Rayya, gadis cantik super ceria ini begitu mengidolakan pegawai ayahnya. Bahkan ia ingin sekali mendapatkan cinta dari pemuda matang yang bernama Alam.
Meski saat ini usianya masih terbilang muda, namun ia tak gencar untuk terus mengatakan cinta pada Alam. Bahkan sejak ia masih balita pun, Rayya ingin selalu berada di dekat Alam.
Bahkan putri dari pasangan Dante dan Nata ini pun tak segan segan untuk meminta pada ayahnya agar Alam menjadi pengawal pribadinya.
Awalnya Dante tak menyetujui permintaan putrinya karena Alam adalah detektif handal. Ia termasuk aset terpenting untuk usahanya di bidang pengintaian.
Namun karena sang istri terus membujuk, akhirnya mau tak mau Dante pun mengabulkan permintaan putri pertamanya tersebut.
"yuk om" Rayya segera masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan ekspresi kesal di wajah Alam.
Selama perjalanan, Alam hanya diam. Ia tak berniat menjawab sedikitpun celotehan anak majikannya yang masih berumur 15 tahun tersebut.
"om, nanti jemput aku jam empat sore ya, aku ada pelajaran tambahan soalnya"
"iya nona"
Saat Rayya hendak membuka pintu, ia menutup kembali pintu tersebut dengan cepat. Menatap tajam wajah tampan yang ia kagumi sejak balita.
Ya, entah mengapa ia begitu menyukai pria berusia 32 tahun itu. Padahal sudah bisa dipastikan bahwa banyak sekali laki laki seusianya yang bolak balik mengatakan cinta padanya. Namun Rayya tak terpengaruh sedikitpun. Hatinya tetap memilih pria dewasa itu.
"ada apa non__"
cup
Dengan sangat beraninya, Rayya mencium pipi Alam sekilas. Dan setelahnya ia berlari menuju ke dalam sekolah, meninggalkan Alam yang masih membeku di tempatnya.
Nona.. apa yang nona lakukan? aku takut kau akan terluka besok
Batin Alam sembari mengusap lembut pipinya yang masih terasa hangat bekas kecupan nona mudanya itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Rayya pun menunggu pujaan hatinya itu dengan rasa bahagia. Entah mengapa ada perasaan aneh yang timbul saat ini. Seperti ada rasa sesak dan hawatir. Namun ia pun tak tahu apa yang membuat hatinya seperti itu.
Rayya tersenyum sumringah saat mobil yang ia tunggu berhenti tepat di depannya. Namun senyum itu meredup seketika kala ia melihat bukanlah Alam yang menjemputnya. Melainkan Boy, sahabat satu divisi dengan Alam.
"om Boy? kenapa om yang jemput? dimana Om Alam?"
"Alam sedang ada acara penting non, jadi tidak bisa menjemput nona sore ini"
"baiklah, ayo pulang"
Boy menatap sang majikan kecil dari kaca depan. Tergambar jelas raut kekecewaan di wajah cantik itu. Boy jadi ikut merasa bersalah telah menyembunyikan rahasia ini. Rahasia yang sebentar lagi akan di ketahui oleh Rayya dengan sendirinya.
Ya, karena hanya Boy yang tahu tentang perasaan Rayya kepada Alam. Bahkan kedua orang tua Rayya pun tak tau tentang rasa cinta itu. Mereka hanya menganggap Rayya menyukai Alam sebagai om atau kakaknya sendiri.
Aku tak bisa bayangkan bagaimana sakit hatinya nona Rayya nanti saat melihat kenyataan tentang Alam
*
"sayang.. kenapa kau belum juga siap siap? bukankah bunda sudah bilang kalau kita akan pergi malam ini?" ucap bunda Nata sembari merapikan penampilannya
"mau kemana sih bund? aku gak ikut ah! males! nanti pasti banyak temen temen bunda yang mau jodohin anaknya sama Rayya. Kayak waktu itu"
"tidak, kita kan mau ke rumah Alam. Apa kau yakin tak mau ikut kerumah om kesayanganmu itu?"
Mendengar nama Alam, Rayya pun langsung terbangun dari posisi wenaknya. "tunggu aku bund" Ia segera meriaa dirinya secantik mungkin.
Setelah sampai di rumah Alam, mereka semua kembali masuk kedalam mobil dan meneruskan perjalanannya. Nata hanya tersenyum senyum sendiri sembari menatap Alam dari mirror yang tergantung di depan kemudi
Sementara Alam, ia hanya menatap sekilas lalu menundukkan pandangannya kembali.
Tak berapa lama kemudian, sampailah rombongan Alam di sebuah rumah sederhana yang terletak tak jauh dari tempat tinggal Alam.
deg
Jantung Rayya pun berdetak sangat kuat kala ia melihat seorang wanita cantik dengan memakai gaun putih sederhana namun tetap elegan untuk dilihat.
Selamat Atas Pertunangan Alam dan Nadia
Hatinya benar benar hancur saat ia membaca sebuah tulisan yang terpampang jelas di atas dekor yang ada disana.
Seketika itu juga lututnya melemas. Hati yang berbunga sejak kecil harus layu dan runtuh dalam satu malam ini.
tes
Satu air mata lolos dari kedua matanya. Dengan cepat, Rayya pun langsung menghapus air mata itu dan mengikuti langkah orang orang untuk mendekat ke tempat acara berlangsung.
.
.
.
Selama acara itu berlangsung, mata Rayya tak henti hentinya menatap tajam pada sepasang kekasih yang sedang melaksanakan acara pertunangan mereka. Lebih tepatnya mata Rayya terus mengarah pada Alam.
Alam yang di tatap begitu tajam oleh sang majikan pun merasa risih. Ia begitu grogi saat mata gadis belia itu terus mengarah kepadanya.
Dan akhirnya acara pertunangan itupun telah selesai. Rombongan tunangan pria sudah pamit mengundurkan diri dan pulang kerumah masing masing.
Begitupun dengan Keluarga Dante. Setelah sampai dirumah, Rayya langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia pun menumpahkan semua tangis dan sesak yang sejak tadi ia tahan.
"om Alam.. kenapa om tega padaku, kenapa om tak pernah bilang kalau om memiliki seorang kekasih"
"aku juga bisa lebih cantik dari kekasih om itu"
Ia membuka semua pakaiannya hingga tersisa bra dan celana segitiga berwarna hitam yang senada itu.
"aku juga bisa membuat dadaku berisi seperti kekasihmu" rancau Rayya sembari memegang sendiri kedua buah dadanya dan sedikit mengguncangkan ke kanan dan kekiri
"aku juga bisa membuat bokongku ini padat dan besar seperti dia" Rayya memutar tubuhnya di depan cermin rias.
Namun beberapa detik berikutnya ia menangis kembali saat ia menyadari bahwa ukuran tubuhnya begitu mini. Dadanya begitu kecil, pinggang dan bokongnya juga terlihat rata. Jauh berbeda sekali dengan kekasih om Alamnya itu.
"huaa.. om alam jahat! kenapa om Alam tak menungguku saja sampai aku dewasa"
Rayya benar benar merasa frustasi saat mengingat bahwa om Alam yang ia idamkan itu akan menikah dua bulan lagi.
"masih ada waktu dua bulan. Aku akan membuat om Alam memilihku. Aku akan mngejar cintanya. Aku akan membuat hati dan perasaan om Alam bepindah padaku, harus! toh gak papa kan? lagi pula juga mereka belum menikah, jadi sebelum janur kuning melengkung, masih bisa di tikung dong" gumam Rayya menyemangati dirinya sendiri
*
Sementara di sudut ruang yang berbeda, Alam nampak melamun sembari menatap langit yang hanya dihiasi beberapa bintang disana
Sesekali ia menghisap sebatang rokok yang ada ditangannya dan menghembuskan asapnya secara perlahan. Helaan berat pun terdengar jelas dari nafas Alam.
Ia masih tak habis pikir, mengapa sang nona mudanya terlihat baik baik saja saat acara pertunangannya berlangsung. Ia kira anak majikannya itu akan terluka dan menangis di sana, namun ternyata dugaannya benar benar salah total.
Tapi untunglah dia baik baik saja. Karena jika terjadi sesuatu seperti apa yang ia pikirkan, maka sudah bisa dipastikan akan ada masalah yang timbul disana. Begitu pikir Alam.
Lelah dengan pikiran yang bercabang, ia ingin sekai merebahkan diri diatas ranjang. Namun baru beberapa langkah mendekati ranjang itu, tiba tiba saja ponsel yang ada di saku celananya berdering.
*N*on Rayya
Ia menghela nafas kembali saat melihat nama yang tertera di ponselnya. Ia pikir nona mudanya itu akan patah hati dan tak menguntitnya setiap saat. Tapi ternyata masih sama.
Akhirnya mau tak mau, Alam pun langsung mengangkat panggilan itu. Karena jujur, Alam pun begitu penasaran dengan panggilan itu.
📞 selamat malam nona
📞 selamat malam om, apa om sudah tidur?
📞 belum nona (kalau aku tidur, tidak mungkin aku mengangkat panggilan darimu kan) lanjutnya dalam hati
📞 baguslah, aku cuma mau ingetin sama om kalau besok aku harus berangkat sangat pagi. Jadi aku tak mau om sampai terlambat mengantarkanku
📞 kenapa nona tidak bilang kalau besok mau berangkat pagi?
📞 suka suka aku dong. orang aku juga baru ingat sekarang kok. Kenapa memang? ada masalah buat om?
📞 tidak nona, baiklah, kalau begitu saya akan istirahat lebih awal supaya besok bisa bangun sebelum subuh
📞 bangun sebelum subuh? memangnya mau ngapain om?
📞 bukankah nona sendiri yang meminta saya tak boleh terlambat mengantar? kenapa nona malah bertanya?
📞 ah ya aku lupa. Salah om sendiri, ngapain pake pulang ke rumah segala. Biasanya kan juga tidur di paviliun?
📞 selamat malam nona, selamat beriatirahat (Alam langsung menutup panggilannya)
📞 halo.. om.. om Alam.. yah.. di matiin, gak sopan banget sih sama majikan (gerutu Rayya)
"Sebenarnya aku ini detektif, pengawal pribadi, atau supir pribadi sih? heran aku tuh. Untung saja gajinya sangat besar. Kalau tidak, pastinya sudah aku tinggalkan sejak dulu nona cerewet dan menyebalkan itu" gerutu Alam sembari membenahi posisi tidurnya.
Sementara Rayya, ia begitu senang bisa membuat om Kesayangannya itu meradang. Rayya sangat yakin bahwa saat ini Alam pasti sedang menggerutu karena dirinya.
.
.
.
Pagi hari, Alam benar benar menepati janjinya.Ia bangun sangat pagi dan saat ini sudah berada di mansion besar milik sang majikannya tersebut.
"ayo om?" Rayya mendahului Alam masuk ke dalam mobilnya
"kita berangkat sekarang non?"
Rayya hanya mengangguk.
Mobilpun mulai berjalan, tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir keduanya. Hingga rayya meminta turun di sebuah danau kecil yang sering mereka lewati.
"non Rayya yakin kita turun disini?"
"tentu saja"
"tapi katanya non Rayya mau berangkat pagi? kenapa malah mampir kesini?"
Rayya tak menghiraukan pertanyaan Alam. Ia malah berjalan mendekati danau itu dan duduk di sebuah kursi panjang yang ada disana. Karena takut terjadi sesuatu dengan nonanya, Alam pun segera menyusul Rayya.
Dan disinilah mereka berada. Disebuah kursi panjang mereka duduk saling berdampingan. Ada jarak yang di bangun oleh Alam. Ya, ia tak mungkin seberani itu duduk berdekatan dengan anak majikannya tersebut.
"om"
"ya nona"
"mengapa om begitu tega pada Rayya"
"maksutnya?" Alam mengalihkan pandangannya pada gadis kecil yang ada di sampingnya
"kenapa om tak pernah mengatakan kalau om sudah memiliki kekasih?"
"saya rasa itu tidaklah penting untuk anda nona"
"tentu saja penting! om itu sudah memiliki kekasih, tapi mengapa saat aku mengatakan suka dan cinta, om tak menjawabnya? mengapa om selalu diam saja?"
"bukankah saya sudah mengatakan ini tidaklah mungkin terjadi?"
"tapi mengapa om tidak menolakku waktu itu"
"aku rasa nona tau dengan kediamanmku selama ini"
"aku pikir dengan diamnya om saat berulang kali aku menyatakan cinta, om juga menyukaiku. Dan om akan menungguku sampai aku dewasa nanti.
Tapi ternyata aku salah. Om jahat! om tega menyakitiku.
Harusnya om bilang sejak awal kalau om sudah memiliki seorang kekasih.
Harusnya om juga bilang sejak awal kalau om tak menerimaku. Jangan memberikan harapan palsu seperti ini!
Apa om tau? hatiku benar benar hancur!"
"maaf nona" Hanya dua kata itu yang keluar dari bibir Alam dan berlalu meninggalkan Rayya begitu saja.
Semnetara Rayya, ia terus menarik nafas dalam berulang kali demi menormalkan suasana hatinya. Ya, Rayya langsung menghapus air mata yang sempat menetes membasahi pipi mulusnya.
Selama di dalam mobil, keduanya nampak diam. Baik Alam maupun Rayya tak ada yang mau mencairkan suasana canggung diantara keduanya.
Dua bulan berlalu
Selama dua bulan itu, Rayya memang menjaga jarak dengan Alam. Apalagi sikap alam yang cuek terhadapnya tentu semakin membuat hubungan mereka semakain jauh dan menjauh.
Rayya terlihat mondar mandir di taman belakang. Ia terus memikirkan apa yang akan terjadi nantinya antara Alam dan kekasihnya itu.
Ya, Rayya begitu frustasi saat memikirkan bahwa lusa Alam akan pulang ke kampung halamannya.
Ia ingin sekali menjenguk nenek tua yang sudah merawatnya sejak kecil. Dan kata si Boy, kekasih Alam akan ikut bersamanya juga.
Entah mengapa Rayya ingin sekali mengikuti mereka. Ia ingin sekali menjaga om Alamnya dari sang tunangan agar gak tergoda dan ternoda.
Keesokan harinya
"Rayya sayang.. apa kau jadi mengajak liburan ke jepang?" tanya sang bunda
"tidak perlu bund, sepertinya aku ingin liburan yang berbeda"
"berbeda? maksut kamu?" tanya sang ayah penasaran
"Iya yah.. sepertinya kali ini aku ingin sekali liburan di sebuah tempat yang masih asri mm.. seperti di pedesaan gitu yah"
"Pedesaan?"
"Ya.. pedesaan. Apa ayah punya saudara atau kerabat yang yinggal di pedesaan? Atau teman mungkin?"
"Ayah tidak punya"
"Yah.. sayang ya yah.." ucap Rayya seolah menyayangkan. Namun matanya tak henyinya mengedip pada Boy.
"Maaf tuan.. sepertinya saya punya ide untuk liburan nona" Potong Boy dengan mental yang di beranikan
"Apa ide kamu?" Tanya Dante penasaran
"Lusa kan Alam cuti pulang kampung, bagaimana kalau nona Rayya ikut saja dengan Alam. Kan disana pedesaan yang masih sangat asri tuan?"
Alam yang tak menghiraukan rengekan Rayya pada sang ayah tiba tiba terkejut setengah mati saat ia mendengar penuturan dari sahabatnya itu. Bdnar benar saran gila menurut Alam.
"Benarkah Alam?"
"Benar tuan"
"Baiklah, ayah setuju"
"Alam.. kau tidak keberatan kan?"
"Tidak tuan" Alam hanya mampu meniyakan permintaan majikannya itu.
Hore.. sorak Rayya dalam hati
Setelah semuanya pergi, Rayya membisikkan sesuatu pada Boy " makasih ya om.. aku akan belikan om jam tangan keluaran terbaru"
"Yang mahal itu non?"
"Tentu saja"
"Terimakasih non"
Ya, ternyata Rayya yang meminta Boy untuk menyarankan pada ayahnya. Boy pun menerima tawaran nona mudanya dengan iming iming hadiah tentunya.
Jujur saja, sebenarnya Boy lebih mendukung Alam bersama dengan Rayya. Dan entah ia tak begitu menyukai tunangan Alam. Pada tunangan Alam adalah gadis yang pendiam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!