Wilmar Leka Wiratama dia masuk ke dalam ruang kerja nya, dia baru saja sampai dari salah satu perusahaan yang di gadang-gadang akan berpindah kepemilikan di bawah nama perusahaan Wiratama Corporindo.
Dia mendudukkan dirinya di sana, laporan berkas yang harus segera dia tanda tangani itu sudah menunggu nya sejak tadi, dan kini dia tidak lagi bisa mengulur waktu lagi, dia harus menyelesaikan nya saat ini juga.
Sampai waktu terus berjalan hingga waktu pulang telah tiba, dia masih tetap di sana, dia tidak ingin menunda nya lagi, karena besok masih banyak jadwal yang harus dia kerjakan.
Pintu di ketuk dari luar dan itu membuat konsentrasi nya buyar, tapi itu tidak membuat nya mengalihkan pandangan nya ke arah pintu, dia tahu siapa yang berani masuk ke dalam ruang kerja nya tanpa izin kecuali Papa dan asisten pribadi nya.
"Ini jam berapa kenapa belum juga pulang?" tanya Fattah yang kini duduk di hadapan Wilmar.
"Aku sibuk, pulang lah jika kamu ingin pulang" perintah nya pada asisten nya.
Fattah tidak bergeming dari tempatnya duduk, dia merasa ada yang tengah di sembunyikan oleh atasan nya, Fattah seorang yang pernah di temui nya saat masih kuliah dulu, dia salah satu orang yang sangat pandai tapi tidak cukup biaya untuk melanjutkan kuliah nya.
Dan Wilmar yang saat itu butuh seorang asisten pun meminta nya untuk bekerja dengan nya saja, dia bisa kuliah di akhir pekan dan di hari kerja dia bisa bekerja dengan nya.
Fattah pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dia langsung mengiyakan nya, dan saat dia lulus kuliah dia tetap bekerja untuk Wilmar, pria yang telah memberikan nya kehidupan, mereka berdua akan bersikap profesional jika di jam kerja dan layak nya kakak beradik di luar jam kerja.
Wilmar yang melihat Fattah tidak bergeming pun dia menghentikan pekerjaannya, dia tahu apa yang ingin di ketahui oleh asisten nya, dia pun menarik nafasnya lalu membuang nya secara kasar.
"Kamu tahu apa yang terjadi, jadi jangan pura-pura tidak mengerti apa pun"
"Jangan sama ratakan wanita lain dengan wanita yang menyakiti mu di masa lalu, karena mereka beda" nasehat Fattah pada Wilmar yang mengacak-acak rambutnya, dia tidak bisa berfikir jernih jika sudah membahas tentang wanita.
"Lalu apa aku harus menerima perjodohan yang di maksud Papa, sedangkan aku sendiri tidak tahu apa itu cinta"
"Kamu akan mengerti apa itu cinta, saat kamu merasakan nya, sekarang aku bantu mengerjakan nya, setelah itu kita pulang bersama, tadi Tuan Tama berpesan pada ku dia meminta mu untuk pulang dan makan malam bersama nya"
Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut keduanya, mereka sama-sama serius dengan tumpukan dokumen yang ada di sana, sampai tumpukan itu selesai dan mereka pun bersiap untuk pulang.
Mereka keluar dari gedung tersebut dan langsung masuk ke dalam mobil mereka masing-masing, Wilmar yang melajukan mobil nya ke arah rumah utama dan Fattah yang menuju apartemen yang di hadiahkan oleh Wilmar saat Fattah berhasil lulus kuliah dengan hasil yang memuaskan.
Wilmar turun dari mobil yang dia parkir sembarang di halaman rumah besar itu, dia masuk ke dalam langsung menuju meja makan, di sana sudah ada papa nya yang ternyata masih menunggu nya.
"Baru pulang?" tanya papa nya.
"Iya, kenapa papa belum makan malam, ini sudah hampir jam delapan malam?" ucap Wilmar yang menjawab pertanyaan papa nya dengan pertanyaan juga.
"Papa sengaja menunggu mu, ada yang ingin papa bicarakan dengan mu"
"Apa yang ingin papa katakan?" tanya Wilmar yang di buat penasaran oleh papa nya.
"Makanlah dulu, kita bicarakan di ruang kerja Papa"
Wilmar mengangguk dia memang sudah lapar jadi dia tak ingin ingin membuat lambung nya kembali menunggu makanan yang akan dia makan, mereka pun makan dengan tenang sampai setengah jam berlalu.
Mereka pun menuju ke ruangan kerja papa nya, mereka duduk di sofa yang ada di sana, Tama memberikan berkas yang di buat untuk mengambil alih perusahaan yang tadi baru dia datangi, secara keseluruhan perusahaan itu baik-baik saja, hanya soal keuangan yang di tilap oleh orang yang belum di ketahui dan dia masih ada di sana.
"Kamu bisa membuat nya kembali menemukan kejayaan nya"
"Papa tenang saja, aku akan membuat nya setara dengan perusahaan milik kita ini"
"Bagus, dan satu lagi, besok jangan lembur papa ingin mengajakmu bertemu dengan salah satu teman Papa, dia punya anak gadis yang cantik"
"Pa please jangan meminta ku untuk menikahi aku masih tidak ingin menikah"
"Jangan selalu membantah, papa yakin kamu suka sama dia, awas kalau berani berbuat ulah"
"Terserah"
Wilmar pun keluar dari sana dia tidak ingin semakin membantah papa nya, biar bagaimanapun dia adalah orang yang sangat dia sayangi terlepas dari apa pun itu.
Mereka sejak kecil hidup berdua saja, tetap nya setelah Mama nya, orang yang melahirkan nya lebih memilih hidup dengan kakak ipar nya sendiri.
Mama nya itu ketahuan berselingkuh dengan kakak kandung papa nya sendiri saat dia masih berusia delapan tahun, hingga saat ini dia tidak mau bertemu dengan mama nya, bahkan papa nya juga tidak pernah hadir jika ada acara keluarga jika para pengkhianatan itu hadir di sana.
Kakak dari papa nya itu tidak sekaya papa nya, tapi Mama nya itu lebih mencintai nya dari pada mempertahankan rumah tangganya dengan suami dan anak nya.
Wilmar yang sejak kecil hidup tanpa kasih sayang seorang ibu pun mencoba tegar menghadapi kerasnya hidup, sampai di bertemu dengan seorang wanita yang membuat nya jatuh cinta untuk yang pertama kali, bahkan mereka berencana untuk menikah saat lulus kuliah, tapi angan tinggal lah angan.
Hati nya yang perlahan mulai bisa menerima kehadiran wanita di hidup nya pun kembali di koyak kan, saat calon istri nya itu pergi tanpa sebab seminggu sebelum pernikahan itu berlangsung.
Tidak apa pesan atau informasi yang dia dapatkan hingga saat ini tentang Faizah calon istrinya itu, dia menghilang bak di telan bumi, tanpa jejak dan bekas, bahkan media sosial nya juga ikut raib di sana.
Wilmar yang kini berada di balkon kamarnya pun menumpukan kedua tangan nya di pegang besi yang ada di sana, dia menatap langit malam yang ingin, di hiasi ribuan bintang di pekat nya malam.
Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan,dia merasa takut untuk membuka hati nya, dia tidak ingin merasakan sakit yang teramat lagi di relung nya.
Keesokan hari nya, saat sarapan papa nya itu lagi dan lagi mengatakan itu yang membuat nya geram, sampai dia urungkan niat nya yang ingin sarapan pagi itu, dia pergi ke kantor dengan perasaan campur aduk di sana, dia tidak ingin masalah pribadi nya itu di usik.
Sampai di kantor semua karyawan nya menunduk kepalanya saat berpapasan dengan atasannya yang mereka yakin tidak sedang baik-baik saja.
Sampai di ruang kerja nya dia menghempaskan tubuhnya di kursi kerja nya, dia memulai pekerjaan nya lagi sampai pintu di ketuk dari luar, yang ternyata asistennya itu masuk bersama seorang pria paruh baya yang menjadi pembahasan dengan papa nya kemarin malam, dia datang dengan wajah tertunduk seakan dia sudah putus asa dengan apa yang terjadi di perusahaan milik nya, dia tidak merasa melakukan kesalahan tapi kenapa perusahaan milik nya itu tiba-tiba pailit.
Mau tidak mau dia harus membujuk pemilik perusahaan yang meminjam dana agar mau memberikan nya tenggang waktu yang akan dia usahakan untuk mempertahankan perusahaan milik nya.
Tapi bukan perkara mudah untuk membujuk pria yang ada di depan nya, pria lurus yang tidak pernah tertarik cara-cara kotor untuk bisa menaklukkan nya, banyak cara yang dia ajukan tapi semua dia tolak mentah-mentah bahkan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.
"Apa kamu punya jaminan untuk membayar semua hutang-hutang mu itu Pak Haidar?" tembak Wilmar
"Saya punya anak yang cantik yang bisa memberikan anda ahli waris yang di minta oleh Tuan Tama" jawab pak Haidar yang menelan ludah nya karena telah berani lancang pada anak muda yang ada di depan nya itu.
"Ini foto nya"
"Dia lulusan S1 di Singapura dengan hasil yang sangat memuaskan, dia yang saat ini sedang memimpin perusahaan itu, karena saya tidak lagi bisa mengurus nya"
"Kenapa anda tidak mengurus nya, anda justru meminta anak anda berjuang sendirian"
"Anak bungsu saya sedang sakit, saya dan istri saya harus menjaga nya, dia ada di rumah sakit Singapura untuk menjalani operasi yang tertunda karena biaya"
"Baik saya akan membantu perusahaan anda dan menutup semua hutang yang ada, serta mencari siapa dalang di balik bangkrut nya perusahaan anda, dan juga biayanya pengobatan putra anda akan saya tanggung, tapi dengan syarat"
"Apa syarat anda Tuan saya akan kabul kan itu asal anda bersedia menolong saya" ucap pak Haidar dengan raut bahagia ya"
"Saya akan menikahi putri anda, tapi anda sendiri yang harus menyiapkan seluruh biaya nya, dan saya mau pernikahan ini tertutup dari semua orang"
"Kalau sampai anda macam-macam, saya tidak akan segan-segan untuk menyakiti anak anda dan perusahaan anda akan jatuh ke tangan saya, bagaimana"
"Dan satu lagi, saya melarang anda mendekati nya karena dia sudah saya beli, jadi dia punya saya dan anda tidak boleh mengakui nya sebagai anak, selama pernikahannya dengan saya"
Deg.
Apa ini.
Kenap jadi seperti dia menjual anak nya, tapi memang itu benar ada nya bukan, kalau dia tega menukar anak gadis nya itu untuk perusahaan dan juga untuk pengobatan putra bungsu nya yang menderita kelainan sejak lahir.
Dia tidak punya pilih lain dan entah mengapa dia yang sudah berada di ujung tanduk pun memberikan penawaran yang mungkin akan dia sesali seumur hidup nya.
Dia keluar dari sana saat telah mendapatkan apa yang dia mau, tugas nya saat ini harus menyakinkan putri nya itu agar mau menikah dengan pemimpin Wiratama Corporindo tersebut, apa lagi waktu yang di berikan oleh Tama hanya seminggu dan saat itu semua harus beres kalau dia sampai melanggar janji nya, pasti lah hidup nya tidak anak baik-baik saja.
Pak Haidar turun dari mobil yang di kendarai nya saat mobil tersebut terparkir di kantor utama, dia adalah pemilik tempat rekreasi terbesar di negara ini, dia masuk ke dalam ruangan putri nya yang sedang duduk menyandarkan tubuh nya di kursi kerja nya.
"Ayah" panggil nya saat mengetahui ayah nya itu duduk di depan nya dengan sorot mata frustasi yang terlihat jelas di sana.
"Bagaimana keadaan perusahaan?"
"Semakin parah yah, kita tidak punya pilihan lain selain angkat kaki dari sini" jawab Valerie yang tak kalah frustasi.
"Ayah sebenarnya memiliki jalan keluar nya, tapi Ayah tidak yakin kamu mau melakukan nya" kata pak Haidar sambil menatap nanar putri nya yang yang cantik jelita.
"Katakan saja, kalau itu memang jalan satu-satunya aku akan melakukan nya ayah"
"Yakin kamu mau mendengarkan apa yang ayah ingin katakan?" tanya pak Haidar memastikan.
"Yakin katakan saja"
Pak Haidar pun menceritakan semua tanpa ada yang terlewat satu pun, wajah Valerie pucat pasi saat mendengar apa yang di katakan ayah nya, meski papa nya itu mengatakan permintaan maaf nya, tapi tetap saja dia merasa kecewa dengan apa yang di lakukan oleh ayah nya.
Tapi sekali lagi, mereka tidak punya pilihan lain selain menyetujui nya, mereka sama-sama terdiam saat pak Haidar selesai mengatakan tentang pertemuan nya dengan Tama, juga tenggang waktu yang di berikan Tama yang hanya satu Minggu itu membuat mereka berpikir keras untuk itu.
"Maafkan ayah nak, tapi ayah tidak tahu lagi harus bagaimana, bunga di bank semakin membengkak dan juga adik mu yang harus segera di operasi, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi"
"Dengan cara menjual ku ayah" ucap Valerie dengan suara serak menahan tangisnya.
"Maafkan ayah, kalau pun kita menjual seluruh aset kita, tidak akan cukup untuk menutupi seluruh hutang dan juga biaya operasi, Tuan Tama juga akan membantu kita untuk menangkap siapa di balik semua ini"
Valerie menghirup udara yang terasa sesak di dalam dada nya itu lalu menghembuskan nya perlahan, dia menenangkan dirinya yang terkejut dengan fakta yang dia terima saat ini.
"Lakukan saja, apa yang menurut ayah baik, aku akan melakukan nya anggap saja ini adalah bakti ku pada ayah yang selama ini menyayangi ku"
"Maafkan ayah, maafkan ayah, Ayah tidak tahu lagi harus bagaimana"
"Lakukan persiapan nya mulai dari sekarang ayah, jangan membuang waktu lagi"
"Apa kamu yakin?"
Valerie tersenyum getir mendengar ucapan ayah nya, ayah nya itu bertanya apa dia yakin tidak sadarkah ayah nya itu jika dia sudah melukai hati nya sedalam itu.
Valerie pun menghapus air mata nya, tidak lagi ada yang harus dia perjuangkan bukan, kini hidup nya bukan lagi menjadi milik nya, tapi menjadi milik orang yang tidak dia kenal sama sekali.
Satu Minggu telah berlalu.
Saat ini di sebuah gedung yang tidak bisa di bilang sederhana akan berlangsung ijab qobul yang akan di ucapkan oleh Wilmar dan juga Valerie, dua anak manusia yang memiliki takdir untuk menikah meski mereka tidak saling mencintai.
Kenapa mereka melakukan itu semua jika tidak saling mencintai, mana jawaban mereka sama, yaitu menuruti keinginan orang tua nya masing-masing, di mana Wilmar dia terpaksa menikah karena desakan dari ayah nya yang ingin memiliki cucu membuat nya gerah dengan pertanyaan yang selalu saja sama.
Begitu juga dengan Valerie dia melakukan ini untuk kelangsungan hidup semua orang terdekat nya, apalagi adik nya yang saat ini sedang menunggu jadwal operasi nya, dia berharap kesembuhan untuk adik nya, meski dia harus menumbalkan hidup nya sendiri.
Kini mereka di sandingkan di salah satu kursi di depan penghulu yang akan menikahkan mereka berdua, tidak ada senyuman yang terlihat dari wajah keduanya, hanya wajah tanpa ekspresi yang mereka tampilkan.
"Bagaimana apakah sudah siap?" tanya penghulu.
"Siap" jawab Wilmar tanpa ada keraguan sedikitpun.
Bapak penghulu pun membacakan doa untuk rumah tangga calon mempelai yang sebentar lagi akan menjadi suami istri tersebut, dan kini tiba saat di mana ijab kabul itu di laksanakan.
Dengan sekali ucap, kini mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri, Wilmar hanya diam saat saja tanpa menoleh sedikit pun pada wanita yang kini telah resmi menjadi istri nya.
Penanda tanganan surat nikah pun selesai dan kini Valerie pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan laki-laki yang baru saja menghalalkan nya, lelaki yang ini resmi menjadi suami nya, pria pengganti ayah nya, dia berharap pernikahan nya tidak akan berakhir sampai maut memisahkan, meski pada kenyataannya mereka menikah karena keadaan yang saling menguntungkan.
Wilmar pun menyambut uluran tangan dari istri nya, dia juga melakukan kewajiban nya mencium kening istrinya.
Malam hari nya resepsi di lakukan, meski pernikahan itu tertutup, yang mereka undangan hanya orang-orang yang berkepentingan di perusahaan saja dan beberapa kerabat nya.
Tama tetap pada pendiriannya untuk tidak mengundang wanita yang telah melahirkan nya itu, dia memang ibunya tapi sakit hati nya itu sampai saat ini tidak akan pernah termaafkan.
Dia hanya tidak ingin semakin membenci mama nya itu, jadi dia lebih memilih menghindar dan tidak bertemu sama sekali.
Wajah datar Tama kini berubah menjadi merah saat melihat orang yang paling di benci dalam hidupnya itu hadir di sana, mereka seakan tidak merasa bersalah dengan apa yang telah mereka lakukan dulu.
Fattah mengikuti arah pandang kakak angkat nya itu, dia pun di buat kaget dengan apa yang di lihat nya, bagaimana bisa orang yang masuk dalam daftar hitam kakak angkat nya itu ada di sana.
Siapa yang mengundang nya, tidak mungkin Tuan Tama bukan, dia sangat tahu sifat dari laki-laki itu yang sama sekali tidak lagi ingin berhubungan dengan mereka, dia merutuki kecerobohan nya saat ini, bagaimana bisa dia melewatkan satu hal yang membuatnya berada dalam masalah besar.
Dia mendekati pak Haidar yang duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari pelaminan, dia pun berpura-pura bertanya tentang siapa tamu yang baru saja masuk dan benar ternyata kecurigaan nya benar, jika pak Haidar lah yang mengundang mereka.
Tapi ada satu fakta menarik yang ingin dia ketahui, dengan cepat dia menghampiri Tama lalu membisikkan sesuatu yang bisa meredam amarah atasannya tersebut.
"Jaga emosi mu kak, akan ada pertunjukan menarik setelah ini, bersikap lah seakan kakak tidak mengenal mereka, kita ikuti permainan mereka"
"Heem" geram nya tertahan.
Fattah mengangguk dia yakin dengan satu fakta yang ingin dia ungkap, dia pun turun dari sana dan duduk di meja nya, sambil terus mengawasi setiap pergerakan dari dua orang yang membuat darah nya mendidih saat mengingat perlakuan kedua nya.
Sementara Tuan Tama dia sama sekali tidak menganggap kehadiran dua orang yang pernah berharga dalam hidup nya itu dulu, dan hanya menjadi onggokan sampah bagi nya saat ini, sebelum Fattah menghampiri Wilmar tadi, dia mengirim pesan pada asisten tuan Tama untuk meredam emosi Tuan nya saat melihat siapa yang datang.
Mereka saat ini sudah berada di atas pelaminan, memberikan selamat untuk kedua mempelai, Valerie yang tidak tahu apa pun dia bersikap biasa saja, apa lagi pria yang ada di hadapannya itu adalah salah satu orang penting yang ada di perusahaan milik ayah nya.
"Selamat atas pernikahan anda Tuan Wilmar" ucap laki-laki yang tak lain adalah paman nya itu.
"Terima kasih sudah menyempatkan hadir di acara saya Tuan Rendra Alzier yang terhormat " jawab Tama sambil menangkup tangan yang di balas senyum mengejek dari paman nya.
"Selamat untuk anda Tuan" ucap sang ibu yang juga berlagak tidak mengenal nya itu, ada nyeri yang hinggap dia hati nya, tapi dia sadar jika itu akan membuat nya terlihat lemah di hadapan semua orang.
Wilmar tidak menjawab juga tidak menerima uluran tangan dari wanita yang telah melahirkan nya itu, dia hanya menangkup kan ke dua tangan nya, bukan karena apa tapi dia sama sekali tidak ingin ternoda oleh mereka yang berdua.
Ada amarah yang coba di tahan, ada benci yang coba dia hilang kan, tapi ingatan itu bukan nya menghilangkan tapi semakin menari indah di mata nya, tidak cukup sampai di situ mereka juga menghampiri Papa nya dan juga mertua seolah-olah tidak terjadi apapun di antara mereka.
Acara resepsi pun berakhir meski harus melalui drama yang sangat memuakkan, siapa lagi kalau bukan ulah dua orang yang menjadi penjilat di sana, tapi semua aman di bawah kendali Fattah dan juga Bima.
Saat ini kedua pengantin sudah ada di kamar pengantin, Valerie pun segera menghapus makeup yang melekat di wajah nya, sedangkan Wilmar dia memilih membersihkan dirinya.
Dia berfikir tidak akan terjadi apa pun di antara mereka berdua, bahkan mereka sama sekali belum pernah mengobrol satu sama lain meski mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
Wilmar keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap nya, dia menaruh handuk nya di tempat yang di sediakan, sedangkan Valerie di masuk ke dalam kamar mandi, tubuh nya lengket dan dia harus segera mandi untuk membersihkan nya.
Pintu di ketuk dari luar, pemilik kamar yang juga baru saja mandi itu pun mengerutkan keningnya, siapa yang mengetuk pintu kamar nya, tengah malam begini, tidak ingin di buat penasaran dia pun segera membuka pintu kamar nya.
Mata nya melotot saat tahu siapa yang ada di sana.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!