"Maaa.... Aku sudah terlambat pergi ke sekolah lagi." Teriakku.
Aku lantas dengan cepat mengambil tasku dan tak lupa juga kotak makan siang ku. Setelah itu, aku kemudian berlari ke arah halte bis.
Hari-hariku di sekolah menengah atas terasa cukup monoton. Semuanya terasa seolah tidak ada yang bisa aku lakukan. Setiap hari rasanya memiliki cerita yang sama saja. Aku hanya bisa, makan, tidur, belajar dan semua itu terus terulang lagi. Seperti itulah keseharian ku.
Hari ini aku memiliki ujian matematika yang penting dan aku sudah belajar dengan cukup giat. Tapi aku tetap saja masih merasa gugup.
Aku akhirnya berhasil tiba tepat waktu untuk bisa naik ke bis.
Sekolah ku memang menerapkan sistem antar jemput kepada para siswanya dengan menggunakan bus khusus untuk anak sekolah.
Diatas bus sekolah, aku dan para siswa lainnya memainkan lagu dengan sebuah permainan. Kami memisahkan diri kami dalam 4 grup. Kami pun mulai bernyanyi bersama.
Setelah beberapa saat, bus akhirnya masuk ke dalam area sekolah. Aku lalu sampai di kelas dan berjalan sampai ke bangku terakhir. Bangku terakhir sangat menyenangkan bagiku. Sementara bangku paling depan bagiku adalah bangku untuk para orang yang aneh. Aku pun lalu duduk di bangku milikku seperti biasanya.
"Baiklah semuanya, kalian punya waktu satu jam untuk menyelesaikan tes kalian dan kalian bisa pulang ke rumah setelah itu." Ucap Bu Indira saat dia mulai membagikan soal ulangan untuk kami semua.
Aku mendengar Bella, sahabatku itu berbisik di belakangku.
"Starla, tunjukkan padaku semua jawabannya. Aku bersumpah bahwa aku tidak tahu sedikitpun jawaban dari semua ini." Ucapnya padaku.
Aku hanya tertawa kecil mendengar suaranya yang terdengar gugup itu. Dan setelah satu jam penuh dengan keheningan di dalam kelas karena fokus menjawab soal yang tertulis, ujian pun berakhir. Para siswa lainnya mulai keluar kelas dengan wajah yang tampak lega, begitu juga denganku.
Bella berterima kasih kepadaku karena aku sudah menyelamatkannya dengan jawaban yang aku berikan kepadanya atau dia akan dihukum oleh guru nantinya karena nilai ujiannya yang jelek.
Setelah itu, aku hendak kembali ke rumah dan mendapati sahabat baikku Adam, tengah menunggu diriku di dekat tangga.
"Jadi bagaimana kau melalui semuanya?" Tanya Adam padaku.
"Cukup mudah." Balas ku kemudian tersenyum kepadanya.
Semuanya selalu terasa begitu baik bagiku saat aku bicara dengan Adam. Kami mengobrol sepanjang waktu dengan mendiskusikan setiap detail tentang ujian dari hari ini. Adam membelikan sebuah es krim untukku saat kami mengobrol.
Dia terus saja mengingatkan aku bahwa dia menyukai aku lebih dari sekedar teman dan dia ingin agar aku menjadi kekasihnya dan memintaku untuk memikirkan semuanya lagi.
Aku tidak pernah berada dalam sebuah hubungan sebelumnya. Kenapa dia terus saja mengatakan hal itu. Aku tidak mau merusak persahabatan ku dengannya. Tapi dia semakin berusaha untuk dekat padaku beberapa hari ini.
Jujur saja aku suka mengobrol dengannya. Tapi aku tidak pernah berpikir untuk menyukai dia seperti yang dia inginkan dan rasakan padaku.
Aku sudah tidak menghiraukan pertanyaannya yang memintaku menjadi kekasihnya selama sebulan. Dan sekarang aku kembali ke rumahku. Kami memutuskan untuk bertemu lagi di sore hari nanti.
Setelah selesai mengerjakan semua rutinitas ku di rumah, aku kembali akan bertemu dengan Adam di sore hari. Tapi aku masih tidak yakin bagaimana aku harus menjawab pertanyaannya yang meminta aku untuk menjadi kekasihnya.
Saat aku tiba di tempat yang kami janjikan untuk bertemu, aku melihat Adam tampak tengah berdiri di sana dan bicara melalui telepon dengan temannya dan dari yang aku tahu, temannya itu adalah seorang gadis.
Aku tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang. Tapi aku hanya mencoba berpikir bahwa dia tengah mengobrol dengan sahabatnya, dan itu normal.
Tapi ini sudah terlalu lama dan kenapa dia tersenyum seperti itu?
Perasaan apa ini sebenarnya? Apakah ini cemburu?
Oh tidak! Sejak kapan ini terjadi?
Sial! Aku benar-benar merasa kacau saat ini. Apa yang harus aku lakukan?
Entah kenapa aku tidak bisa tahan melihat dia tampak merona saat mengobrol melalui ponsel dengan orang lain.
Aku menghentakkan kakiku dengan keras dan berdeham dengan keras berharap bahwa dia bisa mengerti ada sesuatu yang mengganggu aku dan setelah itu aku langsung kembali ke rumah.
Aku naik ke lantai atas dan berdiri di balkon. Aku mencoba untuk mengerti apa yang terjadi kepadaku.
Adam adalah sahabatku bukan? Lalu kenapa semua ini terasa tidak mudah bagiku? Kenapa semua ini malah menggangguku?
Aku tidak suka melihatnya tersenyum saat bicara dengan gadis lain.
Aku tetap di sana berdiri dengan menunggu Adam untuk menelpon ku. Dan setelah 20 menit, dia akhirnya menelpon mu. Aku langsung menjawab panggilan darinya itu dan dia pun bertanya kenapa aku pergi dengan begitu terburu-buru.
Aku tidak tahu kenapa. Tapi air mata mulai memenuhi mataku dan aku mengatakan kepadanya semua yang aku rasakan dengan terisak.
"Aku tidak bisa melihat dirimu bicara dengan gadis lain. Apalagi kau terlihat begitu merona. Kau bahkan tidak menghiraukan aku. Kau seolah tidak lagi menyadari kehadiranku. Aku merasa tidak baik-baik saja saat kau tidak menghiraukan aku dan memilih mengobrol dengan seseorang dan wajahmu yang tampak merona itu terlihat seperti Angelina Jolie yang menelpon mu dan membuatmu tampak begitu bahagia." Ucapku panjang lebar dan juga dengan suara yang terisak.
Aku bisa merasakan bahwa Adam tersenyum saat dia mengatakan padaku, "Oh ya Tuhan, Starla.... Ternyata kau juga menyukai aku."
Aku masih tidak mau mengakui bahwa apa yang aku rasakan kepadanya ternyata adalah rasa suka. Jadi aku hanya diam, dan membiarkan dia menjelaskan semuanya.
"Dengar Starla, dia adalah seorang teman dari kota asal ku. Kami dulu bertetangga dan bersekolah di sekolah yang sama sampai aku akhirnya pindah kemari. Aku baru saja mengetahui bahwa dia juga ternyata pindah kemari. Namun sekolah barunya itu tidak sama dengan sekolahku. Kau tidak perlu khawatir tentang dia. Aku dan dia hanya membicarakan tentang hal masa lalu yang membuat kami mengobrol begitu lama. Bahkan sampai lupa waktu. Aku minta maaf karena sudah menyakitimu." Ucap Adam kepadaku.
Aku langsung percaya kepadanya. Mungkin itu semua karena aku mau dia hanya untuk diriku sendiri dan aku takut untuk kehilangan dirinya yang akan pergi bersama dengan orang lain. Aku takut, tapi mungkin semua itu sudah terlalu terlambat. Begitu terlambat untuk menyadari perasaanku kepadanya.
Dan seperti itulah awalnya, hingga sekarang kami pun berada dalam sebuah hubungan percintaan.
Aku adalah kekasih dari Adam sahabat baikku. Hubungan pertama yang aku jalani. Namun entah kenapa aku juga berpikir tentang apa yang sudah aku lakukan kepada diriku sendiri.
Bersambung...
Aku tidak akan bohong. Semua ini adalah perasaan yang menakjubkan bagiku. Kami mengobrol sepanjang waktu. Panggilan yang kami lakukan sering berakhir jam 06.00 di pagi hari. Jujur saja, aku tidak tahu apa yang kami bicarakan dengan begitu banyak setiap harinya. Bahkan saat kami berdua tidak mengatakan apapun lagi, aku masih merasa senang saat mengetahui dia berada di seberang telepon.
Setelah hubungan kami berubah, Adam mulai sering menjemput aku untuk pergi ke sekolah dan selalu mengantar aku ke kelasku setiap hari bahkan meski dia sendiri hampir terlambat masuk ke dalam kelasnya.
Hidupku benar-benar dikacaukan oleh Adam. Aku harus memakan coklat setiap hari yang diberikan olehnya. Aku menyalahkan dia karena tubuhku yabg menjadi gendut. Dia membuat aku tertawa dengan melakukan banyak hal gila dengan semua tindakan bodohnya itu.
Untuk seseorang yang tidak pernah merasakan cinta sebelumnya, semua yang aku rasakan terasa seperti berada di surga yang begitu indah bagiku.
Aku merasa bahwa setiap hari perasaanku terhadap Adam semakin besar dan setiap harinya aku menjadi lebih dan lebih gila lagi terhadap dirinya.
Apakah aku kehilangan akal ku? Mungkin saja iya.
Tiba-tiba aku merasa bahwa hari-hari membosankan ku sekarang berubah menjadi lebih menarik karena kehadiran dirinya.
Apa yang berubah?
Aku menjadi lebih bahagia dibandingkan dengan yang aku rasakan sebelumnya karena cinta yang aku rasakan padanya.
Aku bangun setiap harinya dengan perasaan baru yang jauh lebih bahagia. Aku begitu senang menghabiskan waktuku bersama dengan Adam dan akan melakukan apapun untuk dirinya.
Aku benar-benar menjadi bodoh dengan perasaan ku ini padanya dan aku lupa dengan bagaimana hidupku, tugasku dan juga tanggung jawabku.
"Starla maukah kau pergi dengan kami di mall yang baru dibuka beberapa hari yang lalu? Semuanya pasti akan terasa sangat menyenangkan." Ucap Bela.
"Emmmm.... maaf Bella. Aku sudah punya rencana lain dengan Adam hari ini. Bagaimana dengan minggu depan?" Balas ku.
Aku bukanlah orang yang extrovert, jadi aku memiliki sedikit teman.
Bella dan Stephanie adalah dua orang teman yang aku punya dan aku menghabiskan sepanjang waktu di sekolah bersama dengan mereka. Bergosip, tertawa, belajar dan membicarakan tentang para wanita lainnya yang tidak kami sukai.
Tapi aku tidak menghabiskan waktuku bersama mereka sepulang sekolah, karena aku lebih senang menghabiskan waktu sepulang sekolahku bersama dengan Adam.
Ini adalah pelajaran yang bisa aku petik dari semua hal yang terjadi kepadaku.
Pelajaran yang pertama, jangan pernah mengabaikan teman-temanmu dan keluargamu hanya karena kau menemukan seseorang yang lain yang kau cintai. Keluargamu akan mencintai dirimu dan akan ada untukmu selamanya, bahkan walau orang yang kau cintai itu tetap bersamamu atau tidak.
Tapi yang terjadi padaku, aku tidak terlalu menghiraukan pelajaran ku saat ini dan aku mendapati diriku sendiri kehilangan ketertarikan ku dengan ha belajar. Aku bisa mengatakan bahwa prioritas ku berubah karena aku begitu menikmati hubunganku dengan Adam. Jadi pelajaran membuatku merasa bosan dan aku selalu menunda-nunda untuk belajar.
Pelajaran kedua adalah, selalu lakukan prioritas utamamu. Jangan pernah berbelok arah dari fokus yang kau selama ini lakukan untuk mengejar mimpimu dan juga hobi mu.
Kejarlah apa yang kau cita-citakan dan jangan berhenti hanya karena adanya halangan atau kau hanya akan menyalahkan dirimu sendiri nantinya.
Tapi, apa yang terjadi padaku, aku masih belum juga fokus dengan pelajaran ku sampai pada akhirnya aku bisa menyelesaikan sekolah menengah atas. Aku pun lalu memutuskan untuk melanjutkan dengan masuk ke jenjang perkuliahan. Dan untuk bisa masuk ke bangku perkuliahan, aku harus memasuki ujian untuk bisa lulus diterima di sana.
Pelajaran ketiga adalah, anak-anak di masa kini memiliki kehidupan yang tidak diketahui oleh orang tuanya.
Anak-anak biasanya sering mengacaukan hidup mereka. Para anak muda biasanya mulai memasuki dunia narkoba, alkohol, merokok dan hal lainnya yang tidak diketahui oleh orang tuanya.
Orang tua seharusnya menjadi teman bagi anak-anak mereka. Orang tua seharusnya mencoba untuk membimbing mereka dan memahami situasi mereka dibandingkan dengan berteriak dengan begitu marah terhadap mereka.
Seharusnya para orang tua harus mengerti, karena para orang tua juga pernah berada di usia muda seperti para anak-anak mereka.
Ini adalah waktu untuk hormon mereka mulai menaiki level baru. Orang tua harusnya membimbing mereka, dukung mereka dan tetaplah bersama dengan mereka pada saat mereka paling membutuhkan orang tua mereka.
Orang tua harus mendengarkan dengan sabar apa yang ingin anak-anak mereka katakan. Jangan memarahi mereka terlalu kejam.
Tapi untukku....
Mama tidak pernah mendukung tentang hubunganku dan Adam, karena Mama tidak pernah begitu menyukai Adam.
Mama mengatakan bahwa Adam akan menyakiti aku dan akan menjadi penghalang atas mimpiku. Tapi aku mencoba untuk menjelaskan kepada Mama, bahwa aku tidak bisa mencintai orang lain seperti aku mencintai Adam. Tapi Mama tetap tidak setuju meski bagaimanapun aku meyakinkannya. Jadi aku harus menyembunyikan hubunganku dengan Adam dari Mama sekarang.
Sementara untuk para anak-anak, buatlah hubungan yang baik dengan para orang tua kalian dan saudara kalian. Berbagilah bersama mereka dan jangan pernah takut tentang konsekuensi yang akan terjadi atau itu semua akan mengecewakan diri kalian sendiri. Cobalah untuk membuat orang tua dan keluarga bisa mengerti dengan apa yang kalian inginkan.
Bersambung....
Aku dan Adam mulai melihat satu sama lain dengan begitu serius dalam hubungan kami.
Cinta kami rasanya bertumbuh semakin besar. Kami memang belum dewasa. Tapi hubungan kami ini benar-benar berubah dari sekedar teman yang polos menjadi lebih intim. Dan semua itu benar-benar sangat baru untukku.
Adam selalu bisa untuk membujukku dan membuat aku percaya bahwa dia akan selalu bersamaku. Aku pun percaya akan apapun yang dia katakan padaku.
Kemudian dengan berlalunya waktu, cintaku untuknya menjadi semakin lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya bahkan terasa akan begitu besar untuknya selamanya.
Adam sebenarnya tidak memperlakukan aku seperti yang orang-orang pikirkan. Pada bulan-bulan awal hubungan kami, semuanya terasa begitu menggemaskan.
Saat hubungan kami itu masih baru du mulai, semuanya begitu menyenangkan seolah ada kembang api yang selalu bersinar di antara kami.
Kemudian dengan waktu yang terus berlalu, kami hanya mengobrol dan hanya bertemu satu sama lain.
Perlahan semuanya terasa hampa, rasanya sama seperti rutinitas biasanya yang aku lakukan.
Aku memang terlalu terobsesi kepadanya. Dia selalu memiliki beberapa wanita lain yang tampak menyukai dirinya. Hal itu pun membuat aku menjadi begitu posesif padanya. Tapi aku selalu memberikan dia ruang dan tidak pernah terlalu ikut campur dengan urusan pribadinya. Hanya saat ada perselisihan kecil, maka aku akan berteriak marah dan kemudian kami pun bertengkar.
Pelajaran keempat adalah, memberikan ruang merupakan sangat penting bagi setiap hubungan. Pasangan kita mempunyai hidup mereka sendiri dan kita tidak boleh selalu ada 24 jam dan seminggu dalam kehidupan pasangan kita. Tapi itu tidak berarti bahwa kita harus tidak menghiraukan tanda merah yang ada.
Jika pasangan kita itu setia dan jujur, maka kita tidak perlu khawatir tentang mereka. Mereka akan selalu memiliki waktu untuk kita dan akan ada bersama kita untuk memiliki kita.
Aku akhirnya pindah rumah dan berada di kota yang berbeda dengannya yang artinya aku harus berhubungan jarak jauh dengannya dan semuanya semakin mulai memburuk.
Saat itu adalah ulang tahun Bella. Kami seharusnya bertemu di sebuah Mall. Bella sudah ada di sana dan dia pun menelpon aku.
"Hai, kau ada di mana?" Tanya Bella padaku dengan khawatir.
"Di rumah, sedang bersiap-siap. Kenapa? Ini masih terlalu awal dari yang kita rencanakan bukan?" Balas ku dengan cepat.
Aku tidak berharap bahwa Bella akan bertanya lagi kepadaku.
"Dimana Adam?" Tanya Bella dengan suara yang aku rasa terdengar tidak menyenangkan.
"Aku tidak tahu, di rumahnya mungkin. Kami sedang bertengkar, aku tidak bicara kepadanya beberapa hari ini. Kenapa kau bertanya-tanya?" Ucapku kepada Bella.
"Lalu apa yang sedang dia lakukan di sini? Dia terlihat tengah berkencan dengan seorang gadis. Mereka berdua tampak sangat mesra. Aku melihat mereka saling memegang tangan." Balas Bella.
Jantungku langsung terasa berhenti berdetak. Aku merasakan rasa sakit di dadaku, perutku terasa begitu mual dan sakit. Aku merasa seolah seseorang sudah meninju perutku dengan sangat keras.
"APA?" Ucapku dengan begitu terkejut.
Aku ingin tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bella dan berharap bahwa Bella hanya salah lihat saja.
"Apa kau yakin itu adalah Adam?" Tanyaku saat jantungku seolah berhenti berdetak.
Aku benar-benar berharap jika Bella salah.
"Iya aku yakin seratus persen." Balas Bella.
Aku lantas langsung mengakhiri panggilan telepon itu. Saat itu perasaanku campur aduk. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku benar-benar ingin memastikan semuanya.
Aku lantas langsing mengambil ponselku yang terletak diatas meja rias dan langsung menelpon Adam.
"Di mana kau?" Tanyaku dengan gugup.
"Keluar bersama temanku." Balasnya.
"Bohong, aku melihatmu sekarang. Jadi jangan coba untuk menutupi semuanya." Balas ku dengan air mata yang penuh di mataku yang bersiap untuk jatuh di pipiku detik berikutnya.
Ada keheningan di seberang telepon.
"Apakah kau bersama dengan Jessie?" Tanyaku dengan takut untuk mendengar jawaban darinya.
"Iya." Balasnya dan langsung mengakhiri panggilan telepon itu.
Hatiku terasa terpecah menjadi begitu berkeping-keping. Setelah itu aku tetap pergi untuk menemui Bella. Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun. Aku bahkan tidak makan apapun. Dia merasa kasihan kepadaku. Aku tidak menyukai semua yang terjadi padaku saat ini.
Aku pun mencoba untuk tidak mengacaukan hari ulang tahun Bella, tapi aku hanya tidak bisa bicara banyak.
Setelah acara ulang tahun Bella selesai, aku lalu pulang ke rumah dan menangis sepanjang hari dan malam dengan mengunci diriku di dalam kamar.
Melihat hal itu, Mama menjadi kesal padaku. Mama tidak tahu bahwa aku menangis karena aku tidak mau memperlihatkan kepada Mama tentang kesedihanku itu. Mama hanya melihatku yang kehilangan selera makan ku dan tidak banyak bicara.
Mama bertanya kepadaku apa yang salah dengan diriku. Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun kepada Mama. Mama tidak tahu aku masih berhubungan dengan Adam. Bahkan walau Mama bertanya kepadaku aku tetap mengatakan bahwa kami tidak berhubungan.
Aku terus bertanya-tanya, kenapa semuanya harus menjadi seperti ini padaku?
Jadi seperti inilah rasanya patah hati. Rasanya begitu menghancurkan diriku. Seluruh duniaku terasa berputar ke bawah hanya dalam satu detik. Ujian awal untuk masuk perkuliahan akan segera datang, tapi aku tidak bisa belajar banyak untuk melalui hal itu. Tapi aku tetap ingin berhasil melakukannya walau bagaimanapun caranya.
Mimpiku adalah ingin menjadi seorang dokter. Bahkan sejak aku masih kecil, semua yang aku inginkan hanyalah untuk menjadi seorang dokter. Hanya memikirkan diriku untuk menjadi dokter saja, aku sudah merasa begitu bahagia.
Tapi mempelajari ilmu medis, bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah untuk di lakukan. Harus ada ketekunan, dedikasi dan juga kerajinan dan kedisiplinan dalam diri kita.
Tapi sekarang, aku begitu kekurangan akan semua itu. Bagaimana aku bisa fokus saat bahkan untuk bernapas saja rasanya begitu sulit Bagiku.
Aku tidak pantas mendapatkan ini.
Harus ada bab baru dan awal yang baru. Tapi semuanya terasa tidak sempurna. Aku tidak bisa menahan semua rasa sakit yang ada.
Aku bahkan memohon kepada Adam untuk tetap tinggal bersamaku dan memilih aku, menjemput aku, mencintai aku seperti yang selama ini dia lakukan padaku.
Tapi dia malah memilih Jessie. Jessie adalah sahabatnya yang membuat aku merasa cemburu padanya sejak awal dia menyebutkan nama wanita itu.
Iya, aku memang bodoh, sangat bodoh. Bagaimana aku bisa hanya mempercayai semua itu. Mempercayai semua yang dia katakan tentang hubungannya dengan Jessie yang hanya merupakan teman saja.
Saat aku berpikir bahwa semuanya tidak akan jauh lebih buruk lagi, tapi kenyataan yang terjadi malah semakin berbanding berbalik.
Ada fakta yang begitu buruk.
Aku diselingkuhi, dikhianati, dibuang dan benar-benar dirusak olehnya. Aku benar-benar merasa begitu depresi dengan hidupku.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!