Hai pembaca setia Nara..!!
Nara menulis untuk mengisi waktu luang dan tentunya ada something yang membuat Nara terus berkarya meskipun Nara pahami ada judul yang yang belum selesai.
Tidak bisa Nara ceritakan alasan Nara melakukan hal ini. Jika memang pembaca sangat terganggu dengan banyaknya judul. Nara mohon maaf dan Nara tidak pernah memaksa untuk tetap stay bersama Nara dan bagi yang tetap bertahan.. ribuan bahkan ribuan kata terima kasih Nara ucapkan atas kerelaan waktu dan tenaga dan segala dukungan untuk membaca karya receh Nara.
.
.
.
.
🤗😘🥰🙏🙏
.
.
.
.
Bus sore itu membawaku keluar dari kota S. Kota yang mulai hari ini amat sangat kubenci. Rencana pernikahanku hancur karena kekasihku mengandung janin pria lain. Sungguh tega dia mengkhianati cintaku. Putri seorang jenderal yang menganut paham 'kasta'.
"Gusti Bendoro Ayu.. Kanjeng Sultan ngaturaken Kanjeng Gusti Ayu untuk pulang..!!" Kata beberapa orang untuk membawa seorang gadis berparas Jawa yang cantik di dalam bus tersebut.
"Bilang sama Romo. Dara nggak mau pulang..!! Dara pergi karena sudah punya kekasih." Ucap Dara menahan air matanya.
Dua orang pria menyergap Dara. "Tolong Ndoro Ayu. Kami bisa di hukum kanjeng..!! Kalau memang ada calonnya.. dimana? Sesuai dengan bibit, bobot dan bebet atau tidak?"
"Lepas..!!" Suara seorang pria menegur dua orang pria tersebut.
.
.
.
"Jangan ikut campur Pak..!!" Kata salah seorang yang menyergap gadis itu.
Gadis itu menyentuh tangan pria pemberani tersebut kemudian beralih duduk di samping pria tersebut.
Merasa gadis disampingnya sedang terancam. Bang Naru pun segera memasang badan melindungi gadis tersebut.
"Turun dimana? Siapa namamu??" Bisik Bang Naru.
"Dara.. Namaku Dara. Kalau Kangmas?" Dara balik bertanya.
"Naru nama panggung saya.. tapi kawanku suka memanggilku dengan nama Rebe." Jawab Bang Naru. "Turun dimana? Cepat jawab..!!" Bang Naru mengulang pertanyaan karena Dara belum menjawabnya.
"Nggak tau, Dara nggak punya tujuan. Dara kabur karena di paksa menikah sama Romo.
Bang Naru mengeryit dahi. "Romo? Maksudmu bapak??"
Dara mengangguk sembari menyembunyikan wajahnya di balik bahu Bang Naru.
"Sebenarnya kamu siapa??" Tanya Bang Naru.
"Siapa apanya? Dara hanya perempuan yang kabur." Jawab Dara mulai resah.
"Jangan bohong..!!" Bang Naru menatap mata Dara dengan tajam.
"Daraa.. Sekar Kedaton Baginda Sultan Hasim."
"Innalilahi.. putri Raja." Dada Bang Naru seketika langsung terasa sesak.
Bus berhenti tiba-tiba. Beberapa buah mobil menyorot mobil dan puluhan orang memakai jas dan bersenjata turun dari mobil.
"Turun.. bus ini sudah terkepung..!!!" Teriak di luar sana.
~
Dua orang memakai pakaian pengamanan lengkap menarik kerah jaket Bang Naru lalu menjegalnya sampai berlutut.
Saat sedang menggeledah, betapa terkejutnya mereka ketika menemukan pistol di pinggang Bang Naru. Seluruh abdi dalem yang sudah bertransisi modern menjadi bodyguard mengacungkan senjata ke arah Bang Naru.
"Perhatian.. pria yang membawa lari ndoro ayu sedang membawa pistol..!!"
Dara ketakutan setengah mati. Merasa semua masalah ini karena ulahnya. Ia pun berlari menunduk dan memeluk Bang Naru. "Tolong jangan apa-apakan Kangmas. Kangmas ini....."
Para bodyguard menunggu jawaban ndoro ayu yang masih terbata-bata. Mereka pun takut bersikap jika sudah berhubungan dengan keluarga sultan. "Nuwun sewu.. Ada apa ndoro ayu???"
"Kangmas Naru...."
...
"Edaaaann.. kowe di didik Romo mu ini untuk menjadi perempuan yang santun dan bermartabat. Romo nggak pernah ajarkan kamu pacaran. Seluruh jodoh Sekar Kedaton adalah pilihan Sultan." Bentak Romo Sultan. "Tidak hanya calon istri ndoro mas, calon suami ndoro ayu juga harus di seleksi bibit bobot bebet nya. Tidak ada laki-laki yang betah hanya dengan satu istri, termasuk Romo mu ini. Tapi Romo ingin mematahkan asumsi itu bukan hanya karena status sosial, tapi memang karena kesadaran dirinya hanya ingin punya satu istri. Romo mu ini takut melihatmu menangis karena suamimu menikah lagi ndhuk.. cah ayu. Bundamu yang dulu sering menangis sudah membuat Romo kapok. Jangan sampai kamu mengalami hal yang sama..!!!!"
"Tapi sekarang bukan jaman perjodohan Romoo..!!"
"Memang bukan, tapi Romo ingin anak gadis Romo bahagia. Ini juga aturan kesultanan sejak lama." Kata Romo Sultan Hasim.
"Saya akan menjaga Dara sebaik mungkin..!!" Entah dorongan apa yang membuat Bang Naru berdiri dan lantang membuka suaranya.
"Lancang Kowe. Panggil Dinda Dara..!!" Kini Romo Sultan Hasim membentak Bang Naru.
Dara menarik tangan Bang Naru. "Kangmas duduk bersimpuh..!! Disini masih menganut adat kuno dan tradisi kuno..!!" Bisik Dara.
"Kowe lancang nresnani pucuk mawarku. Kowe duwe bondo opo????" Romo Sultan Hasim menatap tegas mata Bang Naru.
"Laki-laki tidak berjanji untuk memikat hati wanita. Apa yang saya miliki hanyalah titipan. Kita tidak bisa pasrah dengan manusia, tapi Allah yang menjamin bahwa jodoh adalah bagian dari do'a sepertiga malam. Jika dalam hal ini Kanjeng Sultan yakini hal itu.. maka bisa jadi saya adalah bagian dari sepertiga malam Kanjeng Sultan, Kanjeng ratu atau mungkin Dinda Dara."
"Sombong tenan. Apa pekerjaanmu??"
"Saya juga abdi dalem."
"Antek-antek juga kau rupanya..!!" Suara Romo Sultan semakin meninggi.
Masih dalam suasana panas. Ada seorang abdi dalem mendekati Kanjeng Sultan Hasim lalu membisikan sesuatu.
"Tenan kuwi??????" Kanjeng Romo lumayan kaget tapi masih bisa menguasai diri.
"Injih paduka."
Mata Kanjeng Sultan Hasim menatap wajah Bang Naru dan Dara secara bergantian.
"Ternyata kowe memang abdi dalem. Hubungan kalian tidak bisa lanjut. Dara sudah terbiasa bahagia dengan segala kemewahan dari saya Romonya. Abdi dalem milik negara tidak bisa membahagiakan putri saya..!!" Ucap tegas Romo Sultan.
Bang Naru sejenak memejamkan matanya menelan pahit untuk kesekian kalinya dirinya harus mendengar kata menyesakkan dada.
"Mungkin saya tidak bisa menghujani Dinda Dara dengan banyaknya uang, tapi saya akan mencintainya dengan jiwa raga saya." Jawab Bang Naru.
"Wanita tidak akan bahagia tanpa uang." Sergah Romo Sultan Hasim.
"Apakah uang Kanjeng Sultan mampu menghentikan tangis Kanjeng Ratu?" Bang Naru balik menyerang.
"Lancang Kowe..!!!! Heeeii abdi dalem.. hajar bocah kuwi..!!"
"Ampun Romooo.. jangan sakiti Kangmas..!!" Jerit Dara sampai menangis memeluk Bang Naru.
Bang Naru pun tertegun, baru kali ini dirinya melihat ada seorang gadis yang menangisinya sampai seperti ini. Hatinya trenyuh dan tersentuh.
"Minggir kamu ndhuk..!!!"
"Jangan sakiti Kangmas..!!!" Semakin erat Dara memeluk Bang Naru.
"Jangan nangis Dinda. Mas Naru pasti baik-baik saja. Kamu mau kalau kita nikah? Kalau kamu bersedia.. Mas akan perjuangkan untuk kita..!!" Bisik Bang Naru sembari menghapus air mata Dara.
.
.
.
.
"Dara takut Mas menyesal menikahi Dara?"
"Mas yang takut kamu akan menyesal menikah dengan pria yang tidak punya apa-apa." Jawab Bang Naru.
"Kasak kusuk apa kalian??" Tegur keras Romo Sultan Hasim.
Dara terperanjat kaget mendengar suara keras Romonya. "Tidak ada Romo."
"Heii Naru.. kalau memang ada niat baikmu, cepat tunjukkan siapa orang tuamu padaku..!! Aku akan melihat apakah keluargamu pantas berdampingan dengan keluargaku..!!" Ucap Romo Sultan Hasim terdengar sengaja begitu merendahkan.
"Kanjeng Sultan Hasim yang terhormat, keluarga saya tidak bisa di bandingkan dengan keluarga anda.. keluarga saya adalah rakyat jelata yang tidak memiliki status sosial yang tinggi. Jika kelak saya berjodoh dengan Dinda Dara, saya hanya akan memberinya mahar sesuai dengan kemampuan diri saya.. yang jelas saya tidak akan merendahkan harga diri seorang wanita, bukan karena adinda adalah seorang Sekar Kedaton." Jawab Bang Naru.
"Kamu akan menutup strata sosial nya..!!" Bentak Kanjeng Sultan Hasim.
"Jika Dinda Dara menjadi istri saya, maka saya yang akan mendidik dan ikut dengan gaya hidup saya.. bukan anda..!!"
Jawaban seorang Naru membuat Kanjeng Sultan Hasim meradang tapi harus ia akui ketegasan seperti ini adalah sikap yang selama ini ia inginkan dari calon pendamping putrinya.
"Dara adalah putri satu-satunya dari permaisuri saya. Katakan pada orang tuamu jika kamu telah bertemu dengan putri saya Gusti Ayu Sih Bidara Songgolangit. Pinanglah putri saya dengan cara yang patut..!!"
"Saya menyanggupi..!!"
//
"Tidak bisa paduka. Kalau Gusti Ayu mau menikah, ya silahkan. Tapi Nimas Nuli harus menikah lebih dulu dengan pria pilihan saya. Dia seorang tentara berpangkat Bintara..!!" Ucap selir paduka. Beliau sangat sombong karena merasa putrinya akan di nikahi seorang tentara berpangkat menengah.
"Sesuai aturan kesultanan, Gusti Ayu menikah lebih dulu..!!" Kata Kanjeng Sultan.
"Saya bersedia keluar dari kesultanan dan masuk ke dalam paviliun hanya karena permaisuri kesayangan paduka, tapi saya tidak akan mengorbankan kebahagiaan putri saya Nuli. Dia harus mendapatkan hak yang setara dengan Gusti Ayu..!!" Selir paduka seakan mengancam Kanjeng Sultan Hasim.
"Apa yang tidak saya berikan untuk Nuli. Kamu keluar dari kesultanan karena ketamakanmu menginginkan gelar permaisuri. Gelar itu tidak bisa di miliki siapapun. Statusmu sebagai selir saya tidak akan pernah berubah..!!" Bentak Kanjeng Sultan Hasim.
Selir paduka terdiam dan menunduk, tidak berani lagi berdebat dengan sang paduka raja.
***
Papa Igo terbangun karena putranya mengganggu tidur malamnya.
"Apa maksudmu??? Grace hamil tapi kamu tidak mau menikahi??? Dimana otakmu Be??"
"Bukan anak ku Pa?" Jawab Bang Naru.
"Darimana kamu tau dia bukan anakmu?? Kamu berhubungan badan sama Grace atau tidak??" Bentak Papa Igo. "Nggak kamu, nggak Risang.. semuanya putus cinta karena pasangan kalian di serobot laki-laki lain. Bagaimana cara kalian menjaganya sampai kecolongan???"
"Leee.. kalau memang Grace hamil anakmu, cepat tanggung jawab..!!" Mama Nai sampai menangis dan gemetar.
"Ya Allah Mamaaa, berapa kali aku harus bilang. Anak itu bukan anakku. Aku memang berandalan, tapi aku nggak main tusuk sana sini sama perempuan..!!" Kata Bang Naru.
"Papa ini juga laki-laki Be, Papa tau otaknya laki-laki kalau sudah dekat sama perempuan." Jawab Papa Igo tak bisa menahan emosi setiap bertemu putra keduanya.
"Apakah itu berarti dimasa muda Papa dulu, papa juga akan tebar benih pada setiap perempuan yang Papa inginkan??? Papa nggak punya pengendalian na*su b****i???" Bang Naru pun membalikan ucapan sang Papa.
"Ngawur kamu.. Mama satu-satunya wanita yang Papa ga**hi sampai kamu Risang dan kamu ada. Kamu belum menikah, kamu belum tau rasanya terpatri pada satu wanita."
"Cukuuupp.. jangan ribut lagi..!! Kami juga tidak mau sampai kehilangan wanita yang kami sayang. Aku bersyukur tau semua ini di awal. Apa jadinya kalau aku tau saat pernikahan sudah terjadi Pa??" Kata Bang Risang.
"Jadi bagaimana Pa? Lamarkan Dara untuk ku..!!" Pinta Bang Naru.
"Bagaimana dengan kamu Sang?"
"Aku nggak mikir perempuan dulu Pa. Hatiku masih sakit." Jawab Bang Risang.
"Lukamu harus segera di obati Bang..!!" kata pria yang usianya hanya terpaut sepuluh bulan saja dengan Abangnya itu.
"Abang masih ingin melajang. Wanita kalem tidak menjamin setia"
"Ya sudah, Papa akan beri kamu kesibukan. Panglima saat ini butuh pengawal untuk putrinya. Kamu mau ambil job?" Tanya Papa Igo.
"Putri Panglima? Bukannya dia temannya Ayana?? Yang pernah nabrak pos bom depan tikungan itu khan?"
"Iya, si Jesha. Adinda Yesha abdi dalem dan rekannya memanggil, kamu jangan salah sebut. R.A. Junjung Sekartaji. Hati-hati kamu dia putri kesayangan R.B Haryokusumo. Panglima yang akan Papa gantikan jabatannya..!!" Kata Papa Igo mengingatkan. "Sekali lagi Papa ingatkan, jangan salah sebut. Mereka masih sangat kuno."
"Halaaaahh... Jaga bocah mah keciiill Pa." Jawab Bang Risang.
"Jangan sesumbar kamu Sang. Tidak ada yang betah ngawal putri panglima."
"Aku sanggup.. sini aku tangani..!!"
Dari balik pintu ada yang menguping pembicaraan mereka. "Hallo Sha.. besok Abangku yang akan jaga kamu."
"Haaahh.. serius lu? Abang lu yang mana? Ganteng nggak?"
"Abang pertama. Abangku nggak ada yang gagal di bawa kondangan. Hanya kelakuannya aja yang minus." Jawab Ayana.
"Oke.. aku handle Abangmu..!!"
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!