NovelToon NovelToon

Lahirnya Kembali Sang Penguasa Kegelapan

Episode 1-Kematian

(Lahirnya Kembali Sang Penguasa Kegelapan) Welcome di Novel baru author, selamat membaca~

Maggie Vangelis, adalah satu-satunya Putri dari Kerajaan Magesty. Dia anak dari Duke Vincentius Vangelis dan Duchess Calliope. Namun, kini ia hanya tinggal dengan ayahnya saja, setelah Ratu Calliope meninggal 7 tahun yang lalu.

Maggie Vangelis, satu satunya putri yang memiliki kekuatan kegelapan diantara semua kerajaan yang ada. Bahkan kerajaan tempat kelahirannya pun tidak pernah memiliki keturunan yang sebelumnya mempunyai kekuatan kegelapan seperti Maggie. Dengan adanya kekuatan hebat yang ia miliki saat ini, membuatnya bisa melakukan apapun sesuka hati nya yang berhubungan dengan kegelapan dengan menggunakan kekuatan tersebut. Walaupun begitu, Maggie tetap menggunakan nya di saat saat tertentu saja, tidak pernah sekalipun ia menggunakan kekuatan hebat seperti itu dengan seenaknya.

Maggie mempunyai kepribadian yang jarang dimiliki oleh para putri dari kerajaan lain. Perilakunya yang sudah terlihat dewasa sejak berumur 10 tahun membuatnya menjadi populer, bahkan para Raja dan Ratu dari berbagai kerajaan sudah berniat untuk menjodohkan nya dengan putra mereka. Ditambah dengan sifatnya yang bijaksana, suka menolong, tegas dan selalu bersikap adil membuat banyak rakyat jelata menyukai nya. Walaupun ada satu sifat yang sama sekali tidak bisa dihilangkan dari kepribadian nya, yakni sifat arrogant.

Maggie mempunyai seorang kerabat yang paling dekat dengan nya, umur mereka hanya selisih 1 tahun saja. Kerabat yang paling dekat dengan nya adalah Felix Vangelis. Walaupun umur mereka selisih 1 tahun, namun Maggie tetap memanggil nya dengan sebutan Felix. Kedekatan mereka bermula saat Felix mulai hidup sendiri ketika kedua orang tuanya meninggal di saat ia berumur 12 tahun. Sejak saat itulah mereka menjadi lebih akrab dibandingkan sebelumnya.

Umurnya yang kini menginjak usia 25 tahun membuatnya mendapatkan tawaran dari Kekaisaran untuk menjadi tunangan Putra Mahkota, apalagi dia bukanlah seorang putri biasa.

Begitu mendapatkan tawaran dari Kekaisaran untuk menjadi tunangan dari Putra Mahkota Basilio, Maggie menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Ia sama sekali tidak pernah berpikir untuk hidup menjadi seorang Ratu. Apalagi, ia pernah mendengar rumor besar yang mengatakan bahwa Putra Mahkota adalah orang yang sangat kejam. Tentu saja hal itu membuatnya mengurungkan niat untuk menjadi Ratu penerus di Kekaisaran Astion.

Namun, tidak hanya sampai situ saja. Setelah ia menolak tawaran yang bisa menguntungkan Kerajaan nya, sang ayah yakni Duke Vincentius memaksanya untuk menerima tawaran tersebut. Walaupun berkali-kali Maggie berusaha untuk membantah sang ayah, namun sampai kini usahanya itu sia sia saja. Terpaksa ia harus menerima tawaran yang bisa menguntungkan keluarga dan Kerajaan nya hanya dengan cara itu.

Awalnya Maggie memang tidak setuju dengan keputusan ayahnya yang bersifat pribadi, namun setelah mencoba untuk menjalaninya selama beberapa dekade, akhirnya ia pun memiliki kisah romantis dengan Putra Mahkota. Keromantisan nya dengan Putra Mahkota Basilio sudah menyebar luas di seluruh Kota Xerxes. Para Bangsawan dan Rakyat jelata pun mengira bahwa Maggie Vangelis lah jodoh dari Putra Mahkota Basilio setelah sekian lama ia gagal untuk mencuri hati para Putri di berbagai Kerajaan.

...****************...

Sampai pada akhirnya, hari dimana acara pertunangan mereka pun akan tiba 2 hari lagi. Kekaisaran sudah menyiapkan semua perlengkapan dalam acara tersebut, termasuk gaun yang nantinya akan dipakai oleh Maggie se berlangsung nya acara. Untuk meminta masukan dari Maggie mengenai perlengkapan yang sudah ada, Putra Mahkota Basilio mengutus orang kepercayaan nya untuk mengirimkan surat pada Kerajaan Magesty.

Begitu menerima surat pemberian dari Putra Mahkota dengan tujuan mengundang nya datang ke Istana, Maggie pun langsung bersiap siap dan mengenakan gaun yang elegant. Beberapa kali sosok Felix Vangelis yang berperan sebagai kerabat terdekat nya melarangnya untuk datang menemui Putra Mahkota, dengan alasan ada yang tidak beres, Maggie tetap bersikeras untuk datang ke Istana.

"Kumohon, jangan datang ke sana...." Kata Felix melarang kepergian Maggie untuk yang terakhir kalinya.

"Biarkan aku pergi, aku tidak mungkin menolak undangan dari Putra Mahkota yang akan menjadi tunangan ku besok" Jawab Maggie dengan tatapan mengarah pada kereta yang akan mengantarkan nya sampai Istana.

"Baiklah, jika itu mau mu....aku akan ikut" Pinta Felix yang langsung disetujui oleh Maggie.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 46 menit menuju Istana, akhirnya mereka pun sampai tepat didepan gerbang Kekaisaran. Maggie memasuki Istana dengan dikawal oleh Felix, karena sebelumnya Kekaisaran melarang Maggie membawa Ksatria dari Kerajaan nya masuk. Suasana mencekam mulai terasa ketika mereka berdua berjalan menuju sebuah ruangan dimana Putra Mahkota Basilio berada di dalamnya.

*Tuk*TukTuk**

*Kriet*******

Begitu Felix membukakan pintu untuk Maggie yang akan masuk ke dalam ruangan tersebut, tiba tiba saja pedang diayunkan ke leher Maggie yang hendak memasuki ruangan.

*Srank!!!!****

"Pu-putra Mahkota!!!??"

"Jawab dengan jujur, apakah kau yang sudah membunuh Yang Mulia Raja?!!!" Tuduh Putra Mahkota Basilio yang kemudian membuat Maggie tercengang setelah mendengar nya.

"A-apa maksud anda? Saya tidak pernah melakukan hal itu!!!" Sanggah Maggie yang sudah gemetaran lantaran dituduh telah membunuh Yang Mulia Raja.

"Jangan berbohong pada Putra Mahkota!!! Aku melihatnya sendiri bahwa kau yang sudah membunuh Yang Mulia Raja!!! Lagipula, kami juga sudah menemukan buktinya, kalau ada sihir kegelapan di tubuh Yang Mulia Raja!!!" Serang Eireen Leto yang merasa begitu yakin bahwa Yang Mulia Raja meninggal karena nya, sahabatnya sendiri.

"Eireen?? A-apa maksudmu????"

"Putra Mahkota, saya yakin ada kesalah pahaman disini, Putri Maggie tidak mungkin melakukan hal itu!!" Timpal Felix yang sudah ditodong pedang oleh seseorang dari arah belakang.

"Kalian tidak perlu bersikeras untuk membuat alasan, keputusan sudah berada di tanganku" Seru Putra Mahkota dengan senyuman licik yang mengembang di wajahnya.

Tak lama setelah tuduhan itu dilontarkan pada Maggie, rumor itu langsung berkembang pesat ke telinga para Bangsawan juga Rakyat Jelata. Mereka yang sudah mendapat rumor mengerikan itu langsung berbondong-bondong datang ke gerbang Istana untuk meminta penghukuman yang akan diberikan pada Maggie.

Berkali-kali Maggie berusaha untuk mengeluarkan kekuatannya, satu satunya cara yang bisa menyelamatkan dirinya dalam masalah ini, tapi ternyata kekuatan yang ia miliki sejak lahir telah disegel oleh para Pendeta. Karena ingin melindungi Maggie, sebagai satu satunya manusia yang telah membantu nya hidup, Felix pun ikut turun tangan dan menyangkal kejadian tersebut. Ia mengatakan bahwa dia lah yang telah membunuh Yang Mulia Raja. Tetapi karena tidak adanya bukti dan tidak ada satu orang pun yang mempercayai nya, Felix pun dihukum karena sudah berani berbohong pada Putra Mahkota.

"***Bunuh dia!!!! Dasar tidak tahu malu!!!"

"Mati saja kau, IBLIS!!"

"Kenapa manusia yang seperti monster itu dibiarkan hidup?!! Seharusnya dia dibunuh sejak lahir***!!"

***Klang!!!!!****

Kepala Maggie langsung dipenggal menggunakan pedang milik Putra Mahkota sendiri. Begitu Maggie dipenggal kepalanya, ia masih sempat melihat para prajurit dari Istana yang beberapa kali menusuk tubuh Felix dengan pedang ksatria mereka.

Bersambung....

Episode 2-Kebangkitan

Suara kicauan burung di pagi hari terdengar seperti alunan musik. Ditambah dengan awan putih dan langit biru yang menyempurnakan pagi itu. Para rakyat di Kota Xerxes sudah disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Suasana yang indah di Kota itu memang tidak bisa tertandingi di Kota mana pun, bahkan sebuah bencana tidak pernah melanda kota yang indah itu. Namun hal yang tak terduga tiba-tiba terjadi, sekumpulan awan hitam berkumpul di langit melingkari Kota yang terdapat penduduknya itu. Para penduduk desa yang awalnya masih menyibukkan diri mereka kini dibuat tercengang akan awan hitam pekat yang berada di langit. Ditambah dengan suara petir dan hujan yang bergemuruh. Para rakyat langsung berlarian ke sana kemari tidak beraturan. Suasana yang awalnya damai, kini terdengar sangat bising hingga ke Istana.

Tidak hanya para penduduk desa yang tercengang melihat bencana itu, namun juga para pendeta yang sedang berdo'a di kuil. Mereka yang awalnya sedang berdo'a kepada dewa secara individu, kini langsung berkumpul menyatu di aula kuil. Para pendeta yang berada di tempat tersebut merasakan aura gelap yang pernah mereka rasakan sebelumnya. Apalagi dengan datangnya bencana yang muncul secara tiba-tiba tentu saja membuat mereka menyadari sesuatu hal yang mustahil.

Paus (Seseorang yang dekat dengan dewa) yang juga merasakan aura gelap itu langsung menghampiri para pendeta di kuil yang sama dengan nya. Mereka semua meramal bahwa sang penguasa kegelapan yang sebelumnya telah dibunuh oleh Raja Basilio bangkit kembali. Berbagai mantra do'a mereka ucapkan secara bersama-sama untuk menggagalkan kembalinya penguasa kegelapan itu. Disisi lain, Putra Mahkota Basilio yang kini meneruskan sebagai Raja di Kekaisaran Astion berkali-kali mendapat laporan bahwa terjadi bencana di luar dan di dalam Istana.

...----------------...

Sudah terasa sejak beberapa lama Maggie membuka matanya, dan kini ia kembali melihat diri nya yang masih utuh tanpa hilangnya satu pun kerangka pada tubuhnya. Dengan perlahan, ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah cermin yang terpasang di kamar tersebut.

"Siapa aku?" Tanya Maggie pada dirinya sendiri, sembari menatap wajah yang kini menjadi milik nya.

"Dan......apakah aku bermimpi? Ugh! Kepala ku sakit sekali...."

"Tunggu.....bukankah seharusnya aku sudah mati di tangan Basilio? Dia yang sudah memenggal kepala ku di hadapan para bangsawan dan rakyat. Sepertinya aku hanya bermimpi..." Lanjut ucap Maggie yang masih tidak mengerti dengan kondisinya saat ini.

Masih fokus dengan wajahnya yang ia lihat di cermin, tiba-tiba saja seorang pelayan memasuki kamar yang sama dengan nya sambil membawa sesuatu di tangannya. Orang yang ia anggap pelayan itu merasa terkejut begitu melihat bahwa seorang putri di hadapannya sudah terbangun dari tidur lamanya sekitar 8 hari yang lalu.

"Pu-putri Naphelle....anda sudah bangun!!!" Teriak pelayan itu sambil berlari keluar dari kamarnya.

"Apa yang dia maksud dengan memanggilku Naphelle? Sebenarnya, siapa aku?" Batin Maggie dengan menatap serius wajahnya di cermin.

Tak lama setelah pelayan tadi pergi tanpa kembali menutup pintu kamar nya, beberapa orang yang terlihat sangat asing datang dengan senyuman yang lebar. Satu diantara mereka perlahan mendekat ke arah Maggie yang masih berdiri di samping ranjang dengan tatapan heran.

"Putriku sayang, Naphelle..." Ucap pria paruh baya yang kemudian memeluknya dengan erat.

"A-apa maksud..."

"Ayah senang melihatmu sudah bangun. Berbaringlah di ranjang, dokter akan memeriksa mu" Perintah pria paruh baya itu yang mengaku sebagai ayahnya. Sosok Maggie yang masih merasa kebingungan dengan apa yang terjadi padanya saat ini terpaksa menuruti kata kata dari pria paruh baya tersebut. Ia kemudian berbaring di ranjang yang sama dengan sebelumnya.

"Keadaan nya sudah membaik, tapi dia harus beristirahat kurang lebih 1 hari untuk pemulihan" Papar lelaki yang disebut-sebut sebagai dokter.

"Baiklah, Naphelle, kau beristirahatlah sampai besok. Ayah akan kembali mengunjungi mu setelah kau sudah benar-benar pulih" Tutur pria paruh baya tersebut, sembari melangkah keluar bersama dengan beberapa orang di sampingnya.

Ia masih tercengang melihat orang-orang yang baru saja keluar dari kamar nya, ditambah dengan seorang lelaki yang terlihat sangat muda memasuki kamar dimana ia sedang berada. Lelaki muda itu tersenyum pada Maggie yang masih terdiam kaku akibat kebingungan. Namun, tidak lama setelah lelaki muda itu tersenyum, ia mengeluarkan kata kata dari mulutnya yang membuat jantung Maggie berdetak kencang.

"Akhirnya kau bangun juga, Naphelle. Aku tidak menyangka, karena kecelakaan kereta kuda yang menimpamu beberapa hari lalu membuat mu tertidur selama 8 hari. Yah, lebih tepatnya kau tidak sadarkan diri...."

"Oh ya, pria paruh baya tadi adalah ayahmu, namanya adalah Duke Rhodes Alceo, ia seorang Duke dari Kerajaan Versailles. Sedangkan nama mu adalah Naphelle Alceo, keturunan satu satunya dari Kerajaan ini. Selamat datang kembali di 25 tahun mendatang, aku menyambut mu dengan penuh kehormatan" Lanjutnya berucap.

"Apa yang baru saja kau katakan? Dimana aku sebenarnya!!!!" Teriak Maggie yang sudah kehabisan kesabaran.

"Sudah ku bilang kau berada di Kerajaan Versailles. Oh ya satu lagi, perkenalkan nama ku Helios Alceo, kerabat terdekat mu" Kata lelaki muda itu yang ternyata adalah Helios memperkenalkan dirinya. Setelah memperkenalkan diri, Helios langsung berjalan mendekati pintu kamar untuk keluar. Dengan sigap, Maggie langsung menghentikan nya dengan sebuah ucapan.

"Tunggu!!! Helios!!! Jelaskan dulu apa maksud dari perkataan mu tadi!!!" Pinta Maggie sambil berteriak keras hingga terdengar sampai luar ruangan.

"Saat waktunya tiba, aku akan memberitahu mu apa maksud dari perkataan ku tadi" Tutur Helios tanpa menoleh sedikit pun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tak terasa pagi pun kembali tiba, matahari menyinari kota Xerxes yang kemarin baru saja tertimpa bencana secara tiba-tiba, namun tidak dengan wilayah Kerajaan Versailles yang baik-baik saja. Maggie yang kini dipanggil dengan sebutan Naphelle pun terbangun setelah melalui hari yang membosankan kemarin.

Seperti janjinya kemarin, Duke Rhodes Alceo kembali menemui Naphelle setelah 1 hari berlalu. Ia memasuki kamar itu didampingi oleh beberapa orang yang terlihat seperti asisten pribadinya.

"Ayah...." Sapa Naphelle dengan raut wajah lemah.

"Ada apa, Naphelle? Apa kau masih merasa tidak enak badan? Jika benar begitu, maka ayah akan memberimu waktu yang lebih lama untuk mu beristirahat" Tutur Duke Rhodes sambil berjalan mendekat ke ranjang Naphelle.

"Ti-tidak, bukan itu! Aku hanya ingin keluar dari Kerajaan, seperti berjalan jalan di sekeliling taman atau semacamnya" Pinta Naphelle yang hanya dibalas senyuman lebar oleh Duke Rhodes.

"Baiklah, kalau itu mau mu. Ayah akan kembali bekerja, jaga dirimu baik baik, Naphelle" Pesan Duke Rhodes sembari mengelus rambut Putri nya.

Bersambung.....

Episode 3-Pertemuan Baru

Karena permintaan nya telah disetujui oleh sang ayah, Naphelle pun langsung bersiap siap untuk mandi dan mengenakan gaun nya dibantu oleh beberapa pelayan Kerajaan Versailles. Sempat memakan banyak waktu ketika ia memilih gaun yang akan dipakainya, karena menurut Maggie gaun milik Naphelle sama sekali tidak ada yang cocok dengan nya. Setelah lama bersiap siap, akhirnya Naphelle pun selesai berdandan dan segera menuju taman belakang Kerajaan didampingi oleh salah satu pelayan kepercayaan nya.

Suasana taman yang dihiasi dengan bunga yang berwarna-warni memberikan kesan baik ketika dipandang walaupun hanya sebelah mata saja. Naphelle duduk di sebuah kursi yang sepasang dengan meja untuk bersantai melihat pemandangan di pagi hari.

"Rui, kau boleh pergi sekarang.." Perintah Naphelle yang sempat membuat Rui seorang pelayan kepercayaan nya merasa kebingungan.

"Tapi, saya sudah biasa menemani anda disini. Tuan Duke Rhodes juga sudah berpesan pada saya untuk menjaga baik-baik Putri Naphelle," Tutur Rui dengan raut wajah khawatir.

"Tidak apa apa, ini perintah ku! Kau boleh pergi!" Bentak Naphelle yang sedikit emosi dengan perilaku pelayan pribadinya.

"Ba-baik Putri Naphelle, saya minta maaf.." Ucap Rui yang kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari tempat di mana Naphelle sedang bersantai.

"Huh, sudah lama aku tidak menggunakan kekuatan ku. Sekarang apa jadinya, ya?" Kata Naphelle sambil sedikit bergumam mengenai keadaan nya saat ini.

Setelah melihat sekeliling taman yang tidak dihuni satu pun orang dari Kerajaan, dengan sigap Naphelle langsung mencoba untuk kembali menggunakan kekuatan nya. Beberapa kali ia berusaha untuk mengeluarkan kekuatan gelap dari diri nya itu, namun sama sekali tidak menunjukkan bahwa masih adanya kekuatan tersebut pada diri nya yang sekarang.

"Sial! Kenapa bisa seperti ini?!!!" Teriak Naphelle sambil menghelai rambut panjang nya.

"Tuan Putri, saya memberi hormat. Duke Rhodes memanggil anda untuk datang ke ruangan nya sekarang juga" Ucap Helios yang tiba-tiba saja menampakkan diri nya tanpa sepengetahuan dari Naphelle.

"Ah, kau membuat ku terkejut. Baiklah, aku akan segera ke sana" Jawab Naphelle yang langsung berjalan menuju ruangan sang ayah. Walaupun pikirannya masih dipenuhi dengan banyak hal mengenai kekuatan nya.

Sesampainya di ruangan Duke Rhodes Alceo, Naphelle memberi hormat dan langsung duduk di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan sang ayah.

"Ada apa, ayah?" Tanya Naphelle tanpa basa basi.

"Naphelle, kau mendapat undangan dari Kekaisaran untuk datang ke Istana. Apa kau bisa datang? Atau....kau masih belum sembuh? Jika kau masih belum sembuh, ayah akan meminta Kekaisaran untuk menunda pertemuan nya dengan mu" Papar Duke Rhodes sembari mengulurkan tangan nya memberikan sebuah amplop dari Kekaisaran.

"Kekaisaran....yah, Basilio ada di sana!!! Aku tidak bisa membiarkan nya begitu saja!! Tunggu aku, Basilio!" Geram Naphelle dalam hatinya.

"Kenapa Kekaisaran tidak langsung memberikan surat ini padaku?" Tanya Naphelle mencoba untuk mencari tau.

"Itu karena mereka tau bahwa kau baru saja mengalami kecelakaan kereta kuda beberapa hari yang lalu. Jadi mereka berpikir akan lebih baik jika memberikan surat ini pada ayah" Jelas Duke Rhodes.

"Jika mereka tau bahwa aku mengalami kecelakaan kereta kuda, kenapa mereka meminta ku untuk datang ke sana?!" Seloroh Naphelle sambil memalingkan wajahnya ke arah luar jendela.

"Naphelle, jika kau benar-benar masih lemah...ayah bisa meminta untuk-..." Ucap Duke Rhodes yang disela oleh Naphelle.

"Tidak, aku akan datang. Aku ingin melihat bagaimana kondisinya sekarang ini..." Tutur Naphelle yang kemudian berjalan keluar dari ruangan ayahnya.

...----------------...

Kereta kuda pun langsung di siapkan oleh para Ksatria Kerajaan Versailles untuk mengantarkan Naphelle sampai di Istana dengan nyaman. Tidak hanya datang seorang diri saja, Helios yang tiba-tiba saja datang langsung menawarkan diri nya untuk menemani Naphelle datang ke Istana.

Berbagai pertanyaan Naphelle lontarkan pada Helios di sepanjang jalan menuju Kekaisaran.

"Jadi, aku akan menjadi tunangan Putra Mahkota Carsten?" Tanya Naphelle memastikan.

"Hmm, benar. Kau akan menjadi tunangan nya dalam waktu singkat" Jawab Helios dengan tatapan yang terlihat familiar dari wajahnya.

"Huh, kenapa di kehidupan ku kali ini dengan kehidupan ku yang sebelumnya tidak berbeda!! Kenapa aku selalu ditakdirkan untuk menjadi tunangan seorang Putra Mahkota? Apakah aku begitu spesial dimata Dewa, hingga selalu ingin menjodohkan ku dengan para manusia gila harta itu! Bagaimana pun itu, aku akan tau setelah sampai di Istana!!" Gumam Naphelle dalam hatinya, sembari mencoba untuk mengingat sesuatu di kehidupan sebelum nya.

Tak lama setelah perjalanan nya menuju Istana, akhirnya ia pun sampai dengan selamat bersama dengan Helios Alceo. Ia disambut hangat oleh para penduduk Istana. Naphelle dan Helios juga diantar menuju ruang utama di Istana untuk menghadap pada Yang Mulia Raja.

"Salam hormat, Yang Mulia Basilio" Helios memberi salam sambil membungkuk kan badan nya. Sedangkan Naphelle memberi hormat seperti layaknya seorang Putri dari Kerajaan.

"Akhirnya kau datang, Naphelle" Ucap Yang Mulia Basilio pada Naphelle yang masih menunduk.

"Ah, iya..."

"Baiklah, ikuti aku" Perintah Raja Basilio sambil berjalan menuju ruangan lainnya.

Naphelle yang masih belum mengetahui situasinya saat ini tetap fokus pada wajah Basilio yang sedikit berubah dari sebelum nya. Karena lekukan lekukan di wajah Basilio menandakan bahwa kini diri nya sudah lanjut usia. Namun wajahnya itu masih diingat jelas oleh Naphelle di kehidupan sebelumnya.

Ketiga orang tersebut berjalan dan terus berjalan entah kemana arahnya. Naphelle yang mengikuti nya dari arah belakang mengepalkan tangan nya dan berniat untuk membunuh Basilio dari belakang menggunakan sebuah pedang yang ditancapkan di dinding Istana. Begitu ia hampir meraih pedang tersebut, Helios yang sedari tadi terus memperhatikan nya langsung menghentikan tangan Naphelle. Ia menggelengkan kepalanya secara perlahan sambil tersenyum kecil.

Mengingat bahwa saat ini ia kehilangan kekuatan kegelapan nya, Naphelle pun mengurungkan niatnya untuk mencoba membunuh Basilio dengan pedang yang tertancap rapi di dinding Istana. Namun dendamnya itu masih saja ia ingat, apalagi bagaimana cara Basilio membunuh nya di kehidupan sebelum nya. Tangan dan tubuhnya gemetaran, ditambah dengan keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya membuat Helios menghentikan langkah kakinya untuk mengajak Naphelle berbicara berdua.

"Kenapa kalian berhenti?" Tanya Raja Basilio dengan arrogant.

"Maaf Yang Mulia Raja, tapi Naphelle sedang tidak enak badan. Dia terlihat kelelahan" Jawab Helios beralasan.

"Jika anda berkenan, saya akan mengantarkan Putri Naphelle ke ruang peristirahatan Istana sebentar. Sambil memulihkan kondisinya saat ini" Lanjut ucapnya sambil beberapa kali memegangi bahu Naphelle.

"A-apa maksud..."

"Baiklah, silahkan..." Ucap Raja Basilio mempersilahkan.

Naphelle hanya mengikuti setiap perkataan Helios dan berjalan berdampingan dengan lelaki itu. Mereka pun berjalan menjauh menuju ruang peristirahatan Istana untuk membicarakan sesuatu yang penting.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!