NovelToon NovelToon

My Boss, Hot And Cool

01. Kedatangan Ethan

Kantor perusahaan PT. Wijaya Kusuma Corps, adalah perusahaan di mana Riana Dwi Puspita bekerja. Dia sudah bekerja selama dua tahun sebagai sekretaris Wijaya Kusuma, pemilik perusahaan besar itu. Cara kerjanya yang cekatan dan dapat di andalkan jika keadaan mendesak. Dia juga gadis periang dan mudah bergaul.

Membuat pak Wijaya senang dengan pekerjaan dan kedisiplinan Riana. Bulan depan anaknya, Ethan Albert Wijaya akan menggantikannya sebagai CEO perusahaan itu. Karena Ethan sekolah di luar negeri, maka kedisiplinannya pun sangat tinggi dalam bekerja.

"Riana, bulan depan anakku akan datang dan menggantikanku di perusahaan ini." kata pak Wijaya.

"Iya pak." jawab Riana.

Dia merapikan berkas-berkas yang tadi sudah di tanda tangani. Lalu memindahkannya di meja lain. Pak Wijaya memperhatikan apa yang di lakukan oleh Riana, sangat cekatan dan rapi. Dia pun tersenyum puas, jika suatu saat nanti anaknya Ethan suka pada Riana. Dia langsung menyetujuinya.

"Oh ya Riana, kamu nanti dampingi Ethan dalam menjalankan perusahaan. Dia baru di perusahaan ini, jadi perlu pendampingan untuk mengenal dan memahami perusahaan ini. Kamu bisa kan menjalankan misi itu?" tanya pak Wijaya.

"Misi? Misi apa pak?" tanya Riana.

"Misi kalau Ethan harus betah di kantor ini. Aku ingin menyerahkan perusahaan ini padanya, sejak dulu dia selalu tidak mau menerima kepemimpinan di perusahaanku ini. Jadi aku harap kamu bisa meyakinkan dia untuk tetap di sini dan tinggal selamanya di Indonesia." kata pak Wijaya lagi.

"Kalau boleh tahu, kenapa tuan Ethan tidak mau memimpin perusahaan anda pak?" tanya Riana.

"Dia ada kerja sama bisnis dengan temannya, dan juga alasan utamanya itu pacarnya di sana. Tapi aku beberapa bulan lalu menyelidiki pacarnya itu, seperti ada yang aneh. Aku belum sempat menyelidiki lebih jauh karena kesibukanku, jadi membiarkan mereka masih berhubungan." kata pak Wijaya lagi.

"Jadi, menurut anda pacar tuan Ethan itu tidak baik?" tanya Riana.

"Mungkin, atau dia ada hubungan lain dengan sahabat Ethan. Entahlah, belum aku selidiki lebih lanjut." kata pak Wijaya.

"Kenapa anda tidak menyewa detektif saja?" usul Riana.

"Bisa saja, tapi aku tidak mau itu. Aku lebih suka kamu yang melakukannya." kata pak Wijaya.

"Lho, kok saya pak? Mereka kan ada di luar negeri. Mana bisa saya menyelidiki pacar tuan Ethan itu, sedangkan saya bekerja." kata Riana bingung.

"Hahah! Kamu tenang saja, ini hanya membutuhkan waktu lama. Tugas kamu adalah membuat Ethan betah di perusahaan ini dan tidak mau kembali ke luar negeri."

"Tapi pak, kalau menjadi asisten itu berat juga. Saya takut tuan Ethan sendiri yang tidak betah pada saya karena cara kerja saya terlalu kaku." kata Riana merendah.

"Kata siapa kamu terlalu kaku?" tanya pak Wijaya.

"Menurut staf di sini, saya terlalu kaku karena semua harus sesuai dengan aturan." jawab Riana.

"Memang benar kan? Bekerja itu harus sesuai aturan, jadi jangan main-main jika mau bekerja lebih lama di perusahaan ini." kata pak Wijaya lagi.

"Iya sih."

Obrolan mereka terputus karena jeda makan siang. Pak Wijaya akan makan siang di rumahnya bersama istrinya, karena istrinya itu memintanya untuk makan siang di rumah.

_

Satu bulan yang sudah datang, sesuai janjinya. Ethan pulang. Dia langsung menuju kantor perusahaan ayahnya pak Wijaya. Laki-laki bertubuh tegap dan berwajah tampan. Namun dengan mimik wajah dingin itu, membuat orang merasa terpesona melihatnya.

Ada beberapa karyawan yang histeris karena ketampanannya itu. Namun wajah dinginnya dan tidak pernah melirik karyawati di kantornya itu terus berjalan masuk lift.

Baginya, perempuan di mana pun sama saja ketika melihat laki-laki tampan. Akan selalu histeris dan berbisik-bisik tetangga, membuatnya jengah dan bosan pada mereka.

Ini yang membuat Ethan malas untuk masuk ke dunia bisnis papanya. Kebanyakan karyawati perempuan dan terlalu memuja laki-laki tampan dan seksi.

Ethan keluar dari lift dan langsung menuju ruangan kantor papanya. Dia sudah menghubungi papanya kalau dari bandara akan langsung menuju kantornya. Sampai di depan kantor, dia tidak melihat di balik meja sekretaris papanya.

Dia langsung masuk dan melihat papanya sedang berdiskusi dengan sekretarisnya, Riana. Sejenak Ethan melihat kedekatan papanya dengan Riana, seperti seorang atasan yang sangat dekat dengan bawahannya.

Ethan tersenyum sinis, dia melangkah maju dan berdiri tepat di depan meja pak Wijaya.

"Hemm, papa ternyata sibuk dengan sekretaris papa ya. Bagaimana dengan mama di rumah pa?" tanya Ethan seolah menyindir keduanya.

Pak Wijaya mendongak pelan, lalu duduk tegak menatap anaknya dengan santai. Riana merapikan berkas di atas meja kerja pak Wijaya. Dia melirik Ethan yang sedang melihatnya merapikan berkas di atas meja.

"Kamu langsung datang kemari?" tanya pak Wijaya.

"Tadinya aku mau langsung pulang ke rumah. Tapi karena aku penasaran suasana kantor papa, jadi langsung kemari. Tak di sangka bos dan sekretaris begitu dekat ya." kata Ethan melirik Riana dan menyindir papanya.

"Tentu saja, papa suka cara kerja Riana." jawab pak Wijaya.

"Ooh, namanya Riana ya. Papa hafal ya nama sekretaris papa itu." kata Ethan lagi.

"Tentu saja hafal, dia sudah bekerja dengan papa cukup lama. Dan sebentar lagi dia yang akan membantumu bekerja di sini." kata pak Wijaya lagi.

"Setelah mendapat simpati dari papa, lalu dia akan mendapatkan simpatiku pa? No, tidak akan." kata Ethan lagi.

"Hei, kamu bicara apa? Kamu pikir papa punya affair dengan Riana?" kata pak Wijaya lagi.

"Sepertinya, karena kulihat kedekatan papa tadi dengan sekretaris papa itu." kata Ethan lagi.

"Hahah! Lucu sekali kamu itu, Ethan. Sudahlah, itu hal biasa dalam bekerja. Tidak mungkin Riana mendekati papa, papa ini sudah tua. Buat apa papa cari yang lebih muda, mending kamu saja yang mendapatkan gadis muda yang baik dan juga jujur. Terutama sikapnya yang sopan dan tata kramanya di gunakan." kata pak Wijaya lagi.

"Hemm, kalau itu. Aku pikirkan nanti." kata Ethan.

Sejak tadi, Riana mendengarkan perdebatan ayah dan anak itu masalah dirinya. Dia belum keluar karena pak Wijaya memang menahannya untuk tidak keluar lebih dulu. Karena dia ingin melihat seperti apa sifat Ethan itu, dan dia sudah bisa menyimpulkan kalau Ethan adalah laki-laki dingin dan penuh kecurigaan. Juga angkuh.

Namun, entah nanti setelah Riana bekerja dengan Ethan. Apakah dia bisa mengatasi bos barunya itu, sesuai keinginan ayahnya.

"Riana, kamu boleh pergi." kata pak Wijaya.

"Baik pak." jawab Riana.

"Oh ya, kamu sudah menyimpulkan kan setelah melihat anakku ini?" tanya pak Wijaya.

"Sudah pak." jawab Riana lagi.

"Bagus, jadi nanti kamu tidak usah kaget dengan sikapnya nanti. Semoga kamu bisa menaklukkannya Riana. Hahah!" kata pak Wijaya tertawa senang.

Riana tersenyum lucu, menggelengkan kepalanya lalu berbalik melangkah keluar dari ruangan bosnya itu.

"Apa yang papa rencanakan dengan dia mengenai diriku?" tanya Ethan.

"Tidak ada, hanya mengingatkan dia agar lebih bersabar menghadapimu nanti." jawab pak Wijaya.

"Ooh, jadi papa mengkhawatirkan aku? Oke, aku akan melakukan hal yang tidak terduga nanti padanya." kata Ethan menantang papanya.

"Hei, jangan membuatnya lelah nantinya." kata pak Wijaya.

"Hemm."

Hanya gumaman seperti itu, pak Wijaya pun menelepon istrinya agar membawa bekal makanan banyak. Karena anaknya langsung datang ke kantornya, jadi dia meminta istrinya membawakan bekal makanan ke kantor.

_

_

******************

02. Peralihan Pimpinan

Dua hari Ethan beristitahat di rumah, dia meminta tidak langsung di perkenalkan pada bawahannya di kantor. Ethan hanya meminta memimpin perusahaan selama satu tahun saja. Awalnya dia mau tiga bulan, tapi papanya tidak setuju.

Lagi pula mamanya juga memaksanya untuk tetap tinggal di Indonesia saja. Dan akhirnya sesuai kesepakatan, Ethan hanya memimpin perusahaan pak Wijaya selama satu tahun saja.

Namun, pak Wijaya tidak menyetujuinya. Tapi dia terpaksa menyetujuinya, nanti yang bekerja menyelesaikan misi adalah Riana agar membuat Ethan betah di Indonesia dan akan terus memimpin perusahaannya kelak.

"Ethan, mama senang kamu pulang." kata mamanya, nyonya Hana.

"Mama senang? Aku justru tidak betah di sini ma." kata Ethan.

"Kenapa tidak betah? Di sini cuacanya enak, lagi pula gadis-gadis di sini cantik-cantik." kata nyonya Hana.

"Ck, tapi mereka terlalu glamour jika berdandan. Lagi pula, terlalu memamerkan apa yang dia miliki." kata Ethan.

"Apa yang mereka pamerkan? Penampilan maksudmu? Mama rasa mereka percaya diri dengan penampilan. Itu bagus." kata nyonya Hana.

"Sudahlah ma, jangan membanggakan mereka. Aku tidak suka, lagi pula semua karyawan papa itu semuanya lebay." kata Ethan lagi.

"Tidak semua. Mama tahu siapa yang berdedikasi tinggi sama papamu, atau yang hanya ingin mencari muka saja." kata nyonya Hana lagi.

Ethan diam saja, dia malas berdebat dengan mamanya. Tidak akan menang, dan inilah salah satu dia malas untuk pulang ke Indonesia. Tapi jika tidak pulang, kasihan juga. Karena seringnya mamanya yang datang ke Inggris untuk menemuinya.

_

Hari yang di tunggu tiba, pak Wijaya memberikan pengumuman kepada semua karyawan dan staf dan para pejabat tinggi di perusahaan. Jika besok anaknya yang akan memimpin perusahaannya, tidak di sebutkan berapa lama Ethan akan memimpin perusahaan besar itu. Tapi dia berharap selamanya memegang perusahaannya.

Sementara dia di rumah untuk mengurus hobi barunya, bercocok tanam di kebun belakang rumahnya. Ada tanah luas di belakang rumahnya miliknya, pak wijaya manfaatkan untuk kebun barunya. Dan akan fokus dengan hobi bercocok tanam dengan istrinya.

Selain itu, dia akan menyelidiki pacar Ethan di luar negeri. Sebaik apa gadis yang di cintai anaknya itu.

"Seperti apa yang sudah saya beritahu sebelumnya, mulai besok perusahaan akan di pegang oleh anakku. Dia yang akan mengendalikan semua masalah yang ada di perusahaan, tentunya di bantu oleh sekretarisku ini. Riana. Dia yang akan membantu Ethan di kantor, jadi karyawan dan pejabat lainnya harus mematuhi pemimpin baru kalian nanti." kata pak Wijaya berpidato di depan karyawan yang di kumpulkan sejak jam sepuluh pagi.

Semua nampak diam, memperhatikan apa yang di ucapkan oleh pimpinan mereka. Riana mencatat semua yang penting saja, Ethan memperhatikan apa yang di lakukan oleh sekretaris papanya itu. Dia tersenyum sinis, merasa lucu dengan yang di lakukan oleh Riana.

Setelah berbicara mengenai pemimpin baru, pak Wijaya juga memperkenalkan anaknya kepada semua karyawan yang hadir. Tampak sekali para karyawan saling berbisik dan ada juga yang memotret Ethan.

Ethan melihat beberapa karyawan yang memotret dan saling berbisik, dan mungkin saja mereka menggosipi dirinya. Tapi dia acuh dan bersikap dingin saja melihat karyawan seperti itu.

"Dan sekarang kita sambut pimpinan perusahaan PT. Wijaya Kusuma Corp. CEO baru kita, Ethan Albert Wijaya. Beri dia tepuk tangan." ucap salah satu juru bicara di sana.

Semua yang hadir pun bertepuk tangan dengan meriah, Riana pun ikut bertepuk tangan. Dia menatap Ethan yang maju di depan podium, berbicara sebagai CEO baru di perusahaan Wijaya Kusuma Corp.

"Terima kasih semuanya, salam kenal. Meski pak Wijaya sudah mengenalkan nama saya, tapi saya perlu memperkenalkan diri di depan semuanya. Nama saya Ethan Albert Wijaya, usia saya mungkin ya ada di biodata ya. Dan saya sebenarnya hanya menggantikan sementara saja. Jadi, tidak akan lama saya di sini. Karena di Inggris saya juga punya pekerjaan, tidak bisa di tinggal begitu saja. Jadi, mohon bantuannya pada kalian semuanya untuk kerja sama memajukan perusahaan ini agar lebih baik lagi." ucap Ethan panjang lebar.

Tepuk tangan kembali bergelora di ruangan aula tersebut, meski banyak yang menyayangkan ucapan Ethan yang hanya sementara di perusahaan itu. Tapi mereka senang ada pimpinan baru yang masih muda dan tampan.

"Sekian dari saya, saya mohon maaf jika ada kata yang salah. Dan jika saya kurang dalam memimpin perusahaan ini, mohon di tegur dan berikan kritik dan sarannya. Terima kasih." ucap Ethan.

Kembali, semua bertepuk tangan dengan meriah. Pak Wijaya menatap anaknya, dia hanya menggeleng saja dengan sambutan yang di sampaikan oleh Ethan. Tapi dia pun kemudian tersenyum dengan anaknya yang berani bicara di depan karyawannya.

Pak Wijaya tahu, anaknya memang punya usaha di Inggrisnya. Tapi usaha coffe shop join dengan sahabatnya, dan sekarang yang mengelola adalah sahabatnya bersama pacarnya.

Riana mencatat apa pun yang menurutnya penting, pak Wijaya pun menutup rangkaian pertemuan dengan karyawan serta pejabat di perusahaan. Lalu mereka pun di perkenankan istirahat dan makan siang.

"Ethan, kita makan siang di restoran saja. Sekalian berdiskusi masalah selanjutnya." kata pak Wijaya pada anaknya.

"Masalah apa pa?" tanya Ethan.

"Kita bicarakan nanti di restoran, hanya obrolan santai. Sekalian nanti Riana juga di ajak, dia harus tahu semuanya apa yang akan dia kerjakan bersama kamu." kata pak Wijaya.

"Tapi makan siang tidak perlu dengan dia juga pa." kata Ethan menolak Riana ikut.

"Dia mulai sekarang adalah sekretarismu. Dan sekaligus asistenmu juga nantinya." kata pak Wijaya lagi.

"Asisten?"

"Kita bicarakan di tempat makan saja. Papa panggil Riana dulu."

Pak Wijaya pun memanggil sekretarisnya untuk ikut makan siang dengannya dan Ethan. Awalnya Riana menolak, tapi dia akhirnya setuju ikut makan siang dengan anak dan ayah itu.

Ethan malas sekali melihat Riana, penampilannya agak cupu. Memakai rok agak panjang di bawah lutut, berkaca mata dan selalu membawa buku memori dan alat tulisnya. Benar-benar penampilan yang kaku menurut Ethan.

"Papa betah sekali punya sekretaris seperti dia, aku mana mau dekat dengannya. Jika memang terpaksa dia jadi sekretarisku, akan aku ubah penampilannya nanti." ucap Ethan menatap sinis pada Riana.

Riana yang dapat tatapan sinis dari anak bosnya itu, hanya diam saja. Bahkan cuek sekali, tidak peduli dengan Ethan yang menatapnya sinis padanya.

_

_

******************

03. Tugas Baru jadi Bos Baru

Ethan, pak Wijaya dan Riana sedang makan di restoran siang ini. Ketiganya makan dengan santai dan bicara mengenai pekerjaan yang akan di hadapi oleh Ethan nanti.

Pak Wijaya memberikan pengarahan pada Riana tentang pekerjaan yang akan dia hadapi nanti dengan anaknya. Karena sepertinya Ethan belum bisa beradaptasi dengan Riana, jadi kini Riana yang harus menyesuaikan lebih dulu dengan Ethan.

"Jadi kamu harus tahu apa yang harus kamu lakukan, Riana. Ethan berbeda denganku, kamu harus tegas dan bisa memberinya pengertian lebih padanya." kata pak Wijaya ketika Ethan pergi ke toilet.

"Iya pak, dan sepertinya pak Ethan belum mau beradaptasi dengan saya. Dan kurang menyukaiku." kata Riana.

"Jangan khawatir, waktu masih panjang dan mungkin sekarang belum menyukaimu. Tapi lihat saja nanti apa yang akan saya lakukan Riana." kata pak Wijaya tersenyum.

"Memang apa yang akan anda lakukan pak?"

"Belum aku pikirkan." kata pak Wijaya.

Riana diam, dia melihat Ethan kembali lagi setelah dari toilet. Pak Wijaya menyeruput kopinya, menatap anaknya yang terlihat menelepon seseorang. Dia mendengus, sudah pasti itu telepon pacarnya yang di Inggris.

"Kamu menelepon siapa?" tanya pak Wijaya.

"Pacarku pa." jawab Ethan mengakhiri sambungan teleponnya.

"Pacarmu setia?" tanya pak Wijaya lagi.

"Kenapa? Papa ragu dengan Debby?"

"Ya, semoga saja dia benar-bebar gadis yang baik." kata pak Wijaya lagi kembali mengambil cangkir kopinya.

Riana hanya diam saja, dia menatap ke jalanan. Ethan melirik Riana sekilas, lalu dia berdiri dan hendak pergi.

"Mau kemana?"

"Pulang pa. Memang mau di sini saja."

Pak Wijaya dan Riana pun beranjak, Ethan memperhatikan cara berdiri antara papanya dan Riana bersamaan. Dia tersenyum sinis, lalu berjalan lebih dulu menuju mobilnya setelah membayar makanan di kasir.

_

Hari pertama jadi bos di perusahaan pak Wijaya Ethan berangkat lebih pagi. Dia melihat di meja kerja Riana belum ada apa-apa. Di perhatikan apa yang ada di meja Riana itu, ada pigura foto, cangkir gelas dan beberapa berkas tertata rapi di pinggir meja.

Ada juga perlengkapan menulis dan juga buku catatan. Ethan mengambil buku catatan Riana, ada beberapa catatan pekerjaan dan juga catatan pribadi. Dia membukanya lalu membacanya.

"Selamat pagi pak Ethan." sapa Riana membungkuk hormat lalu menatap buku yang di pegang bosnya.

"Hemm, kamu baru datang jam segini?" tanya Ethan melirik jam di pergelangan tangannya.

Masih pukul tujuh lima belas menit, Riana melirik juga jam di tangannya .

"Saya biasa datang jam segini pak, sebelum jam kantor di mulai saya sudah ada di kantor dan merapikan ruangan pak wijaya. Maksud saya, saya merapikan ruangan anda selanjutnya." kata Riana.

"Seharusnya kamu datang sebelum aku datang. Tapi aku lebih dulu datang, tapi kamu belum datang." kata Ethan menatap datar pada Riana.

"Maafkan saya pak, sesuai jam kerja. Saya sepertinya tidak terlambat, tapi anda yang lebih cepat datang." kata Riana.

"Cih! Banyak alasan kamu. Cepat kamu rapikan meja kerjaku, aku ingin keliling lebih dulu kantor ini." kata Ethan.

"Baik pak." jawab Riana.

Ethan menatap sinis pada Riana, melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala Riana kemudian pergi meninggalkan Riana menuju lift. Riana pun menyimpan tasnya di meja kerja, lalu dia masuk ke dalam ruangan kantor Ethan.

Masuk ke ruangan yang biasa dia rapikan setiap pagi. Baru beberapa barang dia rapikan, pintu terbuka lagi. Riana menoleh, Ethan masuk dalam ruangannya dan memeriksa meja kerjanya yang baru.

"Ini nanti di bagian perlengkapan di ganti ya. Semua milik papa di ganti dengan milikku, dan posisinya harus benar." kata Ethan.

Riana diam, dia melihat apa yang harus di ganti? Tidak ada barang yang harus di rapikan.

"Tapi, barang-barang anda belum ada pak. Jadi, saya bingung apa yang akan di pindahkan." kata Riana.

"Milik papa, kamu rapikan di kardus. Semuanya, aku ingin suasana ruanganku berbeda dari ruangan papa dulu." kata Ethan lagi.

"Apa harus di rombak ulang ruangannya?"

"Bila perlu."

"Butuh waktu tiga hari pak, itu jika di lakukan dengan cepat." kata Riana.

"Aku tidak peduli. Lakukan saja." kata Ethan lagi.

"Tapi anda nanti berkantor di mana?" tanya Riana.

"Di mana saja." jawab Ethan.

"Kenapa anda tidak mengatakan sebelum anda masuk kerja pak?"

"Kamu menyalahkan aku?"

"Tidak. Hanya saja, ini terlalu mendadak." kata Riana.

"Lakukan saja, atau kamu lebih nyaman ruangan yang dulu sewaktu masih kerja dengan papaku?"

"Terserah anda pak. Anda bosnya di sini." kata Riana.

"Bagus. Kamu harusnya sudah tahu sejak dulu, kalau aku ingin sesuatu yang beda di kantorku yang baru." kata Ethan lagi.

"Tapi kita baru pertama kali kerja pak, saya belum memahami anda. Dan baru kali ini saya merasa anda memerintahkan pekerjaan yang mendadak." kata Riana.

"Jangan banyak alasan. Cepat beritahu OB dan petugas lainnya untuk merubah ruanganku ini. Aku akan pergi dulu, dua jam lagi harus selesai. Tidak perlu menunggu tiga hari untuk merubah ruanganku. Kamu yang atur, Riana." kata Ethan.

Riana diam, dia menatap bos barunya itu. Perbedaan yang sangat mencolok bagi Riana antara anak dan ayah, tapi dia ingat dengan ucapan pak Wijaya untuk selalu sabar dengan Ethan. Memang terkadang tidak terduga perintahnya.

"Baik pak." ucap Riana.

Ethan pun keluar dari ruangannya, Riana dengan cepat menghubungi kepala OB dan petugas lainnya untuk merubah ruangan Ethan yang baru.

"Benar-benar aneh dia. Baiklah, kita lihat saja apa yang akan dia lakukan di kantor ini. Apakah kerjanya sesuai dengan sikapnya itu." ucap Riana.

Tak berapa lama, tiga orang OB datang ke ruangan Ethan. Mereka menghampiri Riana yang sedang merapikan berkas-berkas ke dalam lemari.

"Ada apa mbak Riana?" tanya Udin, salah satu OB itu.

"Din, semua tolong di rubah posisinya ya. Nanti saya atur, dan mas Jono dan bang Ucup juga tolong masukkan berkas ke dalam lemari semua." kata Riana memerintahkan kedua OB lainnya.

"Siap mbak!"

Mereka pun bergerak cepat untuk membantu Riana merubah posisi meja dan juga lemari. Berkas-berkas semua di masukkan ke dalam lemari dan barang-barang lainnya bisa di pindahkan ke dalam kardus.

Mereka bekerja dengan cepat dan sangat hati-hati, karena Ethan memberikan waktu cuma dua jam. Untungnya hari ini tidak ada pertemuan dengan klien di luar, jadi Riana lebih leluasa mengatur semua barang yang ada di ruangan Ethan tersebut. Tak lupa juga, gorden jendela di ganti yang baru.

Dua jam kurang sepuluh menit semuanya selesai, Riana pun terduduk di sofa. Dia menarik nafas panjang, akhirnya pekerjaannya selesai juga.

"Syukurlah cepat selesai. Terima kasih ya Udin, dan mas Jono dan bang Ucup." kata Riana.

"Sudah bereskan semuanya mbak Riana? Tidak ada lagi yang harus pindah posisi?" tanya Udin.

"Kurasa sudah. Semoga saja tidak ada perubahan lainnya, dan pak Ethan menyukai perubahan ruangannya ini." kata Riana.

"Kita sudah bisa pergi kan mbak?"

"Emm, sudah. Nanti kalau aku panggil lagi, kalian kesini lagi."

"Oke mbak. Kamu pergi dulu ya."

"Ya."

Ketiga OB itu pun pergi, Riana kembali merapikan berkas-berkasnya. Pintu di buka lagi, Ethan masuk ke dalam ruangannya. Dia melihat sekeliling ruangan tampak berbeda dari dua jam lalu.

"Kenapa catnya tidak di ganti?!"

"???"

_

_

*******************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!