Untung nggak jadi pergi, bisa-bisa kejebak hujan sampai malam disana" gerutu Layla, ia menatap kakaknya yang seperti sedikit kecewa, pasti ada sesuatu yang ia nanti disana

.

Disiang yang cukup terik, masih dengan seragam putih abunya, Bilal mengejar gadis bertopi hitam dan rambutnya yang lurus terurai bebas, tertiup angin kala ia berlari

Remaja tujuh belas tahun itu melompati tembok yang hampir setara dengan tinggi tubuhnya saat digadis berbalik ditikungan. Benar saja, dibalik tembok itu ada jalan yang dilewati gadis itu. Ia terkejut dan berniat berbalik arah, tapi Bilal langsung menarik kerah belakang bajunya

"Lepasin!" Gadis itu berusaha menendang-nendang Bilal dengan kakinya

"Balikin dompetnya dulu"

"Enggak!"

"Ibu itu mau beli tas sekolah buat anaknya" gadis itu seperti tempat terdiam sejenak, kemudian akhirnya menginjak kaki Bilal keras

"Akhh" bukannya melepas belakang baju gadis itu, Bilal malah menariknya kebelakang dengan keras sampai membuat gadis itu tersungkur

"Aduh"

"Kita impas, serahin dompetnya sekarang"

"Jangan pikir bisa kabur lagi" Bilal bisa membaca gerak gerik gadis itu yang bersiap melarikan diri

"Bentar" dengan kesal gadis itu mengeluarkan dompet dari saku celananya

"Kenapa dibuka?" Bilal mengernyitkan alisnya melihat gadis itu membuka dompet yang sudah jelas bukan miliknya

"Mau ambil duit makan" Bilal langsung merebut dompet itu sebelum gadis itu sempat mengeluarkan uang dari sana

"Jangan ambil duit orang, itu haram" Bilal mengeluarkan uang berwarna hijau dari saku bajunya, uang bergambar pahlawan Indonesia Sam Ratulangi itu ia letakkan disamping gadis itu

"Haram? Kalau orang yang makan duit negara apa namanya?" Tanya gadis itu balik dengan senyuman sinis, tapi tangannya tetap memasukkan uang yang diberikan Bilal dalam sakunya

"Mencuri itu haram, makanan yang dibeli dengan uang haram dan masuk ketubuh akan menjadi darah yang terus mengalir, bagaimana caramu berdoa pada tuhan jika dalam darahmu mengalir sesuatu yang haram?"

"Itu urusanku dengan tuhan, aku masuk neraka aku yang merasakan sendiri jadi tak perlu menasihatiku seperti itu" balas gadis itu dengan acuh

"Bukan kau sendiri, tapi orang tuamu juga bisa ikut terseret akibat kelakuanmu"

"Aku ngucapin syukur yang banyak kalau gitu, bahkan jika perlu bikin acara hajatan di neraka, memangnya mereka pernah peduli?" Bilal sampai mengerjapkan matanya beberapa kali, tak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu

"Lain kali jangan datang lagi pak ustadz, saya butuh uang bukan ceramah, tapi terima kasih untuk uangnya" gadis itu berdiri dengan sedikit terpincang dan langsung pergi meninggalkan Bilal yang masih tercengang dengan setiap kata pedas yang diucapkannya

Awalnya kejadiannya sepulang sekolah, di perempatan lampu merah yang cukup sepi, gadis itu berlari saat kendaraan berhenti, seorang ibu berusia sekitar empat puluh tahunan mengejar dan berteriak 'Maling'. Bilal yang melihat kejadian itu, memarkirkan motornya ditepi jalan dengan asal dan berlari mengejar gadis itu yang dengan lincah berlari melewati gang-gang sempit dirumah penduduk, sepertinya ia memang kenal sekali daerah ini

"Gadis aneh" gumamnya menggelengkan kepala, ia memilih kembali dan menyerahkan dompet ibu itu yang tak lupa mengucapkan banyak terima kasih padanya, dalam hatipun ia berdo'a seperti yang diucapkan gadis tadi, semoga mereka tidak bertemu lagi. Tapi antara do'a dan takdir, mana yang akan terjadi?

.

Banyak Typo...🙏

Buat yang mau nanya info up bisa lewat grup atau bisa lewat ig kalau author belum respon...😅🙂

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!