Hari ini, adalah hari pemakaman kedua orang tuanya Leira. Semua kerabat dan sahabat datang untuk menyampaikan rasa belasungkawa mereka.
Tanpa terkecuali dengan keluarga dari Ayahnya yang berada di luar kota.
"Maafkan Paman ya Ra ... Paman tidak bisa berada terlalu lama menemani kamu di sini." Ucap Richard kepada keponakannya.
"Tidak apa-apa Paman, Ara mengerti kok." Jawab Leira.
Ara adalah nama panggilan kesayangan Leira dari Ayahnya ketika dia masih kecil dulu, dan Leira sangat senang dengan nama panggilannya tersebut.
"Tapi kamu jangan khawatir, nanti Tante Mila akan datang dan menemani kamu di sini." Terang Richard.
"Iya Paman!" Ucap Leira sambil menganggukan kepalanya.
"Untuk sementara waktu kamu bisa mengandalkan Bi Nenah, terus jika kamu butuh apa-apa nanti kamu hubungi saja Paman yaa ...," Ucap Richard lagi.
"Iya Paman, Ara mengerti." Jawabnya lagi.
"Kalau begitu, Paman pergi dulu. Jaga diri kamu baik-baik!" Pamit Richard kepada Leira.
Kemudian, diapun memasuki mobil dan langsung menyalakan mesinnya. "Daaahhh ...," Teriaknya sambil melambaikan tangan ke arah Leira.
"Daaaahhhhh ...," Leira pun membalas lambaian tangannya.
Setelah kepergian Richard, Leira berjalan perlahan memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Semenjak kematian kedua orangtuanya, dia hanya di temani oleh Bi Nenah dan dua orang pelayan lainnya saat ini.
"Non ... Bibi sudah siapin makan malam untuk Non Ara." Ucap Bi Nenah kepada Leira yang baru masuk lewat pintu depan rumahnya.
"Ara enggak lapar bi ...," Jawab Leira, dia memang sudah dua hari ini kehilangan nafsu makannya.
"Ya ... Jangan gitu toh Non, nanti kalau sakit bagaimana?" Ujar Bi Nenah lagi.
"Ara memang enggak lapar sama sekali bi ...."
"Ya sudah ... Bibi ke dapur dulu kalau begitu Non." Ucap Bi Nenah memilih pergi ke dapur meninggalkan Leira yang sudah dia anggap seperti anaknya itu.
Leira hanya mengangguk lalu duduk termenung di ruang tengah, pikirannya semakin kalut belakangan ini, bukan hanya karena kehilangan orangtua dia juga kehilangan gairah hidupnya.
Bi Nenah yang sedang memperhatikan majikannya dari arah dapur merasa khawatir dengan keadaan Leira yang seperti ini. Sejak kecil, Leira memang lebih suka menyendiri ketika mendapati masalah dalam hidupnya. Sifatnya yang tertutup itu, seringkali membuat kedua orangtuanya sering merasakan kekhawatiran seperti yang di rasakan Bi Nenah sekarang ini.
"Kasihan Non Ara dia pasti merasa kesepian gara-gara kehilangan kedua orangtuanya. Hahh ... Non, malang sekali nasibmu." Ucap Bi Nenah pelan.
Tak lama kemudian, terdengar suara bell yang di tekan. Tett... Tett... Tett...
"Sebentar ...," Ucap Bi Nenah sambil bergegas menuju pintu depan.
Begitu pintu di buka, muncullah seorang pria dengan penampilan yang sangat rapi, dia memakai stelan jas warna hitam di tambah dengan kacamata bening yang menambah daya tarik tersendiri untuk orang yang melihatnya.
"Cari siapa yaa ...,?" Tanya Bi Nenah kepada tamunya.
"Maaf Bi ... Nama saya Alex dari Surabaya, Nona Leira nya ada?" Jawab si tamu yang mengaku bernama Alex tersebut.
"Oh ... Ada-ada, silahkan masuk!" Ujar Bi Nenah ramah dan mempersilahkan tamu yang mencari majikannya untuk masuk. "Sebentar, saya panggilkan dulu Non Ara-nya sekalian saya ambilkan minum." Imbuhnya.
"Iya Bi, terima kasih. Maaf sudah merepotkan." Ujar Alex sopan.
"Tidak kok den ... tidak merepotkan sama sekali, Silahkan duduk." Tambah Bi Nenah, dia pun segera masuk ke dalam untuk memberitahukan Ara jika ada tamu untuknya sekalian pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.
Tak lama kemudian Ara pun muncul bersama Bi Nenah yang membawa nampan di tangannya berisi makanan dan minuman alakadarnya. Maklum, mereka belum sempat berbelanja karena masih dalam suasana duka.
"Hallo, selamat malam!" Ucap Ara kepada Alex.
"Ehh ... Iya hallo juga!" Jawab Alex sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.
"Maaf, mas ini dari mana ya?" Tanya Ara.
"Saya dari Subaya, maksud kedatangan saya kemari untuk mengucapkan bela sungkawa mewakilkan kedua orangtua saya yang berhalangan hadir di pemakaman Om Crish beserta istrinya." Jelas Alex menerangkan maksud kedatangannya.
"Ohh ... Maaf sebelumnya, orangtua mas ini siapa ya?" Ara masih bingung dengan identitas Alex yang sama sekali belum pernah di temuinya.
"Ayah saya bernama Wibowo dan Ibu saya bernama Jessica." Jawab Alex singkat.
"Ahh ... Jadi mas ini putranya Tante Jessica." Ara mengangguk-anggukkan kepala setelah mendengar jawaban Alex.
Jessica itu adalah teman baik ibunya Leira di masa sekolah dulu, mereka memang sering ngobrol via video dan belum pernah bertemu secara langsung tapi Leira sangat akrab dengan sahabat ibunya itu. Kalau masalah Alex, Leira memang belum pernah melihatnya sama sekali karena Jessica bilang jika putra satu-satunya itu sedang bersekolah di luar negeri. "Saya sangat berterima kasih atas kedatangannya, tapi maaf saya hanya bisa menjamu dengan alakadarnya saja." Ujarnya.
"Tidak apa-apa, maaf jadi merepotkan." Jawab alex, yang diam-diam memperhatikan Leira di sela-sela obrolannya. Kepribadian dan keanggunannya Leira sama persis dengan selera Alex yang menyukai tipe perempuan seperti itu.
"Ibu bilang, dalam beberapa hari ini dia akan datang ke Jakarta." Ucap Alex berusaha mencairkan suasana yang berubah canggung karena Leira hanya berdiam diri saja.
"Benarkah?" Leira terkejut mendengarnya, dia senang jika Jessica akan datang dan bertemu dengannya, walaupun selama ini dia belum pernah bertemu secara langsung, ini akan menjadi moment yang sangat langka baginya.
"Iya!" Jawab Alex singkat sambil terus memperhatikan reaksi Leira, ia semakin menyukai perempuan yang ada di hadapannya ini.
"Ini berita yang sangat baik, saya belum sempat bertemu dengan Tante secara langsung, karena dulu Ibu dan Tante hanya berbicara Via Video." Kata Leira. "Oh, iya ... Silahkan di minum dulu mas."
"Baik! Baik!" Alex mengangguk lalu mengambil cangkirnya dan menyesap isinya.
Di tengah obrolan mereka, Bi Nenah datang dan berbicara pada Leira. "Non, ada telpon dari Nyonya Mila." Ucapnya.
"Baik bi, sebentar." Jawab Leira kemudian menoleh ke arah Alex. " Maaf mas, saya tinggal dulu ke dalam, silahkan di nikmati dulu minumannya."
"Iya! Iya! Silahkan." Jawabnya sambil tersenyum sopan, matanya tak lepas dari gerak-gerik Leira yang sangat menarik perhatiannya. "Ibu benar, dia memang gadis yang benar-benar sopan." Ucapnya pelan, kemudian dia mengambil ponsel dan mengetik-ngetik sesuatu lalu mengirimkannya.
Beberapa menit kemudian Leira kembali menemani Alex di ruang tamu, kali ini dia lebih banyak terdiam dari sebelumnya. Alex yang merasa canggung pun berusaha memulai lagi pembicaraan. "Maaf Nona, jika kedatangan saya kurang tepat." Katanya. "Seharusnya, saya bertamu lebih awal." Tambahnya lagi.
Leira yang dari tadi hanya diam pun jadi merasa bersalah. "Tidak apa-apa kok, saya mengerti. Justru saya yang harusnya meminta maaf karena sudah merepotkan anda, jauh-jauh datang kesini hanya untuk di anggurin seperti ini." Katanya berbasa-basi.
"He-he!" Alex hanya tersenyum canggung, dia merasa kehabisan akal dan gugup di hadapan gadis secantik Leira.
"Mas Alex tinggal di mana sekarang?"
"Belum tahu, saya baru saja sampai di Jakarta dan belum sempat mencari penginapan." Jawab Alex apa-adanya.
"Ohh, begitu." Ucap Leira, dia merasa kasihan tapi juga kebingungan. Pasalnya, jika dia menawarkan tempat untuk beristirahat itu sangat bertentangan dengan prinsipnya, tapi jika tidak, dia merasa tidak enak dengan sahabat ibunya.
Leira kini masih merasa bingung dengan keputusannya, ingin menawarkan bantuan atau hanya membiarkannya saja. Setelah dia menimbang-nimbang keputusan, akhirnya dia memilih untuk menawarkan tempat beristirahat kepada Alex, berhubung hari sudah semakin gelap tidak memungkinkan untuknya mencari penginapan dengan waktu yang cepat.
Alex pun menerimanya dengan hati yang sangat gembira karena bisa memiliki kesempatan untuk lebih mengenal Leira.
"Bi, tolong antarkan mas Alex ka kamar tamu." Ucap Leira kepada Bi Nenah.
"Baik Non ...," Jawab Bi Nenah kemudian mempersilahkan Alex untuk mengikutinya. "silahkan lewat sini den ...," Katanya.
"Iya Bi ...," Alex pun mengikutinya.
Setelah kepergian Alex dan Bi Nenah, Leira bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya, selepas di sana dia pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk membersihkan diri, lalu berbaring di tempat tidurnya. Di sana, pikiran Leira menerawang ke obrolan dia bersama Tantenya di telpon tadi.
"Bagaimana Ra? Itu adalah wasiat ibu kamu semasa masih ada, dia sudah melakukan perjodohan ini ketika kamu masih dalam kandungan. Karena beliau sekarang sudah tidak ada lagi di dunia ini, jadi Tante yang akan meneruskan wasiatnya. Tante juga akan ke Jakarta untuk bertemu dengan calon mertua dan suami kamu di sana. See you next time ya ... Ara sayang!" Begitulah kata-kata yang di ucapkan oleh Tantenya Leira yang menyebutkan jika dia sudah di jodohkan oleh Ibunya dengan putra kenalannya itu.
Leira menarik nafas panjang, baru saja dia kehilangan kedua orangtuanya, kini sudah di hadapkan dengan beban perjodohannya. Dia pun berusaha untuk menghilangkan segala keluh kesah di hatinya dengan mendengarkan musik relaxation hingga dia terlelap sampai keesokan harinya.
...----------------...
"Pagi ...," Ucap Alex kepada Leira yang kini sedang duduk di bangku halaman belakang.
"Pagi juga ...," Jawabnya sambil tersenyum lembut ke arah Alex.
"Lagi apa?" Tanya Alex padanya. "Biasa mas, aku lagi menghirup udara pagi." Jawab Leira lagi.
"Enak ya kalau udara pagi begini, masih segar dan bebas polusi." Celetuk Alex.
"He-he ... Iya!" Jawabnya singkat.
"Oh, iya! Sebenarnya, tadi aku mau pamit. Tapi kata Bi Nenah kamunya lagi di sini, jadi ya sudah ... aku kesini deh nyusul." Jelas Alex.
"Oh, begitu."
"Iya Nona Leira ... He-he!" Canda Alex.
"He-he ...," Leira hanya terkekeh menanggapi candaan dari Alex.
"Mas-nya udah sarapan?" Tanyanya.
"Pppffttt ... Ha-ha!" Alex malah tertawa mendengar pertanyaan dari Leira.
"Lohhhh ... Kenapa kok ketawa?" Ucap Leira heran.
"Lagian kamu, nanyanya seperti itu. Nama aku itu Alex bukan mas-nya." Terang Alex tentang alasannya menertawakan pertanyaan Leira.
"Iya ... Itu maksudku." Dalih Leira kepadanya.
"Belum, aku belum sarapan Nona-nya ... Ha-ha!" Ucap Alex sambil membalikkan panggilan Leira kepadanya.
"Ha-ha-ha!" Leira pun jadi ikut tertawa karena candaan Alex. Sedangkan Bi Nenah yang sedang memperhatikan mereka dari balik jendela, jadi ikut merasa bahagia karena melihat Nona mudanya sudah mulai bisa tertawa.
"Karena mas Alex adalah tamu di rumah ini, bagaimana kalau kita sarapan bersama?" Ajak Ara.
Tentu saja Alex yang mendengar ajakannya itu jadi berbinar bahagia, dia tidak bisa menolak ajakan perempuan yang di sukainya. Ya ... Meskipun ini adalah pertemuan pertamanya, tapi entah kenapa Alex sudah merasa cocok dengan Leira.
karena memang sudah waktunya untuk sarapan, mereka berdua pun pergi ke ruang makan. Di sana, sudah ada menu yang di siapkan oleh Bi Nenah sebelumnya, ada nasi uduk, telur dadar, bakwan, tempe orek dan juga lalapan, semua menu yang di siapkan adalah menu sarapan lokal. Bi Nenah memang juaranya kalau sudah berurusan dengan masalah tentang permasakkan, soal rasa di jamin mantap pisan.
Setelah beres sarapan, Alex pun berpamitan. "Terima kasih ya, atas semuanya. Maaf kalau aku jadi merepotkan, sudah di kasih makan, minum, terus sudah di ijinkan untuk bermalam pula." Ujarnya kepada Leira.
"He-he ... Tidak merepotkan sama sekali, iya kan Bi." Jawab Leira sambil menoleh ke arah Bi Nenah.
"Iya den, malahan Bibi jadi seneng." Tambah Bi Nenah. "Kok seneng Bi?" Tanya Alex heran dengan jawaban Bi Nenah.
"Ya ... Seneng! Non Ara jadi ada temennya." Celoteh Bi Nenah yang membuat Ara jadi tersipu.
"Ohh, gitu ...," Alex baru mengerti maksud perkataan dari Bi Nenah. "Kirain, Bibi naksir aku ... Haha!"
"Aduhhh si aden kok bisa-bisanya bicara seperti itu, kalau Bibi naksir atuh masa iya enggak ingat umur, den-aden ... Hi-hi!" Balas Bi Nenah sambil terkikik geli menanggapi candaan Alex, Leira pun jadi ikut tertawa melihat kelakuan mereka berdua.
"Iya! Iya! Maaf deh Bi ...," Ujar Alex lagi sambil berjalan menuju halaman di ikuti Leira dan Bi Nenah yang mengantarnya sambil menunggu mobil jemputan.
"Nahhhh ... Tuh mobilnya datang." Seru Alex ketika melihat taxi pesanannya sudah tiba di depan gerbang. "Aku pamit ya ... Leira, Bi Nenah." Pamitnya.
"Iya ... Terima kasih ya atas kedatangannya, nitip salam buat Tante Jessica dan Om di rumah."
"Iya! Pasti aku bilangin, Mama pasti senang dengarnya." Ucap Alex lagi sambil membuka pintu belakang taxi. "Ya sudah, aku pergi dulu!"
"Bye-Bye ...," Teriaknya sambil melambaikan tangan di jendela taxi yang di balas lambaian tangan oleh Leira dan Bi Nenah.
Setelah taxi berbelok di pertigaan dan tak terlihat lagi dari pandangan, Leira dan Bi Nenah pun kembali berjalan memasuki halaman rumah.
"Non!" Panggil Bi Nenah. "Iya Bi ...," Jawab Liera.
"Den Alex itu lucu yah." Kata Bi Nenah.
"Lucu bagaimana Bi?" Tanya Liera datar.
"Ya lucu aja gitu Non ... pakaiannya keren, terus wajahnya ganteng, tapi dia enggak sombong." Jelas Bi Nenah.
"Leira ngerti maksud Bibi." Ucap Leira sambil mengangguk. "Bibi bilang begitu karena mas Alex suka bercanda kan? Tidak seperti penampilannya yang seharusnya kalem itu ... Iya kan?"
"Iya, itu dia maksud Bibi Non ... Hi-hi." Kata Bi Nenah sambil terkikik geli.
Leira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Bi Nenah, dia tidak merasa marah atau pun kesal dengan setiap perkataan dan perlakuannya. Dia sudah menganggap Bi Nenah seperti keluarganya sendiri.
Ketika sudah berada di dalam rumah, Leira pun berjalan mendekati rak buku yang beberapa hari ini selalu dia abaikan, buku yang terus menemani dirinya menghabiskan hari-hari yang panjang. Karena kecintaannya itu, Leira bahkan memiliki beberapa jenis Novel yang di bawa khusus oleh Ayahnya ketika pulang bertugas dari luar kota. Sang Ayah tahu akan kegemaran putrinya mengoleksi buku-buku seri Novel keluaran terbaru ataupun lama, dari yang Romansa, Fantasi, bahkan bergenre Horor Komedi pun Leira punya. Maka dari itu, Ayahnya membuatkan Leira rak khusus untuk menampung semua koleksi bukunya.
Mengingat akan hal itu, Leira tak kuasa menahan buliran airmata di kelopak matanya, kerinduan kepada kedua orangtuanya menjadi semakin dalam ketika melihat barang-barang miliknya yang di berikan oleh orangtuanya.
"Ayah, Ibu ... Ara kangen." Ucapnya perlahan sambil meneteskan airmata yang sudah tak terbendung lagi jumlahnya.
Beberapa hari ini Leira hanya menyibukkan diri dengan membaca buku koleksinya, dia belum mau menjalankan aktivitas rutinnya yang sebagai mahasiswa sekaligus pemilik sebuah butik ternama di kotanya.
"Bi, makanan sudah siap semua?" Tanya Leira kepada Bi Nenah yang masih sibuk mempersiapkan jamuan untuk menyambut kedatangan Mila.
"Belum Non, tapi sebentar lagi juga selesai." Jawab Bi Nenah sambil mengaduk-aduk masakan yang masih dalam proses pematangan itu.
"Baguslah Bi, lagian kita juga masih ada waktu sekitar 20 menitan lagi." Ujar Leira sambil menghela nafas, bukan masalah jamuan yang memberatkan tugasnya, tapi masalah yang akan di bahas oleh Tantenya ini yang menjadi pikirannya.
Waktupun cepat berlalu dan Mila sudah memberi kabar jika sebentar lagi dia akan segera tiba. Bi Nenah juga sudah menyelesaikan semua tugasnya dengan sangat baik bahkan tanpa cacat cela, pokoknya semua di tata dengan sedemikian rupa di atas meja. Hidangan dan cemilan sudah tersedia di atas sana demi menyambut sang Tante dan calon mertua yang belum tahu seperti apa rupanya.
Leira merasa gelisah dan tak bisa duduk dengan tenang menunggu detik-detik kedatangan Tante Mila yang di cintainya, dia terus bolak-balik berjalan di ruangan tengah, sampai-sampai Bi Nenah yang melihatnya harus terus menghiburnya.
"Sabar Non, sebentar lagi Nyonya Mila datang. Non Ara harus tenang ketika berbicara dengannya, jika Non memang belum siap untuk menikah, ya ... Non tinggal bilang saja." Ucap Bi Nenah berusaha menenangkan hati majikannya.
"Aku takut Bi, Tante bilang jika perjodohan ini sudah di atur sejak lama. Jika Leira tiba-tiba menolak, bagaimana dengan perasaan keluarga mereka." Ucap Leira berusaha menerangkan tentang situasinya.
"Ya ... Kan dari calon laki-lakinya juga belum tentu menerima perjodohan ini, Non tenang saja dulu, jika memungkinkan Bibi juga akan maju untuk membantu Non Ara menolak perjodohan ini."
"Bibi ... Terima kasih!" Ucap Leira dengan mata berkaca-kaca dan langsung berhambur ke pelukan Bi Nenah.
"Wah-Wah, ada yang lagi peluk-pelukkan nih." Suara seorang pria terdengar dari arah pintu depan.
"Ehhh ... Mas Alex." Ucap Leira setelah mengetahui pria yang bersuara itu adalah Alex.
"He-he ... Maaf ya Leira kalau aku ganggu moment kalian."kata Alex canggung.
"Tidak apa-apa kok mas. Eh, iya ... Silahkan masuk!" Kata Leira sambil mempersilahkan tamunya untuk masuk, meskipun ini bukan waktu yang tepat untuk menerima tamu, tapi ya ... Mau bagaimana lagi pikirnya.
"Iya! Iya! Terima kasih!" Jawab Alex linglung, sebenarnya dia datang bersama keluarganya dari Surabaya untuk menemui Leira, tapi di tengah jalan mendadak sang ibu malah menyuruhnya untuk pergi duluan.
"He-he ... Maaf ya Ara, aku jadi merepotkna kalian lagi." Ucapnya malu-malu.
"Tidak apa-apa kok mas! oh iya, mas Alex mau minum apa? Biar Bi Nenah nanti yang buatin." Tawar Leira kepada Alex.
"Aku air putih saja, terima kasih!" Jawabnya.
"Gak usah berterima kasih segala mas, kan minumnya juga belum di ada." Kata Leira sambil tersenyum lembut kepadanya yang menambah kegelisahan hati seorang Alex.
Ya Tuhan, sangatlah sempurna makhluk ciptaan-Mu ini. Batin Alex.
"Sebentar ya mas, aku mau panggil Bi Nenah dulu." Ucap Leira seraya bangkit dan berjalan ke arah dapur tanpa menunggu jawaban dari Alex.
"Aduh, kenapa hati aku jadi deg-degan seperti ini ya? Apa ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama dan kedua." Monolog Alex.
Di dapur, Leira kini sedang meminta Bi Nenah menyiapkan air putih untuk Alex yang kini sedang menunggu di ruang tamu.
"Baik Non, Bibi akan segera mengantarkannya." Ujar Bi Nenah mengiyakan permintaan majikannya.
"Terima kasih ya Bi!" Jawab Leira sopan.
Kenapa ya, aku kalau dekat mas Alex suka merasa senang. Batin Leira yang kini sedang berjalan menuju ruang tengah tempat Alex berada.
"Di tunggu ya mas, sebentar lagi Bi Nenah datang." Ucapnya setelah sampai di depan Alex.
"Terima kasih!" Jawab Alex kikuk karena merasa malu sedang memikirkan Leira dari tadi.
Tottt... Tottt...
Suara klakson mobil terdengar keras dari arah luar gerbang, Bi Nenah yang baru datang membawa air putih pun langsung berbicara kepada Leira. "Sepertinya, Nyonya Mila sudah sampai Non." Ujarnya.
"Iya sepertinya Bi." Jawab Leira.
Alex hanya diam saja, dia ingin berpamitan karena takut mengganggu kunjungan tamu yang datang, tapi merasa bingung dengan alasan yang akan dia sampaikan kepada ibunya jika dia pergi sebelum menunggu kedatangan sang ibu untuk menyusulnya.
Sedari kecil Alex selalu menuruti semua perintah ibunya tanpa pernah membantah sekalipun. Alex adalah tipe anak yang baik yang selalu taat kepada kedua orangtuanya. Sangat cocok jika di sandingkan dengan gadis seperti Leira.
"Bibi permisi ke depan dulu Non, mau menyambut Nyonya Mila." Kata Bi Nenah meminta izin untuk menyambut adik dari ibunya Leira.
"Silahkan Bi!" Bi Nenah pun segera pergi menyambut Mila ke halaman dan membantu membawakan barang-barangnya.
"Ara mana Bi?" Tanya Mila.
"Ada di dalam Nyonya, bersama mas Alex." Terang Bi Nenah.
"Alex?" Mila mengernyitkan dahinya merasa tak asing dengan nama yang di sebutkan Bi Nenah tadi.
"Iya Nyonya." Jawab Bi Nenah lagi.
"Oh ya sudah ... tidak apa-apa, aku duluan ya Bi." Ucapnya lagi ketika melihat Bi Nenah masih sibuk dengan pak satpam yang akan membantunya membawakan barang.
"Iya Nyonya, silahkan." Kata Bi Nenah.
Mila pun mulai berjalan memasuki rumah, dari teras dia bisa melihat Leira sedang mengobrol dengan seorang pria asing, sebelah alisnya pun langsung terangkat.
Leira terlihat sangat senang mengobrol dengan pria tersebut, ini tidaklah baik menurutnya, mengingat Leira sudah terikat perjodohan dengan putra teman lama dari ibunya.
"Ra!" Panggilnya kepada Leira.
"Tante!" Pekik Leira merasa bahagia akhirnya bisa bertemu dengan adik dari ibunya tersebut.
"Ponakan Tante makin cantik saja ya ...," Ujarnya seraya mengelus lembut rambut Leira.
"Tante bisa saja, justru Tante yang semakin cantik menurut Ara." Puji Leira kepada Tantenya.
"Kamu bisa saja, Ra. Oh iya ... Ini siapa?" Ucap Mila sambil menoleh ke arah Alex dengan senyum lembutnya.
"Ini putra teman lamanya mama, Tante. Dan dia datang untuk mengucapkan bela sungkawa." Jawab Leira.
"Oh, begitu!" Kata Mila sambil manggut-manggut.
"Iya Tante! Perkenalkan, nama saya Alex." Ucap Alex sambil berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Mila dengan sopan.
Melihat kesopanan yang di perlihatkan Alex, Mila merasa sangat senang. Seandainya Leira belum terikat perjodohan, pasti dia akan membuat Alex menjadi pasangan yang pas untuk Leira pikirnya.
"Hallo Alex!" Balasnya sambil meraih tangan Alex yang mengajaknya bersalaman.
"Panggil saja Tante Mila, sama kaya panggilan Ara selama ini ya ...," Katanya sambil tersenyum.
"Baik Tante!" Alex pun menjawab sambil mengangguk kepadanya.
"Kalau begitu, Tante tinggal dulu ya ... Tante mau ganti baju, gerah." Pamitnya kepada Alex.
"Oh, silahkan Tante! Silahkan!" Jawab Alex sambil membungkuk sopan menambah kesan baik di hati Mila terhadapnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!