Disebuah SMA negeri Meng Fiafei, terlihat lima manusia sedang berjalan di koridor.
"Eh, legendanya di laut hijau ada naga raksasa." ujar Zujuna.
"Iya, aku juga pernah mendengarnya." jawab Zinei.
"Bagaimana kalau kita pergi ke sana." ajak Heyra.
"Benar, aku juga ingin melihat faktanya." jawab Yeroi.
"Bagaimana, kalau Minggu ini kita pergi." ajak Milraes.
"Boleh, kebetulan kita libur semester." jawab Zujuna.
Ting! Ting! Ting!
Bunyi bel sekolah, pertanda harus masuk kelas. Mereka segera berlari, karena pembagian raport akan segera dimulai.
"Anak-anak, Bapak akan mengumumkan rangking kelas terbaik. Juara satu dengan nilai tertinggi, diraih oleh Heyra. Juara dua diraih oleh Milraes. Juara tiga diraih oleh Yeroi." ungkapnya.
Plok! Plok! Plok!
Suara tepuk tangan riuh, karena tiga orang meraih juara tiga besar. Heyra maju ke depan kelas sambil tersenyum, begitupun dengan dua orang temannya.
"Selamat Heyra kamu sudah bertahan, rangking satu dalam lima semester." Pria paruh baya itu, memberikan piala juara.
"Terima kasih Pak." jawab Heyra.
Heyra kembali ke tempat duduknya, setelah mengambil piala juara. Begitupun dengan Milraes dan Yeroi.
Beberapa hari kemudian, hari yang ditunggu telah tiba. Hari itu merupakan hari Minggu, sesuai kesepakatan untuk pergi.
"Gas, ayo mengebut." ajak Yeroi bersemangat.
"Oke, tancap." jawab Heyra.
"Kalian sudah bawa semua perlengkapan 'kan?" Milraes memastikan.
"Iya sudah, jangan takut." jawab Zinei.
"Bagaimana tidak takut, kata Zujuna ada naga raksasa." ucap Milraes.
"Yaelah, itu hanya legenda. Lagipula, kita sudah bawa tembakan listrik juga." jawab Zujuna.
Mereka segera melajukan motor, yang dari tadi sudah dihidupkan mesinnya. Beberapa jam kemudian, mereka sudah sampai ke perbatasan hutan.
"Eh, kita harus ke arah mana?" Zujuna melihat belokan kanan dan kiri.
"Lewat sebelah kiri saja." jawab Milraes.
"Menurut peta yang aku baca, kita harus belok ke kanan. Karena di sana, jalannya menuju laut hijau." ujar Heyra.
"Oke, kita ke kanan." jawab semuanya.
Mereka segera melajukan kendaraan roda dua tersebut. Pada akhirnya, mereka sampai di depan goa.
"Kita parkir motornya di sini saja." Zujuna mengusulkan idenya.
"Baiklah, aku setuju." jawab Zinei.
Yeroi mengunci setang motornya, begitu pun dengan Zujuna. Milraes mengunci setang motornya juga.
"Nasib, nasib jomblo." sindir Milraes.
"Cari pacar dong, biar bisa berboncengan." jawab Zujuna.
"Meledek saja terus." Milraes merasa sebal.
"Tenang, santai Milraes." Heyra menepuk pundaknya.
Yeroi menggandeng tangan Heyra, sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam goa. Mereka segera memotong bambu, untuk membuat rakit.
"Tumbuhan hijau yang ada di laut, bagus sekali untuk masker wajah." terang Zujuna.
"Kamu paham sekali iya, tentang pembahasan laut hijau." jawab Yeroi.
"Betul, pacarku ini 'kan hebat." puji Zinei.
"Terasa mau muntah mendengarnya." jawab Yeroi.
Rakit bambu telah siap, mereka segera meletakkan di atas permukaan air sungai.
"Sungai kecil ini merupakan akhir dari perbatasan, lalu akan mengalir ke laut hijau." tutur Heyra.
"Oke, ayo kita segera berangkat." ajak Yeroi.
Milraes mendorong batang bambu, supaya rakit berjalan cepat. Dia menggunakan rakit, bersama Milraes dan Yeroi.
"Eh, lihat di langit-langit goa." Heyra menunjuk kelelawar.
Tiba-tiba muncul banyak kelelawar menyerbu mereka, hingga semua berteriak-teriak secara bersamaan.
Duar! Duar!
Heyra mengarahkan pistol api, hingga hewan-hewan bersayap itu mati. Yeroi juga ikut membantu kekasihnya.
Mereka sudah sampai ke laut, dari air sungai yang mengalir. Mereka merasakan derasnya ombak, yang menerpa rakit mereka.
"Heyra lihatlah, banyak sekali tumbuhan hijau." ucap Yeroi.
"Iya Yeroi, benar-benar menakjubkan." jawab Heyra.
"Kita harus mengambilnya, untuk dijadikan masker wajah." sahut Milraes.
"Boleh juga, biar tambah cantik." jawab Heyra.
Heyra dan Milraes, mengeluarkan alat kacamata selam. Mereka segera melemparkan tubuh masing-masing ke dalam laut. Sementara tugas Yeroi menjaga rakit, supaya tetap terkendali.
”Wah, banyak sekali tumbuhan hijau. Mereka sungguh segar, aku tak sabar lagi.” batin Milraes.
Milraes mengiris batang-batang tumbuhan itu, begitupun dengan Heyra yang tak ingin menyiakan kesempatan. Mereka sudah datang jauh-jauh, jadi harus ada yang dibawa. Tiba-tiba saja air bergerak deras, ada naga raksasa yang muncul. Heyra segera berenang secepat mungkin, begitupula dengan Milraes. Heyra hampir sampai ke atas permukaan, namun tanpa aba-aba didorong oleh Milraes.
”Omg, dia punya niat jelek.” batin Heyra.
”Rasain kamu Heyra, kamu tidak akan selamat.” batin Milraes.
Heyra menghindari kejaran naga raksasa, sambil terus menembakan pistol apinya. Tidak lupa juga, dengan pistol listrik. Heyra terus dikejar, hingga masuk ke dalam lubang kecil. Naga raksasa itu mengamuk, namun tidak bisa mengejar Heyra. Milraes sudah sampai ke atas permukaan laut.
"Ayo cepat pergi Yeroi, di dalam laut ada naga raksasa." titah Milraes.
"Aku tidak peduli, aku ingin Heyra juga pergi dari sini." jawab Yeroi.
"Heyra sudah ditelan, dengan hewan tersebut." Milraes segera naik, ke atas rakit.
"Tidak mungkin, aku tidak percaya." jawab Yeroi.
Kedua bola mata Zinei melotot, mendengar naga raksasa. Dia segera melompat-lompat, memeluk Zujuna yang bertubuh besar itu.
Byur!
Yeroi terpaksa melompat ke dalam laut, untuk mencari kekasihnya Heyra. Tak berselang lama, Heyra sudah muncul di hadapannya. Yeroi segera menghampiri, dan membantunya sampai terlihat pada permukaan.
"Ayo cepat naik ke atas rakit." ajak Yeroi.
"Iya Yeroi." Heyra memegang badan rakit.
Mereka melanjutkan perjalanan, saat Yeroi juga sudah naik ke atas. Sementara Milraes tidak senang, karena melihat Heyra selamat.
”Kenapa kamu gak mati aja, aku berniat buat menyingkirkan kamu. Dengan begitu, aku bisa memiliki Yeroi sepenuhnya.” batin Milraes.
Tiba-tiba saja, terdengar bunyi ombak. Rakit terombang-ambing, karena sesuatu yang besar mendorongnya.
"Hah, apa itu?" tanya Zinei.
"Aku juga gak tau, yang pastinya hewan buas." jawab Zujuna.
Byur! Byur!
Mereka semua terjatuh ke dalam laut, karena rakit terguling oleh hewan besar. Ternyata, itu adalah induk hiu yang mengamuk. Heyra segera mengeluarkan tembakan listrik, dan hiu itu kejang-kejang seketika.
"Ayo cepat pergi." titah Yeroi.
"Iya, kita harus menepi." jawab Zujuna.
Mereka berhasil berenang sampai ke pinggir laut. Milraes sengaja bersandar pada pundak Yeroi.
"Aku gak sanggup lagi, terus dikejar-kejar sama binatang raksasa." Milraes menghembuskan nafasnya, dengan ngos-ngosan.
"Gak apa-apa, harap tenang aja dulu. Kalau sudah waktunya, nanti juga pergi kok." jawab Yeroi.
"Pokoknya, kita harus keluar dari laut hijau ini." ujar Milraes.
"Iya Milraes." jawab Yeroi.
"Kalau lagi takut, harus banget iya bersandar sama pacar orang." sindir Heyra.
"Memangnya kenapa, aku ini sahabatnya Yeroi." jawab Milraes.
"Kedudukan ku lebih tinggi dari kamu, tolong sadar posisi." ujar Heyra.
"Hih, aku juga bisa menjabat." Milraes membuang muka jijik.
Mereka melangkahkan kakinya, berjalan menuju hutan. Hanya ada pembekalan roti dan selai, serta cemilan kering biasa. Heyra membuka bungkus roti, lalu Milraes merampas dari tangannya.
"Sini, kembalikan punya aku." pinta Heyra.
"Ini tuh punya aku." jawab Milraes.
"Hih, sembarangan mengaku." Heyra mendengus kesal.
"Ini roti milik Yeroi, artinya milikku juga." jawab Milraes.
Mereka saling tarik-menarik roti, hingga roti terbelah dan terjatuh. Zujuna dan Zinei hanya geleng-geleng kepala.
"Bisakah, untuk tidak berebut makanan?" tanya Zujuna.
"Aku tidak akan berebut makanan, kalau dia tidak kecentilan." jawab Heyra.
"Kamu yang centil." ujar Milraes.
"Kamu genit." jawab Heyra, tidak mau kalah telak.
"Sudahlah, kalian berdua ini berdebat terus. Apa tidak bosan." ujar Yeroi.
"Sayang, dia yang menyebalkan." Heyra bergelayut manja.
Tiba-tiba ada angin kencang, yang membuat daun-daun berterbangan. Ditambah lagi ada debu-debu, yang berlarian ke arah mereka.
"Cepat sembunyi, kelihatannya ada makhluk di hutan ini." titah Yeroi.
"Kita juga makhluk." jawab Milraes ketus.
"Kita makhluk hidup normal, kalau yang ini raksasa buas." Yeroi menyenggol lengan Heyra.
Heyra segera mendongak, melihat tubuh yang besar. "Aaa... naga raksasa."
Mereka semua berlari tidak tentu arah, sehingga menyebabkan masing-masing berpencar. Yeroi dan Heyra berlari sambil bergandengan tangan.
"Ayo, kita bersembunyi di sana." Yeroi menunjuk batu besar.
"Iya sayang." Heyra segera mengikuti langkah kaki pacarnya itu.
Naga raksasa itu tidak tahu, di mana persembunyian mereka. Terus saja berjalan berbelak-belok, hingga menghilang dari pandangan mata manusia.
"Hah, untung saja dia sudah pergi." Zinei berucap, sambil menghela nafas lega.
"Huh, aku juga merasa ngeri melihatnya." jawab Milraes.
Milraes segera bergelayut manja pada Yeroi, membuat Heyra semakin jijik melihatnya. Apalagi dia tahu, bahwa Yeroi pacarnya Heyra. Dari awal sudah tahu maksud Milraes, ingin merebut Yeroi darinya.
"Milraes, kamu bisa gak si, gak usah kayak gini." ucap Yeroi, dengan tegas.
"Aku gak bisa, aku sudah terbiasa bersamamu sejak kecil." jawab Milraes, dengan manja.
"Menjijikkan, sampah genit." ucap Heyra spontan.
"Hei, jaga iya ucapan kamu." jawab Milraes.
"Aku akan menjaga ucapan, kalau kamu menjaga tindakan." ujar Heyra.
"Oh gitu, baiklah." Milraes segera mendorong pundak Heyra.
Heyra hendak membalasnya, namun malah mendengar suara berisik di balik semak. Mereka semua terdiam, tidak jadi berdebat. Tiba-tiba muncul komodo raksasa, berjalan mendekat ke arah mereka.
"Komodo gendut!" teriak semuanya serentak.
Mereka segera berlari tunggang langgang, hingga berpencar menjadi tiga bagian. Yeroi bersama Heyra, Zinei bersama Milraes, sedangkan Zujuna seorang diri.
"Haduh, di mana iya yang lainnya." monolog Zujuna.
Komodo muncul di hadapannya, berjalan mendekat ke arah Zujuna. Pria itu sengaja menghindar, hingga mulut komodo membentur batu. Komodo menggelengkan kepalanya, sedikit merasa pusing.
"Tolong!" teriak Zujuna.
Zujuna berlari tidak tentu arah, sengaja berbelok-belok di antara pepohonan kecil. Akibatnya, komodo susah untuk menangkapnya. Tubuhnya yang besar berkali-kali membentur batang pohon.
Hari sudah semakin sore, Yeroi memutuskan untuk membuat tenda. Heyra mencari kayu bakar, untuk menghidupkan api unggun.
Brak!
Heyra meletakkan kayu di atas tanah. Dia segera menghidupkan api, dengan korek yang Yeroi bawa. Mereka berdua sampai, dengan nafas terengah-engah.
"Heyra! Yeroi!" panggil Zinei.
"Eh kalian, sini!" Yeroi mengayunkan tangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!