BAB. 1
Di sebuah ruangan President Suit rumah sakit Mutiara Cinta, terbaring seorang laki-laki yang berusia sekitar 60 Tahun bernama Herdi. Dia menderita penyakit jantung 1 tahun terakhir. Selama dua minggu belakangan ini Pak Herdi di rawat di rumah sakit secara intensif.
Semakin hari sakitnya semakin parah. Tubuhnya pun mulai melemah, suara yang keluar dari bibirnya semakin pelan factor penyakit yang di deritanya. Dokter menyarankan untuk melakukan pencangkokan jantung sebagai satu-satunya jalan. Tapi sampai saat ini pun pihak rumah sakit maupun keluarga pak herdi belum menemukannya, karna mencari pendonor jantung memanglah tidak mudah.
Pak herdi mempunyai dua orang anak laki-laki. Pertama berusia 30 tahun bernama reza dan satunya lagi berusia 22 tahun bernama rezi. Pak herdi memiliki sahabat dekat sejak dari SMA. Kedekatan mereka melebihi keluarga sendiri. Sahabat pak Herdi bernama Pak Budi.
Pak Herdi dan Pak Budi merupakan dua sahabat karip yang mempunyai perbedaan sangat jauh dalam hal ekonomi. Namun itu tidaklah menjadi penghalang atas kedekatan mereka. Setiap ada masalah mereka akan saling bercerita tanpa sungkan dan saling membantu, bahkan jika ada urusan pekerjaan di luar kota, Pak Herdi lebih sering menginap dirumah Pak Budi ketimbang menyewa kamar di hotel. Tujuannya bukan karna mencari murah, tentu saja karna kedekatan mereka.
Oh iya, Pak Herdi ini adalah seorang pensiunan tentara namun juga mempunyai banyak perusahaan yang cabangnya sudah menyebar di berbagai kota bahkan sampai beberapa Provinsi di Indonesia. Sedangkan Pak Budi adalah seorang pedagang plastic kecil-kecilan di pasar.
...****************...
Karena beberapa hari ini banyaknya pesanan alat-alat plastic rumah tangga oleh konsumen, sedangkan Pak Budi tidak mempunyai asisten. Tentu saja pekerjaan ini sangat membuatnya sibuk, sehingga belum sempat untuk mebesuk sahabatnya, Pak Herdi. Dan hari ini Pak Budi berencana untuk membesuk Pak Herdi di rumah sakit. Perjalanan Pak Budi dari rumah nya ke rumah sakit sekitar 5 Jam.
Sesampainya di rumah sakit, Pak Herdi begitu sangat bahagia melihat kedatangan sahbatnya itu. Mereka berbincang-bincang seakan pak Herdi lupa dengan sakitnya. Istri Pak Herdi pun berbincang-bincang diliuar kamar.
Walaupun mereka bersahabat sejak SMA, namun mereka tetap bertegur sapa dengan menambahkan kata “pak” pada awal namanya. Itu bertujuan agar anak-anak merekakelak bias saling menghormati keluarga mereka tanpa memandang status social mereka.
“maaf ya pak, saya baru bisa menyempatkan untuk menjenguk bapak hari ini”, ucap pak budi pada pak herdi meminta maaf.
“tidak apa-apa pak budi, saya senang sekali dan berterimakasih karna sudah menjenguk saya”, balas pak herdi di sertai senyuman.
“bagaimana keadaan bapak?”, Tanya pak budi prihatin.
“rasanya, tubuh saya semakin lemah dan juga dada saya terasa sangat nyeri”, jawab pak herdi dengan memalingkan wajahnya untuk menutupi kesedihan.
“Bapak harus kuat ya pak. Harus semangat untuk melawan penyakit itu”, kata pak budi memberi semangat.
“Pak Budi, bagaimana kabar anak bapak?”, Tanya pak herdi yang tiba-tiba menanyakan putrinya.
“Putri saya, Alhamdulillah sekarang sudah kelas 3 SMA pak. Sebentar llagi lulus dan Insya Allah akan melanjutkan kuliah”, jawab pak budi.
“Syukurlah kalau begitu pak”, ucap pak herdi.
“Pak Budi…. Hubungan kita sudah sangat dekat. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri. Saya tidak pernah bertemu dengan teman, orang ataupun saudara sebaik bapak. Apalagi persahabatan kita juga sudah sangat lama. Kita sudah sangat mengenal sikap kita satu sama lain…. Kalau seandainya saya tidak tertolong, hubungan kita hanya tinggal cerita”, ujar pak herdi panjang lebar.
“Pak Herdi pasti sembuh, jangan bicara yang aneh-aneh pak”, kata pak budi.
“Saya berharap kita bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya. Sebelum saya pergi, saya ingin menikahkan anak pertama saya Reza dengan putri pak Budi”, kata pak herdi tiba-tiba.
“Tapi putri saya masih SMA dan dia masih mau melanjutkan pendidikannya untuk kuliah pak”, balas pak Budi.
“Saya mohon pak, saya ingin menjalin hubungan keluarga dengan pak Budi sebelum saya pergi untuk selama-lamanya. Saya tidak bisa tenang meninggalkan reza yang sampai sekarang masih belum menikah. Saya takut kelak dia akan salah memilih istri untuk masa depanny. Pernikahan akan dilaksanakan 3 hari lagi di kamar ini”, ujar pak Herdi memohon.
“Iya pak,akan saya bicarakan dengan istri dan anak saya dulu. Semoga mereka mau menyetujuinya”, balas pak budi mengiyakan permintaan pak herdi.
...****************...
Sesampainya dirumah, hari sudah malam. Pak Budi mendiskusikan perbincangannya dengan pak herdi tadi kepada istrinya……….. Tentu saja istrinya menolak. Anak semata wayangnya masih sekolah, masa depannya masih panjang. Tidak mungkin dia membiarkan anaknya untuk menikah muda.
“Bu, pak Herdi sudah sangat baik kepada keluarga kita. Beliaulah yang selalu membantu kita saat keluarga kita dulu berada di titik terendah. Ayolah kita penuhi permintaan terakhirnya”, bujuk pak budi pada istrinya.
“Tapi pak, Anis masih sangat muda. Apa bapak tega mengambil masadepan dan impiannya?”, ucap bu rusmi istri pak budi.
“Pokoknya 3 hari lagi Anis harus menikah dengan anak pak Herdi. Lagi pula kita sama-sama sudah sangat paham bagaimana keluarga pak Herdi!!”, seru pak budi lalu berdiri meninggalkan istrinya diruang tengah sendirian.
Stelah itu bu Rusmi menghampiri kamar Anis. Dia melihat anak gadisnya tertidur lelap. Dia mengusap kepala putrinya dan mencium keningnya sambil berkata “maafin ibu nak”, ucap bu rusmi dengan mata berkaca-kaca. Bu Rusmi sangat paham dengan sifat suaminya yang keras kepala dan tidak bisa di bantah.
...****************...
Keesokan harinya…. Saat sarapan bersama, pak Budi mengatakan kepada Anis tentang perjodohan mereka.
“Anis, 2 hari lagi kamu harus menikah dengan anak sahabat bapak”, ucap pak Budi kepada Anis tiba-tiba.
Anis yang saat itu mulutnya tersumpal makanan pun langsung menganga, tanpa sadar nasi di dalam mulutnya keluar lagi kepiringnya.
“Anis masih kecil pak, masih pengen belajar dan main dengan teman-teman. Apalagi waktunya mepet banget. Bapak kalau bercanda kok kelihatan serius banget gitu..”, balas Anis.
“Bapak memang lagi serius Anis. Lusa kamu ikut bapak kerumah sakit. Kamu harus nurut sama bapak..”,ujar pak Budi.
“Tapi pak, gimana dengan impianku?, anis masih kepingin lanjut kuliah pak,” jawab Anis dengan wajah yang murung.
“kamu masih bisa sekolah maupun kuliah walau sudah menikah,,” balas pak budi.
“tapi Anis belum mau menikah pak, Anis masih mau focus belajar, main sama temen-temen. Anis selalu nurut kata bapak, bahkan saat bapak melarang pacaran dan keluar malam. Anis mohon pak, jangan nikahkan Anis. Anis mohon pak,….Bu, tolong Anis,” mohon anis dan mulai menangis.
Gadis periang itu saat ini sedang terpuruk dan memohon kepada orang tuanya. Ibunya hanya bisa diam dan menunduk sambil meneteskan air mata.
“Sudah cepat habiskan makananmu, lalu pergilah sekolah!,” perintah bapaknya. Anis pun menghabiskan makanannya dengan terpaksa dan berangkat kesekolah dengan langkah gontai.
BAB. 2
Tiba disekolah Anis terlihat sangat lesu. Tidak seperti biasanya, sampai sekolah biasanya langsung ngobrol dengan teman-temannya. Reni, Meli dan Ria sahabat Anis, merasakan ada yang berubah dengan sahabatnya itu. Saat istirahat biasanya Anis mengajak makan bakso sambil ngobrol sama sahabatnya, tapi kali ini dia malah enggan untuk melangkahkan kakinya keluar kelas. Dia menyangga pipi dengan tangan kirinya sambil menatap keluar kelas.
“Kamu kenapa nis?”, lagi bisulan ya?”,Tanya reni tiba-tiba nyeruduk samping Anis. Meli dan Ria yang berada di depan mereka pun memutar bola mata mendengar pertanyaan Reni.
“Heh Ren, Anis ini lagi sedih, bukan lagi bisulan. Iya kan nis?”, Tanya meli.
“Kamu kenapa nis?, tumben jadi kalem gini”, Kini giliran Ria bertanya.
“Emmm…maaf flen aku kira Anis lagi bisulan”, ucap Reni sambil nyengir.
“Aku dipaksa nikah sama bapak”, jawab Anis dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Wah enak dong gak jomblo lagi nis, malah ada yang nemenin bobok”, celetuk Reni.
“Husst, kamu ini ya, gak bisa banget peka. Lihat tu Anis lagi sedih beneran”, ucap Ria sambil mata melotot kea rah Reni.
“Iye…iye… mangap….eh maaf maksudnya. Ok aku diem deh, peace….”, jawab Reni dengan mengacungkap dua jari, jari telunjuk dan jari tengah kea rah sahabatnya.
“Kenapa kok bisa tiba-tiba dinikahkan nis?, kamu ketahuan jalan jalan sama cowok?”, Tanya Meli penasaran, karna ketiga sahabatnya tahu kalau bapaknya Anis melarang untuk berhubungan dekat dengan laki-laki.
“Enggak, aku gak tahu kenapa bapak tiba-tiba mau menikahkan aku. Bahkan aku belum tau sama sekali siapa calon suamiku, wajah, usia, tinggal dan pekerjaannya. Yang aku tau 2 hari lagi aku akan menikah di rumah sakit Mutiara Cinta”. Jelas Anis kepada sahabatnya.
Ketiga sahabatnya pun memeluk Anis secara bersamaan, berusaha menenangkan Anis.
“Sabar ya Nis, mungkin bapak kamu punya alas an yang kuat kenapa sampai mengambil keputusan itu”, ucap Ria menenangkan Anis.
“Yups, betul. Positive Thinking aja nis. Kita selalu ada untukmu”. Ucap Reni yang tiba-tiba lurus kata-katanya.
“Yuk ke kantin, lapar banget nih, aku udah dari kemarin gak makan bakso, kuah ama mienya, eh di tambah kecap dan sambal juga”,celetuk Reni yang mulai oleng.
“Eh kamu itu ngajak makan atau pelayan toko sih?’, ucap Meli yang mulai kesal lagi.
Reni pun kembali nyengir dengan air ludah yang mulai berjatuhan tanpa disadari.
Sesampainya di kantin, seperti biasa mereka berempat memesan bakso dan es the makanan favorit mereka. Sambil menunggu pesanan datang, tiba-tiba Heri menghampiri mereka dan duduk di samping Anis.
“Hai nis, kamu kenapa?, matamu sembab”, Tanya heri melihat Anis tak seceria seperti biasanya.
“Enggak apa-apa her. Kamu sudah makan?”, Tanya Anis mengalihkan pembicaraan.
“Sudah, dari tadi aku nungguin kamu. Kamu kenapa?”, Tanya heri penasaran.
“m m m.. aku..aku Cuma gak enak badan sedikit her”, jawab Anis berbohong. Dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya kepada heri. Dia tahu Heri dari dulu menyukainya. Bahkan beberapa kali pernah menembaknya, tapi Anis selalu menolak karna bapaknya melarang untuk pacaran.
“Kenapa kamu masih masuk sekolah kalau sakit nis?, ayo ke UKS!”, ajak Heri sambil menarik tangan Anis.
“Enggak usah her!, aku nggak apa-apa kok”,tolak Anis sambil melepaskan tangannya dari tarikan tangan Heri.
“Sama aku aja ke UKS nya her!, aku lagi kepedasan nih butuh istirahat di UKS!”,celetuk Reni.
“Hehh sawi kepang, kalo kepedasan ntu obatnya minum bukan istirahat ke UKS!”, ucap Ria dengan wajah kesalnya.
“huuh, aku kan Cuma pengen berduaan aja sama Heri!”, kara Reni dengan memonyongkan bibirnya.
“Ya udah aku ke kelas dulu. Kalau ada apa-apa kasih tau aku ya!”, ucap Heri memecah suasana antara Reni dan Ria. Anis pun mengangguk dan tersenyum.
...****************...
Setelah bertemu klien, siang itu Reza menjenguk papanya yang masih berada di rumah sakit. Setiap wanita yang berpapasan dengan nya pasti langsung jatuh cinta dengan ketampanannya dan kegagahan tubuh Reza. Reza ke rumah sakit masih menggunakan kemeja maroon dengan setelan jas hitam dan dasi. Setelah sampai di ruangan papanya, Reza segera duduk di samping papanya.
“Bagaimana keadaan papa?”, Tanya Reza dengan lembut dan menggenggam tangan papanya dengan kedua tangannya.
“Semakin lemah. Dada papa samakin sakit, Papa rasanya sudah tidak kuat lagi za. Oh iya, kamu tau sahabat papa yang bernama pak Budi kan?”, Tanya Pak Herdi kepada Reza.
“iya, kenapa pa?”, Tanya Reza.
“Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak pak Budi. Za, papa ingin sekali menjalin hubungan dengan beliau sebelum papa pergi untuk selamanya”, ucap pak Herdi pada Reza.
“Pa… papa tau sendirikan Reza sudah ada Libia, Reza gak bisa pa…”, tolak Reza dengan lembut.
“Iya papa tau, tapi papa sudah meminta pak Budi untuk menikahkan anaknya dengan kamu besok lusa za”, jawab pak Herdi.
“Nggak bisa pa..Nggak segampang itu!.. pernikahan itu butuh waktu, tidak bisa hitungan hari”, balas Reza.
“Lusa, kamu hanya perlu menikah di depan penghulu za. Surat menyuratnya bisa kamu urus setelahnya. Ayolah Za, kabulkan permohonan papa untuk yang terakhir”, ucap pak Herdi memohon.
“Reza akan memikirkannya lagi pa. Reza harus kembali ke kantor sekarang. Beristirahatlah, semoga lekas sembuh pa”, pamit Reza lalu mencium punggung tangan papa nya.
Setelah Reza keluar dari kamar rawat papanya. Pak Herdi pun segera menelpon Pak Budi untuk menanyakan bagaimana kelanjutan dari pernikahan anak-anak mereka.
“Bagaimana Pak?, Apa Pak Budi sudah membicarakan kepada istri dan anak bapak, mengenai rencana kita untuk menjodohkan anak-anak?”, tanya Pak Herdi.
“Tentu saja sudah pak. Semuanya sudah saya bicarakan baik pada istrimaupun anak saya. Tinggal kita panggil penghulu. Lusa saya akan mengajak anak dan istri saya kerumah sakit”, Jawab Pak Budi dengan percaya diri.
“Terimakasih pak. Saya sangat bahagia mendengarnya”, balas pak Herdi dengan perasaan lega.
“Tidak usah berterimakasih pak. Pak Herdi sudah banyak membantu keluarga kami, dan kami sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Pak Herdi. Jangan banyak pikiran lagi banyak. Pak Herdi harus fokus untuk kesembuhan bapak”, ucap pak Budi.
Setelah menyelesaikan percakapannya dan menutup sambungan telepon dari pak Herdi, pak Budi pun menghubungi pihak sekolah nya Anis, untuk meminta izin Anis tiga hari kedepan karena ada urusan keluarga.
Tanpa curiga, pihak sekolah pun mengizinkan.
...****************...
Di perusahaan, Reza tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ia memikirkan permintaan papnya yang kini sedang sakit parah dirumah sakit. Disisi lain Reza juga memikirkan Libia, seorang model yang sudah menjadi kekasih Reza selama dua tahun terakhir.
“Apa yang harus aku lakukan?. Bagaimana caraku menolak permintan papa. Sedangkan papa saat ini lagi sakit parah. Akupun bahkan tidak tahu sama sekali dengan anak pak Budi seperti apa dan berapa usianya?”, gumam Reza didalam ruangannya.
Dikantor Reza terus mencari cara agar bisa keluar dari perjodohan yang diminta papanya.satu sisi dia tidak maumembuat papanya stres karena menginginkan dia menikah dengan anak sahabtanya. Tapi disisi lain dia sanghat mencintai Libia, pacarnya. Akhirnya Rezapun menelfon Libia.
“Halo sayang kamu dimana?” tanya Reza dari telpon.
“Aku lagi istirahat sayang habis pemotretan”jawab libia.
“Bisa kita ketemuan sekarang? Ada yang ingin aku bicarakan. Penting!!”. Ucap Reza
“Tentang apa sayang? Koq tumben banget?” tanya Libia lagi. Ya suda kita ketemuan di taman life garden aja ya. Imbuhnya lagi.
“Ok aku berangkat sekarang”kata Reza. Kemudian Reza pun keluar dari ruangan dan memasuki mobil menuju taman life garden seperti yang sudah mereka janjikan. Reza mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang. Dag..dig..dug detak jantungnya semakin tidak karuan karna akan menceritakan kenyataan yang diminta oleh papanya kedapa Libia.
Sesampainya di taman, Reza pun memarkirkan mobilnya di parkiran. Dia segera menghampiri Libia di sebuah gazebo yang terletak dekat dengan danau. Suasana di taman saat itu masih sepi, karna memang hari itu bukan hari libur.
Tidak jauh dari tempat Reza berjalan terlihat seorang wanita cantik dengan dres biru laut, bertubuh tinggi, dengan rambutnya yang diurai membuatnya semakin cantik. Iya, dia adalah Libia.
“Hei sayang, sudah lama menunggu ?” tanya Reza sembari mengecup kening Libia.
“Lumayan sayang”. Jawab Libia dengan senyum manisnya.
“Kamu cantik banget pake dres ini”. Puji Reza kepada Libia yang memang saat itu terlihat sangat cantik.
“Iya dong aku kan dari dulu sudah cantik, kamu baru lihat hari ini kalu aku cantik ya?” gerutu Libia karna merasa perkataan Reza tidak pas dihatinya.
“Nggak dong, kamu memang selalu cantik, tapi hari ini kamu sangat terlihat istimewa “.Puji reza. Reza memang berusaha membuat hati Libia senang sebelum dia menceritakan tentang semua kebenaran.
“Kita jalan-jalan sebentar yok, sudah lama kita gak jalan-jalan sayang”. Pinta Reza kepada Libia.
“kemana? Aku nanti sore ada jadwal prepare untuk pemotretan dilombok lusa”, jelas Libia
“Kita ke mall yuk, kamu udah lama kan gak beli tas”? Ajak Reza
“Hah…! Beneran serius sayang ?” tanya Libia kaget dengan sikap kekasihnya tiba-tiba. Padahal biasanya kalau Libia minta ini itu Reza selalu bilang nanti, tujuannya agar Libia bisa mengerem hobinya yang mengoleksi barang-barang mewah. Tapi kali ini malah Reza sendiri dengan suka rela menawarkannya. Tentu saja dengan senang hati di iyakan Libia.
“ Iya serius lah sayang, emang aku kelihatan lagi bercanda atau jahilin kamu?” tanya Reza dengan wajah gemas menatap Libia sembari mencubit lembut kedua pipi Libia yang mulus.
Mereka pun berjalan sambil berpelukan menuju mobil Reza. Karena sepakat meninggalkan mobil Libia diparkiran.
Maafin aku, aku sayang banget sama kamu, aku sangat mencintaimu, maafin aku kalau aku harus menyakitimu nantinya. Tapi aku janji akan selalu berusaha membuatmu bahagia. Batin Reza tidak tega sambil berjalan memeluk Libia.
Sesampainya di mall, Libia terlihat sangat bahagia, dia selalu memegang erat lengan Reza seolah tidak mau melepaskannya. Mereka pun memasuki toko Tas mewah dan mulai memilihnya.
“Sayang aku boleh milih tas manapun?” tanya Libia kepada Reza.
“Boleh sayangku, pilihlah manapun yang kamu suka”. Jawab Reza sambil mengacak rambut Libia.
Libia pun memilih tas merk “LV” dengan warna merah.
“Yang ini sayang”. Ucap Libia
Reza pun langsung membayari tas yang sudah dipilih Libia. Selesai membeli tas, mereka pun makan disalah satu cafe yang terdapat di Mall tersebut.
“sayang tadi katanya kamu mau ketemu karna ada yang ingin kamu bicarakan? Ada apa emangnya?” tanya Libia saat mereka selesai makan.
“Iya…sayang kamu tahu kan aku sangat mencintaimu, bahkan aku berniat akan melamarmu dalam waktu dekat ini, tapi papaku belum juga menadapatkan pendonor jantung. Bahkan akhir-akhir ini badannya mulai melemah, dadanya pun sering sakit. Aku sudah berusaha menghubungi berbagai rumah sakit, bahkan sampai ke singapure dan taiwan untuk mencari pendonor jantung. Tapi sampai saat ini belum menemukannya”. Jelas Reza kepada Libia
“Terus masalahnya apa?” tanya Libia penasaran.
“Papa sangat menginginkan aku menikah beberapa hari lagi”. Jawab Reza dengan wajah menunduk
“Sudah kita turuti kemauan papa kamu sayang, kita bisa menikah secepatnya kalau memang itu mau papa mu”.Jawab Libia mengira dialah calon yang dimaksud papanya Reza , pak Herdi.
“Sayang maafkan aku, aku sangat mencintaimu”. Ucap Reza sambil menggenggam erat kedua tangan Libia dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya aku tahu, aku juga sangat mencintaimu sayang, kenapa kamu menangis? Ada apa sebenarnya ini?” tanya Libia bingung.
Reza pun terdiam sesat, karna merasa tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Libia.
“Ada apa sayaang, gak biasanya kamu seperti itu?” tanya Libia lagi.
“Papa berniat menikahkan aku dengan anak sahabatnya dalam waktu dua hari lagi”. Jawab Reza frustasi seraya mengusap rambut dengan kedua tangannya.
“Udahlah sayang jangan ngeprank aku kayak gini, gak lucu tahu”. Ucap Libia tertawa dan menganggap perkataan Reza sebatas sikap jahilnya yang sering dia lakukan selama ini dengan Libia.
“Apa aku terlihat tidak serius?” tanya reza
“Udah ah sayang aku gak mau hubungan kita dipake untuk bercandaan kayak gitu”. Kata Libia kemudian.
“Aku serius sayang, aku mau dinikahkan papa, aku sudah bilang kalu aku sudah punya kamu dan gak mungkin bisa menikah dengan wanita lain, apalagi wanita itu benar-benar tidak aku kenal bahkan belum pernah melihat sama sekali”. Jelas Reza panjang lebar meyakinkan Libia kalau perkataannya tidaklah main-main.
Seketika itu mata Libia pun berkata-kaca, dia tak mampu lagi berkata-kata karena masih tidak mempercayai apa yang dikatakan Reza.
“Apa kamu mau meninggalkan aku sendirian sayang?. Apa hubungan kita akan berakhir kalau kamu menikah dengan wanita lain? Terus aku gimana sayang?”, tanya Libia tak kuasa membendung air matanya lagi.
“Sayang aku mohon maafin aku, aku tidak berniat menyakitimu, aku mengatakan kebenaran ini agar kita bisa mencari jalan keluar sama-sama”. Jelas Reza kepada Libia seraya mengenggam erat kedua tangan Libia berusaha menenangkan.
“Apa lagi yang harus dicari jalan keluarnya? Gak ada jalan keluar, papamu sedang sakit jatung. Itu hal yang mustahi kalu kamu mengelak pernikahan itu. Dan aku? Aku akan sendirian disini melihat kamu bahagia dengan wanita pilihan papamu”. Ucap Libia dengan suara bergetar menahan sakit hatinya.
“Apa kamu kira aku bahagia dengan permintaan papaku? Apa kamu kira aku akan secepat itu melupakanmu? Tidak semudah itu sayang, bahkan saat ini kamulah semangat aku”. Ucap Reza menekankan perkataannya mencoba memberi pengertian kepada Libia.
“Tolong jangan tinggalkan aku sayang..” pinta Libia kepada Reza memohon.
BAB. 3
Di kediaman Pak Budi, Anis nampak sedang duduk di ranjang, sambil memeluk guling kesayangannya. Dia menghembuskan nafas kasar. Sesekali mengusap wajah dengan dengan kedua tangannya. Dia berpikir keras bagaimana cara untuk keluar dari pernikaha yang diminta oleh bapaknya. Dia pun keluar kamardan mencari ibunyadi dapur.
“Bu…lagi sibuk ya?” tanya Anis sambil duduk di kursi makan.
“Nggak juga nak, ibu hanya membereskan sisa sarapan tadi”.jawab bu Rusmi.
“Ada apa nak?” bu Rusmi balik bertanya kepada Anis.
“Bu…ibu tahukan sejak kecil aku selalu balajar keras agar aku mendapat peringkat satu terus. Aku berpikir jika aku bisa memperoleh peringkat satu maka aku akan mudah untuk meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Dan terbukti aku memasuki SMP dan SMA unggulan di kota ini.
Masuk SMA aku masih berusaha keras untuk terus belajar, agar nantinya aku bisa mendapat beasiswa di universitas idamanku yaitu “UI”.
Bu…aku ingin mengangkat derajat bapak dan ibu melalui pendidikan dan karirku nanti. Aku belum mau menikah sekarang bu”. Jelas Anis panjang lebar mencoba memberi pengertian kepada ibunya.
Ibunya pun segera menghentikan pekerjaannya sejenak dan menarik kursi didekat putrinya.
“Ibu mengerti apa yang ada dipikiranmu saat ini nak,,,ibu juga tahu bagaimana semangatnya kamu untuk belajar dan selalu nurut apamkata orang tua.
Tapi ibu tidak bisa menentang kehendak bapakmu nak, ibu tak berdaya dengan keputusan itu.
Kita sama-sama paham bagaimana kerasnya bapak”. Ucap bu Rusmi kepada anaknya sambil membelai rambut lurus putrinya yang terurai panjang.
“Bu…apakah peringkat satuku selama ini hanya akan berhenti ditengah jalan dengan aku menikah sekarang? Beratri semua sia-sia yang aku lakukan selama ini bu, belajar keras, menuruti bapak untuk tidak pacaran bahkan untuk tidak dekat dengan laki-laki yang bukan muhrim karna berharap aku akan membanggakan ibu dan bapak dengan kesuksesan ku kelak”. Jelas Anis kepada ibunya lagi yang tanpa disadari airmatanya mulai menetes.
“Apa kamu sangat ingin membuat ibu dan bapak bangga dan bahagia karena mu nak?” tanya buk Rusmi kemudian.
Anis pun menganggukkan kepala tanda mengiyakan perkataan ibunya.
“Kalu begitu ibu minta maaf nak…tolong nurutlah kepada bapakmu untuk yang sekian kalinya. Ibu tidak bisa menjanjikan kehidupanmu nak, tapi bapakmu? Dia adalah kepala keluarga yang harus kita turuti perintah dan kemauannya. Seberapapun kerasnya bapakmu kepada kamu, setegas apapun orang tua kepada anaknya, yang pasti itu untuk kebaikan anaknya sayang. InsyaAllah keputusan ini yang terbaik”. Jelas buk Rusmii kepada anaknya.
“ Banggakah ibu sama bapak selama ini memiliki aku bu?” tanya Anis
“Tentu saja kami sangat bangga kepadamu nak, kamu anak yang cerdas, penurut, dan juga periang. Ayok hapus air matamu sayang, ibu tidak mau melihatmu menangis terus-terusan karna keputusan bapakmu. Yakinlah semua ini baik”. Ucap bu Rusmi mengakhiri perkataannya dan pergi meninggalkan Anis yang masih duduk dikursi makan.
Bu Rusmi berjalan meninggalkan dapur dan menuju ke ruang tamu untuk menemui suaminya, pak Budi.
“Pak kenapa kopinya belum diminum?” tanya bu Rusmi kepada suaminya yang terlihat sibuk membaca koran harian.
“ Iya nanti bu, masih panas”. Jawabnya singkat
“Pak, ibu mau ngomong lho sama bapak”. Ucap bu Rusmi
“Mau ngomong apa bu?” tanya pak Budi seraya menutup koran dan meletakkan di bawah meja tamu.
“Pak, apa benar-benar tidak bisa dicarikan solusi lagi mengenai pernikahan Anis, ibu kasian pak sama putri kita. Semangat belajarnya bisa pupus lho pak kalau kita menikahkan secepat ini. Apa lagi dia belum pernah ketemu dengan anaknya pak Herdi”. Jawab bu Rusmi
“Bu..bapak sebenarnya juga gak mau menikahkan putri kita secepat ini, bapak tahu Anis sangat ingit kuliah dan mencapai keinginannaya. Tapi bapak tidak bisa menolak permintaan pak Herdi. Mereka sudah terlalu banayk membantu kita bu. Bapak juga paham betul bagaimana kebaikan keluarga mereka. Bapak yakin anaknya pun sama baiknya dengan pak Herdi”.ucap pak Budi berusaha meyakinkan istrinya akan keputusan yang diambil untuk menikahkan putrinya.
Bu rusmi pun akhirnya tidak bisa berkata-kata lagi, karena semua yang dikatakan suaminya memang benar adanya.
• * *
Di ruangan rawat inap pak Herdi tepatnya di rumah sakit Mutiara Cinta, sudah hadir keluarga Herdiawan dan perias yang sudah siap untuk merisai sang pengantin. Rezi anak kedua pak Herdi tidak nampak di ruangan tersebut, karna dia sedang ada pertemuan kerjasama perusahan di Australia.
Beberapa saat kemudian terdengar ketokan pintu.
“tok..tok..”. Pak budi, bu Rusmi, dan Anis pun memasuki ruangan.Terlihat senyum bahagia di raut wajah pak Herdi dan bu Lida. Anis pun mencium punggung tangan Pak Herdi dan bu Lida yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.
“Bagaimana kabar pak Herdi sekarang?” tanya pak Budi kepada pak Herdi
“Seperti yang pak Budi lihat saat ini pak, saya merasa senang karna sebentar lagi kita akan besanan, itu artinya kita benar-benar akan menjadi keluarga”.Ucap pak Herdi lemah tapi masih terpancar senyum diwajahnya.
“Kamu cantik sekali nak..” Puji Bu Lida kepada Anis.
“Terimakasih bude.”jawab Anis disertai senyum yang memaksa. Karna hatinya saat ini sedang galau.
Ternyata gini amat rasanya mau nikah muda ya…biasanya hanya bisa menonton dan membaca novel-novel tentang kisah seperti ini, tapi ternyata malah terjadi benaran sama aku. Gerutu Anis dalam hati mencoba tetap tegar dengan berbagai caranya.
“Jangan panggil bude dong, kan sebentar lagi kamu mau jadi menantu mama, panggil mama aja ya”. Pinta Bu Lida kepada Anis.
Anis menganggukkan kepala sambil tersenyum kepada bu Lida.
“Ayo buruan ke meja rias nak, biar bisa langsung di rias”. Pinta bu Lida kepada Anis sambil mengantar ke ruang rias.
Anis langsung melangkahkan kaki ke ruang rias. Dia terbelalak melihat susuatu di sudut ruangan. Ternyata bu Lida sudah menyiapkan beberapa kebaya untuk Anis.
“Ini kebaya sengaja mama beli untuk akad nikah kalian nanti nak, kamu bebas memilih mau mengenakan yang mana”. Ucap bu Lida kepada Anis sambil mengelus rambutnya penuh sayang, karna memang keluarga pak Herdi tidak memiliki anak perempuan.
“Terimakasih ma”. Ucap Anis kepada calon mertuanya tersebut dengan senyum.
.
“Jangan bilang terimakasih nak, sudah kewajiban mama menyiapkan semua ini”.Kata bu Lida. “mama tinggal dulu ya”. Lanjutnya lagi
“Iya ma”. Balas Anis
Anis pun segera duduk di depan cermin untuk di rias. Tangannya meremas kemeja yang dia pakai, hatinya tak menentu.
Harusnya hari ini aku masih ada disekolah dengan teman-temanku, mengobrol, tertawa, ke perpustakaan bareng. Batin Anis dalam hati.
Matanya pun mulai berkaca-kaca, dengan cepat Anis mendongakkan wajahnya keatas menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya yang lagi di rias oleh seorang perias.
“Dik jangan menangis ya nanti make-up nya luntur”. Kata perias tersebut.
“Iya mbak maaf”. Ucap anis kepada periasnya.
“Adik umur berapa sekarang?” tanyanya ke pada Anis untuk mengalihkan lamunan Anis agar tidak menangis lagi.
“18 tahun mbk, saya masih SMA”. Jawab Anis
“Maaf sebelumnya, adik dijodohkan sama orang tua ya?” tanya perias itu lagi sembari memoles wajah Anis dengan alat rias.
“Iya mbk, bapak menjodoh kan saya dengan anak pak Herdi”. Jawab Anis dengan nada lirih.
“Ooh..begitu”. Ucap perias tersebut sembari mengangguk mengerti alasan gadis kecil yang sedang diriasnya tadi berkaca-kaca menahan untuk tidak menangis.
Tidak apa-apa dik, keluarga pak Herdi dan bu Lida di kenal keluarga yang baik, insyaAllah adik bahagia dengan keluarga mereka”. Lanjut perias itu berusaha menenangkan Anis.
Selesai di make-up Anis pun mengambil kebaya sembarangan yang sudah disiapkan Bu Lida. Dia tidak mood untuk memilih kebaya yang yang akan digunakan untuk akan nikah yang sama sekali tidak dia kehendaki. Dia mengambil kebaya warna hijau dan memakainya.
Selesai ganti pakaian Anis keluar dan duduk diantara orang tuanya. Dia terlihat sangat cantik. Semua mata di ruangan tersebut menatapnya takjub. Karena memang selama ini Anis bukanlah tipe seorang gadis yang pandai berias dan menggunakan alat make-up. Dia selalu tampil natural hanya dengan bedak my baby di pipinya yang memang sudah putih.
“Kamu sangat cantik nak, cocok sekali dengan kebaya ini”. Puji bu Lida kebada Anis.
“Terimakasih ma’. Jawab Anis tersenyum.
...****************...
Dikantor Reza baru saja menyelesaikan meeting bersama para kliennya, dan tidak lama kemudian Libia datang.
“Sayang apa beneran kamu akan menikah hari ini”? Tanya libia pada Reza.
“Ntahlah sayang, aku tidak mau membicarakan itu”. Jawab Reza malas
“Kring….Kring….Kring…”
Ponsel Reza berdering, di layar ponselnya tertuliskan nama “Mama”.
“Assalamu’alaikum, Iya hallo ma.” Ucap Reza.
“Wa’alaikumsalam, kamu dimana sekarang? Semua orang sudah menunggu lama disini”. Ungkap Bu Lida kepada anaknya.
“Ma tolong ma…Reza sangat mencintai Libia. Sekalipun Reza menikahi anak pak Budi hati Reza tidak bisa begitu saja lepas dari Libia. Reza akan menyakiti dua wanita sekaligus. Tolong mengerti ma”. Mohon Reza kepada mamanya.
“Cinta kalian nanti akan tumbuh seiring berjalannya waktu, dan dengan Libia? Mama tahu dia gadis yang baik walaupun stilenya tinggi, tapi lebih baik Anis putri pak Budi”. Jawab bu Lida.
“Kamu kesini sekarang, ini permintaan papamu yang saat ini lagi lemah dirumah sakit, kalau dalam waktu 30 menit kamu tidak juga sampai sini, mama dan papa tidak akan mengganggapmu lagi sebagai anak” ucap bu Lida mengancam anaknya.
Reza pun memutus telfonnya. Dan berkata kepada Libia yang sedari tadi mendengar percakapannya dengan bu Lida di telfon.
“Sayang tolong dengarkan aku, aku sangat mencintaimu aku gak mau semua ini terjadi sayang. Aku janji akan menyelesaikan permasalahan ini dan menikah dengan mu”. Ucap Reza sambil menatap wajah Libia yang sudah mulai basah.
“Jangan terlalu banyak menjanjikan aku sayang, ini sudah cukup sangat membuatku terluka”. Ucap Libia dengan suara gemetar.
“Tolong jangan membenciku sayang, aku tak mau ini semua terjadi pada hubungan kita”. Ucap Reza sambil memeluk Libia.
“Tentu saja aku tidak membencimu, aku bahkan masih sangat mencintaimu saat ini. Aku akan menunggumu kembali padaku sayang”. Ucap Libia membalas pelukan Reza dengan erat.
Keduanya sepakat akan tetap menjalin hubungan walaupun Reza sudah menikah.
“Aku pergi dulu ya sayang”. Kata Reza sampil mengecup kening Libia.
“Aku mau ikut”. Ucap Libia.
“Jangan !! Itu akan semakin menyakitimu nantinya. Aku tidak mau terlalu banyak menyakitimu”. Ucap Reza sambil mengusap airmata Libia di pipinya.
“Biarkan aku ikut dan menyaksikan pernikahan kalian, ini permintaanku sebelum kamu menikahi orang lain sayang. Aku ingin kamu melihat betapa sakitnya aku saat kamu mengikrarkan ijab qobul nanti”, jawab Libia
Aku ingin kamu mengingatku terus dan secepatnya bisa menyelesaiakan permasalahan ini’. Lanjut Libia.
Akhirnya Reza pun pasrah dengan argumen Libia. Mereka memasuki mobil dan melaju menuju rumah sakit Mutiara cinta. Sesampainya di ruangan pak Herdi, semua orang sudah menunggu termasuk penghulunya.
“Kenapa kamu mengajak Libia kesini?’ tanya bu Lida kepada anaknya dengan kesal.
“Biarkan aku melihat Reza untuk yang terakhirkalinya sebelum dia menikah tante”. Ucap Libia kepada bu Lida.
“Ok tidak masalah, tapi kamu harus berjanji untuk tidak bikin rusuh disini’. Tegas bu Lida kepada Libia.
Libia hanya mengangguk menjawab perkataan bu Lida. Sedangkan Reza hanya pasrah dengan semua yang dikatakan mamanya.
Tak jauh dari situ ternyata Anis memperhatikan Reza dan Libia saat memasuki ruangan berdua. Dia sudah yakin jika perempuan yang berbicara dengan bu Lida adalah kekasih lelaki itu yang tak lain adalah anak pak Herdi.
Semuanya pun kembali duduk. Reza duduk di depan penghulu. Sedangkan Libia terliahat duduk di barisan paling belakang dan memperhatikan Reza dengan sangat tajam. Hatinya perih bak disiris pisau. Matanya berkaca-kaca.
“Apakah sudah siap”? Tanya pak penghulu kepada Reza.
Reza hanya mengangguk tanpa bersuara.
Lalu penghulu mengucapkan akad nikah yang dijawab oleh Reza.
“SAH” jawab semua orang yang ada di ruangan itu. Mata Libia pun tak mampu membendung air matanya dan bergetar. Dia kemudian keluar meninggalkan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. Libia berlari keluar rumah sakit dengan air mata terus mengalir. Saat dia memasuki sebuah lift dia menabrak seseorang.
“Bruuuuuk,, aaww”. Teriak Libia tiba-tiba.
“Eh sorry, sorry aku gak sengaja’. Ucap lelaki itu Sambil melihat ke kearah Libia yang masih menangis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!