NovelToon NovelToon

Panggil Aku Jin

Episode 1

enam anak remaja terlihat sedang berjalan kaki menyusuri pinggir jalan raya. pakaian mereka terlihat aneh, bukan karena terlihat seperti pengamen atau orang jalanan namun karena saat ini mereka tengah memakai pakaian sekolah seragam SMP. kalau hanya seragam sekolah saja, tidak akan terlihat lucu namun yang membuat mereka lain daripada yang lain adalah beberapa benda yang harusnya mereka tidak pakai, kali ini mereka memasang di leher. di kepala dan juga di kaki.

kalung yang terbuat dari gardus dengan tulisan nama lengkap mereka semua. topi yang terbuat dari daun kelapa membentuk kerucut. sepatu yang masing-masing sebelah berbeda bentuk begitu juga dengan kaos kaki. bukan hanya itu, ada juga kaleng susu yang berisi kelereng yang mereka kalungkan di leher. kantung plastik warna merah menjadi tas mereka untuk saat ini.

"mami mah ada-ada aja, masa di suruh jalan kaki sih, malah jauh banget juga" salah satu dari mereka menggerutu

"sabar... sabar, sabarkan hatimu keraskan kentutmu" remaja laki-laki mengelus lengan gadis itu

"ini semua gara-gara kakak tau, udah bilang kemarin kan jangan nakal kak jangan, ini malah tambah. sebel banget aku tuh sama kakak" dengan kesal gadis itu memukul remaja itu

mau tau siapa mereka....?

mereka adalah keturunan dari tim samudera. anak Adam dan Airin yang bernama Danial Zabdan Sanjaya, El-Syakir dan Seil memiliki seorang putra yang bernama Satria Ezra Sanjaya. Queen Alea, adalah anak dari Leo dan Alana, gadis itulah tadi yang menggerutu karena saat ini mereka berjalan kaki dan yang membuatnya kesal tadi adalah Danial, karena ulahnya saat ini mereka dihukum oleh orang tua mereka.

"tau nih, Danial mah memang tukang bikin rusuh. kamu tau, gara-gara kamu mama sama papa sampai memotong uang jajan aku. sebel banget" ucap gadis yang bernama Ayunda Devano. dia adalah putri dari Devano Yudharma dan Melati

"mending jalan cepat-cepat deh, keburu telat nih. bisa gawat kalau telat hari pertama MOS, diulek sama kakak kelas nanti" Satria langsung mengayunkan langkah dengan cepat

mereka adalah remaja yang akan masuk di bangku sekolah SMA. hari ini adalah hari pertama semua siswa baru akan melaksanakan MOS di sekolah.

"jangan cepat-cepat juga lah Sat, kaki aku nggak sepanjang kaki kamu" Kirana berlari kecil karena dia yang berada di posisi paling belakang, dia adalah anak Nisda dan Bara yang bernama Putri Kirana

Zain menunggu gadis itu kemudian mereka berjalan beriringan. Zain Al Fatih adalah anak dari Vino dan Starla. kenapa mereka semua bisa seusia...? itu karena tim samudera lebih memilih menikah muda seperti yang diinginkan oleh Alana. Adam dan Airin serta Deva dan Melati, menjelang satu tahun pernikahan barulah mereka memiliki keturunan, hal itu pun setelah tim samudera yang lain menyusul keduanya menuju pelaminan dan para istri mereka hamil bersamaan.

"mending ambil jalan pintas aja deh, lebih cepat sampainya" Zain memberikan usul

"emangnya kamu tau jalan pintas menuju sekolah...?" Alea bertanya

"jangan sampai nyasar ya Za, aku nggak mau terlambat" ucap Danial

"tenang aja, nggak nyampe jam 7 kita udah di sekolah. ayo ikut aku"

Zain memandu mereka memasuki gang yang dikatakan itu adalah jalan pintas menuju sekolah. gang itu terlihat begitu sepi padahal biasanya jika pagi hari semestinya orang-orang akan sibuk berlalu lalang untuk pergi bekerja atau ke tempat lain namun di situ seakan tidak mempunyai kehidupan.

"ini gang apa kuburan sih, sepi banget" ucap Ayunda

semakin mereka masuk ke dalam maka semakin jauh juga mereka dengan jalan raya. karena merasa merinding, Kirana mengapit lengan Satria sementara Alea telah di rengkuh oleh Danial. gadis itu memang penakut maka dari itu Danial merengkuh bahu gadis itu untuk menenangkannya.

tepat di depan sebuah rumah yang terlihat tidak berpenghuni, Danial yang tali sepatunya terlepas langsung berhenti untuk mengikat kembali tali sepatu miliknya. Alea jelas ikut berhenti menunggu sepupunya itu sedang yang lain terus berjalan tanpa mereka tau kedua teman mereka sudah tertinggal di belakang.

ada seekor anjing hitam yang diikat oleh pemiliknya di depan rumah. Alea yang melihat anjing itu langsung gugup dan takut.

"ayo buruan kak, lama banget" Alea menggoncang bahu Danial

"apa sih Al, sabar sebentar" Danial tidak mengindahkan rengekan gadis itu

grrrr

anjing hitam itu menatap tajam ke arah Alea membuat gadis itu semakin takut. Danial yang tadinya duduk kini bangkit kembali.

"ayo" ajaknya

"kak" Alea seperti patung yang tidak bergerak sama sekali namun tubuhnya mulai bergetar

"kenapa, kamu sakit...?" Danial panik melihat tubuh Alea yang bergetar "nggak panas kok" ucap Danial lagi saat memegang kening Alea

grrrrr

"a-anjing kak, i-itu" Alea seperti orang struk yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan hanya bola matanya yang terus mengisyaratkan ada sesuatu di belakang Danial

Danial berbalik pelan untuk melihat ada apa di belakangnya. tepat saat dirinya berbalik, tatapan matanya langsung bertemu tatap dengan anjing hitam itu dan bahkan anjing itu telah berada di dekat mereka. sepertinya ikatannya tidak begitu kuat sehingga anjing itu dapat dengan mudah melepaskan diri dari ikatan tali.

glek...

"mampus" Danial menelan ludah, ia membeku di tempatnya dan detik berikutnya

"aaaaaa ada guk guk"

tanpa aba-aba Danial berbalik dan menggendong Alea kemudian berlari sekuat tenaganya. untung tubuh Alea mungil sehingga Danial tidak merasakan berat saat menggendong sepupunya itu ataukah mungkin karena terlalu takut sehingga rasa berat pun tidak dirasakan olehnya.

guk...guk...guk

anjing itu terus menggonggong dan mengejar mereka berdua. keempat teman mereka yang mendengar suara teriakan langsung berhenti dan menoleh ke belakang. terlihat Danial yang sedang menggendong Alea lari terbirit-birit di kejar anjing.

"astaghfirullah, maaaa tolong Ay" Ayunda ketar ketir jingkrak-jingkrak melompat-lompat mengelilingi keempat temannya

"lari lari"

Satria dan Zain mulai mengambil langkah seribu untuk menyelamatkan diri, bahkan Kirana ternyata sudah lebih dulu mendahului mereka karena memang gadis itu memiliki skill lari yang begitu cepat. bahkan kalung kaleng susu yang berisi kelereng mengeluarkan bunyi dari mereka semua

"stop stop stop" Zain mengerem laju larinya dan terpaksa Satria ikut berhenti

"kenapa lagi Za...?" tanya Satria

"Ayunda mana...?"

keduanya menoleh ke belakang dan rupanya gadis itu masih terus melompat di sekitarnya tanpa berniat untuk melarikan diri atau lebih tepatnya dirinya tidak sanggup untuk berlari saking paniknya.

"astaga anak itu" Satria menepuk jidat

Satria kembali ke tempat mereka tadi, Danial dan Alea telah mendahului mereka. tanpa permisi Satria mengangkat Ayunda seperti karung beras dan mulai berlari.

guk... guk... guk

"cepatan Sat, aku belum mau mati. huwaaaa mama papa" Ayunda mulai menangis histeris

"diam Ay, telingaku sakit mendengar suara cemprengmu" Satria mencebik namun terus berlari

Kirana yang sudah berada di atas pohon memanggil semua teman-temannya. dengan terpaksa mereka memanjat pohon agar bisa menyelamatkan diri dari kejaran anjing itu.

"huufffttt... selamat...selamat" Danial mengelus dada

karena tidak lagi bisa menjangkau mangsanya, anjing itu kembali pulang ke tempatnya. kepergian anjing itu membuat mereka semua merasa lega dan satu persatu turun dari pohon mangga yang ada di depan rumah warga.

semua nampak sudah berada di bawah namun tidak dengan Danial. ia bahkan bingung harus turun bagaimana.

"ayo Dan turun" teriak Satria di bawah sana

"moon maap nih eee...cara turunnya gimana...?" Danial menggaruk kepala

"jangan bercanda deh Dan, masa naik bisa pas turun nggak bisa" ucap Zain

"aku memang nggak bisa turun loh ini. cariin tangga kek, masa iya aku di sini terus"

"ya udah sih ya kamu jadi penunggu pohon mangga ini saja. cocok kok cocok, nanti aku datang bawakan sesajin untuk kamu" celetuk Kirana

"heh, sembarangan kalau ngomong. Sat..tolongin" Danial merengek kepada sepupunya itu

"memperherankannya, turun aja nggak bisa" Ayunda menepuk jidat

demi membantu sepupunya, Satria menuntun Danial untuk turun. sayangnya tanpa aba-aba remaja itu langsung melompat turun namun kesialan menimpa dirinya lagi. entah bagaimana sampai baju miliknya malah tersangkut di ranting pohon yang besar. jadilah Danial kini bergelantungan seperti kelelawar di pohon itu.

"tulung...tulung, huwaaaa ayaaah bundaaaa, aku terjepit. eh salah"

kelakuan Danial membuat teman-temannya terpingkal-pingkal apalagi sekarang dirinya meronta-ronta seperti ingin dihukum gantung.

Satria memutar bola matanya kemudian ia pun mengangkat tubuh Danial mencoba agar bajunya yang tersangkut dapat terlepas setelah itu ia menurunkan remaja itu.

"sial banget sih hari ini. udah dimarahi sama ayah, uang jajan di potong, di kejar anjing eh sekarang malah bergelantungan di pohon. hiks... menyebalkan" sepanjang jalan Danial terus menggerutu, bibirnya monyong beberapa centi ke depan

"maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan" ucap Zain mengejek

"Miki nikmit mini ligi ying Kimi distikin" Danial mencebik dan menatap Zain dengan begitu kesal sementara Zain terkekeh pelan melihat kekesalan Danial

keluar dari gang yang panjang itu kini mereka telah berada di dekat sekolah SMA yang akan menjadi tempat bagi mereka untuk menuntut ilmu. setiap siswa baru yang akan melakukan MOS hari ini, mereka masih memakai pakaian seragam sekolah SMP dan akan berganti dengan seragam putih abu-abu jika MOS telah selesai dilaksanakan.

bunyi bel terdengar, pertanda semua siswa baru akan berkumpul di lapangan. dengan memakai seragam yang sama dan juga perlengkapan aneh yang mereka kenakan. enam remaja tadi berbaris dalam satu barisan yang sama. setelahnya beberapa orang yang berpakaian seragam sekolah SMA datang dan berdiri di hadapan mereka semua.

sudah pasti mereka semua adalah kakak kelas yang bergabung dalam organisasi OSIS.

"itu kak Galang" ucap Alea begitu semangat melihat Galang

"my bunny sweety-nya aku, cool banget sih" Ayunda mesem-mesem melihat Galang. saat Galang melihat ke arahnya, gadis itu langsung melambaikan tangan

Galang tersenyum dan hal itu membuat Ayunda seakan kejang-kejang tersengat listrik. Kirana langsung menggeplak kepala gadis itu agar dia sadar dari kehaluan tingkat dewanya.

"apaan sih Ki, sakit tau" Ayunda mencebik

ada tiga orang yang berada di sisi Galang. satu laki-laki dan dua perempuan.

penasaran dengan mereka...?

mereka adalah anak-anak dari ketiga pengawal andalan Sanjaya grup.

"assalamu'alaikum warahmatullahi, dan selamat pagi semuanya" sapa Galang kepada semua siswa baru

"wa alaikumsalam, pagi juga kak" jawab mereka semua

"senang sekali hari ini aku dan semua teman-teman yang berada di sini dapat melihat kalian semua secara langsung. bukan hal baru jika setiap tahun sekolah SMA xxx akan menerima siswa baru dari alumni sekolah SMP yang berbeda-beda. merupakan suatu kebanggaan bagi kami bisa dapat berkenalan dengan kalian semua nantinya"

"sebelum berbicara lebih jauh, aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga teman-teman yang ada di depan kalian ini. perkenalkan nama saya Galang Pratama Sanjaya, saya adalah ketua OSIS di sekolah ini. dan cewek cantik yang berada di samping kanan saya ini, dia bernama Nagita Selvia Pramudya. dia adalah wakil ketua OSIS. di sebelahnya bernama Azka Rafandra sebagai sekretaris dan di samping kiri saya dia bernama Jihan Anggita dia sebagai bendahara"

Azka Rafandra adalah anak dari pasangan Thalita dan Randi, Nagita Selvia Pramudya adalah putri dari pasangan Pram dan Mita sedang Jihan Anggita adalah anak dari Helmi dan Sisil.

"masih banyak anggota OSIS yang tidak mungkin saya sebutkan nama mereka satu persatu. jika itu saya lakukan maka waktu kita akan habis hanya untuk perkenalan saja. kalian akan mengenal mereka di dalam kelas nanti"

"kegiatan MOS ini dilakukan agar kalian semua siswa baru dapat berinteraksi dengan baik dan lebih jauh lagi dengan kami semua kakak kelas kalian. jika nanti ada dari kakak kelas yang menyakiti atau membuat kelakuan yang melebihi batas dan membuat kalian terluka, maka silahkan laporkan hal itu kepada saya. kalian mengerti"

"mengerti kak" semuanya menjawab serempak

"kak Galang cool banget sih" Ayunda semakin eror

"dingin maksudnya...?" tanya Danial polos

"bahlul banget itu otak" cebik Ayunda

"lah, arti dari kata cool memang dingin kan" Danial menjawab enteng

"bisa diam nggak sih kalian" Satria menegur kedua sahabatnya membuat Danial dan Ayunda sama-sama diam

Galang melihat ke arah remaja-remaja itu. Danial hanya memperlihatkan gigi-giginya yang rapi sementara Satria hanya tersenyum. untuk Ayunda...? gadis itu belingsatan seperti ulat bulu ditatap dalam oleh Galang

"memperherankannya, udah gila kamu ya" Alea geleng-geleng kepala melihat tingkah Ayunda

"rese banget sih kalian, nggak bisa apa melihat aku bahagia menatap yang bebku" Ayunda mencebik

"ada yang ingin bertanya sebelum kalian semua akan masuk ke dalam kelas dengan masing-masing gugus yang telah dibagi kelompok waktu lalu...?" tanya Galang

"kak Azka sudah punya pacar belum...?" tiba-tiba seorang gadis mengangkat tangan dan bertanya ke ranah hal yang pribadi

Azka tidak menjawab namun untuk menjawab pertanyaan dari gadis itu, ia merapatkan badannya ke seorang gadis yang berdiri antara dirinya dan Galang. ia merangkul mesra gadis itu. siapa lagi kalau bukan Nagita Selvia Pramudya. gadis itu tersenyum manis kepada semua orang terutama kepada laki-laki yang kini merangkul dirinya

banyak yang kecewa saat Azka merangkul Nagita, bahkan ada sebagian yang menatap kesal ke arah mereka berdua terlebih lagi gadis yang bertanya tadi.

"kalau kak Galang, belum punya pacar kan...?" salah seorang lagi bertanya

"maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. baiklah sampai di sini perkenalan kita, silahkan kalian menuju ke kelas sesuai dengan gugus kelompok kalian"

"assalamu'alaikum"

"wa alaikumsalam"

Galang dan ketiga temannya meninggalkan lapangan sementara semua siswa baru mulai sibuk mencari teman-teman gugus mereka untuk menuju ke dalam kelas.

Episode 2

semua siswa baru dengan gugus masing-masing, menuju ke kelas sesuai gugus mereka. di depan kelas, telah tertancap papan nama dari kayu yang bertuliskan nama gugus setiap kelas.

yang paling membahagiakan adalah ternyata keenam remaja itu satu gugus. ketiga perempuan dari geng mereka melompat girang karena mereka tidak akan terpisah.

"bagus deh kalau kita satu gugus. aku malas mencari teman baru" ucap Alea yang kini sedang merangkul Danial dan Satria. gadis itu berada di tengah-tengah mereka

"punya teman baru bagus kali Al, jadi banyak teman. nanti belum tentu juga kita akan satu kelas" timpal Satria

"yah...tapi aku nggak mau pisah sama kak Satria dan kak Danial" Alea menunduk lesu

"kan ada kak Galang, tinggal minta aja sama dia untuk mengatur kelas kita nanti. biar aku yang menemuinya nanti, sekalian cuci mata" celetuk Ayunda

"pakai rinso sana kalau mau cuci mata" ucap Kirana

"ck, nggak harus pakai rinso juga kali. mataku akan kembali jernih kalau melihat senyum kak Galang" Ayunda mesem-mesem seperti orang yang tidak waras

plaaaak

"aw, Kirana" pekik Ayunda karena gadis itu menampar wajahnya

"memperherankannya, emang benar-benar udah gila lah kamu ini. malas ah dekat-dekat sama kamu, bisa-bisa aku ketularan gila" Kirana melengos pergi berlari kecil mendekati Zain yang berada di depan mereka semua

"kenapa...?" tanya Zain saat melihat Kirana datang dengan tiba-tiba

"nggak kenapa-kenapa, lagi pengen sama kamu aja" Kirana mengapit lengan Zain dan mereka melangkah beriringan

di dalam kelas peraturan pertama yang harus mereka patuhi adalah duduk bersama dengan lawan jenis. jika duduk sebangku dengan sesama jenis maka siap-siap mereka terkena hukuman.

Alea langsung menarik Danial untuk duduk di sampingnya, Ayunda menarik Satria dan tentu saja Kirana akan bersama dengan Zain. namun ternyata ada dua orang siswi yang datang menghampiri Danial dan Satria.

"hai, aku Indira dan ini teman aku Salsa" siswi yang bernama Indira itu mengulurkan tangan ke arah Danial

Danial tidak menyambut uluran tangan gadis itu. tanpa bicara, Danial hanya mengangkat papan nama miliknya yang terbuat dari gardus itu. di sana tertulis jelas nama remaja itu.

sedikit malu, Indira menarik tangannya dan membaca nama yang tertulis di depan mereka.

"Danial dan Satria. nama yang bagus, orangnya juga tampan. udah punya teman duduk nggak, kalau belum sama kita aja yuk" Salsa dengan percaya diri mendekati Satria

"kami sudah punya pasangan, jadi silahkan cari orang lain saja" ekspresi Satria yang datar tanpa senyuman membuat keduanya saling tatap menahan malu karena di tolak

Alea dan Ayunda maju ke depan dan merangkul mesra lengan kedua sahabat mereka. kedua gadis itu tersenyum manis ke arah dua siswi yang terlihat kesal dan kemudian mereka berdua kembali ketempat duduk mereka.

"centil banget, pengen ku cubit ginjalnya" ucap Ayunda

"kamu cemburu kak Satria di dekati cewek lain ya...?" Alea memicingkan matanya menatap dengan lekat gadis yang berambut sebahu itu

"enak aja, ya nggak lah...aku itu hanya kesal saja sama tingkahnya yang sok kecakepan" Ayunda balik badan dan duduk di samping Satria

salah seorang guru perempuan masuk ke dalam kelas mereka. dengan pakaian syar'i yang ia kenakan dan juga hijab panjang yang menutupi kepala dan dadanya. senyuman teduh sang guru membuat mereka semua seakan terhipnotis.

Danial bahkan terpana melihat kecantikan dan keanggunan guru itu. betapa tidak, saat wanita itu pertama masuk dia sudah menyuguhkan senyuman manisnya apalagi gingsul yang ia punya semakin membuat wanita itu begitu manis.

"masya Allah, ini bidadari apa malaikat ya" Danial menopang wajahnya dengan kedua tangannya

"itu mata tolong di kondisikan ya kak. kita ini masih sekolah, iya kali dia mau sama kakak" Alea mencebik

"aku hanya muji loh Al, siapa tau kan dia benar-benar jodohnya Danial Zabdan Sanjaya" Danial masih fokus dan senyum-senyum sendiri

"kamu aja masih bau minyak telon, udah sok-sokan bicara tentang jodoh. aku aduin sama ayah Adam nanti kalau kamu main mata sama guru" Zain berucap dengan berbisik agar dirinya dan Danial tidak di tegur oleh guru

"mulut ember kali lah kau ini Za" Danial mencebik

"bukan mulut ember, aku mulut jergen. kenapa nggak suka...?"

"nggak Ayunda nggak kakak, sama-sama nggak waras. memperherankannya" Alea memutar bola mata

"assalamu'alaikum semuanya" sapa guru tersebut

"wa alaikumsalam bu" jawab semuanya

"masya Allah ternyata siswa baru SMA xxx tahun ini cantik-cantik dan ganteng-ganteng semua. apa kabar, kalian semua sehat kan...?

"sehat bu"

"Alhamdulillah, semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan. perkenalkan nama saya Maudy Fakhira, saya di sini sebagai guru yang mengajarkan pelajaran agama. salam kenal untuk kalian semua ya"

"ibu Maudy cantik" Danial berkata tanpa beban sedikitpun

semua orang langsung menoleh ke arahnya, sementara dirinya memasang wajah coolnya. Satria dan Zain menepuk jidat, sungguh teman mereka yang satu itu rada-rada geser otaknya.

"terimakasih banyak atas pujiannya, semua wanita memanglah patut di bilang cantik. kalau ganteng berarti dia laki-laki, betul begitu bukan semuanya"

"betul Bu"

"tapi ibu memang cantik kok, boleh minta nomor ponsel nggak Bu" siswa yang lain mulai memasang jurus jitu

ibu Maudy hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. baginya semua remaja yang ada di depannya itu adalah anak-anaknya dan juga adik-adiknya yang harus ia didik sebaik mungkin nantinya.

karena telah memperkenalkan diri kini tiba saatnya satu persatu siswa baru memperkenalkan diri mereka di depan kelas sebelum mereka akan menerima materi dari ibu Maudy.

satu persatu mereka maju ke depan dan kini giliran Danial yang akan tampil. ia pun berjalan dengan santai dan berdiri di hadapan semua orang.

"perkenalkan nama saya Danial Zabdan Sanjaya. saya alumni siswa dari sekolah SMP xxx, semoga kedepannya kita bisa berteman baik"

"boleh minta nomor ponsel nggak...?" gadis yang bernama Indira bersuara

"mau mengirimkan aku pulsa ya...?" Danial bertanya dengan polosnya

pertanyaan Danial membuat Indira tersenyum kecut dan memasang wajah kesal.

"jadi cowok matre juga kamu ya" seorang siswa yang bernama Jeki di papan namanya mencemooh Danial

Danial memasang wajah datarnya dan melihat papan nama remaja itu. setelahnya tanpa menjawab cemoohan Jeki, Danial berlalu turun melangkah ke tempat duduknya karena sesi perkenalannya telah selesai.

selesai dengan perkenalan kini ibu Maudy memberikan materi untuk mereka. satu jam lamanya mereka duduk mendengarkan kini ibu Maudy keluar dan semua siswa baru mulai untuk istrahat.

"aku lapar, ke kantin yuk" ajak Kirana

"kamu tau letak kantinnya dimana...?" tanya Zain

"ya kan kita bisa tanya"

"ya sudah ayo, aku juga lapar" ajak Satria

mereka keluar kelas untuk menuju ke kantin. di depan kelas, mereka celingukan mencari kakak kelas untuk menanyakan dimana letak kantin di sekolah itu. saat itu Nagita dan Azka terlihat oleh mata mereka, dengan langkah terburu-buru mereka semua mengejar dua orang itu.

"kak Azka" panggil Satria

Azka berhenti begitu juga dengan Nagita. keduanya balik badan untuk melihat siapa yang memanggil mereka. enam remaja berlari ke arah mereka, suara kalung dari kaleng susu yang berisi kelereng saling menyahut satu sama lain. karena mereka tidak diizinkan untuk melepaskan semua atribut meskipun di luar kelas terkecuali topi yang terbuat dari daun kepala.

"jangan lari-lari" Nagita menegur mereka

"maaf kak. kakak berdua mau kemana...?" tanya Satria

"kita mau ke ruang guru, kenapa...apa kalian butuh sesuatu...?" tanya Azka

"kami lapar kak. kantin di sini dimana ya...?" Alea akhirnya mengutarakan tujuan mereka

"di arah barat, belok kanan...di samping mushola" Nagita menjelaskan dan tangannya menunjuk ke arah barat

"kak Galang mana kak...?" Ayunda menanyakan keberadaan pujaannya

"lagi sibuk dia. sudah sana ke kantin, jangan lama-lama karena waktu masuk sebentar lagi. jika kalian terlambat bisa-bisa kakak kelas akan menghukum kalian semua" ucap Azka

"ikut MOS ribet banget sih, kayak ikut pelatihan militer aja" Danial cemberut "pengen pulang. aku bolos boleh nggak kak, kangen sama dedek Ragel di rumah" lanjutnya lagi

Ragel Zabdan Sanjaya, adalah anak kedua dari Adam dan Airin. saat ini, Ragel baru berusia satu tahun. selisih usia dengan kakaknya memang sangatlah jauh.

"memangnya cuman kakak aja yang kangen Ragel. Alea juga kangen tau, apalagi sama baby Samudera" Alea menimpali

Samudera Ezra Sanjaya adalah adik dari Satria Ezra Sanjaya, anak kedua dari El-Syakir dan Seil yang masih berumur empat bulan. untuk Alea, dirinya saat ini masih seorang diri belum mempunyai saudara yang lain. Zain memiliki seorang adik perempuan yang duduk di kelas tiga SD yang bernama Zafirah Hanida. Ayunda memiliki adik laki-laki yang juga masih duduk di kelas tiga SD yang bernama Ali Muttaqin. sementara Kirana, gadis itu sama dengan Alea, mereka berdua untuk sekarang masih anak tunggal.

"kira-kira kalau kamu bolos, om Adam kayaknya akan menggantung kamu di pohon mangga. kamu tau kan om Adam seperti apa kalau menyangkut pendidikan" Azka menatap ke arah Danial

"iya iya, kenapa sih semua orang pada mau melapor sama ayah, heran banget" Danial menggerutu dan berjalan meninggalkan mereka namun langkahnya terhenti tatkala Satria memanggil namanya

"mau kemana woi, kantin itu di sana bukan di situ" ucap Satria

"hiks... menyebalkan"

dengan menghentakkan kakinya Danial berbalik dan melangkah lagi. ia melewati semua orang dan mereka hanya geleng-geleng kepala.

"kami ke kantin dulu ya kak" Kirana berpamitan

"iya, makan yang banyak biar tetap kuat menghadapi MOS" Nagita menjawab dengan senyuman hangat

mereka berpisah dengan kedua kakak kelas itu. mereka menyusul Danial yang sudah jauh melangkah di depan sana. tiba di kantin rupanya sudah di penuhi oleh para siswa baru yang lain. tidak ada lagi tempat duduk, padahal kantin itu begitu luas namun rupanya tempat duduk masih kurang untuk menampung siswa yang datang.

"yah udah penuh" Alea terlihat kecewa

"makan di luar aja yuk, di depan sekolah ini kalau nggak salah ada warung bakso sama Indomaret. sebelum bel masuk berbunyi sebaiknya kita pergi sekarang" Ayunda memberikan usul

"bolehlah, daripada nggak makan sama sekali. tapi bakalan di izinkan nggak" Zain terlihat ragu

"coba aja dulu, ayo. penghuni perutku sudah demo minta menurunkan harga barang" Danial melengos pergi mendahului mereka

"apa hubungannya coba cacing perut sama harga barang" ucap Kirana yang ikut melangkah bersama yang lain

"lagi eror dia" timpal Ayunda tertawa kecil

keenamnya melangkah mendekati pagar sekolah. namun sebelum keluar dari lingkungan sekolah, mereka mencari kakak kelas untuk meminta izin. harusnya mereka meminta izin kepada guru namun karena mereka tidak melihat satu orang guru pun, mereka akhirnya memutuskan untuk meminta izin kepada kakak kelas.

dua orang remaja laki-laki yang berpakaian seragam SMA, terlihat sedang melangkah untuk keluar dari pagar sekolah. melihat mereka berdua, dengan cepat Danial bergerak berlari menghampiri keduanya.

"kak...kakak" panggil Danial kepada dua orang itu

keduanya menoleh dan mengerutkan kening tatkala Danial sudah berada di samping mereka.

"ada apa...?" tanya salah satunya yang bernama Haikal karena terlihat dari papan nama yang ada di baju sekolahnya

kelima kawanan Danial menghampiri teman mereka itu dan berdiri di belakangnya. dua siswa tadi nampak melihat ke arah mereka semua sebelum akhirnya kembali menatap Danial.

"kakak berdua mau keluar pagar sekolah ya...?" tanya Danial

"iya, memangnya kenapa...?" tanya Aqil, teman dari Haikal

"kami boleh ikut nggak kak. kami mau pergi makan di warung bakso yang ada di depan sana" Danial menunjuk tempat tujuan mereka "di kantin sekolah udah penuh sama siswa yang lain" lanjut Danial

"30 menit lagi kalian akan masuk ke dalam kelas. kami izinkan tapi kalian harus cepat jika terlambat maka siap-siap di hukum. kalian mengerti...?" Haikal berucap tegas

"mengerti kak, kami akan kembali tepat waktu" Danial mengangguk cepat

"kalau begitu ikut kami" ucap Haikal

keenamnya mengikuti langkah kaki kakak kelas mereka itu. Haikal mendekati satpam sekolah dan dengan sigap satpam itu berdiri dan membukakan gerbang sekolah. setelah berada diluar lingkungan sekolah, mereka berpisah di tempat itu. Danial dan teman-temannya menuju ke warung bakso sementara kedua kakak kelas mereka pergi ke tempat lain.

baru menginjakkan kaki di dalam warung bakso itu, mata Danial serta semua teman-temannya langsung menangkap tiga orang siswa baru yang sama seperti mereka. salah satunya adalah Jeki, salah satu siswa yang satu gugus dengan mereka semua.

Jeki melihat mereka semua dengan tatapan sinis terlebih lagi Danial. namun Danial tidak menanggapi tatapan remaja itu, ia mengajak semua teman-temannya untuk duduk di pojokan sebelah kanan tidak jauh dari tempat duduk Jeki dan dua orang temannya.

mereka memesan bakso yang sama karena waktu makan mereka tidak banyak.

"itu si Jeki ngapain liatin kita begitu banget sih" ucap Zain yang risih karena Jeki terus melihat ke arah mereka

"begitu banget gimana maksudnya...?" tanya Satria

"ya begitu, matanya udah mau lompat aja dari tempatnya" timpal Zain

"dia katarak mungkin" Alea menjawab tanpa dosa

"orang yang katarak nggak bisa melihat loh Al, kamu kalau jawab suka ngasal deh" Kirana menimpali

"biarkan saja, nggak penting juga kan buat kita" ucap Danial

pesanan bakso mereka datang. dengan lahap mereka menyantap makanan itu sampai habis tak tersisa bahkan kuahnya pun tidak tersisa di mangkuk.

"Alhamdulillah kenyang" Ayunda mengusap perutnya

belum bernafas lega dan mencerna dengan baik makanan yang telah masuk ke dalam perut, suara bel masuk berbunyi. mereka semua kelimpungan dan gelapan. dengan perut yang kekenyangan, terpaksa mereka harus berdiri untuk segera ke sekolah.

"ini uangnya bu, terimakasih" Satria memberikan uang dua lembar warna merah dan bergegas keluar

jarak antara warung bakso dan sekolah bisa dikatakan sedikit jauh. mereka semua berlari dengan cepat untuk segera sampai di gerbang sekolah. rupanya Jeki dan kedua temannya berlari sama-sama dengan mereka. melihat Ayunda yang tertinggal di belakang, Jeki tersenyum licik dan mempercepat larinya. saat tiba di dekat Ayunda, Jeki mengait kaki gadis itu hingga Ayunda jatuh di aspal.

bugh

"aw" Ayunda jatuh ke aspal

"upsss... maaf, aku sengaja" Jeki tersenyum mengejek

"gila kamu Jek, masa cewek kamu begituin sih" teman Jeki merasa kurang suka dengan perlakuan Jeki

teman Jeki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Ayunda berdiri. gadis itu menerima uluran tangan teman Jeki itu dan berusaha untuk berdiri. lutut dan siku Ayunda terluka.

sementara Danial dan yang lainnya sudah berhasil masuk ke dalam sekolah. namun ketika merasa ada satu teman mereka yang kurang, semuanya berbalik dan melihat Ayunda sedang di kerumuni oleh tiga orang siswa baru tadi.

"kurang ajar, mereka apakan Ayunda" Satria mengepalkan tangan dan berlari keluar dari gerbang

yang lain mengikuti Satria, pak satpam bahkan meneriaki mereka semua namun tidak membuat mereka berhenti.

"Ayunda, kamu kenapa...?" Satria menarik Ayunda untuk dekat dengannya

"aku jatuh, dan semuanya karena dia" Ayunda menunjuk Jeki

"apa yang lo lakuin sama temen gue bangsat" Satria tersulut emosi dan mendorong Jeki dengan keras

"memangnya apa yang aku lakukan. dianya saja yang lemah dan jatuh setelah di senggol sedikit" Jeki sama sekali tidak merasa bersalah

"kamu dicelakai sama dia Ayunda...?" tanya Danial memastikan

"dia mengait kakiku" Ayunda menjawab dan meringis sakit

buuaak

tanpa aba-aba Danial melayangkan bogem mentah di wajah Jeki. remaja itu tersungkur di aspal dengan bibir yang robek karena berdarah.

Episode 3

emosi yang menggebu-gebu melihat temannya dicelakai oleh orang lain membuat Danial naik pitam dan langsung melayangkan pukulan ke wajah Jeki.

"Danial" Satria kaget, betapa tidak sepupunya itu telah memukul seseorang dan mengakibatkan bibirnya berdarah

"bangun Lo" Danial meneriaki Jeki yang tersungkur di tanah

"udah Dan udah, aku nggak apa-apa...aku baik-baik saja" Ayunda memeluk Danial agar temannya itu tidak lagi memukul Jeki "Za, Sat, tolongin" teriak Ayunda

Zain dan Satria menarik Danial untuk menjauhi Jeki. salah satu teman Jeki tersulut emosi dan hendak melayangkan pukulan untuk membalas perbuatan Danial. namun Zain menghalau dan ia menangkis pukulan dua remaja itu.

"yang salah teman kalian ini, nggak usah ikut campur" Zain menatap tajam lawannya

"dia udah mukul teman gue, nggak bisa gitu dong" teman Jeki yang bernama Dante di papan nama miliknya mendorong Zain dengan keras

"Dante udah" teman Jeki yang bernama Bintang menarik Dante agar tidak melakukan keributan

Jeki bangun dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah. ia tersenyum tipis kemudian menegakkan kepala menatap semua orang yang ada di depannya. dari jauh dua orang yang berseragam SMA kini sedang berjalan ke arah mereka. Jeki tersenyum menyeringai kemudian menatap Danial dengan senyuman licik.

"segini doang tenaga elu...? banci" Jeki mengejek Danial

"brengsek" Danial yang sudah begitu tersulut emosi langsung melayangkan kembali pukulan di wajah Jeki. kembali remaja itu terhuyung dan untungnya tidak sampai terkapar karena Bintang menahannya

"APA YANG KALIAN LAKUKAN...?" suara teriakan membuat mereka kaget

dua orang kakak kelas yang keluar bersama-sama dengan Danial dan teman-temannya tadi, mereka adalah Haikal dan Aqil. keduanya datang dan menatap tajam mereka semua.

"dia mencelakai teman kami kak" Danial menunjuk Jeki

"bohong kak, alih-alih saya mencelakai teman mereka, malah aku yang kena pukul padahal aku nggak melakukan apapun" Jeki bersilat lidah

"benar itu kak, Jeki nggak salah malah dia yang memukul Jeki" Dante membela Jeki dan menunjuk Danial

"kamu memukulnya...?" tanya Haikal kepada Danial

"dia mencelakai teman saya kak, lihat lutut dan sikunya terluka. kakinya di kait saat kami sedang berlari untuk masuk ke dalam sekolah" Danial memperlihatkan luka yang dialami Ayunda

"apa benar dia melakukan itu...?" Aqil bertanya lembut kepada Ayunda dan gadis itu mengangguk. Alea dan Kirana merangkul Ayunda

"bohong kak, aku nggak melakukan apapun. memangnya mana buktinya kalau aku mengait kakinya. kalian jangan fitnah ya" Jeki masih bersilat lidah

"kamu mau bukti...? baiklah ayo kita lihat buktinya, bukankah di depan sekolah ini ada kamera cctv. kita bisa melihat bukti itu melalui rekaman cctv" Satria tersenyum tipis dan hal itu membungkam mulut Jeki dan Dante. keduanya saling pandang dan mulai gugup

"katakan dengan jujur Jeki, apa kamu mengait kakinya saat Ayunda berlari. jika kamu terbukti berbohong maka mulai hari kamu akan kami pulangkan dan besok jangan datang lagi mengikuti MOS. kami tidak menerima seorang siswa baru yang mempunyai tindakan kriminal seperti kamu" ucap Haikal

perkataan Haikal membuat Jeki semakin kesal dengan Satria dan yang lainnya.

"Jeki yang salah kak, dia...dia mengait kaki Ayunda. aku sendiri melihatnya" Bintang akhirnya bersuara

"apa-apaan sih kamu Bi" Dante marah Bintang mengatakan kejadian yang sebenarnya

"kakak dengar sendiri kan, memang dia yang salah. harusnya bukan hanya aku tonjok tapi aku lempar dia ke sungai Nil" Danial bersuara dengan tatapan ingin sekali melempar Jeki di atas pohon

Aqil menghela nafas kemudian ia menggaruk hidungnya yang terasa gatal. sementara Haikal, bergeming sejenak kemudian mengeluarkan suara.

"kalian semua harus di hukum" Haikal berucap dengan tegas

"tapi kami nggak salah kak, itu fitnah" Jeki tidak terima dirinya akan di hukum

"jadi kamu tidak tau kesalahanmu yang lain. terlambat masuk kelas setelah bel masuk berbunyi. apa telingamu tuli apa yang aku katakan tadi sebelum kamu dan kedua temanmu datang meminta izin" Haikal langsung membungkam mulut Jeki. remaja itu mengepalkan tangan dan menunduk. dendam mulai menggerogoti hatinya, ia semakin benci kepada geng Danial.

"ikuti kami" perintah Haikal

"Ay, kamu bisa jalan atau aku gendong saja gimana...?" Satria khawatir melihat Ayunda kesulitan berjalan karena lututnya yang terluka cukup besar

"nggak usah, aku masih bisa jalan kok" Ayunda menolak

Kirana dan Alea membantu Ayunda. mereka berdua memapah gadis itu sementara para laki-laki memilih berjalan di belakang mereka. Jeki serta kedua temannya telah lebih dulu meninggalkan mereka.

Danial dan Jeki mendapatkan dua hukuman. karena mereka terlibat perkelahian maka dari itu keduanya di suruh membersihkan tiga toilet yang ada di sekolah itu. hukuman kedua baik mereka berdua maupun yang lain akan membersihkan sekolah setelah semua siswa pulang ke rumah. itu adalah keputusan dari ketua OSIS, siapa lagi kalau bukan Galang Pratama Sanjaya.

dengan lesu Danial melangkah untuk menuju ke toilet yang ada di lantai dua. Galang yang melihat remaja itu hanya bisa menghela nafas. bagaimanapun Danial telah melakukan kesalahan dan harus dihukum. Galang kemudian berjalan mengikis jarak antara dirinya dan Danial dan memanggil saudaranya itu.

"Danial" panggil Galang

Danial berhenti dan berbalik. ia tersenyum tatkala melihat Galang datang menghampirinya. hanya berjarak dua langkah, Galang berhenti dan menatap lekat tatapan Danial.

"kamu tau kan kalau kakak sayang banget sama kamu...?" tanya Galang dan Danial mengangguk

"namun meskipun begitu peraturan tetaplah peraturan. kamu harus menjalani hukumanmu dengan begitu kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab"

"iya kak, aku tidak menyesal dihukum" Danial tetap menunjukkan wajahnya yang ceria

"sini peluk" Galang merentangkan kedua tangannya

dengan senyuman lebar Danial mendekat dan memeluk Galang. selama melakukan kesalahan entah itu dirinya ataupun Satria juga Alea, Galang tidak pernah memarahi mereka. hanya sebuah nasihat yang ia berikan untuk adik-adiknya itu.

"kerjakan hukumanmu dengan benar ya"

"iya kak"

Galang melepaskan pelukannya dan menepuk pelan pundak Danial. kedekatan mereka itu membuat siswa yang lain saling berbisik-bisik dan bertanya-tanya ada hubungan apa antara ketua OSIS dan siswa baru itu.

"Lang" sebuah suara mengalihkan perhatian keduanya

Azka datang dan berjalan cepat melangkah mendekati keduanya.

"kenapa Az...?" tanya Galang

"kita harus rapat dadakan"

"sekarang...?

"iya, ini menyangkut tentang..." Azka melirik Danial yang hanya diam memperhatikannya keduanya berbicara

Galang meraup wajahnya dengan kasar kemudian menghela nafas panjang. ia kembali menghadap ke arah Danial dan menatap teduh adiknya itu.

"apa membahas tentang aku ya kak. apa aku tidak akan diterima di sekolah ini...?" akhirnya Danial bersuara

"siapa bilang. kamu melakukan semua itu karena ada sebabnya kan, tenang saja kakak tidak akan tinggal diam. sekarang pergilah, serahkan semuanya kepada kakak" Galang meyakinkan Danial

Danial mengangguk kemudian berbalik meninggalkan mereka berdua. sementara Galang dan Azka berlari ke ruangan tempat akan di adakannya rapat OSIS bersama guru-guru yang lain.

saat tiba rupanya rapat telah berlangsung. Galang mengambil tempat duduk di depan sementara salah satu guru sedang berbicara.

"keluarkan saja Danial, bukankah sekolah ini mengadakan MOS untuk melihat tingkah laku semua siswa baru. kita berhak tidak menerima mereka yang bermasalah" salah satu anggota OSIS bersuara

"memangnya situ siapa, sampai mengambil keputusan sepihak. bukankah alasan Danial sudah jelas. dia memukul Jeki karena siswa baru itu telah menyelakai teman Danial. kalau aku jadi Danial, bukan hanya aku pukul tapi aku patahkan kakinya sekalian. cari masalah kok sama perempuan, banci banget" Jihan membalas ucapan anggota OSIS itu

"tapi tindakan memukul itu sudah keterlaluan, harusnya dia melaporkan kepada kita semua bukannya malah main hajar saja"

"sepertinya memberikan pelajaran kepada siswa itu sebelum melapor kepada kita semua, itu tindakan yang menurut aku wajar saja. dia pantas mendapat pukulan itu karena konsekuensi dari perbuatannya sendiri. kalau tidak ingin dipukul maka jangan membuat ulah" Galang menimpali

"alah, jelaslah ketua OSIS membela Danial. siswa baru itu kan adiknya, nggak mungkinlah dia akan diam saja" salah seorang bernada sinis menjawab Galang

"dan kamu adalah kakak sepupu Jeki bukan. kenapa tidak nasehati saja adikmu itu, atau suruh dia pulang minum susu di rumah jika datang di sekolah hanya ingin melukai orang lain" Azka membalas dengan perkara pedas

"diam semuanya. kenapa malah kalian yang ribut. kita mengadakan rapat untuk mencari solusi bukan malah berdebat seperti ini. jika kalian tidak dapat menyelesaikan masalah ini, kepala sekolah akan mengambil keputusan untuk mengeluarkan mereka berdua" salah seorang guru memukul meja membuat semuanya terdiam

"kita berikan mereka kesempatan sekali lagi pak. masih ada dua hari lagi pelaksanaan MOS. aku yakin Danial tidak akan mengulangi kesalahannya itu" Nagita bersuara

"iya aku setuju. kita berikan mereka kesempatan sekali lagi. pelaksanaan MOS masih tersisa dua hari, kita lihat perkembangan mereka selama dua hari itu" anggota OSIS yang lainnya setuju dengan pemikiran Nagita

"ngapain melihat dua hari lagi. Jeki di sini adalah korban, pulangkan saja Danial dia kan pelaku utamanya" kakak sepupu Jeki itu masih bersikeras untuk memulangkan Danial

"dan jangan lupa Jeki juga adalah pelaku utama dari celakanya siswa baru yang bernama Ayunda Devano. tidak masalah jika Danial di pulangkan namun itu berarti Jeki akan ikut dipulangkan juga" Galang menatap tajam ke arah kakak sepupu Jeki itu

kakak sepupu Jeki mendengus kesal karena Galang selalu menyudutkan Jeki.

hasil rapat mengambil kesimpulan bahwa Danial dan Jeki akan diberikan kesempatan untuk MOS berikutnya. selama perilaku mereka baik dalam dua hari MOS itu maka mereka akan diterima di sekolah ternama itu namun jika kejadian seperti tadi masih terulang maka keduanya akan dipulangkan dan tidak diluluskan untuk masuk ke sekolah bergengsi itu.

setelah rapat selesai, bel panjang berbunyi. semua siswa baru bersorak senang karena hari ini mereka telah melalui satu hari pelaksanaan MOS dan tersisa dua hari lagi. berbondong-bondong mereka menuju ke gerbang sekolah namun tidak dengan anak-anak tim samudera. mereka akan menjalani hukuman membersihkan seluruh area kawasan sekolah. Danial telah menyelesaikan tugasnya membersihkan toilet. Jeki pun kini sedang bersama dua temannya. mereka semua mulai bekerja, memungut setiap sampah yang berserakan di setiap depan kelas.

meskipun hanya memungut sampah namun sekolah yang begitu luas itu tentu menguras juga tenaga. dua orang memegang tong sampah dan empat lainnya memungut sampah. mereka berkeliling ke kelas-kelas lain, di kantin, Mushola, perpustakaan, dan ruangan lainnya.

Galang serta ketiga temannya sebenarnya kasian kepada mereka namun tidak ada yang bisa mereka lakukan selain melihat saja. setelahnya mereka meninggalkan sekolah.

Usman kakak sepupu Jeki datang menghampiri adiknya itu bersama dua orang temannya. Jeki, Dante serta Bintang, mereka sedang memungut sampah di depan kantor.

"Jeki" panggil Usman

"kak Usman"

"letakkan tong sampah itu, ikut pulang bersama kakak"

"tapi kak, kami kan sedang dihukum nanti kalau..."

"bodoh kalian kalau mengikuti hukuman itu. sudah turuti saja perintahku. biar anak-anak itu yang memungut semua sampah di sini" Usman memotong ucapan Bintang

"tapi kak..." Bintang begitu ragu

"sudah, ayo kita semua pulang" Usman menarik Jeki untuk mengikuti dirinya.

Dante memutuskan untuk ikut bersama Usman sementara Bintang masih bergeming di tempatnya. ia takut untuk melakukan kesalahan sehingga dirinya mendapatkan masalah. dengan helaan nafas panjang ia tetap menjalani hukumannya, dirinya tidak ingin mendapatkan masalah nantinya.

sore menjelang barulah mereka semua selesai dengan pekerjaan mereka. Danial serta yang lainnya berjalan ke arah pagar, saat itu juga Bintang sedang mengarah ke tujuan yang sama. saat semakin dekat, Satria menanyakan keberadaan kedua temannya.

"kedua teman kamu mana, kok kamu cuma sendiri...?" tanya Satria

"sudah pulang, aku belakangan karena harus mengerjakan sesuatu" jawab Bintang

"apa... mereka tidak membantu kamu...?" Zain menatap lekat ke arah Bintang

"aku pulang duluan" tanpa menjawab, Bintang melengos pergi begitu saja

tidak ingin ambil pusing, mereka kembali melanjutkan langkah. di tengah perjalanan, awan hitam mulai menyelimuti langit. rintik-rintik hujan mulai turun hingga berganti dengan hujan yang semakin deras. mereka semua berlari mencari tempat untuk berteduh. di sebuah rumah yang seperti tidak terawat, mereka memutuskan untuk berteduh di rumah itu.

"huft...hari ini sial banget sih" gerutu Kirana

"duduk Ay" Satria mengambil kursi di dekat mereka dan mendudukkan Ayunda di kursi itu

"thanks Sat" Ayunda tersenyum dan dibalas oleh Satria

"eh tapi ngomong-ngomong kita....di rumah siapa ini...?" Alea melihat sekeliling

mereka pun mengedarkan pandangan. rumah yang bercat warna kuning dan sebagian catnya sudah mengelupas. rumput-rumput liar mulai menumbuhi halaman rumah bahkan di samping rumah. pagar besi yang mereka lewati tadi sudah berkarat seperti puluhan tahun tidak di rawat. ada dua sangkar burung yang tergantung di teras rumah itu. bahkan di samping kanan rumah, daun pohon kedondong telah memenuhi tanah. pohon itu sekarang sedang berbuah, begitu banyak sampai sebagian yang telah masak sudah berjatuhan di tanah.

"jangan-jangan ini rumah angker lagi" ucap Kirana

"hust...jangan bicara sembarangan kenapa Ki" Zain menegur gadis itu

ngiiiik

suara derit pintu yang terbuka membuat mereka semua terlonjak kaget. padahal tadi pintu rumah itu tertutup rapat namun sekarang malah terbuka seakan ada seseorang yang membukanya.

"hanya angin itu mah" Danial bersikap tenang

braaaakkk

"Allahuakbar"

mereka kaget bukan main. Danial bahkan melompat di punggung Satria sementara Kirana melompat ke arah Zain hingga dengan terpaksa Zain menggendong gadis itu.

Satria mendekap Alea dan Ayunda karena dua gadis itu refleks memeluk dirinya.

ngiiiik

ngiiiik

ngiiiik

derit pintu mulai semakin menjadi seperti ayunan yang terus bergerak. Danial turun perlahan dari punggung Satria kemudian melangkah pelan mendekati pintu. tidak ada siapapun yang memainkan pintu itu. dengan keberanian yang sebenarnya hanya secuil, Danial memegang gagang pintu dan menutupnya dengan rapat.

"huufffttt...aman...aman" Danial mengelus dada dan berbalik untuk bergabung bersama yang lain

hujan tidak lagi begitu deras namun tetap saja jika mereka terobos maka sudah pasti mereka akan basah kuyup. apalagi Zain yang mempunyai penyakit yang sama seperti Vino. remaja itu tidak bisa terkena hujan terlalu lama.

semuanya mendesah berat dan terpaksa harus menunggu sampai hujan redah. sayangnya derit pintu yang kembali terdengar mengusik ketenangan mereka semua.

"pintunya rusak kali" ucap Zain

"padahal aku udah tutup loh tadi" ucap Danial

"aku kok jadi merinding ya" Kirana memeluk dirinya sendiri

"balik yuk, lama-lama di sini aku jadi takut" Alea mengapit lengan Satria

"tapi Zain kan nggak bisa mandi hujan" timpal Satria

mereka menahan diri dan tetap bertahan sampai hujan benar-benar berhenti. saat itu juga Ayunda ingin buang air kecil.

"aku kebelet pipis nih" Ayunda mulai gelisah

"yah jangan sekarang dong Ay, mau pipis dimana di sini" ucap Zain

"tapi aku udah nggak tahan. di rumah ini pasti ada toiletnya kan, kita masuk aja ke rumah ini yuk"

"ah nggak ah, aku nggak mau" Alea menggeleng cepat

"ayo dong temani aku masuk, masa iya aku pipis di celana" Ayunda mulai merengek

"biar aku sama Satria yang temani Ayunda. Zain di sini saja bersama Alea dan Kirana" Danial memberikan saran

"kalau nanti kita dikira pencuri bagaimana Dan. masa iya masuk ke rumah orang begitu saja" Satria ragu untuk masuk ke dalam

"sudah jelas rumah ini rumah terbengkalai yang tidak berpenghuni. ayo masuk, sebelum Ayunda benaran pipis di celana" timpal Danial

Satria membantu Ayunda untuk berdiri sedang Danial memberanikan diri untuk membuka pintu rumah tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!