NovelToon NovelToon

Mengandung Benih Dari Calon Menantuku

Bab 1

“Irene. Pokoknya Mommy tidak setuju kalau kamu sampai menikah dengan Leon. Kamu tahu sendiri, kan? Leon itu pengangguran. Kamu mau makan apa? Masa iya kamu mau makan cinta saja. Usia kamu masih muda juga, lebih baik kamu fokus dengan kuliah kamu, jangan memilih ingin menikah muda dengan Leon, Mommy tidak setuju,” ucap Mommy Shira menegaskan kepada putrinya kalau dirinya sangat keberatan sekali jika Irene menikah dengan Leon, kekasihnya.

“Mom! Tapi Irene sangat mencintai Leon. Mommy bisa kan kasih kerjaan ke Leon, agar Leon tidak menjadi pengangguran!” ucap Irena begitu keras kepala sekali, dia begitu ingin sekali menikah dengan Leon.

“Irene!” sentak Mommy Shira. Wanita yang usianya masih 39 tahun begitu kesal menghadapi putrinya yang keras kepala.

Shira Riwan selama 19 tahun membesarkan Irene Kartika Irawan sendiri, Shira memang single parent. Shira berperan menjadi sosok Ibu dan Ayah, tidak mudah Shira membesarkan Irene hingga tumbuh dewasa. Shira hanya tidak mau putri kesayangannya hidup susah jika menikahi Leon Prasetya usianya 22 tahun. Leon memang pengangguran, tidak pernah mau bekerja dan tidak mau berusaha mencari pekerjaan.

“Mommy jahat!!” pekik Irene terisak.

Irene dan Leon sudah pacaran hampir satu tahun, selama satu tahun menjalani pacaran setiap jalan berdua selalu Irene yang ke luar modal, Irene selalu memanjakan Leon dengan fasilitas mewahnya. Mommy Shira selalu memantau hubungan Irene dengan Leon, makanya dia sangat keberatan dan tidak akan memberikan lampu hijau.

Akhir-akhir ini Leon memang mendesak dan membujuk Irene, tak sabar Leon ingin segera menikahi Irene, ia tidak mau kehilangan Irene wanita yang begitu tulus mencintainya tanpa memandang apa pun. Irene selalu membantu Leon ketika Leon mengalami kesulitan, hanya saja kurangnya Leon dia tidak mau bekerja, dia memang pemalas.

Leon sudah tidak punya orang tua, Leon menjadi yatim dan piatu ketika usia Leon 14 tahun. Kerjaan Leon sehari-hari hanya nongkrong gak jelas dengan teman-teman seusia Leon. Akan tetapi tidak sampai mabuk-mabukan, hanya minum ngopi sembari memainkan alat musik gitar. Leon masih di biayai oleh Kakaknya yang bekerja sebagai waiters di sebuah Restoran, usianya Kakaknya Leon menginjak usia 25 tahun terpaut 3 tahun dengan Leon. Namanya, Dirly Prasetyo.

“Irene!” Mommy Shira kembali membentak Irene. “Jangan bodoh kamu!” sentaknya lagi.

“Irene benci sama Mommy! Irene benci!” pekik Irene terisak, Irene langsung pergi berlari menuju ke kamarnya.

Mommy Shira menghela napas kasar, cukup emosi malam ini menghadapi Irene yang begitu susah dibilangin. Terlalu cinta sampai Irene tidak bisa berpikir dengan logis. Sebelum Leon mendapatkan pekerjaan, Mommy Shira tidak akan memberikan restu. Lebih baik Mommy Shira kirim Irene ke luar negeri agar jauh dengan Leon.

Tensi Mommy Shira sedikit naik, buru-buru Mommy Shira pun meminum obat penurun darah dari pada nanti tensi darahnya naik dratis hingga menyebabkan dirinya struk.

Di dalam kamar, Irene pun menangis. Irene kesal, Irene marah, Irene tidak terima karena Mommy-nya tidak mau memberikan restu.

“Sayangku, kenapa kamu menangis? Gimana cinta, apakah Mommy-mu merestui kita untuk segera menikah muda?” tanya Leon lewat video call, tak sabar rasanya Leon ingin mendengar kabar baik dari Irene.

Irene hanya menggelengkan kepalanya, tak sanggup dirinya untuk mengatakan kabar buruk kepada Leon.

“Maksud kamu, Mommy kamu itu tidak memberikan restu untuk kita menikah?” tanya Leon memastikan.

Irene mengangguk pasti, Irene kembali terisak. Irene begitu sangat mencintai Leon, tidak mau sampai kehilangan Leon.

“Tidak ada cara lain, Sayang! Kita memang harus nekad!” ucap Leon tersenyum menyeringai. Banyak cara menuju roma, Leon yakin dengan cara itu dirinya dan Irene menikah muda.

“Caranya?” tanya Irene penasaran.

“Sayang, besok kita ketemu di tempat biasa ya!” kata Leon yang langsung diangguki oleh Irene.

**

Leon dan Irene sudah ketemu di tempat biasa, di ujung jalan kompleks rumah Leon. Leon dan Irene duduk di pos ronda tempat tongkrongan Leon. Sehabis pulang kuliah, Irene langsung gegas menemui Leon.

“Rencana kamu apa sih, Yank?” tanya Irene tak sabar.

Leon pun berbisik, mengatakan rencananya kepada Irene.

“HAH???” Irene membulatkan mata ketika dirinya sudah mendengar rencana kekasihnya.

“Sayang, kita tidak punya cara lain lagi. Kita harus berani melakukan ini,” bujuk Leon menggenggam kedua tangan Irene yang sudah terasa gemetar.

Bagaimana bisa Irene melakukan itu? Di cium bibir saja sama Leon, Irene selalu menolak. Sekarang Irene harus menyerahkan miliknya kepada Leon sebelum halal hanya demi restu? Apakah harus dengan cara pintas itu? Apakah tidak ada cara lain? Sungguh, Irene benar-benar takut.

“Sayang, kamu tenang saja. Aku akan memberikan kamu sesuatu agar kamu bisa menghilangkan rasa takut kamu. Malam ini, aku akan menyelinap masuk ke dalam kamarmu, dan kamu harus sudah meninum obat ini.” Leon memberikan sesuatu kepada Irene.

Ragu, Irene pun mengambilnya.

“Sayang, kamu jangan takut. Aku juga sama akan minimum obat ini agar aku berani menyentuhmu,” kata Leon.

Lagi, Irene hanya mengangguk. Sebenarnya Irene masih belum siap jika kegadisannya harus jebol sebelum akad. Irene memang ingin segera menikah muda dengan Leon, tapi bukan dengan cara seperti ini juga.

Namun, tidak ada pilihan lain lagi selain mengambil jalan pintas. Demi cinta, Irene akan melakukan ini.

“Sekarang aku antar kamu pulang ya!” kata Leon kemudian.

Lagi, Irene hanya mengangguk.

‘Apakah aku harus melakukannya? Tuhan, .. aku benar-benar sangat takut sekali. Ciuman bibir saja aku takut. Gimana ceritanya coba malam ini aku harus melakukan dosa itu. Oh my god!’ monolog Irene dalam hatinya.

Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi lewat 30 menit.

Leon membuka kedua matanya, malam tadi dirinya habis melewati malam panjang, melakukan dosa terindah hanya demi hubungannya mendapatkan lampu hijau.

Leon menyalakan lampu kamar, dari semalam lampu kamar memang gelap. Leon sengaja ketika menyelinap masuk tidak menyalakan lampu kamar agar dirinya lebih berani menyentuh Irene.

Leon tersenyum bangga pada dirinya sendiri ketika Leon melihat noda merah di atas kasur menandakan kalau semalam dirinya sudah berhasil membobol gawang. Leon memeluk wanita yang tengah tidur miring membelakanginya. Leon menciumi punggung wanita itu. “Makasih, Sayangku. Setelah ini kita pasti akan menikah,” ucap Leon penuh percaya diri.

Wanita itu menepis pelukan dari Leon, memutar tubuhnya ke arah Leon.

Deg!

Sontak Leon langsung terkejut setelah dia tahu siapa wanita yang sudah ia temani tidur semalam.

“Tan-tante. Kok, bi-bisa??” Leon tergagap.

Plak

Plak

Plak

plak

Mommy Shira menampar wajah Leon sampai bulak-balik tanpa ada ampun. Semalam dirinya sudah dibuat tidak berdaya oleh Leon sampai tidak bisa melawan, kini saatnya Shira Irawan memberikan perlawan kepada Leon, laki-laki yang sudah memberikan kepuasan semalam sampai Shira cukup menikmatinya.

“Kau pikir! Setelah ini, saya akan memberikan restu? Tidak! Dasar b3jaaaadddd!” pekik Shira.

Plak

Lagi, Shira menampar wajah Leon tanpa ampun.

Leon masih diam membisu, Leon masih tidak percaya tapi ini nyata bukan mimpinya kalau dia sudah tidur dengan calon mertuanya, bukan kekasihnya, Irene putri sematawayang Shira Irawan.

‘T-tapi kok Tante Shira masih ke luar darah? Apa Tante Shira lagi datang bulan?’ gumam Leon, bertanya dalam hatinya.

Plak

Plak

Dan lagi, Shira Irawan belum puas. Dia kembali menampar wajah Leon sangat kasar.

“Ke luar kamu dari kamar putriku! Ke luar!” usir Shira dengan suara meninggi.

Bab 2

“Tante, tunggu dulu! Leon mau tanya? Kenapa bisa Tante? Irene mana? Jujur, Leon masih bingung loh. Terus kenapa Tante tidak cegah aku?” tanya Leon, berjuta pertanyaan ingin Leon tanyakan terkait kejadian semalam. Meski dirinya kerap di usir oleh Shira, namun pemuda itu tetap tidak mau pergi juga.

Napas Shira mulai kembang kempis, tensi darahnya mulai naik. Mengingat punya riwayat darah tinggi, Shira Irawan pun mencoba untuk meredakan emosinya dulu. Bukan perkara itu saja yang Leon tanyakan, terkait noda darah itu. Bukannya Shira sudah mempunyai anak, kenapa masih bisa keluar darah? Semalam Leon melakukan itu terpengaruh dengan obat sesuatu, hingga Leon bermain di luar kesadarannya.

“Heh, anak muda be33jaaadd! Gimana saya mau nolak hah? Tenagamu sangat kuat. Saya sampai kewalahan dan tidak bisa melawan,” ucap Shira sinis.

Leon menggaruk tenguknya, ia mencoba untuk mengingat kejadian semalam. Yang Leon ingat hanya suara desah ketika tangan Leon mer33mas buah dada itu, lidah Leon juga berkelana di leher Shira sampai wanita itu tidak bisa melawan dan mulai mengikuti setiap inci permainan yang Leon berikan. Setelah itu, Leon tidak ingat lagi.

“Pergi! Ke luar dari sini! Dan ingat, jangan sampai Irene tahu masalah ini. Anggap saja malam tadi tidak terjadi sesuatu. Ke luar!” sentak Shira mengusir Leon lagi.

Gegas Leon pun turun dari ranjang, Leon mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.

‘Sial! Kenapa bisa sih gue jadi ulala sama emaknya?’ gerutu Leon kesal, ingin bercinta dengan Irene, eh malah sama Mommy Shira.

Shira meremas selimut, mencengkramnya dengan kuat. Wanita itu masih belum percaya dengan kejadian yang sudah terjadi antara dirinya dan Leon, kekasihnya Irene. Shira memikirkan perasaan putrinya, pasti sangat hancur jika mengetahui tentang ini.

“Jangan sampai Irene tahu! Aku tidak mau melukis luka di hatinya. Leon memang brengseeekkk!!!” pekik Shira semakin kuat mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya yang masih polos.

#Sebelumnya...

Irene berdiam diri di dalam kamar ketika petang. Irene tidak mengunci jendela kamarnya sesuai dengan kesepakatan. Jam sebelas malam lewat, Leon akan datang. Jam segitu Mommy Shira pasti sudah tidur lelap. Gadis cantik itu terus memperhatikan obat yang tadi dikasih oleh Leon, tubuh Irene semakin gemetar dan panas dingin. Sumpah demi apa pun, Irene belum siap untuk melakukan ini.

“Tidak tidak tidak tidak! Aku tidak boleh ambil jalan pintas ini. Aku harus cari akal agar malam ini aku dan Leon tidak harus melakukan ini. Ya, tidak boleh!”

Gegas Irene pun ke keluar dari kamar, sebelum ke luar Irene menaruh ponselnya di atas meja rias, obat itu Irene buang ke tong sampah yang ada di dalam kamarnya.

Irene menemui Mommy Shira yang lagi duduk santai di ruang tengah sembari membaca berkas projek baru yang akan segera dijalani.

“Mommy!” panggil Irene lantang.

“Iya, Ren.” Mommy Shira menyahut, akan tetapi pandangan matanya masih tertuju ke selembaran berkas itu.

“Apakah Mommy tetap tidak akan memberikan restu kepada Irene untuk menikah muda dengan Leon? Bukannya dulu Mommy dan Almarhum Daddy juga menikah muda. Maka dari itu, Irene juga ingin mengikuti jejak Mommy.” Lagi, Irene mencoba untuk membujuk Mommy-nya.

Shira melepaskan kacamatanya, menaruhnya di atas meja. Shira melipatkan kedua tangannya di atas dada, “Mommy tetap tidak akan setuju, Irene. Mommy tidak akan menikahkan kamu dengan Leon, mau dikasih makan apa anak Mommy? Makan cinta? Hilih ... yang ada kamu akan kelaparan tiap hari,” cibir Shira yang tetap tidak akan merubah keputusannya.

“Oke, fine! Kalau begitu Irene akan pergi dari rumah ini. Irene tidak mau lagi tinggal di sini. Mommy egois!” pekik Irene berlarian kecil menuju ke kamarnya.

“Irene!” sentak Shira.

Huh

Shira mengatur napasnya, Shira jangan terlalu emosi tidak mau sampai tekanan darahnya naik. Shira yakin, kalau Irene hanya menggretaknya saja, tidak mungkin Irene pergi dari rumah ini. Tidak mungkin!

Namun apa yang terjadi? Shira terbelalak dan langsung berdiri tegak ketika dirinya melihat Irene muncul sembari menyeret kopernya.

“Irene, kamu beneran mau pergi meninggalkan Mommy hanya gara-gara laki-laki itu?” hardik Shira sembari geleng-geleng kepala.

“Ya, Irene lebih baik pergi dari pada Irene batal menikah dengan Leon!” Irene sengaja melakukan ini, bukan bermaksud untuk meninggalkan Mommy-nya, hanya ingin menggeretak saja. Siapa tahu dengan cara ini Mommy Shira mengizinkan Irene menikah muda dengan Leon.

Gegas Irene pun berlalu pergi ke luar rumah. Shira gagal mencegah Irene, dia tidak mau sakitnya kumat hanya karena emosinya yang terus terpancing.

Besok, Shira akan mencari Irene dan akan membujuk Irene untuk kembali pulang. Mungkin malam ini, anak gadisnya tengah emosi.

Shira sedih sangat sedih atas sikap putrinya yang susah dibilangin, yang tidak bisa berpikir logis. Pernikahan itu bukan hanya perkara cinta, bukan itu saja? Tetap harus ada materi juga agar kebutuhan terjamin. Toh ... kita juga butuh makan, dengan hanya makan cinta tidak akan membuat perut jadi kenyang, apalagi jika sudah punya anak. Cinta dan materi itu harus seimbang.

Shira memutuskan untuk tidur di kamar Irene, duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan foto anak gadisnya yang mulai tumbuh dewasa.

“Kamu keras kepala. Mommy melarang kamu menikah dengan Leon tentu bukan tanpa alasan Irene. Andai saja kamu bisa sedikit berpikir logis, kamu pasti akan memahami alasan Mommy. Ternyata anak gadis Mommy masih belum dewasa, masih labil. Belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kamu adalah kesayangan Mommy, sebagai Ibu tentu Mommy tidak mau sampai kamu kesusahan,” lirih Shira.

Rasa kantuk sudah mulai Shira rasakan. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Shira mematikan lampunya, tidak bisa tidur jika lampu menyala. Shira tidur sembari memeluk foto Irene, berharap Irene kembali pulang.

Irene sudah berada di dalam taksi, tujuannya ke rumah Sabrina teman kampusnya. Mungkin untuk sementara waktu, gadis itu akan tinggal bersama temannya.

“Astaga! Ponsel aku ketinggalan! Terus gimana aku bisa hubungi Leon kalau malam ini dia tidak usah menyelinap masuk ke kamarku. Duh ... aku memang teledor.” Irene sampai tepuk jidat, saking buru-burunya sampai Irene melupakan ponselnya yang tadi ia taruh di atas meja rias.

“Mungkin Leon akan kembali pulang setelah dia tidak melihat aku di kamar. Besok aku akan datangi Leon ke rumahnya,” monolog Irene.

Tepat pukul sebelas malam lewat sepuluh menit, Leon sudah tiba di depan jendela kamar Irene. Kamar Irene terletak di lantai atas, Leon sampai manjat. Leon juga tadi berhasil mengalihkan satpam penjaga pintu gerbang. Makanya, Leon bisa masuk.

“Aku harus minum obat p33erangsang ini dulu. Biar aku enggak kaku dan enggak bego saat bermain dengan Irene.”

Leon meminum obat itu yang ia dapat dari temannya, setelah itu Leon pun masuk lewat jendela.

“Kok gelap!”

Leon tersenyum menyeringai, lebih baik gelap saja biar mainnya makin asyik. Obat itu mulai menjalar, Leon berjalan mengidap karena memang gelap. Leon melepas semua benang yang menempel ketika dia sudah menemukan ranjang, dan dia merasakan ada Irene yang tengah tidur.

“Irene, Sayang!” Leon duduk di atas ranjang. Tangannya meraba-raba tubuh wanita yang tengah tidur terlentang.

“Aaaa .... “ teriak wanita itu terkejut ketika ada tangan yang merayap.

“Sayang, ini aku!” bisik Leon.

Deg

Bab 3

Ketika Shira hendak mau menyalakan lampu, namun tertahan ketika Leon sudah berhasil mencium bibir Shira tanpa ada aba-aba dulu. Leon sudah tidak kuat, tubuhnya sudah mulai kepanasan.

Shira melawan! Namun tenaga Leon cukup kuat. Leon mencengkram kedua tangan Shira sehingga membuat wanita yang tengah ia sentuh tidak bisa melawan.

Aaahhhh

Desah Shira ketika kedua tangan Leon *******-***** aset kebanggaan yang kembar itu. Shira sampai tidak berdaya, tubuhnya juga ikutan panas.

Leon melepas busana Shira yang dia anggap kekasihnya dengan paksa sampai robek. Lantas Leon menjelma sebagai vampir hingga meninggalkan banyak bekas di leher Shira, dan lagi Shira kembali melenguh.

Hingga akhirnya, Shira Irawan masuk ke dalam permainan Leon yang nikmat itu. Shira begitu menikmati setiap sentuhan demi sentuhan yang Leon berikan padanya, bermain tanpa ada cahaya terasa nikmat meski tak terlihat. Cukup di rasa saja sudah membuat Leon dan Shira melayang bagaikan di surga.

Shira masih dalam keadaan sadar, tapi dia tidak melihat milik Leon sekarang sudah masuk ke dalam sangkarnya.

Aaahhh, Leon!

Tanpa sadar Shira mendesah sembari menyebut nama Leon.

Leon begitu perkasa ketika di atas ranjang, maju mundur dengan tempo yang cepat. Lagi, Shira hanya bisa melenguh karena nikmat yang tiada bisa Shira ungkapkan dengan kata-kata.

“Leon! Uuggghhh .... “ Dan untuk kedua kalinya Shira memanggil nama Leon dengan manja dan seksi.

Hingga Leon pun berhasil menaburkan benihnya ke dalam rahim yang dia kira adalah Irene. Setelah itu, tubuh Leon pun terkapar lemas di sebelah Shira dengan napas yang memburu.

Shira pun menyalakan lampu kamar, dan benar laki-laki yang sudah memberikan kenikmatan padanya adalah Leon yang sekarang sudah tertidur pulas.

Shira membulatkan mata lebar-lebar melihat si perkasa milik Leon yang loyo tapi ukurannya sangat wow. Pantas Shira sampai kesakitan karena terlalu besar sampai kesempitan.

“Kenapa jadi seperti ini? Kenapa? Apa jangan-jangan si Leon ini sudah berencana akan menyentuh putriku? Oh tidak!”

Shira benar-benar tidak bisa tidur sama sekali, memikirkan perasaan Irene.

Shira menangis dan menangis karena tidak bisa melawan hingga terjadinya pertempuran panas penuh nikmat.

Leon tengah membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi. Leon masih tidak percaya jika semalam dirinya sudah melewati malam panjang bersama Shira, Mommy-nya Irene. Andai saja ... Leon tidak meminum obat haram itu, mungkin kejadian semalam bisa dicegah. Leon benar-benar tidak tahu? Apa yang harus dia lakukan sekarang. Ia merasa malu untuk bertemu lagi dengan Irene.

"Aarrrghhh!!!" pekik Leon mulai stres memikirkan kejadian semalam.

Leon memikirkan perasaan Irene, pasti akan sangat kecewa. Wanita yang sudah melahirkan dirinya sudah Leon nikmati semua miliknya tanpa terkecuali.

"Apakah aku harus menjauh? Aku tidak akan sanggup. Aku sudah mengkhianati Irene, aku tidak sanggup melihat Irene menangis, kecewa, terluka dan hancur. Meski Tante Shira meminta aku untuk melupakan kejadian semalam. Tetap saja, aku merasa berdosa. Aarrrghhh ... lagian bego juga! Kenapa gue harus mengambil jalan pintas itu? Jadi gini kan? Tidak sesuai ekspektasi." Leon terus ngomel-ngomel, dia memarahi dirinya sendiri.

Ketika lampu mati, harusnya dia nyalakan dulu. Eh dia malah kesenangan sendiri. Akhirnya jadi salah sasaran.

Bukan hanya Leon saja yang berdiam diri di kamar mandi. Shira pun sama, wanita yang usianya mendekati kepala empat namun masih terlihat cantik dan menarik. Wajahnya masih terlihat segar, tidak terlihat sudah usia 39 tahun. Terlihat masih usia 25 tahunan, orang-orang luar mengira kalau Shira adalah Kakaknya Irene, bukan Mommy-nya Irene.

Shira merasa jijik pada tubuhnya yang sudah kotor. Jijik dengan leher dan dadanya yang banyak bekas gigitan mulut serangga, dan itu jelas ulah Leon laki-laki yang sangat dicintai oleh Irene.

"Aku tidak akan memberikan restu. Aku harus menjauhkan Irene dengan pria sialan itu! Dia sudah menikmati tubuhku, jangan harap dia bisa menikmati putriku juga. Tidak! Tidak akan aku biarkan terjadi. Irene dan Leon harus putus! Aku harus peringati pria itu agar dia menjauh dari Irene. Selain itu, aku tidak mau sampai putriku tahu apa yang sudah aku dan Leon lakukan semalam. Aarrrghhh bego! Kenapa sih aku enggak bisa melawan sama sekali. Kenapa semalam aku pasrah begitu saja menikmati setip sentuhan yang Leon berikan!"

Setelah ini, Shira akan menemui Leon. Lalu akan mulai mencari Irene. Kalau bisa, Shira akan mengirim Irene ke Australia agar jauh dari Leon. Berharap di sana, Irene bisa melupakan Leon dan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik, lebih mapan, tidak pemalas seperti Leon.

***

Irene menelpon Leon menggunakan nomer telepon Sabrina, namun telepon darinya tidak mendapatkan jawaban dari Leon.

[Sayang. Ini aku, Irene. Aku menggunakan nomer telepon Sabrina. Semalam aku kabur dari rumah, ponsel aku ketinggalan. Aku mau hubungi kamu jadi susah. Semalam aku juga teleponin kamu, tapi gak kamu jawab jawab. Sayang. Aku yakin, dengan cara ini kita pasti akan menikah. Aku tidak akan pulang ke rumah sebelum Mommy merestui kita. Sayang. Temui aku di rumah Sabrina ya, aku kangen. Love you, muach]

Leon baru selesai membersihkan tubuhnya yang kotor dan menjijikan karena sudah tempur dengan calon ibu mertuanya. Leon mengambil ponselnya di atas kasur. Leon duduk di ujung kasur, menghidupkan layar ponselnya. Ada chat masuk dari kontak tanpa nama.

"Irene! Dia chat aku. Dia minta ketemuan. Irene ... apakah gue masih pantas buat Lo? Setelah apa yang sudah terjadi semalam antara gue dan Mommy Shira? Gue memang anak berandalan, bisa dibilang hanya Islam KTP. Tapi gue ngerti agama. Gue gak boleh gauli ibu dan anak. Gue gak mau nambah dosa! Gue bingung, Sayang. Gue bingung harus ngapain? Gue sayang banget sama lo, Irene. Sayang banget. Lo yang bisa menerima gue apa adanya. Tapi gimana? Semalam itu nyata. Gue dan nyokap lo sudah menabur benih." Leon bermonolog, dia tidak berani untuk ketemu Irene, bahkan dia tidak membalas chat dari Irene.

Irene masih memegang ponselnya Sabrina, menunggu balasan dari Leon.

"Centang biru. Itu artinya Leon sudah balas chat aku. Tapi kenapa dia tidak balas? Apakah dia marah sama aku karena semalam aku membatalkan rencana yang sudah dia susun. Ish ... sebel deh!" gerutu Irene.

Irene pun mengembalikan ponsel Sabrina ke pemiliknya. Irene mengambil tas mininya, gegas Irene pun ke luar dari kamar Sabrina.

"Kamu mau ke mana, Irene?" teriak Sabrina karena Irene main nyelonong ke luar begitu saja. "Ah ... paling mau ke rumah si Leon," duga Sabrina.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!