Di pagi hari yang cerah matahari mulai muncul di ufuk timur. Di sebuah rumah mewah bertingkat tiga dengan ruangan luas seperti aula, di dalamnya hidup lah satu keluarga harmonis dan bahagia, pemilik rumah itu bernama Yusuf Adijaya istrinya bernama Daisy Liana dengan tiga orang anak.
Faros Adijaya adalah anak laki-laki pertama dari keluarga itu anaknya baik penyayang dan sopan.
Dewa Adijaya anak laki-laki kedua dari keluarga itu sikapnya sama seperti Faros penyayang baik dan sopan.
Audrey Adijaya Liana sorang gadis cantik baik dan juga manja kepada orang tuanya dan juga kedua kakak laki-lakinya. Mereka hidup bahagia di dalam rumah itu. Mereka tinggal di sebuah kota besar hidup mereka benar-benar bahagia.
Pagi itu Audrey ingin berangkat ke sekolah dia berdandan secantik mungkin dia gadis yang beruntung punya keluarga yang sangat menyayanginya dan juga dua kakak laki-laki yang begitu tulus menyayangi dirinya.
''Pagi semuanya,'' sapa Audrey sambil mencium pipi mamanya dan juga pipi papanya, ''kak pagi ini kakak antar aku sekolah ya,'' ujar Audrey kepada Faros yang sedang sarapan.
''Boleh sekalian kakak mau berangkat kuliah,'' sahut Faros.
Saat ini Audrey baru naik kelas SMA1 di sekolahan termahal dan terkenal di kota itu.
''Kenapa gak pergi sama kak Dewa saja kaliankan searah sekolahnya,'' ujar Bu Daisy.
''Gak ah, sekali-kali sama kak Faros jangan sama kak Dewa mulu malas!'' ujar Audrey sambil tersenyum.
Tidak lama mereka pun berangkat ke sekolah Faros mengantar Audrey ke sekolahnya sedangkan Dewa berangkat sendirian dengan motor sportnya.
''Ma, papa berangkat kantor dulu ya,'' ujar pak Yusuf.
''Iya pa,'' sahut Bu Daisy sambil mencium punggung tangan sang suami.
Yusuf segera masuk kedalam mobilnya dan pergi.
''Pak Luky tutup gerbangnya ya,'' ujar Bu Daisy kepada pak Luky yang bertugas membuka pintu gerbang.
di rumah itu ada dua sapam dan juga tukang kebun. Tiga asisten rumah tangga bertugas membersihkan rumah dan lain-lainnya seorang tukang masak bernama Bik Inah dia sudah begitu lama tinggal di kediaman keluarga Yusuf Adijaya itu bik Inah sangat di percaya dalam keluarga itu bahkan anak-anaknya pun bik Inah yang merawat dari kecil saat kedua orang tuanya pergi bekerja.
Jadi tidak di ragukan lagi kalau keluarga itu sangat menyayangi bik Inah seperti keluarga sendiri.
''Bibik hari kita mau masak apa?'' tanya Bu Daisy.
''Apa saja bu, yang di sukai anak-anak,'' sahut bik Inah sambil tersenyum.
Siang itu mereka memasak makanan kesukaan keluarganya dan juga untuk para pekerja di rumahnya. Semua asisten rumah tangga sangat beruntung mendapatkan majikan yang baik dan juga perhatian seperti pak Yusuf dan juga bu Daisy.
''Apa semua makanannya sudah siapa bik?'' bu Daisy.
''Sudah bu, semuanya sudah di atas meja,'' sahut bik Inah.
......................
Berapa jam berlalu Audrey dan Dewa pulang dari sekolah mereka hanya Faros yang belum pulang karena dia kuliah. Dan pak Yusuf dia akan pulang malam.
''Wow! bibik makanannya enak sekali apa bibik yang masak semuanya?'' tanya Audrey masih dengan seragam sekolahnya.
''Gak semuanya Non mama Non juga masak,'' sahut bik Inah.
''Ayo sana ganti baju dulu,'' titah Bu Daisy.
''Iya ma, ini Audrey mau ganti baju,'' ujar Audrey sambil berjalan menuju kamarnya.
......................
Malam harinya mereka makan bersama di satu meja yang sama, para asisten pun memiliki satu meja makan di rumah itu. Bik Inah menyiapkan makanan untuk keluarga pak Yusuf piring-piring sudah tersusun rapi di depan mereka.
Tidak lama selesai makan mereka duduk di ruang tamu yang seperti aula itu sangat luas dan cantik mereka mengobrol disana.
''Pa, kita pergi jalan yuk,'' ajak Audrey.
''Boleh ajak kakak kamu juga biar kita pergi bersama,'' ujar pak Yusuf.
Saat Audrey berdiri dia melihat Faros sudah berpakaian rapi dan keren.
''Kak, kakak mau kemana udah rapi aja?'' tanya Audrey menatap Faros dari ujung kaki sampai ujung kepala.
''Kakak mau jalan sama teman-teman kakak, kenapa?'' tanya Faros sambil membenarkan lengan baju panjangnya.
''Aku baru aja mau ajak kakak jalan sama mama, papa dan juga kak Dewa,'' ujar Audrey.
''Untuk malam ini jangan ya, kakak ada janji sama teman-teman kakak, kalau besok gimana kakak janji deh sama kamu,'' ujar Faros sambil tersenyum dan mencubit pipi adiknya itu, dan pergi.
Audrey pun pergi ke kamar Dewa dia ingin mengajak Dewa pergi bersamanya.
''Kak Dewa kakak ada di dalamkan?'' tanya Audrey sambil mengetuk pintu kamar.
''Iya kakak ada di dalam,'' sahut Dewa.
Audrey membuka pintu kamar Dewa langsung masuk kedalam kamarnya.
''Ada apa?'' tanya Dewa yang sedang memainkan ponselnya.
''Aku mau ajak kakak jalan, papa mama juga ikut rencananya sih, aku mau ajak papa ke mall mau membeli sesuatu,'' ujar Audrey.
''Ya udah ayo kakak juga mau pergi ke mall, ya udah kakak siap-siap dulu,'' sahut Dewa.
''Aku tunggu diluar ya,'' ujar Audrey.
''Iya,'' sahut Dewa.
......................
Sampainya mereka di sebuah mall besar yang ada di kota itu Audrey langsung masuk ke sebuah produk yang terkenal di kota itu, dia mulai membeli apapun yang dia mau di mall tersebut, begitu juga dengan Dewa dia membeli beberapa sipatu di mall itu.
''Pa, lihatlah anak-anak kita mereka begitu bahagia mama harap kita akan selalu seperti ini jangan ada perpisahan di keluarga kita,'' ujar Bu Daisy melihat ke arah Dewa dan Audrey yang sedang berbelanja.
''Iya ma, papa juga tidak mau kalau keluarga kita berpisah,'' sahut pak Yusuf.
Setelah selesai berbelanja kebutuhan mereka Dewa dan Audrey kembali menghampiri kedua orang tuanya.
''Pa, ma, ayo kita pulang,'' ujar Audrey.
''Sudah selesai belanjanya?'' tanya Bu Daisy.
''Udah nih ma,'' sahut Audrey.
Saat mereka ingin keluar dari mall itu, Audrey melihat Faros bersama teman-temannya di sebuah caffe yang di dalam mall itu.
''Ma, itu kak Faros sama temen-temennya kita kesana yuk,'' ajak Audrey.
Apapun yang Audrey mau semuanya di turutin sama orang tuanya, meraka pun mendekati Faros yang sedang ngobrol bersama teman-temannya di caffe itu.
''Kak Faros ternyata kakak disini,'' ujar Audrey sambil tersenyum.
''Tante. Om,'' sapa teman-teman Faros ''ayo duduk tante om,'' ajak mereka.
''Kalian ada acara apa ini?'' tanya pak Yusuf sambil duduk di sebuah kursi di tempat itu.
''Gak ada om, cuma ngerayain hari perpisahan di kampus,'' sahut salah satu teman Faros.
''Ohh yaudah kalau gitu, biar om yang bayar makan apa yang kalian mau,'' ujar pak Yusuf.
.
.
. ... BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTAR VOTE BUNGA BINTANG FAVORIT TIPS.
Guntur Adijaya dia adalah adik tiri dari Yusuf Adijaya, dia menjadi musuh keluarga Adijaya. Dari dahulu dia selalu iri kepada kakak tirinya itu dia sangat membenci Yusuf Adijaya bahkan semua anak-anaknya.
Yusuf Adijaya selalu berhasil dalam kerja sama dengan perusahaan lain diluar negeri maupun di dalam negeri dia selalu berhasil, karena itulah Guntur Adijaya membenci kakak tirinya itu karena dia selalu kalah saing dalam perusahaan, selain itu Guntur Adijaya juga seorang penipu, banyak perusahaan lain di tipunya agar dia bisa mendapatkan keuntungan bahkan dia juga pernah membunuh bosnya sendiri agar perusahaan itu jatuh ke tangannya tapi dia tidak pernah puas dengan hasil yang dia dapatkan.
Dan dia juga menginginkan perusahaan Yusuf Adijaya kakak tirinya itu. Dia akan mendapatkan apapun yang dia mau dia juga berniat ingin menghabisi Yusuf Adijaya agar perusahaan Yusuf Adijaya juga jatuh ke tangannya.
Malam berikutnya Guntur Adijaya membuat sebuah rencana agar dia bisa menghabisi keluarga Yusuf Adijaya. Malam itu dia dan beberapa anak buahnya menuju kediaman keluarga Yusuf Adijaya. Berapa anak buahnya membawa senjata semua sudah di rencanakannya.
''Sekarang kita mau kemana bos?'' tanya anak buah Guntur.
''Malam ini kita akan silaturahmi ke rumah kakak saya yang tercinta!,'' ucap Guntur tersenyum miring, ''kalian juga harus ikut bersama saya dan bawa anak buah kamu yang lainnya,'' ujar Guntur lagi.
''Baik bos,'' sahut anak buah sambil berjalan keluar ruangan kerja Guntur.
''Kakak ku tersayang habisilah waktu bersama keluarga mu malam ini, karena sebentar lagi malaikat maut akan menjemput mu!'' Batin Guntur dengan wajah ganas penuh dengan kebencian.
Tiga buah mobil masuk kedalam pekarangan rumah Yusuf Adijaya. Saat itu keluarga Yusuf sedang menikmati makan malam bersama keluarganya, tidak lama bell rumah berbunyi membuat mereka menghentikan makannya.
''Siapa yang datang malam-malam seperti ini?'' tanya Yusuf.
seorang asisten rumah tangga membuka pintu utama yang besar itu dengan warna ke emasan.
''Selamat malam,'' ujar Guntur kepada asisten yang membuka pintu.
''Selamat malam juga pak mau ketemu dengan siapa?'' tanya Asisten itu.
''Saya mau bertemu dengan pak Yusuf Adijaya apa dia ada di rumah?'' tanya Guntur.
Asisten itu tidak mengetahui bahwa Guntur adalah adik tiri majikannya.
''Apa bapak sudah membuat janji, dengan pak Yusuf?'' tanya Asisten itu.
''Saya hanya ingin bertemu dengan kakak saya apa itu perlu izin,'' ujar Guntur tersenyum.
''Oh.. Maafkan saya pak saya tidak tahu,'' ucap Asisten itu sambil menundukkan kepalanya di depan Guntur.
''Tidak apa-apa,'' sahut Guntur.
Sang asisten pun mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah mewah itu, Guntur berjalan memasuki rumah itu dia duduk di sebuah kursi dengan meja seperti yang ada di caffe-caffe lemarinya penuh dengan minum-minuman bir, tapi tidak untuk di minum hanya untuk di pajang saja agar terlihat lebih menarik.
''Sebentar pak saya panggil pak Yusuf dahulu,'' ujar asisten itu.
Guntur hanya menganggukkan kepalanya, dan asisten pun pergi meninggalkannya di ruangan itu.
''Mohon maaf Pak diluar ada tamu,'' ucap Asisten yang bernama Siska.
''Siapa?'' tanya Yusuf.
''Katanya dia adalah adik Anda pak,'' sahut Siska sang asisten dia pun langsung pergi dari ruangan makan itu.
''Ada apa ini pa, kenapa Guntur datang ke rumah kita mama mesra ada yang aneh pa,'' ujar Bu Daisy merasa cemas dengan kedatangan Guntur ke rumahnya semua yang ada di meja makan terdiam termasuk Audrey, Dewa dan juga Faros mereka hanya diam.
''Gak apa-apa ma, ayo kita temui dia kita akan bertanya kenapa dia datang ke rumah kita dan apa yang dia mau,'' ujar pak Yusuf.
Semuanya pergi meninggalkan meja makan dan berjalan menuju ruang tamu yang seperti aula itu.
''Selamat malam kakak ku, sudah lama kita tidak bertemu mungkin sudah bertahan-tahun,'' ujar Guntur sambil memeluk kakak tirinya itu.
''Katakan apa maksud kedatangan kamu kesini, karena saya tahu kamu datang bukan untuk memperbaiki masalah!,'' ujar Yusuf.
''Oh... Tidak kakak kenapa kamu berprasangka buruk terhadap ku, kakak ipar katakan kepada kakak ku ini, saya datang dengan baik-baik!,'' ucap Guntur ''dan sekarang kaponakan-kaponakan saya sudah dewasa cantik dan juga tampan-tampan,'' ujarnya lagi.
''Kenapa kamu mambawa anak buah mu sebanyak ini kemari jika kamu datang dengan baik-baik kamu tidak akan membawa anak buah sebanyak ini,'' ujar Yusuf.
Guntur melihat ke arah anak buahnya yang berdiri berjejeran dengan gayanya masing-masing dan dengan wajah sangar mereka.
''Kenapa kalian cuma berdiri saja, ayo duduk ini adalah rumah kakak saya, ayo duduk,'' ujar Guntur menyuruh mereka duduk di ruangan itu.
semua anak buahnya duduk di sebuah kursi mewah dengan kaki tanpa melepaskan sepatu mereka. Mereka benar-benar tidak sopan.
''Hai! kalian harus melepaskan sepatu kalian jika ingin masuk kedalam rumah orang, ini benar-benar tidak sopan!,'' ujar Yusuf.
'' Hai! tidak ada yang bisa memarahi anak buah saya, kecuali saya, kamu siapa bisa memarahi mereka!,'' ucap Guntur.
''Anda siapa bisa membentak papa saya!,'' ujar Faros mendekati Guntur.
''Wow seperti inikah kamu mengajari anak-anak mu tidak sopan kepada orang lebih tua,'' ucap Guntur mendorong tubuh Faros dengan sangat kuat.
Membuat Faros terjungkal ke belakang, Dewa dan Audrey langsung berlari mendekati Faros dan membantu Faros untuk berdiri.
''Wah saudara yang baik saling membantu, aku suka seperti ini, tapi kenapa kakak saya ini tidak seperti kalian,'' ujar Guntur.
''Kau hanya mementingkan diri mu sendiri, kau juga menipu orang lain hanya demi kepentingan dan misi kajam mu itu, saya tidak suka orang seperti kamu!'' ujar Yusuf.
Guntur menatap lurus ke mata Yusuf penuh kebencian dalam dirinya rasanya dia ingin menghabisi Yusuf saat itu juga di depan anak-anak dan istrinya.
''pak sapam pak Luky,'' panggil Yusuf tetapi tidak ada seorang pun yang menyahut panggilannya.
Guntur tertawa terbahak-bahak karena panggilannya tidak di sahut oleh orang-orang yang menjaga keamanan rumahnya.
''Kau tidak perlu berteriak sekeras seperti itu, karena orang-orang kepercayaan mu itu, sudah saya sekap jauh-jauh dari sini mereka tidak akan mendengar teriakan kamu!,'' ujar Guntur.
''Apa yang kau inginkan dari saya?'' tanya Yusuf.
''Pertanyaan yang bagus, saya menginginkan perusahaan kamu jatuh ke tangan saya!,'' ujar Guntur.
''Apa kamu bilang, apa saya gak salah dengar, dengan hak apa kamu meminta perusahaan saya ha!,'' ujar Yusuf.
''Berani sekali kau menolak permintaan saya, tanda tanganni sekarang juga kalau tidak saya akan menghabisi kamu di depan keluarga mu!,'' ancam Guntur sambil melemparkan dokumen pengalihan perusahaan.
.
.
.
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTAR VOTE BUNGA BINTANG FAVORIT TIPS
Yusuf menatap Guntur, dan kembali menatap surat dokumen yang di lempar oleh Guntur di atas meja, Yusuf berjalan mendekati Guntur, plak sebuah tamparan keras di wajah Guntur membuat wajahnya panas dan memerah bekas tamparan Yusuf masih membekas di wajahnya.
Guntur hanya bisa terdiam terpaku matanaya melebar dan merah menatap Yusuf yang berdiri di depannya Guntur masih memegang pipinya yang masih terasa panas itu.
''Berani sekali kau menampar ku!,'' ujar Guntur.
''Kau itu bukan saudara ku, atau pun adik tiriku kau hanya anak pungut yang di ambil oleh kedua orang tua ku, tapi kau tidak tahu berterima kasih kepada keluarga ku. Kau malah menghabisi ayah ku dan merampas hartanya, sekarang kau ingin merampas harta ku, siapa kau? berani seperti itu kau pantas mendapatkan tamparan ku!,'' ujar Yusuf dia benar-benar sangat marah kepada Guntur.
Faros memeluk kedua adiknya, dia hanya bisa menyaksikan papanya dan pamannya bertengkar soal harta.
''Lihatlah dirimu yang hanya bisa merampas dan merampok milik orang lain dan mengambil ke bahagiaan orang lain seharusnya kau sadar, kau bisa mencari yang lebih baik, tapi tidak kau hanya mengambil keuntungan dari orang lain,'' ujar Yusuf.
Wajah Guntur semakin memerah dia mengepalkan tangannya dan meninjukan ke wajah Yusuf membuat Yusuf sepoyongan gara-gara pukulan keras dari Guntur.
''Papa,'' teriak Bu Daisy melihat suaminya yang telah jatuh kelantai.
Faros dan yang lainnya berlari mendekati papanya Bu Daisy memeluk suaminya.
''Berani sekali kamu bicara seperti itu kepada ku, inilah akibatnya jika berani menghina ku!,'' ujar Guntur.
Guntur mengambil kembali dokumen yang berada di atas meja itu dan melemparnya ke wajah Yusuf.
''Tanda tangan sekarang juga kalau tidak aku akan menghabisi kamu sekarang juga,'' Guntur mengeluarkan sebuah senjata dari dari pingang celananya dan mengarahkan senjata itu di wajah Yusuf.
Yusuf kembali berdiri sambil memegang surat dokumen itu, dia mengangkat dokumen itu dan merobek-robeknya di depan wajah Guntur. Dan melemparkannya ke wajah Guntur.
''Kau pikir aku takut dengan ancaman mu itu tidak akan, kau pikir saya akan menandatangani dokumen palsu ini tidak akan terjadi sampai kapanpun!,'' ujar Yusuf.
''Kau sudah membuat ku benar-benar marah!,'' ucap Guntur.
Saat Yusuf membalikkan badannya, Guntur mengokang senjatanya dan menembakkannya ke belakang Yusuf, Bu Daisy berteriak melihat suaminya di tembak di depan matanya begitu juga dengan Audrey dan Dewa menyaksikan papanya di bunuh di depan mata mereka, Faros hanya bisa berdiri terpaku melihat kejadian itu.
Guntur yang licik berjalan mendekati sebuah tempat duduk dia menonton dan menyaksikan penderitaan keluarga Yusuf, dia seperti menonton sebuah drama televisi. Dia hanya tertawa terbahak-bahak menyaksikan semua itu.
''Papa jangan tinggalin mama pa,'' ucap Bu Daisy dengan air mata yang terus mengalir deras dari kedua matanya.
''Papa jangan tinggalin kita pa, Audrey mohon pa, jangan tinggalin Audrey,'' ujar Audrey air mata terus berjatuhan.
''Kurang ajar kau!,'' Faros melemparkan ponselnya ke wajah Guntur.
Membuat Guntur meringis kesakitan keningnya mengeluarkan darah. Wajah Guntur merah padam menatap Faros yang berdiri di hadapannya, Faros menghajar Guntur habis-habisan hingga wajahnya berdarah.
Anak buah Guntur pun langsung menghajar Faros hingga membuat Faros tidak sadarkan diri, Dewa menghampiri Faros yang sudah tidak sadarkan diri itu.
''Kak Faros, bangun kak,'' ujar Dewa sambil menguncangkan tubuh Faros, ''kenapa kau begitu jahat kepada keluarga ku?'' tanya Dewa.
''Aku ini paman mu, aku hanya meminta hak ku saja, cuma itu tapi papa mu tidak memberikannya,'' ujar Guntur begitu entengnya.
Dia berkata kalau perusahaan Yusuf adalah haknya, padahal dia tidak ada hak apapun dalam perusahaan itu.
''Kau bukan paman ku, kau adalah penjahat yang telah membunuh papa ku,'' sahut Dewa dia berdiri dan menendang kaki Guntur, sehingga membuat Guntur kesakitan di bagian kakinya.
''Hajar anak bereng*** ini dia sudah menendang kaki saya,'' ujar Guntur memerintahkan anak buahnya untuk menghajar Dewa.
Anak buah Guntur pun segera menghajar Dewa habis-habisan membuat Dewa menjadi bababelur, Faros pun akhirnya sadar dia mencoba untuk. Berdiri dengan sepoyongan dia ingin membantu Dewa yang sedang berkelahi dengan anak buah Guntur.
Saat Faros ingin memukul anak buah Guntur bu Daisy melihat Guntur mengarahkan senjatanya ke arah Faros, bu Daisy pun berlari mengejar Faros. Dia melindungi Faros dari tembakan Guntur, sebuah peluru menembus dada Bu Daisy.
''Mama....!'' teriak Audrey melihat Bu Daisy di tembak oleh Guntur.
Faros langsung menangkap tubuh mamanya dan membaringkannya di lantai.
''Ma, apa yang mama lakukan?'' tanya Faros.
''Mama hanya ingin melindungi kamu dari tembakan Guntur,'' sahut bu Daisy dengan terbata-bata.
''Ma, mama yang kuat ya ma, Faros akan membawa mama ke rumah sakit,'' ujar Faros.
''Gak, mama sudah gak kuat lagi, kamu tolong jaga adik-adik mu saat mama dan papa sudah gak ada,'' ujar bu Daisy dengan napas tersedak-sedak bu Daisy pun menghembuskan napas terakhirnya di pelukan Faros.
''Mama...'' Faros berteriak dengan sekuat tenaganya melihat mamanya sudah tidak bernyawa lagi di depan matanya.
Seorang Faros menagis sejadi-jadinya sambil terus memeluk tubuh mamanya yang telah berlumuran darah itu.
......................
...DI TEMPAT LAIN..
Di gudang diamana para asisten rumah tangga di sekap disana. Termasuk bik Inah juga di sekap disana, bik Inah sadar dari pingsannya dia melihat sekelilingnya bahawa dia berada di sebuah gudang. Dia juga melihat kalau pak Luky dan Siska dan asisten lainnya yang juga di sekap.
''Ada dimana kami ini,'' batin bik Inah sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
Bik Inah mencoba melepaskan tali yang mengikat tubuhnya setelah lepas dari ikatan itu dia segera pergi dari gudang tersebut dia ingin mencari bantuan.
Bik Inah tidak tahu kejadian apa di rumah majikannya dia pun datang kesana untuk meminta tolong. Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar sebuah tembakan dari dalam rumah majikannya itu.
''Bunyi apa itu, apa yang terjadi,'' batin bik Inah.
Bik Inah kembali berjalan untuk melihat apa yang terjadi di dalama sana. Saat dia melihat ke dalam rumah, bik Inah sangat terkejut melihat majikannya sudah terbujur kaku dengan lumuran darah di tubuhnya meskipun bik Inah jaraknya masih jahu tapi dia begitu jelas melihat darah itu. Bik Inah benar-benar tidak percaya apa yang telah dia lihat.
Guntur menembak sebuah lampu yang ada di ruangan itu membuat lampu itu pecah berserakan dimana-mana.
''Kalian harus lari dari sini,'' suruh Faros.
''Tidak kak, kami tidak akan pergi kak, aku gak akan pergi meninggalkan kamu sendirian disini,'' Sahut Dewa.
.
.
.
. ... BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTAR VOTE BUNGA BINTANG FAVORIT TIPS
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!