NovelToon NovelToon

After Wedding

Prolog

Seorang gadis nampak terburu-buru menyusuri lorong apartemen, perasaannya hari ini sudah kacau balau, tentunya di saat seperti ini yang dia cari adalah Edwin pacarnya.

Menjalin hubungan selama 3 tahun lamanya membuat Zoya selalu merasa kalau yang dia miliki sekarang hanya Edwin, hanya pria itu yang bisa dia jadikan sandaran.

Seperti biasa dia menekan pin pada smart lock door kamar itu, namun langkahnya terhenti tatkala melihat baju dan dalaman yang berserakan di mana-mana. Ruangan ini nampak berantakan. Jujur perasaannya mulai tidak enak sekarang.

Ahhh, Ed! Fasteshh ...

Arghhhtt lo enak banget akhh ...

Ouhhh empphh Ed, i like it.

Soo tight, Baby ...

Dari dalam kamar sana Zoya mendengar bunyi lenguhan yang sangat keras, dia mulai mengetahui ke arah mana ini akan berakhir, akhirnya dengan keberanian dia memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Edwin dan yang dia dapati adalah.

"Ed?" Gumam Zoya dengan nada gemetar.

Merasa terpanggil keduanya sama-sama terperanjat mendapati Zoya ada di sana. Tanpa ada sepatah kata lagi Zoya keluar dari kamar itu, dia tidak akan bisa berlama-lama di sini.

"Zoyy!! ZOYA!!" Teriak Edwin dari belakang sana, namun Zoya tak menggubris, dia sesak sekali rasanya.

"Zoy tunggu! Aku bisa jelasin!" Edwin dengan gerakan cepat menarik tangan Zoya.

Dia hanya mengenakan boxernya saat ini dan berada di lorong Apartemen. "Aku mohon dengerin dulu penjelasan aku."

Plakk ...

Satu tamparan Zoya layangkan pada pria yang saat ini berstatus sebagai pria yang amat dia cintai.

"Kita putus!" Zoya akhirnya membuat keputusan. Namun pria itu menolak, mana bisa dia hidup tanpa Zoya dalam hidupnya.

"Engga, aku gak mau! Kita bicarain ini baik-baik, Sayang aku gak mau putus." Edwin kini malah memeluk tubuh Zoya dengan erat.

Zoya tidak bisa, dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Edwin. Dadanya semakin sesak sekarang. Pria yang dia anggap sebagai dunianya, kini malah dengan sengaja menghancurkan dunianya lagi setelah ayahnya.

"Gak mau putus katamu? Lalu ini apa sih, Ed? Kamu ini anggap aku apa?! Kamu having fun sama orang lain dan itu menjijikkan banget buat aku, Ed! Aku jijik sama kamu!"

"AKU MINTA MAAF, ZOY? APA MAAF GAK CUKUP BUAT KAMU?! Bentak Edwin seraya mencengkeram kedua bahu Zoya.

"Maaf? MAAF BUAT APA?! Kamu tau aku trauma sama ayahku sendiri yang selingkuh kesana kemari, aku benci karena aku pernah dikhianati sama cowok dan kamu datang, bantu aku buat bangkit tapi akhirnya kamu juga lakuin hal yang sama ke aku?! Kamu bercanda, Ed?" Zoya menatap Edwin dengan sendu, sungguh ini membuatnya hancur sekarang.

Tubuhnya gemetar, keringat dingin juga menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasanya seperti tidak menapak di bumi. "Aku gak akan bisa mentoleransi soal ini karena aku benci pengkhianat, aku benci!"

Zoya menatap wanita yang kini menghampiri mereka dengan angkuh, kemudian dia kembali menatap Edwin. "Kurang ya aku buat kamu?"

"Salah kamu sendiri gak mau kasih jatah buat pacar kamu, sok suci," ucap gadis itu.

Zoya mendengar itu semakin emosi, jadi semuanya diukur dari ini? "Kamu adalah orang yang paling menjijikkan di dunia, termasuk kamu!" Tunjuk Zoya tepat di hadapan wajah wanita itu.

Zoya menggeram, namun saat dia akan menghampiri perempuan itu, seseorang menarik tubuhnya ke belakang.

Kini giliran wanita itu yang terkejut. "Elzard? K-kamu."

"Saya sudah tau semuanya, Gab dan sekarang pertunangan kita batal."

"What?! Kamu gak bisa begitu, El! Mama kamu sudah setuju dan kamu gak bisa batalin gitu aja!" Teriak Gaby seraya menggenggam lengan Elzard dengan kuat.

"Persetan, dasar wanita murahan!"

Tanpa sepatah kata pun lagi Elzard menarik tangan Zoya dan membawa gadis itu ikut bersamanya. Zoya yang saat itu sudah kacau tidak bisa berbuat banyak, dia memang hanya ingin melarikan diri dari Edwin, sungguh dia sangat membenci lelaki itu sekarang.

.

.

.

Duduk sembari menatap gedung-gedung pencakar langit malam hari, membuat Zoya semakin terbawa suasana dan menangis sejadi-jadinya.

Kurang sial apa dia hari ini, sudah dipecat dari pekerjaannya, di maki oleh ayahnya dan sekarang menemukan Edwin sedang bergumul dengan wanita lain di kamarnya. Dia merasa menjadi orang paling sial di muka bumi ini.

"Sudah puas menangis?" Tanya Elzard menatap gadis yang ada di sebelahnya.

Zoya menggeleng, tidak tau bagaimana dia harus menjelaskan perasaannya saat ini. Semuanya selalu saja terjadi secara bersamaan dan membuatnya menjadi chaos sendiri.

"I'm not okey but it's oke," lirihnya.

"Kita dalam posisi yang sama, jadi jangan mengatakan semuanya baik-baik saja. Apalagi kamu perempuan, ini pasti tidak mudah," ucap El.

"Jadi saya harus gimana?! Semuanya kacau, saya gak tau harus gimana, saya benci semua orang di dunia!"

"Kita baru mengenal dan kamu membenci saya juga? Saya juga makhluk bumi," balasnya.

Zoya menatap pria itu seraya menghela napasnya, kenapa dia malah memancing emosi ya? "Tolong banget ini saya lagi galau brutal kenapa kamu malah bikin saya emosi?!"

"Kamu pikir saya tidak galau?" Tanya pria itu seraya memajukan wajahnya tepat ke hadapan Zoya.

"Yaudah sih!" Zoya menghapus air matanya, namun sialnya malah turun lagi.

"Saya tidak pernah percaya cinta, sampai kedua orang tua saya menjodohkan saya dengan Gaby, niatnya saya ingin membuka hati tapi diselingkuhi lebih dulu.

"Gak nanya!"

"Saya memberikan informasi, saya butuh teman bicara dan ada kamu di sini. Jadi ya dengarkan saja."

"Yaudah!"

"Saya membuntuti mereka sejak lama dan sekarang klimaksnya, saya menemukan kamu yang terbakar emosi di sana, jadi saya juga ikut dan memberanikan diri untuk terlepas dari Gaby."

"Cuma orang bodoh yang tau semuanya tapi diam saja."

"Bukan bodoh, lebih tidak mau ribet dan tidak ingin ribut."

Zoya menghela napasnya, kenapa suasananya menjadi tidak jelas seperti ini? Dia terpuruk dan harus terjebak dengan pria seperti Elzard, rasanya dia jadi tidak khusuk untuk menangis.

"Daripada menangis, saya mempunyai tawaran menarik," ucap Elzard.

Zoya kembali menatap ke arah pria yang ada di sampingnya. Bertanya-tanya, penawaran apa yang ditawarkan oleh Elzard. "Apa?"

"Menikah dengan saya, Zoya."

Zoya membulatkan matanya, pria ini sudah gila, kah? Mereka baru mendapati pasangan mereka selingkuh dan dia mengajak Zoya yang baru dikenalnya untuk menikah? Sungguh gila.

"Jangan ngaco! Jangan aneh-aneh, kita baru kenal dan kita gak pernah kenal."

"Kenapa tidak mungkin? Kita menikah, setelah itu kita buktikan kepada mereka kalau kita bisa bahagia," ucapnya sungguh seraya menatap lekat pada manik mata Zoya.

Sekilas Zoya menahan napasnya, ini kondisi seperti apa sih. Dia baru patah hati tapi seseorang melamarnya. Gila!

"Saya mengajak kamu menikah dengan sungguh, bukan untuk bermain-main atau hanya balas dendam. Saya hanya lelah dengan wanita, kamu tersakiti, saya juga tersakiti, siapa tau kita akan menjadi orang yang saling menghargai nantinya?"

"Kamu gila?! Aku gak percaya cowok lagi," ucap Zoya pelan.

"Memang, mau saya buat bahagia sampai kamu juga mau gila karena rasa dengan bahagia? Saya akan buktikan kalau saya 1 dari sejuta."

Wajah itu nampak kalem tapi dalam, tatapannya dalam, membuat Zoya secara tidak langsung masuk ke dunianya.

"I'm so serious."

Entah apa yang membuat Zoya mengangguk dan itu menciptakan senyuman di wajah Elzard. Tapi yang perlu kalian ketahui adalah, Zoya saat ini benar-benar linglung.

Dunia Yang Tidak Berpihak

Kini Zoya tengah berada di perjalanan pulang, tentu Elzard yang mengantarkannya pulang. Zoya nampak berpikir keras dengan keputusan yang dia ambil. Kenapa? Satu kata yang ada dalam benaknya, ini keputusan yang besar. Dia mengiyakan ajakan Elzard untuk menikah, itu berarti dia menyerahkan dirinya untuk dimiliki seorang pria yang di mana sudah tidak dia percayai lagi kebenarannya.

"Kamu masih memikirkan kenapa semua ini terjadi?" Tanya Elzard.

"Saya bingung kenapa saya mengiyakan ajakan kamu," ucap Zoya jujur.

"Karena kita sudah ditakdirkan, pertemuan seperti ini tidak mungkin tak berdasar, Tuhan punya caranya sendiri untuk menyatukan seseorang."

Zoya terkekeh lebih tepatnya dia heran, kenapa ada orang se-percaya diri membicarakan soal takdir dan masa depan yang belum dia ketahui pasti. Apa dia juga nantinya akan seperti pria di luaran sama juga dia tidak tau. Zoya benar-benar pusing memikirkan ini sejak tadi.

Tapi aneh, ada yang aneh. Kenapa dia nampak tidak asing dengan Elzard, kenapa dia merasa dekat sekali dengan pria itu padahal mereka baru saling mengenal. Kenapa Zoya bisa dengan mudah menerimanya masuk ke dalam kehidupannya?

"Di depan, kamu berhenti di sana aja," ucap Zoya seraya menunjuk sebuah gerbang berwarna hitam.

Elzard menganggukkan kepalanya lalu memberhentikan mobil di tempat yang Zoya maksud. "Jadi ini rumah kamu? Ayok, biar sekalian saya izin dengan orang tua kamu."

"I-izin? Izin apa?" Tanya Zoya tak mengerti.

"Izin menikahi kamu."

"Harus sekarang? Serius ini aja aku lagi menyadarkan diri sendiri tentang kenapa saya bisa iyain ajakan kamu. Jadi kasih saya waktu untuk itu."

Setelah mengucapkan itu Zoya keluar dari mobil Elzard dan memasuki gerbang rumahnya, perasaanya sudah kacau hari ini, ditambah dengan Elzard yang terlalu sat-set, itu membuat Zoya pusing kepala.

Dia lupa, belum mengucapkan terima kasih atas tumpangannya. Tapi ya sudahlah, malas juga kalau haru berbalik. Namun perlahan langkahnya melambat.

Ayah dan Ibu tirinya keluar dengan membawa koper miliknya. "Pa? Kenapa?"

Plak ...

Satu tamparan berhasil di layangkan pada pipi Zoya, membuat Zoya menatap sang Ayah dengan tajam. Maksudnya apa, dia baru pulang dan ayahnya sudah menamparnya tanpa aba-aba.

"Apasih, Pa? Kenapa Papa nampar aku kaya gini?! Jelasin, kalau aku salah itu bilang, jangan kaya gini!"

"Ada apa kamu bilang? Dasar anak tidak tau diuntung! Bikin malu keluarga saja kerjaannya, kamu jual berapa harga diri kamu?!" Bentak Yuda.

"Jual diri apa sih, Pa?!"

"Halah jangan berlagak sok polos, ini apa hah? Ini apa?! Hamil di luar nikah, dasar anak pembawa sial!" Dena melemparkan sebuah testpack ke arah Zoya.

Zoya dengan gemetar melihat benda itu, sumpah demi apapun kalau itu bukan miliknya. Dia tidak tau apa-apa soal ini. "Ini bukan punya aku, kenapa selalu aku yang dituduh di rumah ini. Di sini juga ada Tante, Ada Nadila! Kenapa–"

"Diam!! Jelas-jelas kalau benda ini ada di kamar kamu! Masih mau mengelak, kapan sih kamu bisa membanggakan Papa kamu, sudah dipecat, pacar begajulan dan sekarang hamil. Mau sebanyak apa kesialan yang kamu bawa ke rumah ini?!" Tanya Dena.

Zoya mengepalkan tangannya dia berusaha mati-matian agar tidak menangis. Dia benar-benar kalut sebenarnya sekarang, tatapannya tertuju pada adik tirinya yang tersenyum miring di belakang sana, sudah dia duga kalau ini perbuatan Nadila!

"Cukup ya, Tante. Tante bukan siapa-siapa dan Tante gak berhak nilai aku kaya gitu. Tante sadar gak kalau Tante cuma pelakor. Tante cuma orang gak punya hati, murahan dan–"

Plakk ..

"Anak kurang ajar, berani bicara begitu pada istri Papa?! Pergi kamu dari sini, pergi!!"

"YANG ANAK PAPA ITU AKU DAN PAPA BELAIN WANITA MURAHAN INI?!"

"DIAM, ZOYA!" Yuda mencengkram lengan putrinya, Zoya selalu saja membuatnya naik darah, andai saja mantan istrinya membawa dia pergi juga, pasti dia tidak akan repot mengurusi anaknya ini.

"Pergi dari rumah saya dan jangan panggil saya Papa lagi!" Yuda mendorong tubuh Zoya, namun saat dia akan terjatuh seseorang menopang tubuh Zoya dari belakang.

"Cukup, Om! Berhenti bertindak kasar pada calon istri saya!" Suara barithon itu menginstruksi Yuda dan menatapnya dengan gemetar.

"Pak Elzard, ada apa anda di sini?" Tanya Yuda.

Elzard menarik Zoya ke belakang dan berhadapan dengan Yuda. Tentu Yuda mengenalnya, memang siapa yang tak kenal dengan Elzard, pengusaha sukses yang sedang melejit namanya. Belum lagi dengan masa lalu beberapa tahun lalu.

"Jangan bersikap kasar lagi dengan calon istri saya atau perusahaan anda yang akan jadi korbannya."

"M-maksud anda apa, Pak?" Tanya Dena.

"Tidak peduli anda masih menganggap Zoya anak atau bukan. Setelah ini dia akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, sialnya anda ayah kandungnya, say hanya akan mengatakan kalau Zoya akan menikah dengan saya. Tolong restui dia, meskipun saya tidak butuh juga, karena anda tidak pantas di sebut sebagai ayah!"

Setelah mengatakan itu, tanpa basa-basi lagi Elzard menyeret koper milik Zoya dan menggenggam tangan gadis yang masih mematung di tempatnya. Semua ini terlalu abu-abu untuk Zoya pahami.

Tatapannya kosong, membuat Elzard menghela napasnya. Gadis itu terlalu banyak mengalami syok hari ini. Wajar juga kalau dia down sekarang. "Ikut saya dan saya akan memberikan kehidupan yang baik untuk kamu."

Zoya tidak menjawab, tapi dia mengikuti Elzard dan kembali memasuki mobilnya. Untung saja tadi dia tidak langsung pulang, kalau tidak bisa jadi dia meninggalkan Zoya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Saya gak punya tempat tujuan," ucap Zoya saat Elzard sudah melakukan mobilnya.

"Kamu ikut ke rumah saya," bala Elzard.

"Tapi saya gak bisa ikut kamu."

"Diam dan percaya saya, saya tidak akan berbuat aneh-aneh. Saya tau kamu bingung harus pergi kemana. Semalam ini memang kamu mau kemana?"

Zoya terdiam, dia memang tidak tau mau kemana. Dia sendiri juga bingung dengan keadaannya sekarang. Kenapa seolah tidak ada keadilan dalam hidupnya. Kenapa rasanya dia harus selalu di posisi seperti ini.

"Testpack itu bukan punya saya ... "

"Saya percaya kamu."

"Tapi mereka gak percaya sama saya." Akhirnya pertahanannya runtuh, Zoya menenggelamkan wajah di kedua telapak tangannya. Dia tidak bisa menahan bendungan air matanya lagi.

Ini terlalu berat, rasanya dia ingin menyerah saja dalam hidupnya. Dia tidak mau ada di sini lagi, dia sudah tidak punya siapa-siapa. "Saya gak kuat."

"Tidak apa-apa terlihat lemah saat ini, menangis saja. Saya juga tidak akan melarang kamu menangis. Menangis lah sampai kamu puas dan lega."

Semua Untuk Zoya

Mobil Elzard berhenti di sebuah mansion besar milik keluarga Pratama. Zoya sangat ragu untuk memasuki mansion itu, ada ketakutan tersendiri yang Zoya rasakan saat menginjakkan kaki di sini.

Mansion ini sangat besar, sedangkan dia saja baru di usir dari rumah, menjadi gelandangan dan tidak memiliki siapa-siapa lagi sekarang, menyedihkan sekali bukan? Seperti memang kehidupannya bersama Elzard berbanding terbalik.

Elzard tau tentang arti tatapan Zoya, tapi dia pasti akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat Zoya nyaman di sini. "Jangan takut, jangan lepaskan genggaman saya dan percaya apapun yang terjadi saya akan selalu bersama kamu."

Zoya tertegun, tidak tau juga harus membalas apa. Semuanya nampak tiba-tiba dan sulit dicerna oleh pikirannya saat ini. Pintu utama terbuka, semua pelayan membungkuk saat Elzard masuk ke dalam mansion ini. Benar-benar kehidupan sebagai tuan muda sekali memang.

Tak selang beberapa lama seseorang dengan senang menyambut putranya yang sudah dia tunggu sejak tadi. "Sayang, kamu dari mana saja dan–"

"El, mana Gaby?" Tanya Risa seraya menatap tak suka pada Zoya.

"Saya sudah memutuskan hubungan dengan Gaby," jawab Elzard santai.

"Whatt?! Jangan main-main, Elzard! Acara kalian sudah diatur Minggu depan! Ow ow apa karena perempuan ini?! Perempuan–"

"Kenapa, Mi? Dia calon istri Elzard sekarang karena calon pilihan Mami itu sudah bermain dengan lelaki lain di belakang," jawab Elzard.

"Jangan sembarangan kamu, El! Gaby itu dari keluarga terpandang, dia dari keluarga terhormat!"

Risa menatap tajam ke arah Zoya. "Kamu pasti terus merayu anak saya! Dasar gadis kurang ajar! Menjauh dari anak saya!" Bentak Risa pada Zoya.

Zoya mendengar itu terdiam, dia sebenarnya bisa saja melawan tapi kondisinya sedang chaos begini. Yang ada dia malah diam dan tidak tau harus bagaimana.

"Cukup, Mi! Semua ini bukan salah Zoya!"

"Bukan salahnya, lalu apa semua ini El?! Apa yang kamu lakukan sampai kamu tega menghancurkan nama baik keluarga kita? Apa kata mama papanya Gaby?!"

"Ada apa ini?" Tanya Nugra sang Ayah.

"Ini, Pi! Elzard memutuskan hubungannya dengan Gaby hanya karena wanita ini!" Tunjuk Risa pada Zoya.

Elzard menghela napas panjang, sudah pasti ini akan menjadi keributan. Tidak enak juga kalau Zoya melihat, akhirnya dia membawa kedua orang tuanya ke ruang kerja dan bicara di sana. Sementara Zoya lemas di tempatnya. Sekarang apalagi?

Zoya berusaha menenangkan dirinya, dia bingung harus bagaimana, tidak mungkin juga dia berada di sini karena sudah jelas kalau keluarga Elzard tidak menyukainya. Perasaannya campur aduk untuk beberapa waktu, tidak tau apa yang mereka bicarakan di dalam karena cukup lama juga.

"Gak bisa, kamu gak bisa jadi sumber masalah dimana-mana, Zoya! Sekarang kamu pergi dari sini dan tinggalkan semuanya! Tekad Zoya seraya menarik kopernya.

Namun ...

"Tunggu, Zoya!" Elzard keluar dari ruangannya dan tanpa basa-basi lagi dia menarik tangan Zoya keluar.

"ELZARD PAPI BERSUNGGUH-SUNGGUH!" Bentak seseorang dari belakang.

Elzard berbalik. "Saya juga bersungguh-sungguh. Jika kalian tidak memberikan saya restu, saya akan menikah dengan Zoya dengan atau tanpa restu kalian!"

"Baik, kamu menantang Papi, El? Kembalikan seluruh fasilitas yang Papi berikan untuk kamu, keluar dari sini dan tinggalkan jabatan kamu di kantor mulai detik ini."

Elzard tersenyum pongah, setelah itu dia mengambil dompet dan menyerahkan semua nya yang ada di sana beserta kunci mobil yang sedang dia pakai. "Ini semua milik, Papi. Perusahaan, mobil, kartu dan jabatan. Saya hanya akan mengambil mobil hasil jerih payah saya sendiri. Silahkan."

Nugra tak percaya kalau putra sulungnya akan seberani ini pergi meninggalkan semuanya hanya demi seorang gadis dari kalangan bawah yang tidak jelas asal usulnya. Tidak habis pikir.

Bahkan setelah mengucapkan itu Elzard benar-benar pergi dari sana dan meninggalkan mansion Pratama. Zoya kaget? Tentu kaget, kenapa bisa Elzard meninggalkan semuanya hanya demi dirinya? Ini gila sekali, sangat gila.

Elzard memasukan koper Zoya ke dalam mobilnya, setelah mereka siap, mereka pun pergi dari mansion itu dan Zoya tidak tau akan di bawa kemana oleh Elzard.

"Kamu bercanda?" Tanya Zoya tak percaya.

"Apa saya terlihat bercanda saat ini, Zoya?" Tanya Elzard seraya melirik gadis itu sekilas.

Zoya menghela napasnya, ada perasaan aneh dengan semuanya. Dia masih tidak bisa berkata-kata dengan tindakan Elzard ini. "Kamu–Kamu kenapa ninggalin keluarga kamu hanya demi wanita kaya saya sih?!"

"Memang kenapa, kamu calon istri saya, kan?" Tanya Elzard tanpa ada rasa penyesalan sedikit pun.

"Stop!!"

"Kenapa? Ada apa?"

"Saya bilang stop, El!" Nada bicara Zoya meninggi, sungguh dia benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan Elzard pun mengikuti kemauan Zoya dan memberhentikan mobilnya.

"Ini salah, kita baru mengenal dan kamu mau menikahi saya. Oke itu masih bisa aku cerna karena aku pikir kita sama-sama patah hati sampai gak mikir panjang. Tapi ini gak bener, El. Kamu ninggalin keluarga kamu sendiri demi aku yang gak kamu kenal pasti! Kamu sadar gak sih?!"

"Saya sadar dan semua orang berhak menentukan jalan apa yang ingin mereka ambil. Saya ingin bahagia dengan kamu apa salah?" Tanya Elzard.

"Salah kalau kondisinya kaya gini! Mereka orang tua kamu dan kamu ... "

"Kamu tidak yakin dengan saya? Tidak yakin dengan semua perjuangan yang saya usahakan barusan?"

Zoya menghela napasnya, bukan seperti itu yang dia maksud. Tapi ini mengenai hubungan Elzard dengan yang lainnya. "El, tolong pahami maksud ucapan saya."

"Oke, anggap saja alasan saya meninggalkan keluarga itu di luar dari saya ingin menikahi kamu. Karena memang sejak lama saya ingin keluar dari rumah tapi belum mempunyai alasan pasti dan kebetulan sekarang waktunya tepat. Sudah, kan?"

Zoya menahan napas seraya memegang memegang kepalanya, sungguh dia pusing sekarang. Tapi Elzard seolah berpendirian tegas dan mutlak. Sekarang harus bagaimana? "Kamu cukup percaya saya, sudah saya bilang itu bekali-kali. Saya sudah berjuang demi ini, kamu tinggal nikmati dan ikuti alurnya."

"Saya gak tau, saya pusing! Tapi kalau kamu menyesal dan ingin kembali ke rumah orang tuan kamu, saya tidak akan melarang. Tolong pikirkan lagi setelah ini."

Elzard mengiyakan saja apa yang Zoya katakan, yang terpenting Zoya mau ikut dengannya dulu, urusan yang lain bisa diurus belakangan. Karena apa yang tidak bisa diatasi oleh Elzard.

"Kenapa kita ke tol?" Tanya Zoya tak paham.

"Kita tinggalkan Surabaya dan menetap di Bali."

Zoya mengalihkan pandangan pada Elzard dan membulatkan matanya. "Jangan aneh-aneh, kita kabur?"

"Ini namanya kawin lari." Elzard mengeluarkan smirknya lalu menaikan kecepatan laju mobilnya untuk membelah jalanan. "Kamu bener-bener terniat."

"Memang jadi kalau sudah berniat, jangan halangi niat saya."

Zoya terdiam, terserah Elzard saja deh. Dia juga yakin kalau setelahnya Elzard akan berubah pikiran dan kembali kepada orang tuanya, sekarang yang dia butuhkan memang ketenangan, mungkin di Bali nanti dia akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!