NovelToon NovelToon

Air Mata Istri Ke Dua

Episode.1

Derai air mata terus keluar dari sudut mata gadis cantik yang bernama Arini. Pagi tadi neneknya masuk rumah sakit dan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk operasi. Tentu dia bingung mencari biaya itu kemana. Tidak mungkin juga dia meminjam uang dalam jumlah besar. Belum tentu juga ada yang mau meminjamkannya.

''Eh maaf,'' tak sengaja Arini menabrak seseorang saat berjalan di lorong rumah sakit. Ini salahnya juga yang tadi sedang mengusap air matanya sehingga tidak melihat jalan.

Seorang wanita cantik dan berkelas, tampak memperhatikan gadis berhijab yang ada di hadapannya.

''Tidak apa-apa. Kamu kenapa menangis?'' wanita itu bertanya kepada Arini.

''Saya hanya sedang bingung mau mencari biaya untuk operasi nenek. Saya tidak mempunyai uang banyak,'' ucap Arini.

''Sebelumnya perkenalkan nama saya Mila. Saya bisa membantumu jika kamu mau menerima penawaran saya,'' wanita itu mengulurkan tangannya. Dengan cepat Arini menjabat tangan itu.

''Penawaran apa?'' tanya Arini.

Mila menatap sekitar yang tampak ramai.

''Kita bicara di taman saja. Ayo ikut saya!'' ajaknya.

''Baik, Kak.'' Arini mengekor Mila yang melangkah di depannya.

Mereka berdua duduk bersebelahan di bangku taman. Sejenak Mila memperhatikan penampilan Arini yang terlihat sangat sederhana. Namun wajahnya cukup cantik.

''Nama kamu siapa?'' tanya Mila.

''Saya Arini,'' jawabnya.

''Nama yang bagus. Tapi sepertinya kamu ini seorang pelajar ya?''

''Bukan, saya memang baru lulus SMA. Sekarang saya bekerja di toko,'' jawabnya.

''Jadi begini, saya bisa membiayai semua biaya rumah sakit nenekmu asal kamu mau mengandung anak dari suami saya,'' Mila mengutarakan tawaran yang memang sejak kemarin sudah dia pikirkan. Mila yakin jika Arini gadis yang cocok untuk mengandung anak dari suaminya.

''Tapi saya tidak mau merebut suami orang? Dan juga saya masih ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya dan nenek.

''Jika kamu menerima tawaran saya, saya akan menanggung semua biaya hidupmu dan nenekmu sampai kamu melahirkan kelak. Setelah kamu melahirkan, kamu boleh pergi dari kehidupan saya dan suami saya. Tapi tidak dengan anak itu. Karena saya yang akan mengadopsinya. Saya sudah lama sekali ingin memiliki keturunan,'' jelas Mila.

Arini terdiam, apa iya di usianya yang masih muda harus dia korbankan begitu saja. Tapi jika dia menolak penawaran itu, bagaimana dengan neneknya nanti.

''Tapi saya tidak mau hamil di luar nikah,'' ucap Arini.

''Kamu tenang saja, nanti kamu dan suami saya akan menikah siri. Kita juga akan tinggal bersama,'' ucapnya.

''Baiklah, saya terima tawaran itu,'' dengan terpaksa Arini merelakan hidupnya. Apa pun akan dia lakukan demi kesembuhan neneknya. Karena neneknya adalah satu-satunya keluarga yang dia punya saat ini. Orang tuanya entah kemana, dia pun tak tahu. Neneknya tak pernah mau memberitahu saat dia bertanya.

''Sekarang ikut saya pulang! Saya akan mengenalkan kamu dengan suami saya,'' ajaknya.

''Bolehkah saya meminta uangnya dulu?''

''Tidak bisa, kamu harus ikut dengan saya dulu. Saya takut kamu kabur dan mengingkari janjimu.''

Arini menghela napasnya. Mungkin dia harus sedikit bersabar. Lagian uang yang dia minta itu jumlahnya sangat banyak, jadi belum tentu Mila akan memberikannya detik ini juga.

''Baiklah,'' jawabnya pasrah.

Mila menggandeng tangan Arini menuju ke parkiran mobil.

Dengan menempuh perjalanan selama empat puluh menit, mobil hitam yang di naiki oleh mereka sampai juga di depan rumah mewah berlantai tiga. Arini masih terpana menatap bangunan mewah yang ada di hadapannya. Jujur saja ini pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di rumah semewah itu.

''Kenapa diam disitu? Ayo masuk!'' Mila memperhatikan Arini yang sejak tadi diam menatap rumahnya.

''Eh iya,'' Arini mengikuti Mila yang sudah melangkah duluan.

Kedatangan Mila di sambut hangat oleh ibunya.

''Sayang, kamu pulang juga,'' Bu Susan dan Mila saling mencium pipi.

''Iya, Mah. Mila sudah menemukan wanita itu loh,'' ucap Mila sambil menatap Arini.

''Kamu yakin? Dia terlalu muda loh,'' Bu Susan memperhatikan wajah Arini yang terlihat masih muda sekali.

''Mila mau bicara sama mamah,'' Mila menarik tangan ibunya menjauh dari Arini. Dia membisikan sesuatu di telinga ibunya.

Bu Susan mengangguk setuju mendengar penjelasan dari anaknya. Ada benarnya juga memilih wanita muda dan terlihat polos seperti Arini. Tentu wanita yang seperti ini tidak akan berpikiran licik untuk menggoda Alex menantunya.

Mila dan Bu Susan kembali menghampiri Arini yang masih berdiri di tempat yang tadi.

''Arini, saya menerima kamu di rumah ini. Kamu jangan kecewakan kami loh. Kamu harus segera hamil dan setelah itu baru bisa pergi dari rumah ini,'' ujar Bu Susan.

''Baik, Bu.'' jawabnya.

Mila mengajak Arini untuk duduk bersamanya sambil menunggu suaminya pulang. Sedangkan Bu Susan pergi ke kamar untuk beristirahat.

Beberapa menit kemudian, akhirnya yang di tunggu-tunggu pulang juga. Mila pergi ke depan menyambut kedatangan suaminya. Sedangkan Arini masih setia duduk di tempatnya.

Mila menggandeng tangan suaminya dan mengajaknya untuk menghampiri Arini.

"Sayang, kenalan dulu yuk sama Arini. Dia gadis yang aku pilih untuk hamil anak kita," ucap Arini.

Alex tercengang mendengar penuturan istrinya. Dia sudah menolak untuk mempunyai anak dari wanita lain, namun istrinya terus memaksanya.

"Tidak, Mas tidak mau mempunyai anak dari wanita lain. Biarlah pernikahan kita seperti ini saja, sayang. Mas tidak mau mengkhianati kamu," Alex melontarkan penolakan.

Mila memegang ke dua tangan suaminya, menatap matanya dengan intens sambil tersenyum.

"Mas Alex tidak mengkhianatiku kok. Ini semua keinginanku yang mau jika kita mempunyai anak yang memang darah dagingmu. Aku sudah membayar Arini dan menyewa rahimnya untuk melahirkan anak. Setelah itu dia menyerahkan anak itu dan pergi dari kehidupan kita. Semuanya beres," Mila terlalu memudahkan hal yang menurut Alex begitu rumit.

"Kita bisa mencari anak dari panti asuhan dulu untuk pancingan supaya kamu hamil, sayang."

"Tidak mau, aku tidak mau mengurus anak jika bukan anak kamu," ucap Mila.

"Terserah kamu saja, sayang." Alex menghela napasnya. Dia pergi meninggalkan istrinya yang masih berada disana.

Mila menghampiri Arini dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Dia akan membujuk suaminya agar mau menerima Arini sebagai wanita yang akan melahirkan anaknya.

Arini merasa tak enak jika berlama-lama disana. Dia berpamitan pergi kepada Mila.

"Kak Mila, Arini pamit dulu ya karena harus kembali ke rumah sakit," ucap Arini.

"Baiklah, dan untuk uangnya saya akan memberikan setengahnya dulu. Mau cash atau transfer?"

"Cash saja, Kak. Saya tidak memiliki ATM," jawabnya.

"Sebentar, saya mau ambil dulu uangnya," Mila pergi ke kamarnya untuk mengambil uang yang ada di brankas.

Mila sudah kembali dengan membawa amplop coklat yang lumayan besar berisi uang. Dia menyerahkannya kepada Arini.

"Ini uangnya, dan sisanya akan saya berikan setelah pernikahan kamu dan Mas Alex terlaksana."

"Terima kasih, Kak. Arini janji tidak akan mengecewakan," perasaan senang Arini rasakan saat dia sudah mendapatkan uang untuk operasi neneknya. Untuk pernikahan dia pikirkan belakangan saja. Yang terpenting sekarang itu keselamatan neneknya.

"Sama-sama, kamu pergi di antar sopir saja ya. Tidak aman loh kalau pergi naik kendaraan umum, sedangkan kamu bawa uang banyak," ujar Mila.

"Baik, Kak."

Mila mengantar Arini hingga ke depan rumah. Dia memanggil sopirnya yang sedang duduk bersantai bersama satpam, memintanya untuk mengantar Arini.

Episode.2

Sejak tadi Arini menatap ruang operasi yang ada di depannya. Dia begitu khawatir dengan keadaan neneknya. Arini berharap semoga operasinya lancar dan neneknya bisa kembali sehat.

"Arini," terdengar seseorang yang memanggilnya dari arah ng. Arini menoleh ke samping melihat Mila yang baru datang.

"Kak Mila, ada apa?" Arini berdiri, menyambut kedatangan Mila.

"Rin, kamu harus ikut saya sekarang juga!" pintanya.

"Kemana, Kak? Lalu bagaimana dengan nenek jika aku pergi?"

"Ke rumahku. Kamu akan menikah hari ini juga. Kebetulan suami saya sudah setuju untuk menikah denganmu. Untuk nenekmu,  tenang saja ya. Saya akan menyewa satu perawat khusus untuk menjaga ibumu selama kamu pergi," ucap Mila.

Rasanya berat harus meninggalkan neneknya sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, Arini harus menurut dengan Mila yang sudah membantunya membayarkan biaya operasi.

"Baiklah," sedikit dengan perasaan terpaksa, Arini mengiyakan permintaan Mila.

Arini sama sekali tidak memikirkan pernikahannya yang sudah di depan mata. Sejak kemarin yang dia pikirkan hanya kesembuhan neneknya.

Sepanjang jalan ARini hanya menatap ke luar kaca mobil. Menatap kendaraan yang berlalau lalang. HIngga tak sadar jika sekaang mobil yang dia naiki sudah berhenti di depan rumah MIla.

''Rin, ayo turun!'' MIla menatap Arini yang masih melihat ke luar.

''Eh iya, Kak.''

Mereka berdua turun dari mobil. Mila menggandeng tangan Arini memasuki rumah. MIla mengajaknya masuk ke kamar tamu.

Arini menatap kamar yang begitu luas dan mewah. INi baru pertama kalinya memasuki kamar semewah itu. ARini tak bisa membayangkan bagaimana nyamannya tidur di kamar semewah itu.

''Rin, ayo duduk! Aku akan sedikit meriasmu,'' ucap Mila.

Arini menurut, dia mendekati Mila dan duduk di kursi depan meja rias. Arini yang tak pernah memoles wajah, dia hanya diam saja menurut dengan apa yang di lakukan oleh Mila. Walaupun hanya riasan sederhna, namun ARini terlihat sangat cantik.

Setelah selesai di rias, Arini berganti pakaian dengan kebaya putih. Tak lupa dia menggenakan hijab di kepalanya.

''Sudah, Kak.'' ucap Arini yang sudah selesai memakai jilbabnya.

''Ayo kita keluar!'' ajaknya.

Arini mengekor Mila keluar dari kamar. SEsampainya di ruang depan, ternyata sudah ada Alex, BU Susan dan beberapa orang yang lain.

Alex hanya menatap ARini sekilas. Dia sama sekali tak terpukau melihat kecantikan ARini. Bgainya wanita yang paling cantik hanya istrinya saja.

''Mari Pak Alex, kita langsung mulai saja ijab qabulnya. Berhubung saya masih harus pergi ke tempat lain,'' ucap Pak penghulu yang duduk di hadapan Alex.

''Baik, Pak.'' jawab Alex.

Mereka semua beranjak dari duduknya lalu pergi menuju ke temmpat yang telah di siapkan untuk ijab qabul.

Alex menjabat tangan Pak penghulu dan mulai mengikuti arahan untuk mengucapkan ijab qabul. Hnaya sekali ucap, Alex mampu mengucapkannya dengan benar. Setelah selesai ijab qabul, Pak penghuluu langsung berpamitan pergi karena harus menikahkan lagi di tempat lain.

Arini menatap MIla yang sedang mengobrol bersama BU Susan.

''Kak MIla, apa aku boleh ke rumah sakit? Aku ingin bertemu dengan nenek,'' ucap Arini.

''Besok saja, Rin. Kmau tenang saja, ada perawat yang menjaga nenekmu. Lebih baik kamu istirahat saja di kamar yang tadi,'' uuucap Mila.

''Baik, Kak.'' dengan teepaksa ARini harus menunda keinginannya.

Arini pergi ke kamar karena akan mengganti pakaian yang dia kenakan.

....

....

Malam harinya, Arini dan yang lainnya sedang duduk bersama di ruang keluarga.

''Sebentar ya, aku mau ke dapur dulu,'' Mila beranjak dari duduknya lalu pergi menuju ke dapur.

Mila menyipakna empat gelas minuman. setelah selesai dia membawanya menuju ke runag keluarga.

''Tara, minumannya sudah jadi nih,'' MIla menaruh satu perssatu gelas ke atas meja. Dia mempersilakan mereka untuk minum.

Mila tersenyum saat melihat suaminya menghabiskan minumannya tanpa tersisa sama sekali. Taak lama, Alex merasa gerah. Mila tersneyum melihat obat yang dia campur ke dalam minuman suaminya sudah mullai bereaksi.

''Sayang, Mas ke kamar dulu ya. Gerah sekali nih,'' Alex berlalu pergi dari hadapan mereka.

BU Susan merasa heran melihat menantunya yang tiba-tiba gerah. Padahal cuaca malam ini sangat dingin karena di luar sedang hujan.

Mila emndekati ibunya lalu berbisik.

''Mmah jangan heran gitu deh. Tadi itu aku kasih obat perangsang di minuman Mas Alex. Biar Mas Alex langsung meiduri ARini malam ini juga,'' bisik Mila.

Bu Susan tersneyum mendnegar penuturan anaknya. Ternyata anaknya suka bergerak cepat.

''Bagus, sekarang lebih baik kamu suruh Arini masuk ke kamar,'' ucap BU Susan yang jga berbisik.

Mila menurut dengan ibunya. Dia langsung menyuruh ARini untuk masuk ke kamar  tamu. Setelah itu MIla pergi menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, dia melihat suaminya yang sedang duduk gelisah.

''Mas, kamu kenapa?''

Melihat kedatangan istrinya, langsung saja Aleex mendekat. Alex menyerang istrinya dan mulai memberikan sentuhan-sentuhan.

''Mas, bagaimana jika kita melakukannya di kamar lain. Aku bosan melakukannya di kamar ini,'' ucap MIla smabil emngaungkan ke dua tagannya di leher suaminya.

''Apa pun, asal bersama kamu pasti mau,'' jawabnya.

MIla mengandeng tangan suaminya menuju ke lantai bawah. Dia membuka pintu kamar tamu dan meminta suaminya untuk masuk. MIla mendnegar gemercik suara air dari dalam kamar mandi. UNtung saj Arini berada di kamar mandi, jadi dia tak perlu menjelaskan apa pun. MIla meminta suaminya untuk duduk di pinggir ranjang, sednagkan dirinya berpamitan pergi sebentar ke dapur.

Setelah keluar dari kamar, Arini buru-buru mengunci pintu kamar itu dari luar. Dia yakin jika rencananya akan berhasil.

Arini yang baru keluar dari kamar mandi tercengang saat melihat keberadaan Alex.

''Kak Alex, kenapa ada disini?''

Alex menoleh ke sumber suara. Dalam penglihatannya dia melihat sosok Mila. Padahal yang ada bersamanya saat ini adalah Arini. Efek minuman yang dia minum sungguh luar biasa.

''Mila, sini sayang! Mas sudah tak tahan,'' Alex mengisyaratkan dengan tangannya agar Arini datang menghampirinya.

'''Saya bukan Kak MIla, ini saya Arini,'' ucapnya.

Alex yang memang tak suka menunggu, langssung saja mendekati Arini. Hasratnya sudah berada di ubum-ubun dan harus di lampiaskan detik ini juga.

''Kak Alex mau ngapain?'' Arini memundurkan tubuhnya saat melihat Alex mulai mendekatinya. TUbuhnya gemetar menahan takut. Walaupun saat ini ke duanya sudah sah menjadi sepasang suami istri, namun Arini belum siap untuk melakukan malam pertama mereka.

''Sayang, malam ini kamu snagat cantik. Tapi kenapa kamu menutup kepalamu segala? Kamu lebih cantik jika tidak memakai penutup kepala,'' Alex menarik jilbab instan yang di kenakan oleh Arini.

''Jangan!'' Arini hendak mengambil jilbab miliknya lagi, namun Alex sudah melemparnya ke sembarang arah.

''Menurutlah cantik! Biasanya kamu juga tak pernah menolakku loh,'' Alex mencolek dagu Arini.

''Apa aku harus merelakan semuanya malam ini?'' gumam Arini saat tubuhnya seakan melayang karena Alex menggendongnya ala bridal style.

Malam yang panjang terjadi antara ke duanya. Sekarang Arini sudah menjadi seorang istri seutuhnya. Walaupun ada rasa tak rela di hatinya karena dia belum siap.

Episode.3

Arini terbangun dari tidurnya. Seakan enggan untuk beranjak dari atas ranjang. Sekujur tubuhnya terasa remuk, apalagi bagian intinya terasa perih. Ingatannya mulai berputar ke kejadian semalam. Dimana dia dan Alex melakukan malam pertama mereka. Dia ingat jelas jika semalam Alex tak henti-hentinya menyebutkan nama Mila. Bahkan Alex memuji Mila karena menurutnya Mila kembali seperti wanita virgin lagi dan itu membuatnya sangat puas.

Arini tersenyum kecut menatap lelaki yang masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan dia turun dari atas ranjang. Arini mengambil pakaian miliknya yang tergeletak di atas lantai. Lalu dia berlalu pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di balik pintu, terlihat Mila dan Bu Susan yang sejak tadi mendekatkan telinga mereka di lubang pintu. Namun tidak ada suara apa pun dari dalam.

''Mah, kira-kira semalam mereka berhasil tidak ya?" Mila bertanya kepada ibunya.

''Menurut mamah si berhasil. Bagaimana jika kita buka saja pintunya,'' ucap Bu Susan.

''Boleh juga ide mamah. Mila penasaran sedang apa mereka berdua. Tapi yang masuk Mila saja ya. Mamah jangan masuk.”

''Siap, sayang.'' Bu Susan mengacungkan ke dua jempolnya.

Mila membuka pintu kamar tamu. Dia melihat ke penjuru ruangan. Mendapati sosok lelaki yang masih terbaring di atas tempat tidur. Namun Mila tidak melihat keberadaan Arini. Perlahan Mila melangkahkan kakinya mendekati suaminya. Mila melihat suaminya yang tidur tanpa busana. Hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya. Mila juga melihat ada noda merah di atas seprei.

''Yes rencanaku berhasil. Lebih baik aku keluar saja. Takut keburu Arini melihatku,'' gumam Mila.

Mila menghampiri ibunya yang masih berdiri di depan kamar.

‘'Berhasil, Mah. Semalam mereka sudah melakukannya,'' ucap Mila yang terlihat senang.

''Bagus dong, sekarang kita tinggal tunggu, yang semalam membuahkan hasil atau tidak. Oh iya, untuk hari-hari selanjutnya suamimu tidak boleh tidur lagi dengan Arini. Kita tunggu dulu hasil mereka semalam membuat Arini hamil atau tidak,'' ucap Bu Susan.

''Kok gitu? Mereka itu harus melakukan setiap malam loh biar Arini cepat hamil,'' ucap Mila.

''Jangan bodoh, Mil. Jika setiap saat mereka berdua melakukan itu, yang ada suamimu akan jatuh cinta kepadanya. Memangnya kamu mau itu terjadi?''

''Benar juga sih apa kata mamah. Mila tidak mau jika Mas Alex benar-benar cinta sama dia.''

''Jadi kamu harus tetap berpenampilan menarik dan sexy di depan suamimu, agar suamimu tidak berpaling darimu.''

''Itu sih pasti, kalau begitu Mila kembali ke kamar dulu ya. Mila mau mandi setelah itu dandan yang cantik,'' Mila mengecup singkat pipi ibunya, lalu dia berlalu pergi menuju ke kamar.

Alex terbangun dari tidurnya. Dia melihat sosok perempuan yang sedang mengenakan penutup kepala.

''Em kepalaku pusing sekali,'' Alex memegangi keningnya yang terasa berdenyut.

''Kak Alex sudah bangun?'' tanya Arini.

Alex kaget saat tahu jika wanita yang ada di dalam kamar bersamanya bukanlah Mila sang istri tercinta.

''Ngapain kamu ada disini?'' pertanyaan itu yang pertama kali Alex lontarkan saat melihat sosok Arini berada di kamar yang sama dengannya.

''Apa Kak Alex tak ingat yang semalam?''

Alex tak menjawab, dia membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Alex terkejut saat mendapati tubuhnya tak berbusana. Dia mengacak kasar rambutnya, merasa sangat bersalah karena sudah meniduri wanita lain. Padahal dia sudah berjanji pada diri sendiri jika tidak akan pernah mengkhianati istrinya. Apalagi sampai meniduri wanita lain.

Arini memperhatikan Alex yang masih terdiam.

''Kak Alex, aku mau keluar dulu ya. Mau bantu-bantu masak,'' setelah mengatakan itu Arini pergi keluar dari kamar.

Bu Susan yang sedang bersantai, melihat Arini yang baru keluar dari kamar.

"Wah segar sekali wajahnya. Sini Nak!" Bu Susan meminta Arini menghampirinya.

"Maaf, Bu. Tapi saya mau ke dapur, mau bantuin Bibi masak," ucapnya.

"Ngapain pakai masak segala sih? Itu tugas pembantu. Lagian kamu juga pasti masih sakit itunya. Lebih baik duduk bersantai saja sama saya," pinta Bu Susan.

Belum juga menjawab, Arini mendengar dering ponsel miliknya dari dalam kamar.

"Maaf, Bu. Saya mau angkat telepon dulu," Arini terlihat buru-buru memasuki kamar. Dia langsung saja mengambil ponsel miliknya. Ternyata yang menghubunginya dari pihak rumah sakit.

''Apa?'' ponsel itu lolos jatuh begitu saja dari tangan Arini. Arini diam membisu di tempat setelah mendengar kabar duka yang di beritahukan dari pihak rumah sakit.

''Ini tidak mungkin, ini tidak mungkin, pasti dokter salah bicara. Nenek tidak mungkin meninggal. Arrghhh .... '' Arini berteriak cukup keras. Dia memerosotkan tubuhnya ke lantai. Air mata menetes begitu saja dari sudut matanya.

Bu Susan yang berada di luar, langsung saja masuk ke kamar saat mendengar teriakan.

''Nak, kamu kenapa?'' Bu Susan berjongkok, berniat untuk membantu Arini berdiri. Namun tubuh Arini lemas seolah tak kuat hanya untuk sekedar berdiri.

''Nenek ... '' perkataan Arini terputus karena isak tangisnya.

''Ada apa dengan nenekmu? Apa nenek sudah sadar?''

''Nenek meninggal,'' Arini berucap dengan sedikit lemas.

Bu Susan memeluk Arini dan mencoba menenangkannya.

Terlihat pintu kamar mandi terbuka. Alex menatap heran dua orang yang sedang berpelukan.

''Ada apa ini?'' tanya Alex.

''Begini, Lex. Neneknya Arini meninggal. Lebih baik sekarang kita siapkan acara pemakaman untuknya. Kasihan Arini tidak memiliki kerabat siapa pun lagi,'' ucap Bu Susan.

''Baik, Mah. Nanti Alex akan mengurusnya.''

''Ayo kita ke rumah sakit sama-sama, Nak!'' ajak Bu Susan.

Arini menganggukkan kepalanya. Mereka keluar dari kamar karena akan langsung bersiap untuk pergi. Bu Susan juga memanggil Mila dan mengajaknya untuk ikut bersama mereka.

Sungguh miris nasib Arini. Sekarang dia kehilangan neneknya, begitu juga dengan kesuciannya. Entah bagaimana lagi dia akan hidup. Arini rela berkorban demi mendapatkan biaya operasi neneknya. Tapi ternyata neneknya malah pergi untuk selama-lamanya dari hidupnya.

Sepanjang perjalanan Arini hanya menangis dalam diam. Satu-satunya keluarga yang dia punya kini telah tiada.

Mila mencoba menenangkan Arini. Dia tahu jika Arini pasti merasa terpukul kehilangan neneknya.

Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Setelah keluar dari mobil, Arini berlari memasuki rumah sakit. Dia mengabaikan Mila dan keluarganya yang masih berdiri di dekat mobil.

"Dasar tidak tahu terima kasih," gumam Alex sambil menatap kepergian Arini.

"Jangan berbicara seperti itu, Mas. Arini itu saat ini sedang sedih. Wajar juga dia pergi begitu saja karena pasti dia sangat ingin bertemu neneknya," Mila tampak menasihati suaminya.

"Sudah sudah, jangan berdebat! Lebih baik kita masuk ke dalam," ajak Bu Susan.

Mereka bertiga melangkah beriringan memasuki rumah sakit.

Arini melihat neneknya yang sudah terbaring tak bernyawa dengan di tutupi kain putih di atas tubuhnya.

"Nek, kenapa nenek pergi secepat ini? Bagaimana Arini menjalani hidup jika tanpa nenek?" Arini memeluk tubuh neneknya yang sudah tak bernyawa.

Mila dan keluarganya sudah sampai di ruangan itu. Mereka mengucapkan belasungkawa kepada Arini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!