NovelToon NovelToon

You My Bucin

Prolog

"Lo mau bolos lagi?"

Cowok itu menatap kesal pada gadis di depannya. Bajunya yang di keluarkan, dasi yang diikat di kepala, dan sepasang sepatu yang sudah dikalungkan ke lehernya. Ah, dia benar-benar pusing mengurus satu cewek aneh ini.

"Hah? Mana ada?"

Cewek itu bertingkah seperti tidak melakukan kesalahan apapun.

Lantaran sudah lelah, cowok itu membentaknya, "jawab gue!"

Cewek itu nyengir sambil mendekat kearahnya. "Gak jadi deh, soalnya disamperin ketos ganteng hehehe," ujarnya.

"Alya! Jangan pegang gue!!"

Cowok itu berteriak ketika cewek bernama Alya itu tiba-tiba bergelayutan dilengan kanannya.

"Kenapa Ilham? Alya gak gigit kok," sahutnya sambil menampilkan wajah polosnya.

Ilham sedikit bersyukur karena para murid sudah masuk ke kelas dan hanya tersisa Alya dan Ilham di belakang kelas 10 mipa 2. Ilham melepaskan paksa tangan Alya dari lengannya, rasanya risih terus-terusan diperlakukan seperti ini oleh gadis gila.

Tentu, ini bukan kali pertama untuknya, sudah berkali-kali Alya bergelayutan dilengannya tanpa ijin. Benar-benar gadis yang merepotkan.

"Ih, kenapa dilepas sih," ucap Alya yang kesal karena ditolak mentah-mentah. Padahal diluar sana banyak laki-laki yang mau diperlakukan seperti itu olehnya.

"Gue gak suka lo jamah badan gue!"

Alya manyun. "Aku semenjijikan itu ya Ham?"

Ilham menghembuskan nafasnya pelan. "Lo jangan rendahin diri lo buat cowok."

Dia fikir setelah mengucapkan itu manusia di depannya akan sadar. Namun...

"Yaudah kalo gitu kita--" Alya menggantung ucapannya, "kita nikah aja deh, biar lo gak risih lagi soalnya kan udah halal," sambungnya membuat Ilham otomatis menyentil kening Alya.

Pletakk...

"Awww," ringisnya. "Astaghfirullah belum apa-apa udah kdrt aja Ham," ujar Alya.

Cowok itu mengetuk kepalanya dengan tangan, lalu beralih mengetuk tangannya ke tembok. Dia melakukannya secara berulang sambil berkata, "Nauzubillah gue punya bini modelan kayak lo!"

"Gini-gini gue juga cantik kali Ham!" Gadis itu menatap galak padanya. "Body gue juga bisa dibilang body goals," lanjutnya sambil berpose memperlihatkan betapa sempurnanya dia.

Gadis itu tanpa malu memberikan bokongnya kehadapan Ilham. Ilham langsung menutup matanya lalu berteriak lagi, "ALYA!! MATA GUE TERNODAI KAMPRET!!"

Alya memutar bola matanya malas. "Jangan munafik lo! Gue tahu lo suka nonton yang lebih dari ini apk tektok."

Ilham mengintip Alya disela-sela jarinya. Dirasa sudah aman dia pun kembali seperti semula menyilangkan kedua tangannya didada.

"Udah lo gak usah banyak omong, ikut gue!" titah Ilham yang sudah pusing dengan kelakuan Alya.

Ilham membalikkan badannya lalu berjalan meninggalkan Alya yang masih diam menatap kesal kearahnya.

"Ilham," panggil Alya membuat langkah cowok itu terhenti.

"Apaan?" tanya Ilham yang langsung membalikan badannya menatap kesal pada gadis urakan itu.

Gadis itu tersenyum. Senyum semanis mungkin agar ketosnya ini tidak terlalu galak padanya. "Aku mau ngomong sesuatu," ujarnya.

Ilham sebenarnya bodo amat dengan apa yang akan dikatakan bocah itu, pasti yang akan dia katakan adalah sesuatu yang konyol dan tidak penting.

"Ilhamm...."

"Ngomong apa? Cepetan!!"

Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? "

Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian dia tersadar bahwa gadis di hadapannya ini tidak waras. Ingatkan Ilham untuk tidak terbuai dengan tingkah menyebalkan gadis ini.

"ALYA!! DIEM LO! IKUT GUE KE RUANG BK! SEKARANG!!"

01. Nunggu Ilham

11 MIPA 3. Kata orang, kelas ini memiliki murid-murid tampan dan cantik. Di kelas ini juga dikatakan berisi murid-murid pintar dan jenius. Seperti salah satunya seorang cowok yang duduk dikursi paling depan. Cowok itu begitu fokus mendengarkan penjelasan dari sang guru yang tengah mengajar.

"Ilham, kamu mau menjawab?"

Ilham Adiwijaya Kusuma. Ketua Osis yang paling disegani karena kepintarannya, juga karena selama masa jabatannya sekolah menjadi aman, damai, tentram, meskipun ada satu hama yang belum bisa dia lemahkan. Namun, itu tidak terlalu berpengaruh pada reputasinya. Dia selalu menjadi kebanggaan SMA Pertiwi.

"Ilham!" panggil Bu Nita lagi.

Cowok itu mengangguk lalu langsung berdiri hendak menjawab pertanyaan yang ada di papan tulis.

Namun baru saja ingin melangkah ke depan, seorang gadis lebih dulu maju untuk menjawab.

"Alya? kamu mau menjawab?"

Ya, dia Alya Maheswari gadis incaran satu sekolah. Bukan terkenal karena prestasinya, namun karena kenakalannya. Setiap hari pasti dia akan berulah dan membuat sang Ketua Osis harus turun tangan.

Sepertinya hari ini satu sekolah harus syukuran karena gadis yang terkenal badung ini tidak bolos dan sekarang malah akan menjawab soal di papan tulis.

"Iya Bu, Alya mau jawab spesial hari ini, karena--" Gadis itu melirik ke arah Ilham yang sedang menatapnya datar. "Ilham hari ini bisa menghentikan saya untuk tidak bolos, jadi saya akan mengurangi sedikit bebannya untuk menjawab pertanyaan yang banyak dipapan tulis ini," lanjutnya sambil tersenyum manis.

Sebagian siswa meleleh melihat senyum gadis itu. Meskipun dia biang masalah disekolahnya, namun pesonanya tidak bisa dibohongi. Alya sangat cantik, hidungnya yang mancung, kulit putih dan matanya yang sedikit sipit, jangan lupakan rambut hitamnya yang panjang dengan poni yang menutupi dahinya, dia jadi semakin terlihat menggemaskan.

Alya mulai mengisi soal itu dengan rumus-rumus yang begitu panjang. Sekitar 5 menit soal-soal dipapan tulis itu sudah terisi lengkap dengan jawaban yang membuat Bu Nita mengembangkan senyumnya.

"Baik, terimakasih Alya sudah mengisi semua soal dengan benar tanpa ada satupun kesalahan. Ibu harap besoknya lagi kamu bisa seperti ini," ujar Bu Nita dengan senyum yang belum luntur dari wajahnya.

Nakal bukan berarti Alya itu bodoh. Dia itu sebenarnya pintar, namun sikap malas dan bodo amatnya membuat dirinya berada di ranking paling bawah.

"Sama-sama Bu, semoga saja deh besok penyakit saya tidak kumat," sahut Alya sambil nyengir.

"Baiklah silahkan kamu kembali ke tempat duduk kamu,"

Gadis itu mengangguk lalu kembali ke bangkunya yang bersebelahan dengan Ketua Osis.

"Gimana? gue keren kan?" bisiknya pada Ilham yang sedang menatapnya datar.

Cowok itu memalingkan wajahnya kembali ke depan, daripada melihat wajah menyebalkan gadis itu lebih baik dia kembali fokus belajar.

"Kayaknya tahun ini lo bakal saingan sama si tukang bolos deh Ham,"

Ilham berdecak menatap teman sebangkunya. "Gue gak bakal kalah Ger, lagipula manusia kayak dia gak bakalan ambis buat dapetin peringkat pertama."

"Dia gak perlu ambis Ham buat geser lo dari peringkat pertama, liat aja dia bisa isi semua soal yang kayaknya lo juga gak bakalan bisa isi semuanya dengan sempurna, meskipun lo udah belajar mati-matian," jelas Gery sambil terkekeh pelan.

Ilham mengalihkan pandangannya pada gadis yang sedang mencoret-coret bukunya. "Apa bener lo mau ambil posisi gue?"

...*****...

"Ilham, gue boleh minta tumpangan gak?"

Gadis itu duduk disampingnya sambil tersenyum manis.

Bell pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun Ilham belum meninggalkan kelasnya karena sedang mengisi sesuatu yang harus segera diselesaikan. Niat ingin tenang, nyatanya satu setan wanita ini terus mengganggunya dari tadi.

"Ilham lagi ngisi tugas dari pembina Osis ya?" tanya gadis itu sambil memperhatikan yang dikerjakan Ilham.

"Hmmm,"

Alya berdecak kesal. Dari tadi cowok ini hanya menanggapinya dengan deheman.

"Mau Alya bantuin gak?"

"Hmmm,"

"Beneran gak mau dibantuin?" tanyanya lagi. "Ilham--"

"Bisa diem gak?!"

Alya terlonjak kaget dengan bentakan dari cowok itu. Matanya mengerjap beberapa kali, andai saja Ilham sedang tidak sibuk pasti dia akan tersihir oleh wajahnya yang menggemaskan.

"Lo kenapa belum pulang sih?!" kesalnya.

Alya cemberut. "Alya nungguin Ilham tau."

"Gue gak mau anterin lo! Jangan ngimpi lo bisa gue bonceng!" Setelah mengucapkan itu Ilham kembali fokus dengan tugasnya yang belum selesai.

"Gakpapa, Alya tungguin disini sampe Ilham selesai,"

Alya meletakan kepalanya dimeja dengan kedua tangannya yang menjadi tumpuan. Dia benar-benar menunggunya bahkan sambil ketiduran.

Sekitar satu jam Ilham baru menyelesaikan semuanya. Cowok itu segera membenahi semuanya, dan memasukan alat tulisannya kedalam tas.

Ilham baru sadar ternyata cewek itu masih disini bersamanya, bahkan dia sudah tertidur. "Eh, dia beneran nungguin gue?"

Sebelum ke ruang Osis cowok itu memperhatikan wajah Alya dengan jarak yang cukup dekat. Dia tersenyum sekilas setelah melihat wajah damai gadis itu.

"Kenapa lo cantik banget kalo tidur Al?"

"Hmm, aku emang cantik tiap hari kok Ham,"

Ilham langsung mundur sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Sial! bisa-bisanya dia bilang bahwa gadis gila ini cantik. Arghh...!!

Alya membuka matanya lalu tertawa melihat kekonyolan Ketos ganteng itu.

"Hahaha, ternyata lo mengakui juga ya kalo gue cantik,"

Ilham mendelik. "Mana ada, itu cuma halusinasi lo doang!"

Alya sebenarnya tidak tahan ingin tertawa lagi, tapi kasihan juga melihat wajah merah dari cowok itu. Ah, harusnya tadi Alya pura-pura tidak dengar saja.

"Oke, mungkin gue halusinasi, tapi gue bisa dong nebeng sama lo buat pulang," ujar Alya.

"Gak!"

Ilham benar-benar kejam. Langsung menolak begitu saja padahal dia sudah lama menunggunya.

"Ilham kok tega sih sama Alya." Gadis itu menatap Ilham dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Cowok itu menghela napasnya pelan lalu berkata, "oke, hanya kali ini aja."

Baiklah sekarang Ilham mengalah saja, jujur dia sudah lelah dan ingin segera pulang. Berdebat dengan manusia semacam Alya tidak akan gunanya karena pada akhirnya juga dia akan kalah.

"Yeee!!" Alya bersorak senang. Gadis itu langsung menggandeng lengan Ilham yang sedang membawa beberapa map.

"ALYAA!!! JANGAN PEGANG GUE!" teriak Ilham membuat Alya langsung melepaskan kembali tangannya dari lengan Ilham.

"Ck, cuma gitu doang sampe teriak-teriak gak jelas," cibir Alya.

"Gue udah berbaik hati mau ditebengin sama lo! jadi jangan bersikap berlebihan sama gue, atau gue bakal berubah fikiran,"

Alya nyengir. "Hehe, jangan gitu dong, barusan cuma becanda doang kok."

"Yaudah diem!"

"Diem-diem suka sama lo boleh gak sih Ham?

02. Pertengkaran

Ini masih pagi dan entah ada angin apa gadis bernama Alya itu sudah duduk anteng di kursi taman sekolah.

Entah karena kejadian kemarin sore atau memang otaknya yang sudah diperbaiki.

"Lo gak bosen bolos terus?"

Ilham membuka percakapan setelah beberapa menit mereka saling terdiam. Entah karena penasaran atau apa cowok itu menanyakannya pada Alya, yang jelas ada perasaan senang yang bersarang dihati Alya.

"Kenapa harus bosen? kan seru kalo bolos," jawab Alya santai.

Ilham berdecak sambil sesekali melihat kearah kaca spionnya, gadis dibelakangnya malah nyengir tanpa dosa.

"Apa lo gak bosen dihukum? apa lo gak takut di keluarin dari sekolah?"

Sial! entah apa yang difikirkan oleh Ilham. Kenapa dia harus repot-repot bersuara hanya untuk gadis ini? bodo amat deh, lagi pula dia ini Ketua Osis, sudah tugasnya kan? dia harus segera menyelamatkan satu siswa eh ralat maksudnya meluruskan kekacauan yang dibuat oleh gadis badung dibelakangnya.

Alya mengedikkan bahunya. "Hmm, hukumannya biasa banget, paling di suruh bersihin wc, ngepel kelas, paling parah paling dipanggil orang tua."

"Lo itu pinter Al, kenapa lo gak pernah mau ada diposisi pertama?"

Alya memiringkan tubuhnya, gadis itu berusaha melihat wajah sang lawan bicara. "Emangnya kalo Alya ambil posisi pertama Ilham, boleh?" tanyanya.

Ilham yang diperlakukan seperti itu berdeham pelan. Rasanya tidak nyaman. "Bisa gak sih lo duduk dengan tenang dibelakang?"

Gadis itu mencebikan bibirnya lantas kembali memperbaiki posisi badannya. "Jawab yang barusan Ilham."

"Gue gaada hak buat cegah lo jadi nomor satu, gue cuma pengen lo lebih baik dan jangan bikin gue pusing tujuh keliling karena lo suka kabur-kaburan gak jelas, atau lo berulah dikantin sekolah." Ilham menghela napasnya sebentar lalu kembali melanjutkan perkataannya. "Jujur gue capek kalo terus-terusan ngurusin lo, gue juga banyak kerjaan apalagi guru-guru semua berharap sama gue agar lo gak terus bikin masalah."

Alya senyum-senyum sendiri mengingat kejadian kemarin. "Baru kali ini dia mau buka obrolan ke gue, dan baru kali ini Ilham ngomong panjang kali lebar ke gue."

Setelah mendengar ucapan Ilham, dia merasa sedikit kasian. Garis bawahi hanya sedikit. Ya, cowok itu pasti lelah dengan semua kekacauan yang diperbuatnya. Selama ini hanya Ilham yang bisa menanganinya, haha sudah seperti kepala sekolah saja.

Tidak heran sih karena dia adalah anak dari pemilik perusahaan terbesar di kota ini, makanya Ilham pintar dan sangat berwibawa, sangat cocok menjadi ketua Osis, atau mungkin dimasa depan dia bisa menjadi presiden?

"Duh, bisa-bisanya gue kebayang Ilham terus," gumam Alya.

Entah sejak kapan Alya mengagumi Ilham. Mungkin karena kejadian kemarin? sial sekali, tadinya dia hanya becanda tapi ternyata malah suka beneran.

"Ilham, dia mau gak ya jadi pacar gue?" tanyanya pada diri sendiri.

"Ngapain lo disini?" tegur seorang cowok yang ikut duduk disamping Alya.

Alya yang menyadari kehadiran cowok itu langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Gue yang harusnya nanya sama lo, ngapain lo kesini?" tanya Alya ketus.

Cowok itu mengerutkan dahinya. "Salah ya? Ini kawasan ips kali, lah lo anak ipa ngapain kesini?"

"Terserah gue lah. Pergi aja lo dari sini Devan, gue muak liat muka lo! "

Cowok yang bernama Devan tersenyum mendengar jawaban gadis disampingnya, masih sama seperti hari-hari kemarin, gadis itu nampaknya begitu marah padanya.

"Hey baby--"

"Gak usah panggil gue dengan sebutan itu, kita udah gak ada hubungan apa-apa!" bentak Alya. Gadis itu menatap tajam pada lawan bicaranya.

Devan hanya terkekeh kecil lalu tangannya terulur untuk mengelus rambut Alya. Dengan cepat Alya menyingkirkan tangan Devan dengan kasar.

"Gak usah sentuh gue dengan tangan kotor lo!" Alya tidak suka diperlakukan seperti ini oleh mantan pacarnya.

Ananda Devan Nugraha, lebih sering disapa Devan. Cowok yang memiliki rambut pirang dengan manik coklat itu adalah cinta pertamanya Alya. Seandainya dia bisa kembali kemasa lalu, ingin rasanya dia menjauhi yang namanya Devan brengsek ini.

"Gue udah cuci tangan kali," sahut Devan sambil menatap teduh pada gadis di sampingnya.

Alya benar-benar tidak suka dengan tatapan itu. Dia takut kembali terhipnotis dengan mata itu. Arghhh! kenapa dia bisa suka sama manusia semacam Devan sih?

"Kenapa diem?"

"Gue males ladenin cowok sinting kayak lo!

Devan menyunggingkan senyum. " Lo ngegas mulu sama gue, sebenci itu lo sama gue Al? Duh, bukannya dulu lo yang ngejar-ngejar gue ya?"

Alya memutar bola matanya jengah. Iya memang Alya akui dulu dia yang mengejar Devan, tapi semua itu benar-benar kesalahan terbesarnya dan sebut saja Alya ini bodoh karena mengejar cowok brengsek seperti Devan.

"Waktu itu gue gak sadar, gue harap lo lupain hal menjijikkan itu," ujar Alya tanpa menatap sang lawan bicara.

"Why? Gue suka banget tau, pas lo mohon-mohon sama gue buat jadiin lo pacar gue," jelas Devan dengan wajah berseri. Nampaknya dia sangat senang membuat Alya kesal.

"Lo bisa diem gak?!" Dengan kedatangan cowok ini saja sudah membuat Alya kesal, ditambah cowok ini terus-terusan menjelekannya. Jujur saja emosinya kini sudah diubun-ubun.

"Tentu enggak dong, lagi pula cewek murahan kayak lo emang pantas ditendang, iyakan?"

Alya mengepalkan tangannya.

Bugh..., Bugh...,

Alya meninju perut dan wajah Devan tanpa ampun, cowok itu tak tinggal diam dia berdiri dan menarik rambut panjang Alya membuat gadis itu merintih kesakitan.

"Lo adalah cowok TERGILA!! yang pernah gue kenal!" teriak Alya tepat diwajah menyebalkan Devan.

"Lo baru nyadar sekarang heh?" tanya Devan sinis.

Bugh...

Alya menendang tulang kering Devan, membuatnya merintih kesakitan sehingga dia melepaskan rambut Alya yang sedari tadi ditarik olehnya.

"Sial!" umpat Devan.

"Apa? Cemen lo!" cibir Alya.

Gadis itu terkekeh sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Untung saja rambutnya yang berharga ini tidak tercabut dari akarnya. Cowok dihadapannya ini memang tidak pernah main-main dengan perlakuannya.

Devan menatap nyalang kearah Alya. "Lo adalah cewek terbodoh yang pernah gue temui!"

"Gue emang bodoh udah pernah suka sama cowok kayak lo! "

Plakkk..

Devan menampar pipi Alya dengan sangat keras, sampai-sampai sudut bibirnya berdarah dan tubuh Alya terhuyung sampai terjatuh ke tanah. Devan terdiam ketika melihat senyum terbit diwajah Alya. Gadis itu bahkan tidak memperlihatkan wajah kesakitan, dia benar-benar cewek gila!

"Hmm, puas lo nampar gue? Mau nambah gak?"

"WOY BOCAH BADUNG!! MAU COSPLAY JADI GEMBEL LO?!"

Alya tersenyum sekilas, kemudian tubuhnya ambruk seketika.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!