NovelToon NovelToon

Suami Cadangan

Tiket

...🥀🥀🥀...

Silfia Anjani 23 tahun, wanita berparas cantik dengan tinggi semampai, harusnya merasa bahagia. Setelah 5 tahun menjalin kasih, akhirnya hubungannya dengan Wahyu Nugroho, yang usianya 25 tahun akan berlabuh pada ikatan pernikahan.

Tapi apa boleh di kata, manusia hanya bisa berencana, dan semua yang terjadi atas kehendaknya pula.

Begitu juga dengan Silfia, garis takdir berkata lain untuk rencana pernikahannya, 3 hari sebelum pernikahan, setelah pulang bekerja maksud hati ingin memberikan kejutan dengan amplop yang ada di dalam tasnya.

...💻💻💻...

Siang hari di kantor, setelah jam makan siang.

Yenny masuk ke dalam ruang kerja, menghampiri Silfia yang berada di meja kerjanya, tengah fokus dengan laptopnya yang ada di hadapannya.

Tuk tuk tuk.

Yenny mengetuk ngetukkan ujung kukunya, di atas permukaan meja kerja Silfia. Membuat si empunya meja yang tengah fokus, melirikkan tatapannya pada seorang wanita yang kini berdiri di hadapannya.

"Serius amat, neng! Mau kejer setoran lo ya!" ledek Yenny.

"Iya dong, date line. Biar di hari cuti, gw udah terbebas dengan pekerjaan gw!" celetuk Silfia.

"Mending lo tinggalin dulu deh kerjaan lo! Because lo di tunggu di ruang kerja bu Embun." ujar Yenny dengan meninggalkan meja kerja Silfia.

Silfia mengerutkan keningnya, bu Embun mau ngomong apa ya? Ko sampe gw di tungguin gitu di ruang kerjanya.

"Sekarang apa nanti?" tanya Silfia, dengan menatap Yenny dengan serius.

Yenny terkekeh, "Boleh nanti setelah jam pulang kerja, tapi lo tanggung sendiri akibatnya... kalo bu Embun udah ngamuk! Hahaha."

"Sialannn lo, yang ada gw gak bisa cuti buat merid, kalo bu Embun udah ngamuk!" sungut Silfia dengan beranjak dari duduknya, membiarkan laptopnya tetap menyala.

"Ahaha, bu Embun gak bakal bisa marah sama lo!" ledek Yenny yang tidak mungkin lagi di depan Silfia, karena gadis itu sudah menghilang di balik pintu.

Siska yang merupakan teman kerja yang berada dalam satu ruang dengan mereka, ikut kepo dengan ke pergian Silfia. Ia buru buru beranjak dari duduknya lalu menghampiri Yenny, bertanya pada Yenny.

"Gw denger denger, tadi bu Embun manggil Silfia ke ruang kerjanya ya, Yen?" tanya Siska dengan menatap Yenny dengan rasa ingin tahu.

Yenny menatap malas Siska, "Sebenarnya lo mau tanya apa Siska? Kerjaan gw banyak nih, so jangan menghambat pekerjaan gw dengan basa basi lo yang gak mutu itu!" sungut Yenny dengan tegas.

Siska mengepalkan tangannya, sialannn ini bocah, tau aja lagi kalo gw lagi basa basi.

"Ehem, berhubung lo udah bilang gitu... gw mau tau dong, sebenarnya bu Embun manggil Silfia ke ruang kerjanya, ada perlu apa ya?" tanya Siska.

Yenny mengfokuskan pandangannya pada layar laptopnya, "Gw gak tau. Lo tanya aja gih sama anaknya langsung!" ucap Yenny dengan acuh.

"Lo pasti bohong, lo pasti tau kan, Silfia mau di kasih apa gitu sama bu Embun!" ujar Siska yang kekeh menuduh Yenny, mengetahui apa yang ingin di sampaikan atasannya itu pada Silfia.

Yenny melipat ke dua tangannya di depan dada, menatap tajam pada Siska, "Kalo gw bilang gak tau, ya gak tau! Puas lo!"

Siska berdecih, "Cihh sombong lo!" Siska meninggalkan meja kerja Yenny dengan perasaan yang dongkol.

Silfia mengetuk pintu ruang kerja Embun.

Tok tok tok.

"Boleh saya masuk, bu?"

Tidak lama, suara Embun terdengar di telinga Silfia, memperbolehkan dirinya untuk masuk ke dalam ruang kerja atasannya itu.

"Masuk Silfia."

Ceklek.

Embun melihat Silfia yang melangkah masuk, ia mencondongkan tubuhnya untuk mengambil map putih panjang, dari salah satu laci yang terdapat pada meja kerjanya.

Silfia berdiri di depan meja kerja Embun, "Maaf nih bu, tadi Yenny bilang, ibu memanggil saya. Ada apa ya bu?" tanya Silfia.

"Kamu duduk dulu, Sil!" Embun mempersilahkan Silfia untuk duduk di kursi yang ada di hadapannya.

Silfia langsung duduk dengan patuh. Menatap atasannya dengan tanda tanya besar di hatinya, saat Embun memperhatikan wajah Silfia yang meneganggg, sementara di bawah meja, Silfia menautkan jemarinya, ada rasa gugup yang menyeruak.

"Kamu beneran jadi nikah 3 hari lagi, Sil?" tanya Embun dengan menyunggingkan senyumnya.

"Iya bu, insyaallah jadi... undangan juga udah di sebar dari seminggu yang lalu. Gak mungkin gak jadi kan bu?" ucap Silfia dengan yakin.

"Anggap ini hadiah dari perusahaan. Karena kamu sudah bekerja dengan cukup baik, selama mengabdi pada perusahaan, royalitas kamu juga cukup tinggi, saya sebagai atasan kamu sangat menghargai itu." Embun menyerahkan map putih panjang pada Silfia.

"Apa ini, bu?" tanya Silfia dengan menatap map putih panjang yang kini ada di tangannya.

"Kamu buka saja, itu bisa kamu gunakan sebagai hadiah bulan madu, semua fasilitas, mulai dari tempat menginap, uang saku, tiket pesawat pulang pergi sudah di tanggung perusahaan. Kamu dan suami kamu hanya tinggal berangkat saja." terang Embun menjelaskan panjang lebar pada Silfia.

Silfia berbinar menatap 2 tiket pesawat atas namanya dan nama Wahyu ada di tangannya, "Jadi, bu... waktu itu ibu minta foto kopi KTP calon suami saya, untuk ini bu?"

"Memang buat apa lagi? Kalo tanpa KTP, kan saya tidak bisa memesan tiket pesawat untuk kalian berdua." ujar Embun.

Silfia menjabat tangan Embun, ia bahkan sampai mencium punggung tangan kanan Embun saking bahagianya.

"Terima kasih, bu... ibu tau aja kalo saya pengen banget bulan madu ke Bali... tapi apa boleh buat, saya masih harus menabung buat beli tiket pesawat, belum lagi buat menginap dan jajan di sana." celoteh Silfia yang mulai ceplas ceplos saat bicara.

Embun yang mendengarnya cukup terhibur dengan ke polosan dan ke jujuran Silfia, dengan terkekeh Embun pun berkata.

"Hahahhaha sudah sudah, lebih baik kamu kembali ke ruang kerja mu, selesaikan pekerjaan mu yang belum selesai. Ingat ya, harus selesai sampai besok. Karena 2 hari sebelum hari h pernikahan mu, saya tidak mau melihat mu masih berkeliaran di perusahaan." terang Embun dengan bawelnya.

Silfia beranjak dari duduknya, "Siap, bu! Silfia akan menyelesaikan pekerjaan sekarang juga." Silfia hendak melangkah meninggalkan ruang kerja atasannya.

"Tunggu apa lagi?" tanya Embun yang melihat Silfia membalikkan tubuhnya dan menatapnya dengan mata yang berbinar.

"Uang sakunya kapan ibu berikan? Hehehe, mau tanya itu bu." celetuk Silfia dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Besok akan ibu berikan uang sakunya, sekarang sana kerja lagi!" Embun di buat geleng geleng kepala melihat tingkah Silfia.

Silfia kembali ke ruang kerjanya dengan wajah sedih ingin mengerjai Yenny, teman baiknya selama di perusahaan.

Yenny beranjak dari duduknya, saat ke dua matanya melihat Silfia yang kembali, dengan mata yang habis menangis.

"Lo kenapa Silfia, muka lo ko kusut gitu? Lo habis nangis? Lo di apain sama bu embun?" cecar Yenny yang menghampiri Silfia saat Silfia sudah duduk di kursinya.

Yenny mengelusss punggung Silfia, "Cerita sama gw, apa yang di omongin bu Embun sama, lo?" tanya Yenny lagi.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Silfia menyerahkan map putih panjang pada Yenny. Membiarkan Yenny untuk melihat isinya sendiri.

Siska menatap ke duanya dengan sinis, bibirnya pun menyeringai, "Biar gw tebak... lo pasti abis di kasih surat pemutusan kerja, iya kan?" ucap Siska dengan ketus.

bersama...

...🍂🍂🍂🍂...

Semoga kalian suka dengan ke haluan author gabut 🤭🤭🤭

Jangan lupa tinggalin jejak ye..

Like dan komen, oke 😉

Petir di sore hari

...🥀🥀🥀...

Siska menatap ke duanya dengan sinis, bibirnya pun menyeringai, "Biar gw tebak... lo pasti abis di kasih surat pemutusan kerja, iya kan?" ucap Siska dengan ketus.

Yenny memperlihatkan sedikit isi yang terdapat dalam map putih panjang itu, ia membola, tiket pesawat Bali, pulang dan pergi, "Ini bu Embun, beneran? Serius ini buat lo, Sil?" tanya Yenny dengan menatap Silfia tidak percaya.

Siska tergelak, tanpa melihat ke arah Yenny dan Silfia, "Ahahhaha, kasian banget si lo... Silfia astaga nasib lo malang banget, baru juga mau nikah, eeeeeh sekarang lo udah di hadapin dengan pemecatan kerja, ahahahha lo bakal jadi pengangguran tau gak!" ejek Siska dengan puas.

Yenny menatap Siska dengan sinis, dasarrr sinting!

Yenny hendak melangkah untuk menghampiri Siska, namun tangannya di cekal oleh Silfia yang menggelengkan kepalanya.

"Gak perlu, biarin aja dia dengan pemikirannya. Yang pasti kita lanjut kerja lagi aja, toh gw cuma punya waktu 1 setengah hari buat menyekesaikan pekerjaan gw." ucap Silfia yang memilih duduk di kursi kerjanya.

"Iya lo bener, abaikan itu si guguk... yang penting gw mau ya oleh oleh hehehe." ucap Yenny.

"Beres itu mah."

Silfia menyelesaikan pekerjaannya, hingga jam kerja berakhir. Baru ia merapihkan meja kerjanya, menatap kalender yang ada di atas meja kerjanya, lalu meraihnya dan memberikan tanda lingkar berwarna merah, di tanggal ia akan berangkat ke Bali bersama dengan Wahyu.

Tunggu aku Bali, eh salah... tunggu kami Bali. Aku dan calon suami ku.

Dengan mengendarai mobil ke sayangannya, Silfia langsung menuju rumah kost Wahyu, untuk memberi kabar gembira, soal hadiah yang di berikan dari bos tempat ia bekerja.

Wahyu hanya seorang anak indekos di kota besar ini, yang tinggal seorang diri. Sedangkan orang tuanya tinggal di desa lain.

Wahyu dan Silfia bertemu di salah satu universitas tempat mereka sama sama menimba ilmu, dari yang awalnya hanya teman, berubah menjadi cinta dan ke duanya memutuskan untuk berpacaran.

Silfia menepikan mobilnya di salah satu toko roti ternama, ia hendak membeli roti ke sukaan Wahyu.

Sambil melangkah masuk ke dalam toko roti, Silfia mencoba menghubungi Wahyu lewat sambungan teleponnya.

Mbak operator yang menjawab panggilan Silfia, "Nomor telepon yang anda tuju, tidak menjawab... silahkan hubungi beberapa saat lagi."

Apa mungkin Wahyu lagi di jalan ya? Gak apa lah, nanti coba aku hubungi dia lagi.

Di dalam toko roti, Silfia langsung mengambil beberapa roti ke sukaan Wahyu dan juga dirinya, dan langsung membayarnya pada penjaga yang berada di kasir.

Dengan tangan kiri yang menenteng paper bag berisikan roti, serta tas yang ada di bahu kirinya, belum lagi Silfia mencoba kembali menghubungi Wahyu, di depan pintu toko roti, bahu Silfia saling bersenggolan dengan seorang pria yang hendak masuk ke dalam toko roti.

Bugh.

"Akhhh maaf maaf, saya tidak sengaja!" seru Silfia yang menundukkan kepalanya, lalu langsung ke luar meninggalkan toko roti, menuju mobilnya.

"Itu kan... Fia, akhirnya aku bisa bertemu dengan mu." gumam pria yang tadi bersenggolan bahu dengan Silfia.

Mobil Silfia melaju kembali, menuju tempat kost Wahyu. Silfia mencoba kembali menghubungi nomor telepon Wahyu.

[ "Ada apa Sil?" ] tanya Wahyu, saat sambungan teleponnya ia jawab, dengan nada suaranya yang tampak tegang.

"Kamu lagi di mana, sayang?" tanya Silfia dengan mesra.

[ "Aku? A- aku lagi di emmm kost, aah tidak tidak... a- aku lagi di jalan, i- iya... aku lagi jalan akan pulang ke tempat kost. A- ada apa kau menghubungi ku?" ] ucap Wahyu dengan tergagap dan meragu.

Lebih baik aku tidak katakan jika aku akan ke tempatnya, biar aku kasih Wahyu ke jutan, ia pasti akan sangat senang mengetahui aku dan dirinya akan ke Bali untuk bulan madu.

"Tidak ada, aku hanya merindukan mu, sayang! Aku tidak sabar, 3 hari lagi kita akan menikah. Kau dan aku akan resmi menjadi suami istri."

[ "I- iya 3 hari lagi. Kita bicara lagi nanti ya Sil! Nanti a- aku akan menghubungi mu!" ] Wahyu memutuskan sambungan teleponnya.

"Ihsss pasti Wahyu sedang malu, ada juga aku yang malu, 3 hari lagi." gumam Silfia.

...🔥🔥🔥...

Di saat yang bersamaan, tempat kost Wahyu, yang terdiri atas satu petak ruang yang terdapat tempat tidur, meja kecil, lemari, kipas angin, dan kamar mandi.

Wahyu mendudukan dirinya di atas kasur, dengan punggung yang menyandar pada dinding, dengaan tatapan yang kosong, sedangkan seorang wanita berparas cantik, dengan rambut panjang, dress mini melekat di tubuhnya, berdiri di depan Wahyu, menatapnya dengan penuh harap.

"Kenapa kau harus berbohong, Wahyu?" tanya Nandita, yang tidak lain adalah kaka dari Silfia.

"Memang apa yang harus aku katakan padanya?" Wahyu menatap malas Nandita.

"Kamu mengatakan padanya jika kamu lagi di jalan, kenapa harus berbohong? Kenapa tidak kamu katakan padanya, jika kamu tidak bisa menikah dengannya, katakan padanya jika aku mengandung benih mu!" ucap Nandita dengan duduk mendudukan dirinya di tepian ranjang Wahyu.

"Aku tidak mungkin tega mengatakannya pada Silfia, aku akan menghancurkan harapannya. Pernikahan kami adalah pernikahan yang sudah sangat di impikan olehnya." ucap Wahyu.

"Lalu kamu tega dengan ku, Wahyu? Kamu tega membiarkan aku membesarkannya seorang diri? Kamu tega, tanpa memberi ku status yang jelas? Bagai mana dengan status anak ini? Bagai mana dengan nasibnya?" ucap Nandita dengan terisak, bulir bening terus membanjiri ke dua mata indahnya.

Jegerrr.

Bak tersambar petir di sore hari, langit sore yang cerah seakan sedang mentertawakan Silfia. Bulir bening meluncur dengan bebas, membasahi pipi Silfia tanpa bisa di bendung.

Silfia menggenggammm tali paper bag yang ada di tangannya dengan kencang, hatinya bergemuruh, tubuhnya seakan tidak bertulang, hingga ia bersandar pada dinding.

A- apa aku tidak salah mendengar? Mengandung? Ka Dita mengandung? Anak siapa? Tidak mungkin anak Wahyu kan?

"Sudah lah Dita, kandungan mu itu kan masih kecil, bisa kamu gugurkan. Jalan mu masih panjang Dita, biarkan aku bahagia dengan Silfia. Silfia tidak akan tahu jika kamu sedang mengandung benih ku." Wahyu menggenggammm jemari Nandita dan menghujaninya dengan ke cupan.

"A- apa? Jadi benih itu milik Wahyu? Jadi selama ini hubungan ku dengan Wahyu? Hubungan Wahyu dengan ka Dita?" Silfia mengurungkan niatnya untuk menemui Wahyu, ia berbalik badan meninggalkan tempat kost Wahyu.

Baru melangkah beberapa langkah, dengan kepala yang menunduk, bulir bening yang masih terus meluncur bebas, Silfia menubruk salah seorang penghuni kost lainnya, hingga paper bag yang ada di tangannya jatuh.

Bugh.

"Maaf maaf aku tidak sengaja." ucap Silfia dengan tangannya yang berusaha memunguti roti yang berserakan di lantai.

"Ada juga saya yang harusnya minta maaf sama mbak, ini biar saya bantu mbak!" pria itu membantu Sofia memunguti rotinya.

"Terima kasih, tapi buat kamu aja! Aku susah tidak membutuhkannya." Silfia menyodorkan paper bag itu pada pria yang ada di hadapannya, lalu ia langsung berjalan dengan cepat.

"Baik banget itu cewe, roti mahal ini. Di kasih ke gw." celetuknya dengan menatap beberapa bungkus roti di dalam paper bag.

"Lo ngapain di sini?" tanya Wahyu pada temannya yang tidak jauh dari kamar kostnya.

bersama...

...🍂🍂🍂🍂...

Semoga kalian suka dengan ke haluan author gabut 🤭🤭🤭

Jangan lupa tinggalin jejak ye..

Like dan komen, oke 😉

Berubah

...🥀🥀🥀...

"Lo ngapain di sini?" tanya Wahyu pada temannya yang tidak jauh dari kamar kostnya.

"Ah gak ko." ucap Deri.

Wahyu menatap tajam pada paper bag yang ada di tangan Deri, sejak kapan Deri suka dengan roti itu? Itu kan roti mahal, mana mau Deri ngeluarin duit banyak cuma buat beli roti itu?

Deri mengerti dengan apa yang ada di pikiran Wahyu, ia pun langsung menyodorkan paper bag yang ada di tangannya pada Wahyu.

"Ini pegang! Lo pasti bertanya tanya kan! Itu tadi di bawa oleh Nona Silfia, gw pikir dia habis nemuin lo!" tebak Deri.

Wahyu mengerutkan keningnya, menatap Deri dengan penuh tanda tanya, "Kapan lo ketemu Silfia? Lo ketemu Silfia di mana?" cecar Wahyu.

Belum Deri menjawab semua pertanyaan Wahyu, Nandita muncul di belakang Wahyu dengan mengelusss lembut lengan Wahyu.

"Ada apa, sayang?" tanya Nandita.

Deri mengerutkan keningnya, pantesan aja Nona Silfia tampak menangis, gw rasa ini sebabnya. Apa mungkin Nona Silfia udah tahu... hubungan yang terjalin antara kakanya dan juga Wahyu? Calon suaminya.

Wahyu mengerutkan keningnya, melihat Deri yang kini memperhatikan Nandita, tampak sedang berfikir. Apa yang ada di dalam pikiran Deri ya? Gw gak bisa biarin ini, bisa bisa Deri menaruh curiga dengan hubungan gw dan Nandita. Secara 3 hari lagi gw bakal nikah sama Silfia.

"Gak ada apa apa! Ayo masuk! Untuk apa sih lo ke luar!" Wahyu menarik lengan Nandita dengan kasar, dan menutup pintu dengan kasar pula.

Deri menggeleng gelengkan kepalanya, "Wahyu Wahyu, lo bermain api. Gimana kalo api itu nyakitin lo? Salah, api yang lo nyalain malah ngelukain 2 hati wanita sekaligus, malah itu kaka beradik, jahat bener lo Wahyu. Merusak hubungan kaka beradik dengan perbuatan lo ini!"

Di dalam kamar kost Wahyu.

Nandita merebut paper bag yang ada di tangan Wahyu, lalu mengeluarkan sebungkus roti manis dari dalam paper bag. Dan tanpa mengajukan pertanyaan, Nandita memakan roti itu dengan lahap.

Wahyu menatap cara Nandita makan dengan lahap, justru membuatnya menatap Nandita dengan jengah.

"Apa kau mau?" Nandita menyodorkan roti yang ada di tangannya pada Wahyu.

Wahyu mengerdilkan bahunya, "Tidak, kau makan saja sendiri. Tapi setelah ini kau harus pulang! Dan ingat, jangan kembali lagi ke tempat ini. Aku takut jika Silfia datang tiba tiba seperti saat ini."

"Uhuk uhuk uhuk uhuk." Nandita tersendak, dengan roti yang tengah ia makan.

"Dasar bodoh! Makanya kalo makan itu hati hati!" sungit Wahyu dengan kesal.

"Sudah tau aku tersendak, cepat ambilkan aku minum!" titah Nandita dengan menunjuk botol minum mineral, yang ada di atas meja dekat tempat tidurnya.

"Kau kan punya tangan, gunakan tangan mu sendiri!" sungut Wahyu dengan melangkah meninggalkan Nandita, Wahyu melangkah memasuki kamar mandi.

Nandita mengerucutkan bibirnya, dengan kening yang mengkerut, "Kenapa aku merasa Wahyu jadi berubah begitu sikapnya pada ku, apa karena ia tahu aku sedang mengandung anaknya?" gumam Nandita.

...🥀🥀🥀...

Di dalam mobil.

Silfia menangis sejadi jadinya, kata kata yang di ucapkan Wahyu dan Nandita terus berseliweran di kepalanya.

"Sejak kapan mereka memiliki hubungan?"

bersama...

...🍂🍂🍂🍂...

Semoga kalian suka dengan ke haluan author gabut 🤭🤭🤭

Jangan lupa tinggalin jejak ye..

Like dan komen, oke 😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!