NovelToon NovelToon

Percikan Masa Lalu

Chapter 01

Chapter 01 🌹

" Tolong suster segera dibantu!" Ucap salah satu dokter yang bersuara dalam menangani korban kecelakan yang sudah tiba di Rumah Sakit Segar Mulya.

Dengan kecepatan yang handal dan terpercaya mereka semua bergerak disebuah Rumah Sakit tersebut.

" Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena empat orang korban sudah meninggal dunia, dan kita akan berusaha semampu kita untuk menyelamatkan salah satu korban yang selamat." Ucap dr Mark pada sesama rekannya.

" Tapi Dia mengalami koma, karena banyaknya benturan ditubuhnya, namun dia hanya mengalami beberapa luka ditubuhnya dan mendapatkan beberapa jahitan." Sambung dr Reni.

" Maaf dok, korban yang selamat identitasnya sudah diketahui, korban bernama Elvieona Sari bekerja disebuah perusahaan Start group, dan yang satu mobil dengan korban selamat itu adalah kedua orang tuanya pemilik perusahaan Vinam Group dan sopir pribadinya." Terang Suster tersebut dianggukkan para dokter.

" Baiklah mari kita tangani secara serius." Ucap dr Mark melangkah diikuti dr Reni disampingnya menuju ruangan ICU, setelah penanganan satu korban yang selamat yaitu Elvieona Sari, itupun langsung ditempatkan di ICU karena dalam keadaan Koma.

Rio Firdaus selaku pemilik perusahaan Start group dan sekaligus kekasih Vie, pun langsung menuju kerumah sakit setelah dihubungi pihak Rumah Sakit karena terjadinya kecelakaan yang menimpa salah satu karyawannya dan sekaligus kekasihnya itu,dengan kecepatan tinggi dia melajukan mobilnya menuju kearah rumah sakit Segar Mulya, pikiran Rio sangat kacau disamping dia mendengar kabar kedua orang tua Vie meninggal dunia dan kekasihnya mengalami koma.

Saat sampai dirumah sakit Rio langsung turun dari dalam mobilnya dan berlari menuju kearah ruang UGD, namun dia langsung diarahkan keruangan ICU dimana Vie sang kekasih terbaring diruangan itu.

Wajah Rio terlihat sedih dia bersandar didinding ruangan ICU tersebut, dan tiba-tiba seseorang mendekatinya sembari berbicara dengan lembut.

" Kuatkan hatimu, jangan sampai kesedihan itu merundungmu." Ucapnya dan Rio menoleh kearahnya.

" Risma? Kamu disini?"

Wanita yang dipanggil Rio dengan nama Risma itupun mengangguk sembari tersenyum lembut, Risma langsung meraih tangan Rio dan menuntunnya kesebuah kursi yang ada didepan ICU itu, Saat tangannya disentuh Risma, Rio hanya diam saja dan dia hanya mengikuti ajakan Risma, dia juga tidak menolak sama sekali, seharusnya dia menolaknya karena dia sudah memiliki kekasih tepatnya calon tunangannya itu, Risma Wati adalah Anak saudara Angkat Vie, Ayah Risma bersaudara Angkat dengan Ayah Vie,Saat itu Ayah Risma ditolong Ayah Vie saat pertama kali berada dikota tersebut yang hidupnya luntang lantung tiada arah karena Ayah Risma sudah ditipu teman satu kampungnya kala itu,dan sekarang Ayah Risma adalah wakil Ayahnya diperusahaan milik keluarga Vie yang dirintis sang Ayah dari nol, Risma memang menyukai Rio dan dia juga terang-terangan mengatakan isi hatinya pada Rio saat Rio berada di rumah Vie dan Rio hanya terdiam kala itu mendapat ungkapan hati dari Risma.

Padahal Risma tahu kalau Rio adalah kekasih Vie, sayangnya saat itu Rio tidak menolak ataupun mengiyakan ucapan Risma, karena Rio sudah memiliki Vie tapi entah kenapa saat Risma memegang tangannya itu ada getaran yang tidak menentu di hatinya, dia hanya diam saja menatap ke arah Risma begitu pula Risma menatapnya seakan-akan mereka berdua berbicara melalui pandangan mata mereka, kemudian Risma tersadar begitu juga dengan Rio mereka berdua saling menatap, wajah Rio yang awalnya mendengar sang kekasih kecelakaan sangat sedih sekali, tapi setelah kedatangan Risma sedih yang dirasakannya itu berangsur hilang, dia tidak mengingat sesaat keadaan Vie yang berjuang di ruangan ICU.

Rio tersadar dan mengusap wajahnya dengan kasar, Dia kemudian merubah posisi duduknya dengan kedua tangannya bertopang di kedua pahanya, Dia teringat akan Vie yang masih berada di dalam ruangan ICU.

" Astaga apa yang aku lakukan?" Gumamnya pelan.

" Rio...Sabarlah kalau tuhan mengijinkan dia pasti akan sadar, tapi kalau Tuhan tidak menginginkannya kamu harus menerima semuanya ini,masih ada aku yang akan selalu menemani kamu di setiap harimu, di setiap malammu, dan setiap apapun yang kamu butuhkan, aku akan selalu berada di sampingmu." Ucap Risma tersenyum manis pada Rio.

Rio menoleh ke arah Risma dengan spontan.

Lagi-lagi Risma tersenyum dan menganggukkan kepalanya, terlihat wajah Risma tidak ada rasa sedih sedikitpun dengan musibah yang menimpa Vie, bahkan dia terlihat sangat senang dengan musibah yang sedang menimpa keluarga Vie saat ini.

" Aku siap menjadi kekasihmu, kalau seandainya terjadi apa-apa dengannya, aku yakin kalau Vie tidak bisa bertahan lama,secara dia mengalami Koma, itu menutup kemungkinan akan sadar, Ungkapan hati ku kala itu masih berlaku padamu, karena aku memang sangat menginginkanmu." Ucapnya sembari berbisik pelan ditelinga Rio membuat sekujur tubuh Rio merinding dan ada perasaan yang lain saat Risma berbisik ditelinganya.

" Risma aku belum bisa meninggalkan Vie dalam kondisi seperti ini, biar bagaimanapun Aku sangat mencintai Vie, Maafkan aku." ucapkan.

Risma terlihat dongkol dengan ucapan Rio, namun dia tetap berbesar hati karena dia yakin kalau Vie nggak akan pernah bangun lagi, itulah yang ada di dalam pikirannya.

Dia tersenyum kemudian tangannya menyentuh dagu Rio agar Rio menatapnya, lagi-lagi Rio tidak menolak dengan perlakuan Risma padanya.

" It's Oke, aku masih bisa bersabar, kalau kamu masih memerlukan aku, kamu datang kepadaku, aku akan selalu ada untukmu." ucapnya lalu meninggalkan Rio seorang diri.

Rio hanya menatap kepergian Risma dan kembali Dia mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian dia menyadarkan tubuhnya disandaran kursi yang dia duduki di saat ini.

" Apa benar Vie tidak akan bisa bangun lagi? Dan apa benar Vie akan tidur berkepanjangan dan tak sadarkan diri.?" Ucapnya pelan sembari menghela nafas panjangnya.

Namira terkejut setelah mendengar kabar yang menimpa keluarganya saat itu Namira berada di gedung kuliahnya setelah mendengar kejadian itu, Namira langsung berlari memberhentikan sebuah taksi dan menuju ke rumah sakit di mana keluarganya di bawa, Air matanya tidak bisa lagi dia tahan, begitu saja keluar dari kedua bening bola matanya itu, sesampainya di rumah sakit, dia pun langsung berlari dikoridor rumah sakit itu menuju ke arah ruangan ICU di mana sang kakak dirawat, dia kemudian melihat melalui kaca di mana sang kakak berjuang di dalam ruangan tersebut

Rio yang melihat kedatangan Namira langsung mendekati adik Vie tersebut.

" Apa yang terjadi dengan kak Vie?" tanyanya pada Rio.

Rio hanya menggelengkan kepalanya

Kak Rio juga tidak tahu apa yang terjadi dengan Kak Vie, kakak juga dikasih tahu dari pihak rumah sakit, saat itu kak Rio tidak bersama dengan Kak Vie, Kak Rio ada di kantor saat kejadian ini." ucapnya.

" Bagaimana dengan keadaan Ayah dan Bunda?"

Rio menundukkan kepalanya, dia kemudian mengajak Namira untuk duduk di kursi tersebut.

" Namira harus sabar menerima kenyataan ini, kedua orang tua Namira sudah meninggal dunia, dalam kejadian ini."

Namira pun merasa tidak percaya, badannya lemas seketika dan pandangan matanya gelap, Dia pun akhirnya tidak sadarkan diri.

Kemudian Rio berteriak memanggil seorang suster untuk segera memberi pertolongan pada Namira, Namira kemudian dibawa ke ruangan rawat sementara waktu karena kondisi Namira sangat lemah dan tidak sadarkan diri.

Rio pun kemudian mengurus jenazah calon mertuanya itu, semua keperluannya Rio yang menanggungnya, sedangkan Ayahnya Risma tidak berada di kota tersebut, melainkan berada di luar kota dalam perjalanan dinas kantornya yang diperintahkan oleh Ayahnya Vie.

Risma memang tidak memberi kabar pada sang Ayah, karena dia tidak ingin Ayahnya itu menjadi sibuk untuk mengurusi keluarga Vie.

🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah pemakaman itu pun selesai Rio kembali ke rumah sakit di mana Vie masih terbaring di ruang ICU dan begitu setianya sang Adik menemani kakaknya itu, Karena sekarang keluarga yang sangat berharga bagi Namira adalah kakaknya yaitu Elvieona Sari, doa selalu terucap di bibir manisnya memohon kepada yang maha kuasa agar menyelamatkan sang kakak.

🌹🌹🌹🌹🌹

Hari berganti hari bulan berganti bulan 7 bulan lamanya Vie masih dalam keadaan koma,namun Namira tidak merasa bosan menemani sang kakak, Di Siang, malam, bahkan sore hari, dia selalu ada di samping sang kakak,jika kalau dia tidak berada di samping sang kakak itu dikarenakan dia selalu menjalani kuliahnya, dia tidak memutus kuliahnya walaupun kakaknya masih belum sadarkan diri.

Saat dia duduk seorang diri di depan ruangan sang kakak tersebut, dia teringat dengan Rio yang tidak pernah lagi datang menjenguk sang kakak, beberapa bulan ini dan Namira pun langsung mengambil ponselnya dia menghubungi Rio, beberapa kali Namira menghubungi tapi tak kunjung dijawab Rio.

" Kenapa ya, kok kak Rio tidak menjawab panggilanku?Apakah dia sedang sibuk akhir-akhir ini?" Ucap Namira sembari menatap layar ponselnya.

" Coba aku hubungi lewat chat pribadi..." Ucapnya sembari mengirim chat pribadi keponsel Rio.

Beberapa saat tetap tidak dibalasnya, namun chat tersebut dibacanya saja oleh Rio.

Namira merasa sedih karena sekarang Rio tidak pernah peduli lagi pada kakaknya dan dirinya.

" Aku harus menghubungi Om Drajat, biar dia tahu sekarang perkembangan kak Vie, bagaimanapun kak Vie harus mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi, aku akan menemuinya dikantornya.

Kemudian diapun menuju kekantor Om Drajat, dimana kantor dan perusahaan itu adalah peninggalan sang Papah, didalam perjalanan menuju kearah kantor Vinam group Namira yang berada didalam taksi melihat kearah seberang jalan terlihat Rio dan Risma sedang santai dan duduk dengan mesranya Risma disamping Rio yang sedang mencium mesra Risma itu.

" Kak Rio dan kak Risma? Apa yang mereka lakukan dibelakang kak Vie.?" Ucapnya tapi Namira tidak melabrak mereka secara langsung dia hanya ingin menyakinkan apakah mereka memiliki hubungan khusus dibelakang kakaknya Vie yang sedang berjuang agar mendapatkan kesadaran tersebut.

Mobil taksi itupun berhenti didepan kantor Vinam Group, namun Namira terkejut melihat nama kantor tersebut, bukan Vinam Group melainkan RD group.

" Apakah aku salah kantor ya?" Ucapnya seraya menatap kearah gedung yang memiliki beberapa tingkat itu.

Kemudian dia melangkah menuju kearah Lobby saat dia hendak masuk, dia ditahan security kantor itu yang ternyata dikenal Namira.

" Pak Sabar?kenapa saya tidak diperbolehkan masuk pak?"

" Maaf Non, saya hanya menjalankan perintah saja."

" Siapa yang memerintahkan bapak untuk mencegat saya agar tidak boleh masuk?"

" Pak Drajat Non..."

" Bukankah ini kantor milik Almarhum Ayah saya pak, bukan milik Om Drajat! Dan lagipula kenapa namanya sudah berubah? Bagaimana ceritanya ini? Tolong pak saya ingin masuk dan bertemu dengan Om Drajat sekarang."

" Maaf Non, tidak bisa..." Ucapnya, mereka berdua dikejutkan suara Om Drajat dari arah dalam.

" Jangan biarkan dia masuk!"

" Om! Apa-apaan ini?"

" Sekarang ini bukan lagi perusahaan dan kantor milik keluarga kamu, karena ini sudah milikku, saat Ayah kamu masih hidup telah meninggalkan hutang banyak,perusahan dan kantor ini sudah dijaminkan pada Client yang lain, Aku yang menebus kembali perusahaan ini! Jadi sekarang sudah menjadi hak milik keluarga Ku, jangan panggil aku Om! karena aku dan Ayahmu bukan saudara kandung, Panggil saja aku dengan sebutan Tuan atau pak! Karena Aku adalah pemilik sah semua Aset berharga keluarga kamu yang sudah digadaikan Almarhum Ayah kamu! Lebih baik kamu pergi dari sini sekarang juga!" Terangnya pada Namira, karena Namira memang belum tahu apa-apa diapun hanya terdiam, sedih, sakit hati menjadi satu membuat dia kemudian berpaling arah dan menuruni satu persatu anak tangga kantor tersebut, terasa kecewa dihatinya karena mendapatkan perlakuan yang kasar dari pamannya yang dianggap saudara kandung oleh sang Ayah.

" Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus mengadu kemana? Kak Vie, adikmu sekarang sendirian...." ucapnya sambil duduk dipot bunga dipinggir jalan didepan pagar kantor RD Group sembari menelungkupkan wajahnya dikedua kakinya.

Terdengar ponselnya berbunyi dan diapun langsung menjawab panggilan itu, yang ternyata dari pihak rumah sakit yang menerangkan kalau sang kakak sudah mendapatkan kesadarannya, dengan rasa senangnya diapun langsung menuju kearah rumah sakit dengan memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat didepannya itu.

Dengan rasa bahagia bercampur kesedihan Namira duduk didalam taksi sembari menatap keluar dengan pikiran yang tidak menentu.

" Ya Tuhan Akhirnya kak Vie sadar juga, tepat tujuh bulan setelah kecelakaan itu dan kak Vie mendapatkan kesadarannya sekarang, terimakasih Tuhan.." ucapnya dalam hati.

Mobil taksi tersebut berhenti didepan rumah sakit setelah membayar biaya taksi tersebut dia bergegas menuju kearah dalam rumah sakit, dia menemui suster jaga yang kebetulan keluar dari ruangan sang kakak.

" Bagaimana sus keadaan kakak saya?"

" Silahkan Mbak masuk aja, karena kakak Mbak sudah sadarkan diri." ucapnya sembari mempersilahkan Namira memasuki ruangan sang kakak, Vie dipindahkan dari ruangan ICU setelah mendapatkan perawatan intensif selama dua minggu lamanya setelah dia mengalami kecelakaan tersebut, walaupun Vie dipindahkan saat itu belum mendapatkan kesadarannya keruang rawat inap yang memiliki fasilitas lengkap,pemindahan Vie keruangan tersebut agar memudahkan sang adik menjaganya.

Namira melihat sang kakak sudah membuka matanya dia pun langsung memeluk kakaknya itu dengan menumpahkan airmatanya, dan tanpa terasa buliran bening keluar dari kedua sudut matanya Vie.

" Ya Tuhan, sudah berapa lama aku meninggalkan Adikku? kasihan dia sendirian." gumamnya dalam hati, Melihat Vie meneteskan Airmatanya itu, seorang dokter tampan bernama dr Adnan Perkasa mengusap buliran bening tersebut, dr Adnan adalah teman Vie satu kampus saat Vie menimba ilmu diluar Negeri, saat itu Vie dan dr Adnan sama-sama dari Tanah Air, mereka satu kampus, satu jurusan dan satu ruangan, hanya mereka berdua saja dari tanah Air yang berada diruangan itu saat kuliah dulu, masih banyak yang lain dari tanah Air tapi sayangnya berbeda ruangan.

Vie adalah anak pertama pak Alamsyah, Vie memilih menjadi seorang dokter sesuai minatnya dari kecil, pilihan Vie sangat didukung sang Ayah dan ibunya, namun saat Vie lulus menjadi seorang dokter terbaik dan mendapatkan nilai terbaik juga, dia diminta Ayahnya menunda terlebih dahulu untuk bekerja sementara waktu, dan pak Alamsyah meminta Vie untuk mendalami dunia perkantoran,Vie mengiyakan permintaan sang Ayah tersebut tanpa menolaknya, karena Vie tidak ingin mengecewakan sang Ayah, namun dia tidak ingin bekerja di perusahaan Ayahnya tersebut, melainkan dia bekerja di perusahaan sang kekasih, bukan karena dia ingin dekat dengan kekasihnya itu, melainkan dia ingin mengenal lebih jauh kembali tentang dunia perkantoran itu, Pak Alamsyah mendukung keinginan Anaknya tersebut untuk bekerja dengan kekasihnya itu, karena pak Alamsyah ingin mewariskan perusahaan yang dirintisnya dari bawah pada anak sulungnya itu, Namun keinginan Pak Alamsyah belum terwujud sebelum keinginan itu terlaksana Pak Alamsyah terlebih dahulu dipanggil Yang Maha Kuasa, sedangkan perusahaannya pun sudah beralih tangan pada saudara Angkatnya sendiri yang menusuknya dari belakang dengan memindahkan semua aset kekayaan milik keluarga Vie menjadi milik pribadi pak Drajat yang belum diketahui Vie saat ini.

" Namira, biarkan kakakmu istirahat dulu ya." ucap dokter Adnan sembari menyentuh pundak Namira dengan pelan, Namira pun hanya menganggukkan kepalanya, dia pun kemudian duduk di samping Banker sang kakak dengan memegang erat tangan kakaknya, sesekali dia menghapus sisa Air Matanya tersebut.

" Baiklah Namira, kami tinggal dulu ya, kalau terjadi apa-apa segera hubungi kami."ucap dr Adnan.

Namira lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya.

" Vie...cepat pulih ya." ucap Dokter Adnan sembari menyentuh tangan Vie.

Vie hanya mengisyaratkan dengan menutup matanya sesaat, dokter Adnan pun tersenyum, Dia kemudian melangkah meninggalkan ruangan Vie membiarkan kedua adik kakak itu melepaskan kerinduannya selama beberapa bulan tidak bisa berbicara satu sama lainnya.

Chapter 02

Chapter 02 🌹

Di sebuah Apartemen mewah milik pribadi, seorang lelaki tampan berperawakan tinggi dengan dada bidang yang membuat kaum hawa kelepek-kelepek seperti ikan kurang air bila melihat perawakan lelaki tersebut, dia Adalah Arga Bima seorang pemilik sebuah perusahaan terbesar di Indonesia dimana menampung banyak karyawan yang bergantung pada perusahaannya tersebut, Dia berdiri didepan balkon Apartemen pribadinya itu sembari menikmati minuman kalengnya, dia memilih tinggal di Aparteman itu ketimbang tinggal dirumah pribadinya, Rumah pribadinya itu yang dibangunnya dengan jerih payahnya saat pertama kali dia berada di Tanah Air untuk menggantikan sang Mamah pemilik perusahaannyannya tersebut, Bu Diana menyerahkan kepemilikan perusahaan utama Atas nama Arga sebagai titik utama dari perusahaan yang lain,Sedangkan Bu Diana hanya sebagai penasehat perusahaan saja jika sewaktu-waktu diperlukan, setelah sang Mamah menyuruhnya untuk kembali ketanah Air dan menggantikannya tersebut untuk melanjutkan kembali perusahaan utamanya, Arga yang dulunya memegang perusahaan cabang diluar Negeri itupun beralih ketanah Air sedangkan perusahan cabang diserahkan pada sang Adik yang sudah lulus kuliahnya.

Rumah pribadinya itu menjadi saksi bisu kandasnya hubungannya dengan kekasihnya yang bernama Sonia larasati yang dipacarinya selama dua tahun lamanya,walaupun dia harus bertemu bolak balik tanah Air dan Singapura hanya ingin bertemu Sonia, Setiap dia berada dirumah pribadinya dia selalu terbayang kejadian itu dimana Sonia lebih memilih lelaki lain dari pada dirinya.

Arga kemudian meneguk minuman kalengnya sembari menatap kearah langit yang hitam bertaburan bintang, dia melihat bulan separu yang mengingatkannya saat lima tahun yang lalu dimana dia ingin melamar Sonia sebagai istrinya.

Flashback on 🌹

Arga menatap wajahnya dicermin dan mengukir senyum bahagianya, karena dia hendak bertemu dengan sang kekasih yang sudah lama dipacarinya itu, dia pun kemudian memakai pakaian yang terbaik yang ada dilemari pakaiannya itu, dia kemudian memakainya dan lagi-lagi tersenyum, dia menatap kotak perhiasan yang berisikan Cincin berlian yang super mahal yang sudah dipilihnya untuk melamar sang kekasih,Alasan Arga melamar dirumah pribadinya dia hendak membuat kejutan untuk sang kekasih, dimana keluarga Arga berkumpul diantaranya sang Mamah,Leo Adiknya dan dirinya.

Segala persiapan sudah disiapkan oleh keluarganya, pesta kecil-kecilan juga sudah dipersiapkan sang Mamah untuk Anak sulungnya itu.

Sonia pun tidak mengetahui kalau saat itu ada keluarga Arga.

Setelah puas menatap cincin special itupun dia kembali lagi menatap wajahnya dicermin sembari tersenyum.

" Sempurna...!" ucapnya kemudian mengambil kotak cincin tersebut dan memasukkannya kedalam saku jasnya lalu dia melangkah menuju kearah lantai bawah.

" Sudah siap semuanya?" tanyanya pada keluarganya itu.

" Siap kak!" ucap Leo sembari tersenyum, Arga pun mengambil ponselnya dan menghubungi Sonia.

" Kamu sudah sampai dimana sayang?"

" Aku sudah sampai di Alamat yang kamu kasih tahu tersebut dan berada tepat didepan sebuah rumah mewah yang kamu katakan." ucap Sonia.

Kemudian Arga memutus sambungan bicaranya itu.

" Siap-siap ya karena dia sudah sampai didepan." ucap Arga melangkah menuju pintu depan.

Terlihat mobil mewah berhenti dihalaman rumah Arga dan dia merasa heran karena dia baru pertama kali melihat mobil tersebut.

Sonia turun dari dalam mobil dan melangkah menaiki tangga rumah tersebut, Sonia tidak tahu kalau rumah itu adalah milik pribadi Arga, yang dia tahu Arga hanya tinggal dengan orang tuanya jika berada di tanah Air, Sonia juga tidak tahu kalau Arga sudah menjadi pemilik yang sah perusahaan utama milik keluarganya itu. Karena yang Sonia tahu Arga hanya menjabat sebagai Dirut diperusahaan cabang keluarganya itu, karena pemilik aslinya adalah sang Ibu Diana Mamahnya Arga.

Arga menunggu didalam rumah tersebut sembari tersenyum melihat Sonia berjalan menuju kearahnya.

Arga mendekati Sonia dengan senyuman bahagianya.

" Sonia,kamu cantik sekali..." ucapnya meraih tangan Sonia tidak ada senyum diwajah Sonia, terlihat biasa saja dan dibalik sudut rumah tersebut dua orang mengawasi keduanya.

" Mami.."

" Hmmm..."

" Mami merasa nggak kalau wajah Sonia itu biasa saja, tidak seperti biasanya.."

" Iya...itu yang Mami liat."

" Coba Mami lihat mobil mewah itu,dari tadi tidak bergeming di depan rumah ini."

" Benar juga ya...apakah Sonia sudah menduakan kakak kamu ya?"

" Entahlah Mi, Leo juga nggak tahu, kita liat aja nanti." ucapnya.

Kemudian mereka menatap kembali ke arah di mana Arga dan Sonia berada.

" Sonia silakan duduk." ucap Arga sembari menarik kursi yang sudah di desain dengan nuansa romantis tersebut di mana di atas meja sudah tersusun dua gelas dan makanan steak daging tersedia di atas meja tersebut.

Sonia hanya menganggukkan kepalanya sembari memaksakan wajahnya untuk tersenyum dia Lalu melangkah menuju ke arah kursi yang sudah disediakan oleh Arga.

" Maaf aku agak terlambat untuk menemuimu di sini." ucap Sonia sembari menaruh tas tangannya di atas meja dia menatap ke arah nuansa rumah tersebut, Arga hanya tersenyum sembari berucap.

" Tidak apa-apa, aku masih setia menunggumu di sini."

" Ada sesuatu yang harus aku lakukan jadi aku terlambat beberapa menit dari waktu yang sudah kamu tentukan, ditambah lagi aku agak kebingungan mencari alamat yang kamu berikan ini, tapi ngomong-ngomong ini rumah siapa?" tanyanya sembari menatap ke arah Arga yang sudah duduk di depannya tersebut.

Arga kemudian berdiri kembali dari duduknya dan mendekati Sonia, dia menarik kursi yang awalnya di depan Sonia menjadi berada di samping Sonia, dia meraih tangan Sonia.

" Tidak apa-apa sayang, aku memakluminya kok, karena mungkin alamat ini sangat baru untukmu, kalau rumah ini aku meminjamnya dari sepupuku untuk spesial di hari ini bersama denganmu." ucap Arga sembari terus tersenyum menampakan guratan kebahagiaan kesenangan di wajahnya, namun tidak dengan Sonia, dia tetap dingin dan wajah yang tidak menampakkan rasa senangnya dengan jamuan yang diberikan oleh Arga padanya itu.

Arga kemudian mencium punggung tangan Sonia, kedua orang yang menatapnya itu pun tersenyum bahagia.

" Mami... romantis banget ya Kak Arga dan Sonia, Apakah Mami dan Papi dulu seperti itu juga ?"

" Iih, kamu ini ada-ada aja, jadi mengingatkan Mami pada kenangan Mami beberapa puluh tahun yang lalu saat Papi kamu masih hidup."

Leo pun tertawa pelan,karena dia tidak ingin mereka ketahuan sedang memperhatikan sang kakak yang ingin melamar kekasihnya tersebut.

Arga kemudian mengajak Sonia berdiri, Sonia hanya mengikuti kemauan Arga, dia kemudian berdiri tanpa sungkan, kembali Arga memeluknya dan memberikan ciuman hangatnya di pipi kiri dan kanan Sonia, lagi-lagi Sonia hanya bersikap dingin dengan Arga, namun Arga tidak menyadari sikap yang diperlihatkan oleh Sonia padanya itu.

" Sonia, aku merindukanmu.. Maafkan aku beberapa minggu ini tidak bisa ke tanah Air, karena ada sesuatu dan lain hal yang harus aku kerjakan di luar Negeri tapi kenapa saat aku menghubungimu kamu tidak sering menjawab panggilanku."

Sonia tidak menjawab pertanyaan Arga dia hanya memberikan senyumannya pada Arga walaupun senyuman itu hanya terpaksa untuk Arga, lagi-lagi Arga tidak menyadari bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh Sonia di hadapannya itu.

Kemudian Sonia duduk kembali di kursinya dengan senyumannya Arga melangkah ke arah tempat duduknya yang ada di samping Sonia, dia tidak memindahkan tempat duduk tersebut melainkan dia mendekatkan tempat duduknya itu agar bisa berdampingan dengan Sonia.

" Arga, Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

" Aku juga ingin menyampaikan sesuatu padamu Sonia." ucap Arga, membuat Sonia terkejut Dia kemudian menatap ke arah Arga.

Arga kemudian mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya dan mengeluarkan tempat cincin yang dipersiapkannya untuk melamar Sonia, Dia kemudian membuka tempat cincin tersebut dengan posisinya berjongkok di hadapan Sonia, Sonia terkejut melihat Arga memperlihatkan tempat cincin itu padanya, dia juga terkejut melihat cincin yang ada di hadapannya itu.

Sonia kemudian mengambil cincin itu dan menutupnya kembali, Dia lalu memasukkan tempat cincin beserta cincinnya itu ke dalam saku jasnya Arga kembali, Dia kemudian memegang tangan kanannya dan memutar-mutarkan cincin yang sudah berada di tangannya tersebut, Arga pun terkejut menatap ke arah jari manis sebelah kanan tangan Sonia itu, mata Arga pun tidak berkedip, ada rasa keterkejutan di tatapannya itu,dia menatap ke arah Sonia dengan lekat seakan-akan meminta jawaban dari semua ini, Sonia hanya menundukkan wajahnya sesaat sembari berucap.

" Aku tidak bisa hidup bersama denganmu Arga, Aku ingin mengakhiri hubungan kita ini, karena aku sudah tidak sanggup bersama denganmu, Maafkan aku Arga, karena aku sudah memilih lelaki lain jauh sebelum kamu mengatakan akan menetap di Tanah Air."

" Apa maksudmu Sonia? Aku tidak mengerti, apa salahku sehingga kamu berbuat seperti ini padaku, Oke! Aku mengakui karena kita berjauhan, Tapi aku berusaha ingin berada di samping kamu, aku sudah bicara denganmu kan, aku berada di luar negeri hanya sementara waktu, sampai adikku lulus kuliah dan kamu juga tahu bagaimana aku berada di luar Negeri itu, aku hanya bekerja, bekerja dan bekerja, Kamu pernah kan berada bersamaku di luar Negeri, kamu melihatkan bagaimana pekerjaanku di sana, Kenapa kamu melakukannya ini semua padaku dengan cara kamu memilih lelaki lain, Kenapa tidak kamu katakan jauh sebelum aku ingin melamar kamu saat ini." ucap Arga.

" Aku sudah tidak kuat bersama dengan mu karena kamu hanya pegawai rendahan dari Mamah kamu sendiri Arga!Aku tidak mau calon suamiku diperintah sama orang tuanya!

Maafkan aku Arga, kuharap kita bisa tetap berteman, walaupun kita tidak berjodoh." ucapnya dengan ekspresi menahan air matanya agar tidak keluar dihadapan Arga, kemudian dia pun langsung melangkah meninggalkan Arga, Arga tidak bergeming dengan posisinya saat itu dia hanya berdiri dan menatap kepergian Sonia yang meninggalkannya begitu saja di ruangan itu, terlihat seorang lelaki keluar dari dalam mobil mewah tersebut sembari mendekati Sonia dan meraih tangan Sonia dan membawa Sonia untuk memasuki mobil mewah tersebut, sebelum laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya Dia menatap lekat ke arah Arga seakan-akan dia merasa menang karena sudah mendapatkan Sonia. Beberapa saat kemudian mobil itu pun pergi meninggalkan rumah kediaman Arga yang baru, Leo dan Bu Diana keluar dari persembunyiannya dia merasa kasihan dengan Putra sulungnya itu, Leo sang adik langsung menepuk pundak sang kakak dengan pelan.

" Tambahkan hati kakak, Tuhan pasti punya rencana lain dibalik rencana yang kakak buat ini, ikhlaskan dia pergi bersama dengan laki-laki lain, karena Tuhan menunjukkan kalau dia tidak terbaik untuk kakak, masih banyak wanita di luar sana yang mengharapkan kakak dan menerima kakak apa adanya, serta banyak wanita di luar sana yang sayang dan tulus mencintai kakak tanpa memandang siapa kakak sebenarnya." ucap Leo sembari dianggukan oleh Bu Diana

" Benar apa kata adikmu, biarkan dia bahagia bersama pilihannya, jangan patah semangat anakku, tunjukkan padanya kalau kamu itu tetap bisa bertahan tanpanya."

Arga hanya menganggukkan kepalanya dia pun kemudian duduk sembari menghela nafasnya dengan pelan dia mengeluarkan cincin berlian tersebut dan menaruhnya di atas meja tanpa suara dan sepatah kata pun, dia meninggalkan adik dan ibunya itu menuju keluar sembari memasuki mobilnya beberapa saat kemudian mobil itu pun pergi meninggalkannya, Bu Diana dan Leo hanya menghela nafasnya dengan pelan karena dia memahami sikap sang anak dan sang kakak, setiap memiliki kesedihan dia tidak pernah mengeluarkan sedikit suara pun namun dia memilih untuk pergi menenangkan dirinya tersebut.

flashback off🌹

Lamunan Arga hilang begitu saja seiring dengan ponselnya berbunyi, Dia kemudian menoleh ke arah ponselnya yang berada di atas meja dalam Apartemennya itu, Dia kemudian melangkah masuk mengambil ponselnya, dia melihat layar ponselnya siapa pemanggilnya, ternyata Yusuf sahabatnya.

" Halo Broo, kamu di mana sekarang?"

" Aku ada di apartemen.."

" Kumpul yuk! sama teman-teman yang lain, jangan terlalu bersedih Ga."

" Dimana kalian?"

" Kami berada di tempat biasa ya sekali-kali lah menghilangkan penat di otak jangan selalu menghadapi pekerjaan." ucap Yusuf tersenyum di seberang sana.

" Baiklah, tunggu aku ya." ucapnya kemudian dia pun memutuskan sambungan bicaranya dengan sahabatnya itu, beberapa saat kemudian dia melangkah meninggalkan Apartemennya menuju ke arah lobby dan beberapa saat kemudian dia pun memasuki mobil pribadinya dan meninggalkan Apartemennya tersebut menuju ke arah Di mana para teman dan sahabatnya berada.

🌹🌹🌹🌹🌹

Di kediaman Rio.

Risma dan Rio tidak mengetahui kalau Vie sudah mendapatkan kesadarannya, Risma yang sudah mendapatkan Rio itu pun menatap ke arah Rio sembari berucap.

" Bagaimana kalau seandainya Vie sadar dari komanya, Apakah kamu akan meninggalkanku?" tanya Risma sembari menatap lekat ke arah Rio.

Rio tersenyum, Dia kemudian mencubit pelan pipi Risma sembari berucap.

" Kalau dia sudah mendapatkan kesadarannya, aku akan mengatakan semuanya, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya, karena aku adalah lelaki yang normal, Aku tidak ingin terlalu menunggu lama perempuan yang pesakitan seperti itu, dan tidak tahu kapan dia sadar." ucapnya tanpa ada beban mengatakannya itu pada Risma, membuat Risma merasa senang sekali karena selama ini dia tidak sia-sia untuk selalu mendapatkan cintanya Rio yang sekarang tidak bertepuk sebelah tangan karena Rio menerima cintanya Risma.

" Lagi pula dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi, aku tidak ingin memiliki seorang kekasih ataupun istri yang sudah jatuh miskin." ucap Rio tersenyum sembari merangkul Risma dan Risma pun merebahkan kepalanya di pundak sang kekasih.

" Tapi dia sebenarnya seorang dokter, Dia mempunyai title tinggi dan aku dengar juga dia lulusan terbaik di fakultas kedokteran di luar Negeri, kalau dipikir memudahkannya untuk bekerja di Rumah Sakit mana saja pasti akan menerimanya."

" Biarkan saja, dia bekerja sebagai seorang dokter sesuai dengan keinginannya, jadi dia tidak akan pernah menggugat lagi perusahaan yang sudah ditangani oleh Ayahmu." ucapnya sembari senyum.

" Ya udah sekarang kita keluar yuk, karena perutku terasa lapar, kita cari makan di luar aja, kitakan baru saja melakukan pendakian yang sangat panjang yang menguras banyak tenaga, dan mengakibatkan rasa lapar yang hebat, kamu hebat sekali, aku tidak pernah merasakan kehebatan seorang wanita saat berkencan, tidak pernah aku dapatkan dari Vie, pacaran dengan Vie itu garing nggak bisa ngapa-ngapain, jenuh sebenarnya." ucap Rio pada sang kekasih.

Risma tersenyum bangga karena bisa memberikan keindahan tersendiri pada Rio, dan diapun menganggukan ajakan Rio untuk mencari makan diluar, Mereka pun kemudian melangkah keluar menuju ke arah mobil pribadi Rio, beberapa saat kemudian mereka pun meninggalkan rumah Rio menuju ke arah restoran siap saji kesukaan mereka berdua.

Chapter 03

Chapter 03🌹

Arga sampai di tempat Tongkrongan Yusuf sahabatnya,Arga keluar mobil dan menuju ke arah Yusuf yang sudah sedari tadi berada di tempat itu.

Tempat tongkrongan favorite Yusuf di sebuah Cafe yang terkenal di kota mereka.

Arga tersenyum pada sahabatnya itu, kemudian dia menghentakkan tubuhnya di samping Yusuf, di tempat nongkrong tersebut kebanyakan dari kalangan teman Yusuf, namun Arga mengenal mereka begitu juga sebaliknya.

Yusuf menatap pada sahabatnya itu.

" Bagaimana keadaan kamu sekarang ini? Apakah kamu sudah bisa move on dengan si Sonia itu?" tanya Yusuf sembari tersenyum.

Arga hanya tersenyum dan mengambil minuman kaleng yang sudah tersedia di atas meja di depan Yusuf yang memang sudah disediakan oleh pihak Cafe.

" Jangan terlalu memikirkan wanita seperti itu, dia itu tidak baik untukmu, masih banyak wanita di luar sana yang bisa menerima kamu apa adanya, tanpa melihat siapa kamu sebenarnya, selama 5 tahun belakangan ini aku merasa kehilangan sahabatku sendiri." ucap Yusuf sembari menoleh ke arah Arga.

Arga tersentak dengan ucapan Yusuf itu, dia pun menghentikan gerakan minumnya, Arga meletakkan minuman kalengnya itu kembali diatas meja, Dia mengelak nafasnya dengan panjang sembari menatap ke arah Yusuf sahabatnya tersebut.

" Maafkan aku Ga, bukan aku ingin mengoyak luka lama kamu, tapi aku ingin sahabatku ini kembali lagi seperti yang dulu, semenjak kamu bersama dengan Sonia, kamu hampir lupa dengan sahabatmu ini, aku sih maklum aja karena kamu kan berada di luar Negeri, tapi setelah kamu berpisah dengan Sonia, kamu malah sulit ditemui." ucap Yusuf sembari menarik nafasnya dengan panjang dan melepaskannya dengan pelan seraya meneguk minuman kaleng yang ada di tangannya itu.

Lagi-lagi Arga hanya tersenyum mendengar perkataan Yusuf, Arga menatap ke arah Yusuf, Yusuf Yang ditatap hanya menatap lepas keluar Cafe.

" Maafkan Aku Yus, bukan maksudku tidak bisa bertemu dengan kamu, tapi karena pekerjaan yang menyibukkanku selama ini, kamu kan tahu karena Mama tidak aktif lagi di perusahaan, semua dilimpahkan padaku, lagi pula aku sudah bisa move on darinya, benar katamu dia memang bukan yang terbaik untukku dan masih banyak lagi wanita yang di luar sana yang bisa menerima apa adanya diriku dengan kesibukan yang aku kerjakan saat ini, udahlah jangan merajuk seperti itu dong kayak cewek aja sih." ucap Arga sembari terkekeh dan menepuk pelan pundak sahabatnya itu, Yusuf hanya tersenyum.

Arga dan Yusuf adalah sahabat sejak mereka sekolah dasar, sampai mereka dewasa, di samping mereka bersahabat kedua orang tuanya pun saling mengenal satu sama lainnya.

" Karena aku bersikap seperti ini disebabkan aku kasihan denganmu Ga, bukan masalah pekerjaan aja yang kamu kerjakan tapi juga kamu menyelesaikan masalah dalam otakmu yang banyak di kepalamu itu." ucapnya sembari menyenggol Arga seraya terkekeh, giliran Arga yang hanya tersenyum saja sembari mendelik ke arah Yusuf.

Arga kembali menghela nafasnya dengan pelan, dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa tersebut, saat dia merebahkan kepalanya di sandaran sofa itu Yusuf menoleh ke arahnya, Yusuf pun melihat sebuah kalung berbentuk hati yang dipakai Arga di balik kemejanya, Yusuf kemudian menatap kalung tersebut, dengan rasa penasaran yang tinggi dia pun menegurkannya.

" Pantesan aja sudah bisa move on dari ular Sonia, ternyata sudah ada pengganti nya." ucapnya terlihat senang saat dia berbicara karena sahabatnya itu sudah memiliki pengganti Sonia itu yang ada dalam pikirannya saat ini, siapa wanita yang bisa merontokkan gunung es tersebut setelah membeku karena putus cinta disaat sayang-sayangnya itu.

" Aku senang kalau kamu sudah mendapatkan penggantinya, Aku kan sudah bilang masih banyak wanita yang lain di luar sana dan yang terbaik daripada Sonia, daripada kamu menjaga cintanya Sonia, tapi nyatanya Sonia tidak menjaga cintamu itu, dia terang-terangan menggandeng lelaki lain di hadapanmu, suatu saat dia pasti akan mendapatkan karmanya sendiri atas perbuatannya padamu, karena kamu sungguh-sungguh mencintainya, namun hanya kecewa yang kamu dapatkan." ucap Yusuf sembari menoleh sesaat ke arah Arga.

Arga terkejut dengan ucapan Yusuf, dia pun langsung menoleh ke arah Yusuf, karena dia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yusuf barusan padanya.

" Pengganti? " ucapnya merasa heran seraya memperbaiki posisi duduknya dengan menatap ke arah Yusuf.

Yusuf hanya menganggukkan kepalanya dengan mengukir senyuman manisnya tersebut.

" Pengganti dari mana, kamu ini Aneh deh, tadi protes, sekarang bilang aku sudah punya pengganti, kamu mabuk atau kesambet sih ?" ucapnya sembari memegang jidat Yusuf.

Yusuf tertawa lepas dikatakan oleh Arga seperti itu.

" Hahahaha...."

" udah deh nggak usah menutupinya dari ku, kapan-kapan kamu perkenalkan deh denganku, biar aku tahu dan bisa menerawang bagaimana karakter wanita pilihanmu sekarang." ucap ucap Yusuf.

" Kamu ini ada-ada saja, atau jangan-jangan kamu mengolok-olok ku, karena selama aku berpisah dengan Sonia kurang lebih 5 tahun yang lalu sampai sekarang aku tidak memperkenalkan wanita pilihanku pada sahabatku ini. "ucap Arga tertawa pelan.

" Arga, Kamu itu jangan bohong denganku, kalau kamu sudah memiliki pengganti Sonia, Aku sih senang kalau kamu sudah memiliki penggantinya. "ucap Yusuf, menambah rasa keheranan Arga, karena dia memang tidak mengerti sama sekali dengan ucapan Yusuf sahabatnya itu.

" Aku memang belum ada penggantinya, beneran! kamu ini bicara asal aja deh, kalau aku sudah ada penggantinya, aku pasti akan mengenalkan kamu padanya, karena aku tidak ingin wanita aku tidak mengenal teman-temanku, apalagi sahabatku." ucapnya sembari meneguk minuman yang ada di tangannya itu.

" Kalau kamu tidak mengaku kamu sudah ada pengganti Sonia, Terus kalung yang kamu pakai itu kalung siapa? Aku tahu siapa kamu, mana mau kamu menggunakan aksesoris yang sering digunakan oleh perempuan, lagi pula dari tekstur dan bentuknya sepertinya kalung itu milik seorang wanita, aku sudah dapat mengira dari benda yang kamu pakai itu, kalau kamu sudah memiliki seorang kekasih yang baru iya kan."

Arga pun terkejut Dia kemudian memegang kalung yang telah dia pakai itu, beberapa saat dia terdiam, lalu kemudian dia pun tertawa lepas, membuat Yusuf merasa heran dengan reaksi sahabatnya itu, setelah Dia memberikan pernyataan kalau Arga sudah memiliki kekasih yang baru.

" Yusuf.... Yusuf...Kamu salah sangka Broo, ini bukan milik kekasihku ataupun milikku."

" Masa iya kalau bukan milik kekasih kamu, kenapa kamu pakai, dan masa iya juga itu bukan milik kamu, aku sih nggak masalah, kalau kamu memiliki kekasih lagi,yang penting kamu tidak salah pilih untuk yang kedua kalinya, jadikan pertama itu pelajaran untukmu, karena aku tidak ingin sahabatku bersedih lagi, kalau kamu bersedih efeknya menular padaku, aku yang merasa kehilangan Kalau kamu bersedih berkepanjangan, seperti waktu dulu saat kamu berpisah dengan Sonia."

" Yusuf, kamu itu salah sangka, kalung ini aku temukan 7 bulan yang lalu saat kejadian kecelakaan maut yang menurut cerita korbannya meninggal 4 orang itu, aku juga tidak tahu milik siapa, karena saat itu ada seorang anak kecil yang berlari ke arahku, dia menyerahkan kalung Permata ini sambil berucap,Om simpan kalung ini suatu saat nanti pemiliknya akan mencarinya dan jangan sampai hilang, itu yang diucapkan anak kecil itu, begitu saja dia memberikannya ke tanganku dan dia pun langsung berlari, aku juga tidak tahu dia perginya ke mana saat itu, karena aku merasa heran, kenapa bisa aku disuruh menyimpan kalung ini, Kamu kan tahu aku orangnya pelupa, daripada hilang lebih baik aku pakai." terangnya sembari menatap ke arah Yusuf, terlihat Yusuf menganggukan kepalanya.

" Siapa tahu anak kecil itu adalah Dewi Fortuna untukmu dan menemukan jodoh untukmu yang terbaik dari Sonia." ucap Yusuf sembari menepuk pundak sahabatnya itu, Arga hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, Kemudian mereka pun berbicara perihal yang lain Mereka tidak lagi membahas soal kalung tersebut.

🌹🌹🌹🌹🌹

Di rumah sakit Segar Mulia, tepatnya di ruangan Mawar di mana ruangan itu tempat Vie dirawat.

Keadaan Vie sudah mulai stabil dia pun sudah bisa berbicara dengan sang adik walaupun masih terlihat lemas dan berbicara pelan.

Namira merasa bahagia karena doanya selama ini terkabulkan oleh Yang Maha Kuasa untuk kesembuhan sang kakak dan mendapatkan kesadarannya kembali, hal yang terindah di dalam hidupnya melihat sang kakak bisa membuka matanya kembali dan dia berharap kakaknya akan segera lebih pulih dengan cepat dan mereka bisa pulang ke rumah mereka kembali.

" Dek, berapa lama kakak tertidur?" tanya Vie pada sang adik.

" 7 bulan lamanya Kak."

" Maafkan kakak, karena sudah meninggalkan kamu seorang diri, pasti kamu kesepian kan tanpa kakak." ucap Vie sembari memegang tangan sang Adik, Namira hanya menganggukkan kepalanya, karena Namira sangat dekat sekali dengan sang kakak, tidak ada ketertutupan antara mereka berdua, Namira selalu menghabiskan waktunya bercerita apapun dengan kakaknya itu, di waktu senggang sang kakak bila tidak bekerja mereka selalu bersama-sama.

" Kakak bertemu dengan Ayah dan Bunda, di saat tidur panjang itu."

Namira terkejut dengan ucapan kakaknya itu, dia menatap lekat ke arah Vie tanpa terasa bening kristal itu pun jatuh dari kedua bola matanya, Vie mengusapnya dengan lembut.

" Kamu jangan menangis sayang, Kakak ada bersama denganmu sekarang, kakak tahu kalau Ayah dan Bunda sudah tiada, walaupun Kakak tidur panjang, mereka selalu menemui Kakak, walaupun mereka tidak berbicara sama sekali, awalnya kakak ingin ikut dengan mereka, tapi mereka menggelengkan kepalanya, Kakak terus mengikuti langkah mereka semakin jauh Ayah dan Bunda melangkah mereka selalu saja menghentikan langkah Kakak dengan berbagai cara, mereka mengisyaratkan agar Kakak cepat kembali, saat itu kakak lupa kalau kamu masih ada, entah kekuatan dari mana akhirnya Kakak berusaha untuk membuka mata Kakak, Maafkan kakak dek, selama itu kakak membiarkan kamu sendirian." ucapnya di sudut kedua matanya terlihat air matanya mengalir, Namira pun kemudian mengusap air mata tersebut sembari berkata.

" Kakak mengatakan kepadaku, agar aku tidak boleh menangis, tapi kenapa Kakak menangis? jujur Kak aku rindu dengan Ayah dan Bunda, tapi ini sudah garis yang maha kuasa, aku sangat bahagia melihat Kakak sudah bisa membuka mata Kakak." ucapnya sembari tersenyum di wajah sedihnya itu Vie hanya menganggukkan kepalanya.

Dia kemudian menatap ke arah pintu ruangannya tersebut, Namira pun mengerti apa yang dicari oleh sang kakak.

" Kakak mencari Kak Rio?"

Vie mengganggu kan kepalanya.

" Apakah Rio tahu kalau Kakak sudah sadarkan diri? apakah selama ini Rio selalu ada menemani kamu dan menolong kamu selama kakak tidak ada?" tanya Vie pada sang adik.

Namira terdiam sesaat, dia tidak ingin mengatakan semuanya pada sang kakak tentang perlakuan Rio dan Risma di saat sang kakak berjuang untuk mendapatkan kesadarannya, dia berusaha menutupi tentang apa yang sudah dia lihat tadi siang.

Namira menganggukkan kepalanya, walaupun sebenarnya dia merasa perih di hatinya, karena dia terpaksa berbohong pada sang kakak, dia tidak ingin mengatakan yang sejujurnya pada kakaknya itu, karena kakaknya baru saja mendapatkan kesadaran tersebut.

" Kak Rio selalu ada di samping Aku kak, kak Rio membantu Aku juga kak, apapun keperluan aku Kak Rio selalu memberikannya, selama kakak tidak sadarkan diri Kak Rio selalu melindungiku."

" Tapi sekarang dia ke mana? Apakah kamu memberikan kabar tentang keadaan Kakak sekarang padanya.?"

" Aku belum mengatakan keadaan Kakak dengannya, karena dia masih ada tugas di luar kota."

" Dia ada pamit denganmu?"

Namira menganggukkan kepalanya.

" Apakah selama ini Om derajat ada menjenguk kakak.?"

Lagi-lagi Namira dihadapkan dengan pertanyaan yang sulit sekali untuk dia jawab, Tapi sementara waktu dia berusaha untuk menutupi semuanya dari kakaknya, dia hanya menganggukkan kepalanya.

" Syukurlah kalau seperti itu, ternyata masih ada orang yang baik yang mau menemani kamu di Saat Kakak meninggalkan kamu selama 7 bulan lamanya."

" Iya Kak, sekarang lebih baik Kakak istirahat aja, banyak-banyaklah istirahat Kak, biar Kakak pulih dengan cepat dan kita akan segera pulang ke rumah kita, dan kakak melakukan aktivitas Kakak kembali." ucap Namira sembari berdiri dan membenarkan selimut sang kakak, Vie menganggukkan kepalanya.

" Kamu mau ke mana Dek?" tanya Vie melihat sang adik beranjak menuju ke arah pintu ruangan.

" Aku mau keluar sebentar kak, mau mencari angin, lebih baik Kakak istirahat saja ya, Aku duduk didepan aja kok kak, biar Aku tidak mengganggu kakak yang istirahat." ucapnya sembari tersenyum, Vie pun hanya menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman sang adik, Namira pun kemudian melangkah meninggalkan kakaknya itu, dia pun kemudian duduk di kursi depan ruangan sang kakak itu, karena suasana di rumah sakit itu terlihat agak sepi, agar tangisnya tidak terdengar oleh sang kakak, Dia pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terlihat bahunya terguncang, dia pun tidak kuasa menahan tangis yang sudah sedari tadi dia tahan semenjak kakaknya bertanya tentang keberadaan Rio dan kabar Om derajatnya itu.

Dokter Adnan yang melihat Namira duduk seorang diri sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya itu pun, kemudian mendekatinya, dia duduk di samping Namira.

Namira terkejut Dia kemudian mengusap air matanya dan menghentikan tangisnya.

" Pak dokter.." ucapnya

" Nami....menangislah! kalau kamu ingin menangis, keluarkan semua emosi kamu saat ini, Pak Dokter tidak akan berbicara dengan kakakmu perihal ini, Pak Dokter tahu apa yang kamu alami saat ini."

Namira terkejut dengan ucapan dokter Adnan.

" Maksud dokter?" tanyanya merasa heran sembari menatap ke arah dokter Adnan

" Selama ini saya selalu memperhatikan kamu, bahkan tanpa sepengetahuan kamu saya juga mencari tahu tentang laki-laki yang pertama kali berada di rumah sakit ini, sejak Vie mengalami koma pertama kalinya, saya juga tahu perlakuan dia selama ini padamu yang tidak pernah memperhatikan kamu, Maafkan saya karena sudah mencari tahu tentang lelaki itu."

Namura hanya menghela nafasnya dengan panjang, dia terdiam saat dokter Adnan berbicara seperti itu.

" Saya mohon dengan Pak Dokter, jangan bicara yang sesungguhnya dengan Kak Vie, karena Kak Vie baru mendapatkan kesadarannya saat ini, Saya tidak ingin kakak saya terkejut dengan berita ini semua, karena saya tahu kakak saya sangat mencintai kekasihnya itu, Tapi Kakak saya tidak tahu di belakangnya kekasihnya itu menduakannya."

Dokter Adnan hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum pada Namira.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!