NovelToon NovelToon

Kemelut Cinta CEO Duda

Hilang alamat

Luna Anggraini, gadis berparas cantik dan mungkin bisa di kategorikan primadona desa, akhirnya menginjakkan kaki di kota besar. Ia yang sebenarnya tidak ingin pergi meninggalkan sang Ayah seorang diri di kampung halamannya, namun karena desakan Ayahnya Ia akhirnya berada di kota ini.

Luna sapaan akrab gadis itu menghela nafas setelah turun dari mobil travel yang membawanya dari kampung halamannya, mobil yang di sewa khusus oleh Ayahnya sendiri.

" Ayah, Luna sudah tiba di Jakarta. Bagaimana keadaan Ayah disana. Hupptt, baru beberapa jam saja rasanya sudah berpisah selama setahun. " Gumam Luna.

Ia menatap secarik kertas pemberian sang Ayah, sebagai alamat yang harus Ia datangi setelah tiba di kota besar itu. Sambil membayangkan wajah sang Ayah yang begitu Ia sayangi, Pria itu menginginkan dirinya sukses di tempat lain. Menggunakan kelebihannya di tempat yang lebih layak dari pada menjadi anak dari juragan sapi di kota terpencil.

" Eh.... eh, kok terbang sih. Aduh, tu... tunggu aku. "

Luna mengejar kertas bertuliskan alamat seseorang yang di berikan Ayahnya itu, memunguti di jalanan seperti seseorang sedang memungut sampah pada waktu ospek ketika baru memasuki sekolah menengah pertama. Namun sekuat apa Ia berusaha mengejar kertas itu malah semakin menjauh darinya.

" Hussshh hossshhh haaaah...... ah, capek banget. Kenapa terbang, sekarang Aku harus kemana. Alamat itu saja sudah entah kemana. " Gadis cantik itu akhirnya menyerah, Ia mengatur nafasnya yang ngos-ngosan mengejar secarik kertas pemberian Ayahnya.

Setelah merasa nafasnya mulai teratur Luna akhirnya melanjutkan langkahnya, entah sudah berapa lama Ia berjalan seorang diri dengan pikiran bingung.

" Sekarang Aku harus apa, tidak mungkin kalau Aku memberitahu Ayah kalau alamat yang di berikan Ayah itu hilang. Pasti Ayah akan khawatir, Aku tidak mau membuat beliau khawatir. "

Sementara di kota terpencil, seorang Pria yang masih sangat gagah namun lebih memilih menutupi ketampanan nya dengan kumis dan jenggot yang memenuhi wajahnya.

Beliau sangat frustasi karena selalu di kejar kejar janda di sekitar tempat tinggal mereka bahkan di kampung seberang pun namanya begitu tersohor. Seorang juragan sapi yang sangat tampan serta memiliki seorang bidadari yang cantik rupawan.

Semua penduduk kampung tidak ada yang tau dimana juragan sapi itu berasal, yang mereka tau beliau dulu datang dari kota entah kota mana dan membawa seorang Putri cantik tanpa adanya seorang Istri. Hal itu berlaku sampai saat ini, Pria itu masih betah menduda meskipun banyak yang menginginkannya.

" Assalamu'alaikum Abah. " Sapa seorang Pria muda ramah.

" Waalaikum salam, eh Nak Abi. Wah tumben datang kemari sore sore begini. " Pria yang mang lebih akrab si sapa Abah itu terkejut melihat anak seorang kepala desa di tempatnya menyapanya.

Abimayu, anak dari Kepala Desa setempat. Memiliki wajah yang tampan, seperti Pria Pria di Arab Saudi sana { hihihi author ngehalu, biar saja deh. Mumpung ngehalu belum ada yang larang}

Abah segera mencuci tangannya yang kotor karena ada tamu penting, masa Ia harus berbicara di kandang sapi.

" Ayo Nak, kita bicara di depan saja. " Ajak Abah yang melangkah lebih dulu.

Abimayu mengikuti langkah Abah hingga sampai di teras rumah, Abah langsung masuk dan mengambil air mineral dalam bentuk gelas beserta sedotannya untuk sang tamu.

" Ini di minum dulu, maaf ! Abah hanya punya ini saja, maklum lah. " Abah tersenyum ramah.

Meskipun tertutup kumis dan jenggot namun tetap tidak bisa sepenuhnya menutupi ketampanannya. Meskipun di usia yang sudah hampir menginjak lima puluh tahunan itu.

" Ah Abah nggak usah repot repot, ini juga sudah lebih dari cukup. " Sahut Abi merasa tak enak hati.

Masa hanya bertandang doang harus di suguhkan air, ya meskipun hanya air mineral.

" Oh ya, sebenarnya ada maksud apa Nak Abi datang kerumah Abah ini. "Tanya Abah pelan takut menyinggung anak orang terpandang di desanya itu.

Orang tua Abimayu memang bukan orang sembarangan, mereka juga orang kaya di kota. Namun Abraham lebih memilih mengikuti Istri cantiknya dan tinggal di kampung menjadi seorang kepala desa meninggalkan semua hingar bingar Ibukota. Semua pekerjaan di kota beliau serahkan pada orang kepercayaannya dan hanya sesekali Abraham ke kota besar kalau ada hal yang benar benar mendesak dan mengharapkan kehadirannya.

" Anu.... A, anu Bah. " Abimayu mendadak grogi, Ia jadi ragu dan malu berhadapan langsung dengan Abah apalagi ini menyangkut sesuatu yang sangat penting baginya.

Abah menatap pemuda di sampingnya itu, Ia tersenyum karena sudah mengetahui apa maksud dari pemuda itu menemuinya.

" Nggak usah malu Nak, pasti mau nanya soal Luna anak cantiknya Abah kan. "

Abimayu langsung mengangguk cepat berulang kali dengan wajah merona, Ia malu karena Ayah dari gadis yang sudah mencuri seluruh hatinya itu mengetahui maksud kedatangannya tanpa harus Ia utarakan.

" Mau nanya apa Nak. " Tanya Abah lagi.

Abimayu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menghilangkan rasa gugupnya sebelum memulai perkataannya.

" Anu Bah, apa benar Luna pergi ke kota. Maaf, tadi dengar dari Mama soalnya. "

Abah mengangguk pelan membenarkan

" Iya Nak Abi. "Jawab nya.

" Maaf Bah bukannya Abi bermaksud lancang, tapi untuk apa Luna di ijinkan ke Jakarta. Jakarta itu kota besar dan Luna tidak punya siapa siapa disana yang melindunginya, belum lagi Luna selama ini kan belum pernah keluar dari desa ini. Abi hanya takut Luna kenapa kenapa. "

Abah menatap pemuda tampan di sampingnya yang dari wajahnya nampak sangat jelas menunjukkan kekhawatirannya.

" Abah yakin Nak, InsyaAllah Nak Luna baik baik saja. Dia pasti bisa menjaga diri dimana pun Dia berada. "

Abi tidak bisa berbuat apa apa, toh diantara mereka juga belum ada status yang jelas. Yang di sesali Pria tampan itu hanyalah karena dirinya belum mengungkapkan isi hatinya pada belahan jiwanya itu.

Karena tahun ini Luna baru akan menginjak delapan belas tahun jadi rencananya Ia baru mengungkapkan perasaannya pada gadis itu pada saat ulang tahunnya, namun sayang Luna keburu pergi bahkan tanpa pamit padanya.

Disaat keduanya diam, tiba-tiba ponsel Abi yang berada didalam saku baju kokonya berdering. Dengan segera Abah merogohnya, senyum langsung terpancar di wajahnya ketika melihat nama siapa yang berada di layar ponselnya.

" Ah Putrinya Ayah. "Gumam Abah langsung menggeser ke tombol hijau.

" Waalaikum salam sayangnya Ayah, bagaimana kabarnya disana Nak, apa sudah sampai dan apa sudah ketemu sama mereka. " Abah langsung bertanya panjang seperti rel kereta api.

Ia tersenyum ketika mendengar suara di seberang telepon.

" Tentu saja Nak, kan Ayah khawatir. Tapi kenapa Nak tidak Video Call saja Nak, Ayah ingin melihat wajah kamu Nak. Hm... bukan hanya Ayah sih, tapi ada si....

Hati Abi bertalu-talu, jantungnya rasanya ingin melompat dari tempatnya hanya dengan mendengar suara wanita yang sudah mendiami hatinya itu.

" Ada Nak Abi sayang, apa kamu mau bicara dengannya Nak atau Ayah balik Video call saja Nak biar bisa lihat wajah cantik anaknya Ayah. "

Tiba-tiba raut wajah Pria itu berubah namun hanya sebentar saja lalu kemudian tersenyum kembali.

" Ya sudah nggak apa apa sayang, yang penting kamu sudah sampai dengan selamat. Ingat pesan Ayah ya, jangan lupa makan dan jangan tinggalkan kewajiban ya. "

Bertemu sahabat baru

Luna menggela nafas lega, meskipun merasa bersalah karena berbohong namun Ia merasa lega karena sang Ayah mempercayai ucapannya.

" Maafkan Luna Ayah, Luna hanya tidak mau Ayah khawatir. "Gumamnya seorang diri.

Ia kembali melangkah, tujuannya saat ini adalah mencari rumah kontrakan, tidak mungkin juga kalau Ia tidur di jalanan.

" Mau kemana cantik. "

Luna terkejut melihat seorang gadis yang nampak ketakutan karena di ganggu beberapa Pria.

" Pergi kalian, jangan sentuh aku. " Teriak gadis itu namun tiga orang Pria yang sudah mengelilinginya itu tidak mempedulikan teriakannya.

Mata liat mereka menatap tubuh indah gadis di hadapan mereka itu bahkan ada yang sudah ngeces alias meneteskan liurnya membayangkan akan menggagahi tubuh gadis yang mereka yakini masih perawan.

" Tidak perlu jual mahal begitu, tenang saja kita akan membuatmu nyaman dan akan terbang ke angkasa dengan onderdil yang kami punya, Oohhh...... ! " Desah salah satu tepat di telinga gadis cantik itu.

Gadis cantik itu gemeteran, tidak menyangka akan mendapatkan hal semenakutkan seperti saat ini. Ia terus berteriak berharap ada orang lain yang melihat dan menolongnya.

" Seseorang tolong....! " Teriak gadis itu sebelum tubuhnya di angkat oleh salah seorang Pria itu.

" Mas.... tolong Ara. " Jeritnya ketakutan.

Luna mengutak atik ponselnya, sejak tadi Ia berpikir bagaimana menyelamatkan gadis cantik itu. Akhirnya Ia tersenyum dan menekan sebuah vidio yang Ia temukan pada salah satu aplikasi yang ada di ponselnya.

" Hei Di.... dengar itu. "

Ketiganya diam mendengarkan dan tiba-tiba mereka berseru secara bersamaan.

" Po... Polisi. " Seru ketiganya bersamaan.

Dengan langkah seribu mereka lari terbirit-birit bahkan dengan kasar tubuh gadis itu di turunkan, Luna keluar dari tempat persembunyiannya setelah merasa dirinya dan juga gadis itu aman.

" Ka, kamu. Itu..... jadi kamu yang membunyikan itu, kamu yang sudah menolongku dari preman preman itu. "

Luna hanya mengangguk kecil karena terpana menatap wajah cantik gadis di hadapannya itu. Sungguh ukiran yang sempurna, seperti itulah batin Luna.

Tubuh Luna semakin mematung karena tanpa aba aba atau pemberitahuan lebih dulu, gadis cantik itu memeluknya erat.

" Makasih, makasih sudah menolong ku. " Suaranya nyaris hampir tak terdengar karena merasa bahagia dan terharu. Semua menjadi satu.

" Sama sama. " Jawab Luna setelah pelukan gadis itu terlepas.

" Naura, panggil saja Ara. " Ara mengulurkan tangannya memperkenalkan namanya.

" Luna. " Luna akhirnya menerima uluran tangan

gadis cantik di depannya.

Gadis berlesung pipi yang sangat indah itu nampak begitu ceria, bahkan terbilang cerewet dalam versi Luna karena Dia bukanlah gadis yang banyak bicara.

" Ikut aku yuk, aku ingin kenalkan kamu sama Bundaku. Dia sangat baik, pasti Bunda akan senang bertemu dengan mu, apalagi kalau Bunda tau kamu yang sudah menolong ku tadi. "

Luna tersenyum, Ia mencari alasan untuk menolak ajakan gadis yang baru Ia kenal itu.

" Terima kasih Ra, sepertinya lain waktu saja. Aku harus pulang, takut orang tuaku khawatir karena aku tidak pulang pulang juga. Maaf ya.. ! "

Sebenarnya Ia tak enak hati namun tujuannya saat ini adalah mencari rumah kontrakan sebelum siang berganti dengan malam.

" Yaa, padahal aku ingin sekali memperkenalkan sahabat baruku pada Bunda. Tapi nggak apa apa, kamu benar juga. Orang tuamu pasti khawatir mencari anak gadisnya yang cantik begini. "

Luna tersenyum mendengar pujian Ara, belum lagi gadis itu menganggapnya sahabat.

" Iya Ra, sekali lagi maaf ya. " Ucap Luna dan Ara pun mengangguk.

" Tidak apa apa. Ya sudah, Aku pulang dulu ya, sekali lagi terima kasih. "

Luna, menatap kepergian Ara dengan senyum mengembang di wajahnya, Ia merasa lucu melihat keceriaan gadis itu.

" Astaghfirullah, OMG.....! " Pekik Ara di dalam taxi yang Ia tumpangi.

Supir taxi pun terkejut dan sontak menginjak rem, mobil pun berhenti mendadak.

" Aduh, sakit. " Ringis Ara mengelus dahinya yang terbentur.

" Aduh Pak, kenapa ngerem mendadak. Sakit nih tau. " Protes Ara.

Supir menatap gadis cantik yang duduk di jok belakang.

" Maaf Non, tadi itu Bapak reflek karena kaget Non berteriak OMG. Non tidak apa apa, kita ke rumah sakit ya. "

Supir juga panik, karena Ia tau dari penampilan gadis itu bukan orang sembarangan.

" Oh hihihi nggak apa apa Pak, saya tidak apa apa. Maaf, bisakah kita lanjut sekarang. Ara sudah terlambat pulangnya, Bunda pasti khawatir nunggu di rumah. "

Supir memperhatikan wajah Ara memastikan kalau gadis itu benar-benar baik baik saja.

" Ayo Pak, Ara baik baik saja kok. Kita pulang sekarang. "

Akhirnya supir melanjutkan perjalanan sedangkan Ara masih saja komat kamit.

" Duh kok aku bodoh banget ya, kenapa tadi nggak minta nomor HP nya. Terus setelah ini bagaimana caranya mencarinya, Ara hanya tau namanya doang. " Gumam Ara.

Supir melirik ekspresi wajah Ara di kaca spion

" Apa ada masalah Non, atau ada yang ketinggalan. "Tanya supir dan Ara menggeleng pelan.

Mobil memasuki kawasan perumahan elit hingga berhenti di sebuah rumah mewah bagaikan istana.

" Non sudah sampai. "Ucap Supir karena melihat penumpangnya sepertinya sedang melamun.

" Oh, Ah iya Pak, makasih. "

Ara turun setelah menyerahkan satu lembar uang seratus ribuan.

" Ambil saja kembaliannya Pak. "

Ara langsung berlari kedalam rumah dan memanggil wanita yang bisa Ia jadikan tempat bersandar ternyaman.

" Assalamu'alaikum Bun, Ara pulang. " Panggilnya dengan suara ciri khasnya.

Seorang wanita cantik keluar dan langsung merentangkan tangannya menyambut pelukan Ara.

" Waalaikum salam sayang. "

Wanita itu tersenyum, Ia tau pasti alasan gadis cantiknya itu pulang kerumahnya. Pasti suasana hatinya sedang tidak baik.

" Duduk sayang, sudah makan belum. " Tanyanya lembut

Ara mengangguk karena memang dirinya sudah makan tidak jauh dari tempat Ia di ganggu para preman beberapa waktu lalu.

" Ada apa, kenapa wajahnya murung gitu. "

" Bun, apa menikah seribet itu ya. Maksud Ara, akan selalu ribut seperti Mama dan Papa, selalu saja ada yang di ributkan setiap hari. Kalau begitu, Ara nggak mau nikah. Ara ingin sendiri saja selamanya. "

Wanita yang di panggil Bunda terkejut mendengar ucapan Putrinya itu, sejak tadi Ia diam mendengarkan keluh kesah Putrinya seperti biasa. Ia tidak akan bersuara apapun sampai Ara selesai bercerita.

" Hustt, nggak boleh begitu sayang. Hm... dengar Bunda. Begini, setiap orang yang sudah dewasa nantinya akan menikah setelah menemukan jodoh yang cocok untuknya. Sekarang katakan pada Bunda, memangnya apa yang membuat Papa sama Mama ribut lagi hm. "

Dengan sangat hati hati wanita itu menjelaskan maksudnya agar tidak membuat mood gadis cantiknya itu semakin buruk.

" Biasalah Bun. " Jawab Ara dengan wajah cemberut.

" Soal Mas mu lagi. " Ara mengangguk

" Sudahlah nggak apa apa, nanti juga baik seperti biasa. " Bujuknya seperti biasa sembari membelai rambut gadisnya yang rebahan di kursi dan menjadikan pahanya sebagai bantalan.

Mas Alwi si penyayang tapi usil

Ara selalu tenang setiap kali berada di kediaman Bundanya alias Renata di bandingkan di rumahnya sendiri, Rena juga begitu menyayanginya dan memanjakannya seperti anak kandungnya sendiri.

" Eh Bun, tau nggak tadi Ara dapat dua kejadian sekaligus. "

" Hm..... kejadian sayang, kejadian apa Nak. " Tanya Rena pelan

" Tapi ada yang buruk dan ada juga yang super duper wow. Bunda mau denger yang mana dulu. "

Dalam hati Rena terkejut karena mendengar kata buruk, Ia takut Putrinya kenapa kenapa. Namun Ia tetap mencoba untuk tenang.

" Coba ceritakan pada Bunda hm... Bunda mau dengar yang buruk saja dulu deh. "

Ara menghela nafas berat sebelum mulai bercerita mengenai pengalaman pahitnya beberapa waktu lalu.

" Tadi kan Ara lari dari rumah, terus karena lapar Ara mampir ke warung baksonya Mang Dulah. Eh pas mau jaga taxi tiba-tiba ada beberapa orang preman yang datang dan mengganggu Ara. "

Mendengar cerita Ara membuat Rena langsung gelisah, Ia ingin memastikan kalau tidak ada hal buruk terjadi pada Putrinya itu.

" Tapi sayang, kamu tidak apa apa kan Nak. " Tanya Rena, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

Ara mengangkat tangannya dan membentuk jarinya seperti huruf O.

" Ara tidak apa apa Bun, justru dari situlah Ara ketemu kabar baiknya Bun. "

Kening Rena berkerut, Ia masih serius mendengar kisah Putrinya sembari mengusap lembut kepala gadis itu.

" Oh gitu, terus kabar baiknya apa sayang. "

" Bun, tadi itu Ara bertemu seorang gadis yang cuan.....tik banget dan juga baik. Dia juga yang sudah nolongin Ara dari para Preman Preman itu. " Ara mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Ia begitu bahagia namun tiba-tiba wajahnya berubah murung ketika Rena menanyakan mengapa tidak mengajak gadis itu kerumahnya.

" Nah itu dia Bun, Dia nggak mau Ara ajak kemari. Tadi sih katanya Dia ingin cepat cepat pulang karena takut orang tuanya mencarinya. "

Rena manggut-manggut mendengar cerita Ara, sepertinya gadis itu telah membawa kebahagiaan tersendiri untuk Putrinya itu.

" Tapi Bun, kok.. ... " Ara nampak berusaha mengingat ingat sampai keningnya berkerut.

" Hm... tapi apa sayang. " Tanya Rena lagi.

Ara segera bangkit dan duduk menghadap Renata.

" Kok aneh ya Bun, wajahnya..... wajahnya seperti, seperti.......

Ara memutar bola matanya kesana kemari, Ia ingin mencari persamaan wajah sahabat barunya itu karena memang wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang selalu Ia lihat.

" Seperti, ah iya.... seperti Bunda. " Pekiknya setelah melihat wajah Bundanya.

" Ya, persis seperti Bunda selagi muda. Cantik sekali Bun. "

Dalam hati Rena sebenarnya penasaran namun Ia tidak ingin menunjukkannya pada Putrinya itu.

" Assalamu'alaikum..... ! "

Sedang asyik mengobrol tiba-tiba terdengar dari luar seseorang mengucap salam, dan Rena melihat dari jauh siapa yang datang. Rena menempelkan satu jari tangannya di bibirnya, Ia tahu saudara dari suaminya itu pasti mencari Putrinya.

" Mama. "

Nayla tersenyum lembut, Ia lega karena putrinya ternyata memang berada di rumah saudaranya sendiri.

" Duduk dulu Nay, Mbak akan ambilkan minum serta cemilan sebentar. Sayang, Bunda tinggal kedalam ya

. "

Ara mengangguk begitu juga dengan Nayla, sebenarnya Ia tidak ingin apapun namun Ia biarkan saja Rena kedalam karena ingin berbicara dengan Putrinya.

" Sayang, kamu sudah lama disini. Kok nggak kabarin Mama sih kalau mau kemari, Mama kan sangat khawatir padamu Nak. "

Ara diam saja, Ia masih kecewa pada Ibunya yang tidak peka padanya. Padahal hari ini adalah hari bahagianya tapi Ibu dan Ayahnya hanya membahas pernikahan saudara laki lakinya itu.

" Kenapa sayang, ada apa dengan cantiknya Mama hm... " Nayla memeluk dan mengelus kepala dan pundak Ara dengan sayang. "

" Nggak apa apa Ma, Ara hanya ingin bertemu Bunda doang. " Jawab Ara dengan wajah cemberut.

" Benarkah Nak, bertemu atau lari karena menganggap kalau Mama, Papa dan juga Mas mu melupakan hari bahagia mu hm. "

Dari luar terdengar lagu ucapan selamat ulang tahun, nampak sebuh kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya. Ara langsung menyunggingkan senyum, apalagi melihat siapa yang membawakan kue ulang tahun tersebut.

" Mas... Mas Alwi, Ara kangen.....! " Pekik Ara sambil menghambur kedalam pelukan saudara laki lakinya itu.

Nayla segera mengambil kue ulang tahun dari tangan Alwi karena takut kue itu jatuh.

" Mas, Ara kangen. Mas kok jarang pulang ke rumah sih. " Rengeknya manja.

Alwi tersenyum melihat tingkah Adik perempuannya itu yang masih saja seperti anak anak berumur sepuluh tahun, padahal hari ini usianya genap delapan belas tahun.

" Hm... Nggak usah cemberut begitu, nanti cantiknya hilang. Kan kamu bisa datang ke apartemennya Mas tiap hari sayang. " Alwi menoel hidung mancung Adiknya.

" Hm..... mana hadiah Ara Mas. " Ara mengulurkan tangannya meminta hadiah dari Mas nya itu.

Alwi tertawa kecil dan menggeleng pelan melingkat tingkah menggemaskan adiknya, begitu juga dengan Nayla yang merasa lucu melihat perilaku kedua buah hatinya itu.

" Hadiah, Mas mana punya hadiah sayang. Apa Mas juga harus memberikan hadiah untuk adik Mas yang cantik ini. Mas pikir kedatangan Mas sudah merupakan hadiah terbesar untuk mu. "

Ara memilih kembali duduk di sofa, Ia kecewa pada saudara laki-lakinya itu. Meskipun benar kedatangan Mas Alwi adalah sesuatu yang sangat Ia harapkan di hari ulang tahunnya.

" Masa iya punya satu saudara nggak bisa ngasih apa apa gitu di hari bahagia adiknya, Mas kan punya banyak uang. Apa sesayang itu Mas sama uang Mas sampai nggak bisa belikan apa apa untuk Ara. " Ara mengeluarkan kekecewaannya dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Nayla yang melihat Putrinya kecewa langsung menghadiahi Putranya dengan tatapan tajam. Ia masih tidak habis pikir dengan jalan pikir Putranya itu, bisa bisanya Ia menggoda adiknya sampai separah itu.

Alwi adalah sosok penyayang untuk adiknya tapi juga usilnya jangan di lupakan.

" Ais aish..... gitu saja ngambek. Sebentar Mas ambil dulu. "

Alwi mengambil sebuah kotak kecil dan menyerahkannya pada adiknya yang moodnya sudah mulai buruk itu.

" Ambillah, atau kalau nggak Mas ambil lagi nih. " Goda Alwi.

Ara langsung menyambar kotak kecil dari tangan Alwi.

" Ish ngasih barang sekecil ini saja nggak ikhlas, ngasih tuh yang gedean dikit dan juga harus ikhlas. " Ara masih saja cemberut apalagi mendapatkan hadiah sekecil itu.

Rena datang bersama beberapa pelayan membawakan minuman serta cemilan, Ia tersenyum melihat Putrinya cemberut.

" Di minum dulu Nay, Nak Alwi. Eh eh.... cantiknya Bunda kenapa lagi nih coba. Mas Alwi, adiknya di apain lagi sih. Cup cup, sini sama Bunda. " Rena menarik tubuh Ara membawanya kedalam dekapannya.

Ekor mata Rena melihat kotak kecil di tangan Ara, hal itu sudah cukup membuatnya faham.

" Sayang, coba di buka dulu hadiahnya Nak. Jangan pandang penampilannya, mungkin saja isinya seperti yang Ara harapkan, gimana. Apa mau Bunda yang buka. " Bujuk Rena pelan.

Nayla merasa bahagia, Ia beruntung karena Andre menikahi Rena yang begitu penyayang bahkan menyanyangi kedua buah hatinya.

Kotak berukuran kecil di buka oleh Ara secara perlahan, setelah terbuka ternyata ada kotak lagi. Hati Ara mulai semakin kesel, namun Rena memberinya perhatian.

Tiba-tiba wajahnya langsung sumringah ketika kotak kedua terbuka, senyumnya mengembang begitu lebar sehingga kedua pipinya menampakkan lesung pipi yang sangat indah di pandang.

" Mas, makasih. " Ara kembali menghambur memeluk tubuh kekar Alwi.

" Makasih Mas, Mas yang terbaik deh. "

" Hm di puji pas dapat hadiah, tadi belum dapat apa apa ngambek. " Alwi masih saja menggoda adiknya.

Ara hanya tertawa kecil menanggapi perkataan Mas nya.

" Tapi apa ini Mas, kok ada kunci. " Tanya Ara memperhatikan isi kotak kecil di tangannya.

" Keluarlah sayang, hadiahnya ada di luar. " Bisik Alwi sedikit membungkuk agar bisa sejajar dengan telinga adiknya.

Mata Ara kembali berbinar, Ia berlari kecil keluar di susul yang lainnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!