Disebuah club malam yang berada di pusat Kota. Suara DJ menggema diruangan yang penuh dengan lautan manusia lampu kelap-kelip menambah kesan ramai di tempat itu, tak lupa bau minuman alkohol dan asap rokok menyeruak masuk di hidung mereka. Serta para wanita yang memakai pakaian seksi menari - nari didepan para pengunjung club. Hingga menimbulkan suasana panas.
Elena menginjakkan kakinya di lantai club itu, membuat semua orang melihat kearah nya. Elena wanita cantik dan elegant dengan sepatu hils nya juga rambut yang ia gerai membuat kesan yang berbeda bagi para pria yang melihatnya.
Elena Veronica Harrison Wanita muda berusia 25 tahun, mempunyai paras yang sangat cantik berkulit putih dengan tinggi yang ideal untuk seorang wanita. Mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan. Parasnya begitu membuat para pria ingin memilikinya. Elena seorang anak broken home orang tuanya sudah cerai tiga bulan yang lalu. Membuat Elena kekurangan kasih sayang. Elena kini tinggal bersama ibunya di komplek mansion elit yang berada di kota Jakarta.
“Siapa dia?” ucap salah satu pria yang tengah memangku seorang wanita malam ketika matanya melihat Elena.
“Entahlah Tuan, mungkin pengunjung baru, aku juga baru melihatnya,” sahut seorang wanita malam sembari menggoda pria yang sedang memangku nya.
Elena berjalan dengan Elegan sembari bergegas masuk ke ruang VIP yang ada di club itu. Elena mengabaikan semua tatapan lapar pria-pria itu. Ruang VIP adalah salah satu fasilitas yang ada di club itu, ruang VIP merupakan salah satu ruang yang kedap suara sehingga dari dalam tidak akan terdengar suara DJ yang memekakkan telinga.
Ketika sudah sampai diruang VIP Elena pun segera masuk ke dalamnya.
“Permisi, selamat malam Nona,” ucap Elena sembari membuka handle pintu.
Sedangkan wanita yang ada didalamnya itu menyunggingkan senyum licik nya kala mendengar suara orang yang paling ia benci.
“Iya... Malam juga Nona, silakan duduk,” ucap wanita yang ada diruangan itu bernama Kayla Olivia Lewis. Sembari berdiri daro kursi yang tengah ia duduki.
Kayla Olivia Lewis, seorang wanita cantik berusia 27 tahun, mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan sama seperti perusahaan yang dimiliki Elena, tetapi perusahaan Elena lebih maju dibanding perusahaan milik Kayla. Hingga membuat Kayla iri dengan perusahaan Elena. Bahkan hampir seribu satu cara Kayla lakukan untuk membuat Elena celaka.
Elena pun duduk di kursi yang telah disediakan oleh Kayla. Kemudian ia membuka laptopnya.
Kemudian beberapa waiters masuk untuk mengantarkan minuman yang telah dipesan oleh Kayla.
“Terimakasih,” ucap Kayla kepada orang yang mengantar minuman mereka.
Setelah kepergian waiters itu, Kayla diam-diam mengambil sebuah obat dari dalam tas nya, berbentuk serbuk kemudian ia taburkan di atas minuman milik Elena. Elena sedari tadi fokus kepada laptopnya hingga tidak mengetahui jika minumannya sedang diberi obat oleh Kayla. Setelah menaburkan secukupnya obat itu barulah Kayla menggeser posisi gelas milik Elena ia letakkan di depan Elena.
“Silakan diminum dulu nona,” ucap Kayla dengan senyum mengembang.
Elena ingin menolak ajakan minum itu, tetapi ia tidak enak. Alhasil Elena meneguk minuman itu. Setelah selesai meminumnya Elena pun melanjutkan aktifitas nya yang sempat tertuda.
“Baiklah Selamat malam semuanya,
kita mulai rapat kali ini,” ucap Elena membuka percakapan rapat malam itu.
Ditengah rapat yang sedang di lakukan, Elena tiba-tiba merasa panas. Hingga Elena pun meminta izin untuk menjeda rapat tersebut.
“Sebelumnya, saya mohon maaf sekali rapat ini saya tunda,” ucap Elena karena sudah tidak bisa menahan panas yang menjalar ditubuhnya dan tiba-tiba suasana menjadi gerah padahal di ruang VIP itu terdapat AC.
Semuanya pun keheranan, kenapa rapat ini tiba-tiba dihentikan padahal semua orang mengetahui jika rapat ini sangat penting.
Terkecuali untuk Kayla ia malah tersenyum kemenangan. Kayla sedari tadi memperhatikan gerak - gerik Elena.
“Akhirnya dia masuk kedalam jebakan ku,” batin Kayla sembari menyunggingkan sebelah senyum di bibirnya.
Elena sudah mengipas - ngipaskan tubuhnya menggunakan tangannya.
“Argh.... Panas,” ucap Elena tebtu membuat semua orang melihat kearah nya.
“Ini ada apa? Kenapa diriku tiba-tiba merasakan panas, tunggu aku belum makan ataupun minum hari ini. Dan sepertinya aku hanya meminum minuman itu,” ucap Elena di dalam hati.
“Sa- saya permisi,” ucap Elena sembari meminta izin kepada semua orang yang mengikuti rapat itu.
Elena berlari secepat mungkin, meninggalkan rapat itu. Kayla yang mengetahuinya pun berinisiatif untuk membantu Elena.
“Tunggu Nona,” ucap Kayla. Ucapan Kayla membuat Elena menghentikan langkahnya.
“Iya ada apa?” jawab Ilona dengan panik pasalnya sekarang ia sangat ingin mandi air dingin.
“Saya sudah memesan sebuah kamar untuk Anda, di sana juga tersedia air dingin. Mari Nona saya antarkan,” ucap Kayla dan Elena pun mengikuti langkah Kayla. Mereka pun berlari dengan sangat tergesa-gesa.
Sampailah mereka didepan sebuah kamar VIP di salah satu Club itu.
“Ini kamarnya Nona, silakan masuk ke dalam,” ucap Kayla sembari membantu membuka pintu kamar itu.
Tanpa berpikir panjang Elena langsung berlari masuk kedalam kamar itu, kemudian Kayla menutup pintu itu dan tidak lupa pula ia menguncinya dari luar.
Di dalam kamar itu Elena berlarian kesana-kemari untuk menemukan dimana letak kamar mandi.
“Argh... Panas... Dimana kamar mandinya,” ucap Elena dia seperti sudah seperti cacing kepanasan.
Akhirnya kamar mandi pun sudah ditemukan dengan segera Elena berendam di bathtub yang berisi air dingin.
Sedangkan diluar Kayla sedang mencari seseorang yang akan ia buat untuk menjebak Elena.
Secara tak sengaja Kayla melihat seorang pria yang diketahui bekerja sebagai Room Attendant di Club tersebut baru saja keluar membersihkan sebuah kamar Club yang tidak jauh dari tempat Kayla berdiri.
Arthur Austin Fenedrick, pria miskin yang tinggal disebuah rumah kost yang kecil dan sempit. Pekerjaannya adalah sebagai seorang Room Attendant di sebuah club malam di Kota. Meskipun seorang tukang bersih-bersih, Arthur mempunyai paras yang tampan hingga membuat beberapa wanita menyukai nya secara diam-diam karena mengetahui pekerjaan Arthur.
“Sepertinya pria itu bisa aku manfaatkan,” batin Kayla sembari tersenyum smirk menampilkan wajah licik nya.
Kemudian Kayla pun berjalan menghampiri Pria itu.
Pria itu yang diketahui bernama Arthur pun menoleh kebelakang karena mendengar langkah sepatu dari kaki jenjang milik Kayla.
“Heyy! Kamu!, Dikamar nomor lima belas sangat kotor sekali apa kau bisa membersihkannya?” Kayla pun tak segan-segan untuk meminta Arthur segera membersihkan kamar yang tengah dipakai Elena untuk berendam air dingin.
Tanpa berfikir lama lagi Arthur pun segera menuruti permintaan Kayla.
“Baik Nona,” jawab Arthur sembari mengambil alat bersih-bersih nya berupa sapu, pel, dan ember. Baru saja Arthur ingin melangkah ke kamar yang akan dibersihkan, suara pekikan Kayla mengehentikan langkahnya.
“Tunggu!,” ucap Kayla.
“Iya, ada apa Nona?” tanya Arthur balik sembari kini menghadap Kayla.
“Saya juga akan memberi tahu mu dimana saja yang kotor, maka saya akan mengantar mu ke kamar itu,” ucap Kayla tetapi sebenarnya Kayla hanya ingin melancarkan rencananya.
“Baik, Nona,” jawab Arthur.
“Silakan Anda jalan terlebih dahulu,” ucap Arthur kemudian dengan senang hati Kayla pun berjalan didepan Arthur, mereka berdua pun menuju ke kamar club nomor lima belas.
Mereka berdua pun telah sampai di depan kamar club nomor lima belas, Kayla pun segera membuka pintu kamar itu kemudian menyuruh Arthur masuk dan membersihkan bagian kamar mandi.
“Kau masuk dan yang kotor ada di bagian kamar mandi,” ucap Kayla kemudian ia menutup pintu kamar itu dari luar dan sengaja menguncinya sehingga Arthur dan Elena tidak bisa keluar.
“Baik No- ” ucapan Arthur terpotong oleh suara gebrakan pintu yang membuat Arthur terjungkal kaget.
“Astaga,” batin Arthur sembari mengelus dadanya.
“Huh... Baiklah mari kita membersihkan bagian kamar mandi Arthur,” gumam Arthur sembari melangkah menuju kamar mandi.
Terdengar gemercik air dari dalam kamar mandi tersebut, sehingga membuat Arthur menghentikan langkahnya.
“Apakah ada orang didalam?” tanya Arthur tetapi ternyata tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi tersebut.
Dengan ragu-ragu Arthur melangkah kedepan kamar mandi dan mulai mengetuk nya.
“Tok - tok - tok,”
“Permisi apa ada orang di dalam?” tanya Arthur lagi tetapi masih saja tidak ada jawaban yang Arthur dengar.
Ia, pun memberanikan diri untuk masuk kedalam.
“Ceklek”
Ternyata pintunya tidak dikunci, berarti tidak ada orang.
Kemudian Arthur segera membersihkan kamar mandi itu, tetapi ketika ia melihat bathtub alangkah kaget nya, seorang wanita tidak menggunakan busana apapun tengah beredam di air dingin tetapi ekspresi nya seperti orang kepanasan.
“Astaga, aku kira tidak ada orang disini, ternyata ada,” gumam Arthur terdengar oleh Elena, sontak Elena pun menoleh ke belakang.
Elena pun berdiri tanpa menggunakan busana apapun. Arthur melotot kan bola matanya melihat hal seperti itu.
“Nona, berhenti disitu Nona. Kumohon Anda tidak mengenakan pakaian apapun,” ucap Arthur was-was.
Tetapi ternyata ucapan itu tidak di dengar oleh Elena. Justru Elena berjalan menghampiri Arthur. Spontan Arthur menjatuhkan semua alat kebersihan yang ia bawa.
“Stop Nona, Anda mabuk!,” peringat Arthur tetapi tidak didengar oleh Elena.
Kini Elena sudah berada tepat didepan tubuh Arthur, membuat jantung Arthur berdetak hebat. Bau sabun mengguar di hidung Arthur, wangi tersebut mampu membuat Arthur terpana.
“Dia sangat cantik sekali,” batin Arthur tangannya bergerak mengelus rambut Elena yang basah.
Mendapatkan perhatian lebih membuat Elena memeluk Pria yang ada didepan
nya.
Arthur tersentak kaget, akal sehat nya masih berfungsi tetapi hasratnya tidak bisa ia bendung.
Sedangkan Elena matanya sudah dibutakan oleh hasratnya. Dengan segera Elena menarik tangan Arthur dan membawanya ke ranjang. Arthur ingin sekali menolak tetapi tubuh wanita yang ada di depannya tentu saja sayang untuk dilewatkan begitu saja. Apalagi Arthur tidak perlu membayar wanita malam jika ia bisa bermalam dengan wanita yang kini menindihnya. Bahkan dengan gratis ya, Arthur menikmati setiap permainan panas yang diciptakan Elena.
Kapan lagi bisa bermain dengan seorang wanita seksi secara gratis jika bukan saat ini, pikit Arthur ketika ditengah-tengah permainan panas mereka.
Apalagi jika dilihat dari seorang Arthur pria miskin yang pasti tidak mampu menyewa seorang wanita malam untuk menuntaskan hasratnya. Maka, kini Arthur akan menuntaskan semua hasratnya yang terpendam dengan Elena.
Arthur tertawa didalam hatinya bagaimana mungkin ia bisa bermalam dengan seorang wanita seksi, seperti mimpi tapi ini nyata.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Arthur dapat ia pun ikut bermain panas dengan Elena, kamar itupun jadi saksi tempat bercinta Elena dan Arthur hingga akhirnya Arthur menyemburkan benih-benih cinta di rahim Elena.
Mereka berdua tampak kelelahan, Arthur mengecup kening Elena, dan kemudian mengatakan, “Terimakasih.”
Tubuh Arthur ambruk disebelah tubuh Elena, mereka berdua pun terlelap tidur.
.
Pagi harinya Arthur terbangun lebih dulu karena merasakan tangan seseorang yang sedang memeluknya erat.
Dilihatnya tangan Elena yang tengah memeluknya. Arthur pun melepaskan tangan itu kemudian ia menyibakkan selimut yang berada di tubuhnya. Alangkah kaget nya ia mendapati sebercak darah yang berada di seprei kasur itu.
“Astaga ternyata dia masih perawan,” ucap Arthur lirih sembari mengusap darah yang sudah kering di sprei itu.
Arthur melihat jam yang ada dipergelangan tangan nya.
“Sial, sudah jam delapan, Aku harus cepat-cepat pergi,” batin Arthur ia pun buru-buru memakai pakaian nya kemudian menghampiri Elena, wanita yang tadi malam berhasil menuntaskan hasratnya.
“Heyy Nona, Saya tidak tau siapa namamu, terimakasih telah bermalam bersamaku. Dan maaf aku telah mengambil keperawanan mu . Tapi aku janji jika suatu saat kamu tengah mengandung anakku, maka aku akan mempertanggung jawabkan nya. Seberapa besar resikonya akan aku hadapi,” ucap Arthur serius sembari menggenggam tangan Elena.
Arthur pun menyelimuti Elena dan kemudian mengambil baju Elena yang berada di lantai sembari melipat baju itu kemudian merapikan tak lupa pula Arthur menaruhnya di atas nakas samping tempat tidur.
Setelah merasa semuanya beres barulah Arthur keluar dari kamar itu. Arthur dibuat heran dengan pintu yang baru saja ia buka, setahu Arthur pintu itu dikunci dari luar tadi malam dan kini sudah bisa ia buka.
Arthur tidak ingin pusing memikirkan pintu itu lebih baik ia segera pulang ke rumah kost nya dari pada ia disini nanti akan ada yang curiga.
Sedangkan dikamar nomor lima belas. Elena mengerjap kan matanya sembari membuka mata nya ingatan ******* tadi malam membuat Elena segera bangun dari posisi nya berbaring.
“Pusing,” rintih Elena sembari duduk di ranjang tersebut. Ia pun memegangi kepalanya.
“Tunggu’ aku dimana?” ucap Elena melihat sekelilingnya yang tampak asing dimata nya.
“Apa yang terjadi,” ucap Elena sembari berdiri tetapi ia kembali duduk lantaran bagian sensitif nya merasakan nyeri yang hebat.
“Auu... Sakit...,” pekik Elena merasakan sakit yang luar biasanya.
Elena pun menyibakkan selimut yang menutupi dirinya.
“Aaaaa.... Kenapa aku tidak memakai baju sama sekali dan apa ini darah?”ucap Elena terlonjak kaget, melihat sebercak darah yang berada di sprei nya.
Elena pun menangis sesenggukan ia pun memeluk dirinya sendiri.
“Apa aku baru saja diperkosa? Bajingan mana yang berani seperti itu,” ucap Elena ditengah tangisan yang semakin keras.
“Hua.... Mama.... ” tangisan Elena semakin menjadi-jadi apalagi ketika ia melihat banyak ****** yang ada di tubuhnya.
“Tubuh ku, siapa yang berani!!” ucap Elena dengan keras dan Elena kini mempunyai dendam kepada orang yang berani bercinta dengan nya.
“Heyyy... Siapa pun kamu Tuan, Aku membencimu,” ucap Elena lantang sembari menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
Setelah rasa sakitnya berkurang barulah Elena berdiri dan kemudian ia pun mandi dibawah guyuran air shower sembari menghapus tanda jejak kepemilikan yang berada di seluruh tubuhnya.
“Sialan Kauu!!!” umpat Elena.
Setelah selesai mandi Elena pun memakai pakaian yang berada di nakas. Untung pakaian itu berlengan panjang sehingga membuat Elena bisa menutupi seluruh tubuhnya.
Diambilnya sebuah masker Kf 94 berwarna hitam di laci lemari kamar itu, Elena pun memakai nya.
Tangannya bergerak mengambil kunci mobil di saku blazer nya.
“Aku kira orang itu juga mengambil mobil ku, ternyata tidak,” gumam Elena bersyukur mobilnya tidak diambil oleh Pria itu.
Setelah merasa semua aman barulah Elena pergi meninggalkan tempat laknat itu. Elena mengatakan jika ia tidak akan pernah menginjakkan kakinya di Club.
Elena tidak pulang ke mansion tetapi ia pergi ke mansion sahabatnya. Entah kenapa jika ada sesuatu masalah pasti Elena akan lari ke sahabatnya itu.
Anna Agatha Wiyata, nama panggilannya Anna sahabat dari Elena sejak kecil. Mereka berdua tumbuh dan besar bersama-sama dilingkungan yang sama, tetapi semenjak orang tua Elena cerai Elena pindah rumah, membuat Elena dan Anna jarang bertemu.
Elena menancapkan gas nya kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai-sampai ia tidak peduli dengan keselamatan nya.
“Cittt”
Mobil ferrari itu sudah terparkir rapi dihalaman mansion Anna. Elena dengan gembira berlari masuk ke mansion itu.
“Anna!!” panggil Elena dari luar tetapi yang keluar adalah seorang wanita paruh baya yang Elena ketahui sebagai asisten rumah tangga di mansion Anna.
“Wah ada Non Elena, maaf non Anna baru saja berangkat kerja,” ucap wanita paruh baya itu sembari tersenyum ramah.
“Kalau begitu ya, sudah Bi,” sahut Elena kini mukanya terlihat murung, seperti tak ada semangat untuk hidup.
Akhirnya Elena pun kembali pulang ke mansion nya.
Hari-hari selanjutnya Elena lalui seperti biasanya, ia sudah melupakan kejadian malam itu dan berharap tidak ada janin yang tumbuh di rahimnya.
Tetapi tidak untuk malam ini, ketika makan malam Elena tak sengaja menghirup bau sup yang membuat Elena mual, sehingga Elena memuntahkan semua isi perutnya.
“Huekk - huekk,”
Di wastafel Elena terus saja memuntahkan isi perutnya hingga sang Mama pun datang untuk melihat keadaan putrinya.
Olivia Queen Harrison, Mama dari Elena datang dengan wajah paniknya.
“Elena... Apa kamu sakit nak?” tanya Olivia sembari memijat tengkuk Elena.
Elena tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Mama nya itu. Elena terduduk lemas di lantai.
“Ini non air hangatnya,” ucap seorang asisten rumah tangga sembari memberikan segelas air hangat kepada Elena.
Elena menerima air itu kemudian ia minum. Elena berfikir kenapa ia bisa muntah hanya karena mencium bau sup ayam itu, padahal biasanya ia tidak muntah.
“Em... Ma, Bi. Elena ke kamar dulu,” pamit Elena sembari berjalan dengan agak susah.
Sampailah Elena di kamarnya ia pun menutup pintu itu kemudian menguncinya dari dalam.
Elena mengambil sebuah benda pipih yang berlogo apel digigit di atas nakasnya. Kemudian ia mencari disebuah aplikasi penelusuran dengan kata kunci "Penyebab orang muntah ketika mencium bau makanan".
Sontak Elena menjatuhkan ponsel itu, jelas dilayar terlihat jika salah satu penyebabnya adalah karena sedang mengandung.
Elena sangat panik didalam kamar itu bahkan keringatnya bercucuran meskipun AC dikamar itu menyala.
“Tidak - tidak mungkin, aku hamil,” gumam Elena sembari mencari alat testpeck yang digunakan untuk mengecek kehamilan. Elena mengobrak-abrik isi laci meja kerjanya, seingat Elena ia pernah membeli dua alat mendeteksi kehamilan setelah pulang kantor beberapa hari yang lalu karena telat menstruasi.
“Nah ini dia, caranya celupkan ke urine,” ucap Elena sembari membaca cara menggunakan benda itu.
Elena pun segera mengambil wadah kecil sebagai wadah urine kemudian menyelupkan alat itu sampai batasnya.
Elena sangat ketakutan melihat hasil yang ditunjukkan alat itu.
“Deg”
Jantung Elena seperti berhenti berdetak melihat alat test peck itu bergaris merah dua.
“Tidakkk, tidak mungkin,” gumam Elena menangis kemudian ia kembali membuka alat test peck yang satunya.
“Sial, hasilnya sama. Argh.... Gimana ini siapa bajingan itu.. Argh... Kenapa aku mengandung anak pria brengsek itu,” ucap Elena sembari membuang alat test peck ditempat sampah.
Malam itupun Elena tidak bisa tidur pikirannya dipenuhi oleh kalimat-kalimat yang akan dilontarkan oleh para teman-temannya maupun teman kerja, petinggi perusahaan. Jika mengetahui pewaris perusahaan Harrison hamil tanpa ada suami.
.
Pagi hari Elena berniat untuk pergi ke Club tempat ia dan Arthur bercinta. Ia datang untuk mencari tahu siapa pria yang bermalam dengannya.
Tidak memerlukan waktu yang lama Elena sudah sampai di Club itu.
Elena ingin menemui pemilik Club tetapi tidak diperbolehkan oleh para penjaga yang ada di sana.
“Ayolah Tuan saya hanya ingin menemui pemilik Club ini,” pinta Elena kepada penjaga Club yang berada di gerbang masuk.
“Memangnya ada urusan apa Nona, ingin bertemu dengan pemilik Club ini?” tanya Penjaga itu balik.
“Saya mempunyai urusan sangat penting dengan beliau, maka dari itu izinkan saya bertemu dengannya.” Elena pun memohon kepada para penjaga itu.
Mereka pun saling tatap - tatapan.
“Maaf Nona, Apakah sebelumnya Anda sudah membuat janji dulu? Dengan pemilik Club ini?” tanya pria botak yang tak jauh dari tempat Elena berdiri.
“Belum Tuan,” ucap Elena menunduk kan kepalanya karena pasti mereka tidak akan mengizinkannya.
“Tin-tin” suara klakson mobil membuat perhatian mereka tersita.
Elena melihat kebelakang, tak kalah kaget sekarang Elena melihat Papanya yang berada di dalam mobil itu.
Erlan Wayman Harrison, pria paruh baya berusia 50 tahun itu tampak masih terlihat bugar dan sehat meskipun usianya sudah tua. Bahkan seperti pria yang baru berusia 35 tahun. Erlan mempunyai banyak hotel dan beberapa tempat hiburan yang tersebar di Jakarta
“Itu kan papa, kenapa Papa ada disini? Club ini kan buka nya hanya malam hari,” batin Elena sembari menebak - nebak.
“Ada apa ini? Kenapa ramai sekali. Saya tidak menggaji kalian untuk bergosip disini,” ucap pria paruh baya dengan lantang didalam mobilnya.
Elena membulatkan bola matanya mengetahui jika Papa nya adalah bos dari para curut - curut yang menghentikan aksinya untuk menghadap pemilik club.
“Jangan - Jangan, Papa yang memiliki Club ini,” batin Elena ia pun kesusahan untuk menelan saliva nya sendiri.
Erlan pun turun dari mobilnya untuk melihat langsung apa yang sedang terjadi.
Erlan pun tak kalah terkejut melihat Putrinya berada di tempat hiburan malam pada pagi hari.
“Elena?” ucap Erlan dengan kening yang berkerut menandakan ia sedang bingung.
“Hai, papa,” ucap Elena menyapa Papanya, tentu saja membuat para curut - curut itu berkeringat dingin.
“Mati, ternyata dia anak Bos,” bisik pria botak kepada temannya yang berada di sampingnya.
“Waduhh, pasti gaji kita dipotong nih,” sahut temannya.
“Tu - an, maaf - kan kami,” ucap pria botak terbatas - bata.
“Kami sudah lancang mencegah Putri Tuan untuk menemui Tuan,” sahut temannya.
“Iya, tidak apa-apa, kalian semuanya urus yang lainnya,” ucap Erlan, mereka pun pergi meninggalkan Erlan dan Putrinya di depan gerbang.
“Elena! Ayo ikut papa masuk,” ajak Erlan kepada putrinya yang berdiri dengan badan gemetar.
Mau tidak mau akhirnya Elena mengikuti papanya itu.
Mereka berdua pun masuk ke dalam Club.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!