NovelToon NovelToon

Pengasuh Centil

Bab 1 Kalah Taruhan

"Arrrrgh, lepaskan Aku!" teriak seorang gadis muda yang sedang ditarik paksa oleh beberapa pemuda di pinggir jalan. Gadis muda, cantik, dan seksih itu adalah Jovanka Baron.

Tangannya dicekal dengan keras oleh Bolu dan Bablu yang sudah sering menggodanya ketika ia melewati gank komplek perumahan itu.

Penampilan gadis muda yang cantik dan centil itu rupanya semakin menarik perhatian dua pemuda pengangguran yang baru saja menonton video berwarna biru dari layar handphonenya itu.

"Lepaskan Aku! plis jangan sentuh Aku!" mohon Jojoba dengan tangis memilukan. Ia terus menerus memberontak agar tangannya terlepas.

Akan tetapi kekuatannya sungguh tidak seberapa. Ia tidak bisa melawan dua pria yang sedang dalam kondisi sangat berhasrat itu.

Krek

Rok pendeknya yang memang hanya mampu menutupi beberapa titik penting dalam tubuhnya kini telah dirobek paksa oleh Bablu. Jojoba menutup rapat matanya karena tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Oh Tuhan, tolong selamatkan Aku. Aku tidak ingin jadi kambing guling di depan laki-laki brengsek ini. Aku masih tersegel Tuhan.

Berikanlah Aku jodoh terbaik yang akan membuka segelku dengan baik dan benar. Dan juga orang itu harus tampan dan juga kaya ya Allah.

Duda pun tak apa asalkan istrinya sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Krek

"Arrrrgh!" Sekali lagi bunyi robekan di pakaian bagian atasnya kedengaran. Ia sudah bisa merasakan kalau tubuhnya sekarang sudah mulai dingin. Angin malam sudah mulai menusuk tulang-tulangnya.

Ia terus menendang dan berteriak meminta tolong. Tapi sayangnya suaranya tertelan oleh tawa dua laki-laki brengsek yang sudah mulai membuka celananya.

"Jo Jo Ba, bagus banget namamu cantik, hahaha... aaargh brengsek kamu Bolu, Aku yang duluan!"

Bugh

"Aaaargh!" Bolu berteriak lagi karena mendapatkan tendangan yang kedua dari orang yang ia anggap Bablu. Pria itu langsung terpelanting jatuh ke lantai ruko yang tidak laku-laku itu.

"Sial! Siapa kamu mengganggu kesenangan kami!" teriak Bolu dengan wajah marah. Hasratnya yang sudah berada diubun-ubun kini harus buyar karena tendangan pria itu pada kepala bagian bawahnya.

Bablu sendiri yang masih memegangi tangan Jojoba langsung meringsek maju untuk membantu temannya.

"Kyaaaaa!'

Ia berteriak keras dan menyerang pria tinggi berjaket kulit itu dengan tangannya yang ia kepal kuat. Tapi sayangnya sang pria penolong itu berkelit dan akhirnya hanya memukul angin.

Bugh

Pria itu langsung menendang bokong Bablu dan berakhir terjerembab ke lantai dan menumpuk tubuh Bolu yang sejak tadi tidak bisa bangun karena tubuhnya terjebak di dalam sebuah ban mobil tua.

"Ayo cepat kamu pulang!" titah pria penolong itu seraya memakaikan jaketnya pada tubuh Jojoba yang nampak terbuka disana-sini. Ia langsung menarik tangan gadis itu untuk keluar dari tempat itu.

"Terimakasih banyak," ucap gadis itu seraya merapatkan jaket kulit milik pria itu ke tubuhnya. Airmatanya ia susut dengan punggung tangannya seraya menatap pria penolong itu dengan tatapan takjub.

Saat ini mereka sudah berada di bawah lampu jalan antara gang Flamboyan dan juga gang Seruni.

"Rumah kamu di dekat sini 'kan?" tanya pria itu dengan mata memandang gerbang Gang Flamboyan.

"Eh kok tahu?" tanya Jojoba tersentak.

"Sana kamu cepat pulang. Kalau bisa kamu gunakan kakimu untuk berlari. Aku akan lihat dari sini."

"Eh?"

"Ayo cepetan!"

"Dan ingat untuk tidak kecentilan lagi dan memancing orang jahat untuk melakukan hal seperti tadi!" Jojoba memandang pria itu dengan senyum samar dibibirnya.

"Apa lagi? Ayo cepetan pulang!" sentak pria itu dan langsung membuat gadis itu kaget. Ia pun berlari ke arah Rumahnya yang tidak jauh dari tempat itu.

Ia sudah melupakan satu kresek belanjaannya yang sempat terlempar gara-gara penyekapan Bolu dan Bablu. Indo April adalah tujuannya tadi untuk membeli cemilan saat sedang mengerjakan tugas atau berbalas chat dengan teman-teman Genk nya.di

🌺

"Golll!" Semua orang berteriak senang saat tim andalan mereka berhasil mencetak gol lagi untuk yang kedua kalinya. Hanya Jovanka Baron atau Jojoba yang tidak senang.

Bibirnya mencebik kesal setiap teman-temannya itu berteriak kegirangan ketika gol kembali tercetak dari kesebelasan lawan.

"Goll!" Sekali lagi sekelompok gadis-gadis muda mahasiswi jurusan Akuntasi manajemen itu melompat kegirangan dan memeluk Jojoba dengan histeris.

Kesebelasan yang mereka dukung dalam event bola terbesar di dunia ini menang telak. Mini Geraldine yang merupakan sekretaris Genk mereka langsung menghampiri Jojoba sang ketua perkumpulan mereka

"Jo, bersiaplah sayang, kamu telah kalah," ujar Mini Geraldine dengan seringai diwajahnya. Kekalahan tim kesebelasan favorit gadis itu berarti ia telah siap menerima keputusan taruhan mereka.

"Sekarang buka gulungan kertas ini Jo. Disana kamu akan melihat apa yang harus kamu lakukan." Jojoba sang pencetus ide taruhan kini harus mematuhi aturan. Apa pun isi gulungan kertas itu ia harus melakukannya.

Naomi langsung merebut gulungan yang baru saja diambil dari dalam toples kaca yang sedang dipegang oleh Mini.

"Aku yang buka ya," ucap Naomi dengan senyum diwajahnya. Gadis itu ingin sekali kalau Jojoba menderita dengan ide taruhannya sendiri.

"Pengasuh!" baca Naomi dengan suara kerasnya. Tubuh Jojoba langsung melorot ke lantai. Ia tidak begitu suka dengan anak-anak. Di rumahnya saja ia tidak pernah akur sama adiknya.

"Oh tidak Naomi, bisa nawar gak?" ujarnya dengan wajah frustasi.

"Tidak!" jawab yang lain serentak.

"Dan, kamu harus jadi pengasuh selama satu bulan!" tambah Mini Geraldine dengan seringai diwajahnya.

"Tempatnya bebas. Kamu bisa cari di sekitar Rumah kamu Jo, yang kemungkinan ada keluarga yang sedang butuh pengasuh untuk anaknya."

"Gimana kalau Aku jadi pengasuh di rumahku sendiri? Adik Aku kan masih ada yang kecil."

"Tidak!" jawab yang lain serentak. Jojoba menelan salivanya kasar. Ia sungguh berada dalam kegalauan sekarang.

"Bisa anu gak?"

"Tidak!"

"Dimulai hari ini ya Jo, tanggal 1, nanti akan berakhir tanggal 28. Karena kebetulan ini bulan februari." putus Mini Geraldine yang disetujui oleh semua orang. Jojoba sekali lagi merasakan dunianya hancur karena Bola.

Dalam hati ia berharap semoga saja ada keluarga yang mau menjadikannya sebagai pengasuh yang tidak tahu apapun tentang anak-anak.

🌺

*Bersambung

Hai readers tersayang, jumpa lagi kita di lapak ini dalam kisah ringan yang sederhana dan menghibur.

Semoga ada manfaat yang bisa kita ambil dalam cerita cinta sang pengasuh Centil.

Ingat lho untuk memberi penilaian dengan rating bintang lima ya. Dan jangan lupa di favoritkan, like dan komentar juga ya, supaya othor receh ini semangat ngayal dan update.

Okey, nikmati alurnya dan happy reading 😍

Bab 2 Bertemu Lagi

"Stop! Stop! Stop! Berhenti di sini aja Pak!" teriak Jojoba pada driver ojol yang akan mengantarnya pulang ke rumahnya. Tangannya ia gunakan untuk memukul bahu sang ojol dengan keras.

"Kita 'kan belum sampai mbak," ujar kang ojol dengan tangan kiri dan kanan mengerem mendadak motor matiknya.

"Awwww! pelan-pelan dong kalau mau berhenti!" teriak Jojoba dengan wajah meringis. Helm yang dipakainya sampai terantuk dengan keras ke helm sang driver.

"Mbaknya sih minta berhenti pakai mukul segala. Kan kirain udah kebelet gitu." gerutu pria itu dengan tampang tak berdosa.

"Udah ah Pak, gak usah kesal begitu. Cukup Aku aja yang kesal hari ini. Nih Aku kasih bonus," ucap gadis itu seraya melepaskan helm kemudian menyerahkannya pada driver itu. Ongkos perjalanannya pun tak lupa ia serahkan dengan bonusnya.

Jojoba langsung berlari ke arah taman bermain yang sudah disiapkan oleh Pak lurah di kelurahan tempatnya tinggal. Ia harus melaksanakan taruhan itu sekarang juga atau ia akan dianggap pecundang.

Caranya adalah ia harus mencari anak yang sedang bermain di tempat itu yang tidak sedang didampingi oleh Nanny atau orangtuanya.

Matanya pun menatap berkeliling mencari anak-anak yang sedang sendirian bermain di tempat itu.

"Ah itu dia. Kayaknya lagi sendirian tuh," ucapnya dengan wajah gembira. Ia pun mendekat seraya mengeluarkan beberapa potong coklat dan juga lolipop.

"Cilukbaaaa...," ucapnya pada seorang anak perempuan berumur kira-kira empat tahunan. Gadis kecil berambut pirang itu langsung menatapnya dengan tatapan bingung.

Jojoba kembali menutup wajahnya dengan telapak tangannya kemudian membukanya lagi seraya berucap, "Cilukbaaaa...,"

Gadis kecil itu tersenyum kemudian menyerahkan bonekanya pada Jojoba.

"Kakak pasti tidak punya teman ya?" tanya gadis cilik itu dengan tatapan serius ke arah Jovanka Baron.

"Ah iya kamu betul sekali. Makanya Aku kesini karena mau punya teman seperti kamu cantik," balas gadis berusia 18 tahun itu dengan wajah bahagianya.

"Benalkah? Aku juga tidak punya teman kakak. Kita belteman yuk," ucap gadis cilik itu seraya menyodorkan jari kelingkingnya kepada Jojoba. Gadis berusaha 18 tahun itu menyambutnya dengan antusias. Mereka berdua saling menautkan jari kelingking mereka dengan perasaan senang.

"Holee Aku udah punya teman!" teriak gadis cilik itu seraya melompat dan memeluk Jojoba.

"Nama kamu siapa cantik?"

"Nama Aku Luby. Kalau kakak namanya sapa?" Ruby balas bertanya serata memandang wajah Jojoba.

"Namaku Kak Jojoba."

"Ah lucu namanya, Jo Jo Ba hihihihi."

"Kamu juga lucu Libur hihihihi,"

Jojoba semakin senang. Ia sangat yakin misinya pasti berhasil saat ini karena gadis cilik dihadapannya pasti tidak mempunyai seorang pengasuh. Ruby juga sudah nampak tertarik padanya.

"Boleh gak kakak main ke rumah kamu?"

"Boleh. Aku suka kalo punya teman. Di lumah Cepi gak ada yang mau temenan cama aku. Gadis kecil itu pun menunduk dengan wajah yang tiba-tiba sangat sedih.

Hati Jovanka tersentuh. Ia jadi sangat kasihan pada anak kecil yang sangat cantik dihadapannya ini. Diam-diam ia jadi merasa bersyukur karena mempunyai adik yang selalu ia temani berantem.

"Mama sama Papa sibuk ya?" tanya Jojoba seraya meraih tangan Ruby agar duduk di sampingnya. Ruby tidak menjawab. Bibirnya yang tadi selalu tersenyum saat kedatangannya kita berubah menjadi mangkuk terbalik. Ia nampak ingin menangis.

Radith Aditya yang melihat dari jauh putrinya bersama dengan orang asing langsung berlari ke arah mereka dengan cepat. Tadinya ia meninggalkan putrinya itu untuk membeli minuman.

Berita tentang maraknya penculikan anak membuatnya sangat khawatir. Ia langsung meraih putrinya ke dalam pelukannya kemudian menatap Jojoba yang juga menatapnya.

"Kamu?!" pria itu hanya bisa mengucapkan kata itu karena sudah pernah bertemu dengan gadis centil dihadapannya.

"Eh, Pak, Eh Mas kita bertemu lagi," ucap Jojoba dengan perasaan gugup. Ia langsung berdiri dari duduknya. Ia merapikan rambut dan pakaiannya dengan sangat penuh drama. Sudah lama ia ingin bertemu lagi dengan pria penolongnya malam itu.

"Papa, ini teman Luby. Namanya kakak Jo Jo Ba," ucap Ruby memperkenalkan. Seketika hati Jojoba mencelos. Ruby memanggilnya Papa, berarti pria itu sudah tidak bisa lagi dijangkau oleh tangannya.

"Oh Jo Jo Ba ya? nama yang unik. Terimakasih banyak ya udah jaga putriku. Sekarang kami pulang duluan. Selamat sore."

"Aku belum mau pulang Papa. Aku masih mau main sama kakak Jo," rengek Ruby tak mau pulang.

"Tapi ini sudah sore sekali sayang, nanti main lagi sama kakak ya?" bujuk Radit Aditya pada putrinya yang sedang merajuk itu.

Tubuh anak itu bagaikan terkena lem pada kursi taman itu. Ia sama sekali tidak ingin bergerak dari sana membuat Radit Aditya jadi bingung.

Jangan ditanya perasaan Jojoba saat ini. Ia sangat senang dengan senyum cerah diwajahnya. Dalam hati ia terus berdoa agar gadis cilik itu semakin merajuk agar ia bisa ikut pulang bersama dengan mereka.

"Gak mau pulang Papa!" teriak Ruby seraya berlari ke arah Jojoba dan memeluk gadis itu. Radit Aditya langsung memandang Jojoba untuk meminta pertolongan.

"Luby pulang dulu ya, kata Papa ini udah sore sayang," ucap Jojoba yang langsung membuat pria tampan di hadapannya itu tersenyum lega.

"Aku mau pulang kalau kakak ikut! kita main lagi di lumah." balas gadis cilik itu dengan tegas.

"Ruby. Gak boleh ngajak kakak seperti itu. Ini udah hampir malam lho. Kakak Jo Jo Ba pasti juga sudah ingin pulang iyyakan?"

"Ah tidak apa-apa Pak. Aku bisa kok ikut pulang bersama kalian. Aku kan tinggal di daerah sini juga," jawab gadis itu wajah berbinar senang.

"Hah?"

"Ah iya baiklah. Kita pulang sama-sama," ujar Radit Aditya mengalah. Sungguh ia merasa risih untuk pulang ke rumahnya dengan seorang gadis cantik dan juga sangat seksih seperti itu. Ia takut akan fitnah.

"Holeee, kita pulang sama-sama," Ruby meloncat kegirangan karena keinginannya diikuti oleh sang Papa. Jovanka alias Jojoba ikut senang. Karena sebentar lagi ia akan mengirimkan video atau fotonya di rumah anak itu.

Mereka pun pulang ke Rumah dengan mengunakan mobil Radit Aditya. Jarak antara taman dan gang Seruni sekitar 500 meter.

"Ayo masuk kakak. Aku tunjukkan mainanku yang sangat banyak," ucap Ruby seraya menarik tangan Jojoba ke dalam rumah minimalis tetapi sangat mewah dan juga rapih itu.

"Wow mainannya banyak sekali Ruby, ini seperti istana mainan," ucap Jovanka dengan mata takjub dengan isi kamar yang cukup luas itu.

"Iya Kakak. Tapi aku seling main sendili jadinya suka sedih dan tidak enak," jawab gadis cilik itu dengan wajah berubah sendu.

"Mama kemana sayang?" tanya Jovanka hati-hati. Ia meraih tubuh Ruby ke dalam pelukannya.

🌺🌺🌺

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Bab 3 Mandi Bersama

"Ekhem," Radit Aditya berdehem agar gadis asing yang belum ia kenal baik itu tidak bertanya-tanya lagi tentang Mama dari putrinya itu.

"Eh Papa, sini Pa, main sama kakak Jo," panggil Ruby seraya keluar dari pelukan dan pangkuan gadis yang bernama Jojoba itu. Ia berpindah ke rumah Barbie yang lumayan besar setinggi badannya.

Mata Radith Aditya langsung ia alihkan ke sembarang arah karena tak sengaja melihat rok mini yang dipakai oleh gadis itu tersingkap ke atas dan memperlihatkan yang tidak seharusnya ia lihat.

Ya ampun gadis centil ini bisa-bisanya malah ada di dalam rumahku. Gerutu pria itu dalam hati.

"Ruby, mandi sore dulu sayang," panggil pria itu seraya melangkahkan kakinya ke arah putrinya yang mulai sibuk mengatur boneka-boneka yang tampak sangat cantik dengan pakaian-pakaian yang sangat seksih itu.

"Gak mau Pa. Aku maunya mandi sama Kakak Jo aja," tolak gadis cilik itu dan langsung berlari dan menubruk tubuh Jojoba yang sedang ingin berdiri dari duduknya. Mereka berdua kemudian jatuh ke lantai dengan Ruby yang berada di atas tubuh Jojoba.

Oh ya Ampun, apa ini? Rezki atau musibah kah? gumam Radith Aditya dalam hati. Matanya kembali melihat sesuatu yang sangat mengundang salivanya untuk ia telan sangat kasar.

Pangkal paha mulus gadis itu tampak begitu jelas dimatanya yang sudah lama berlibur melihat yang seperti itu. Dua kali sudah ia melihat gadis centil itu dalam tampilan yang sangat menggoda imannya sebagai seorang duda.

"Papa sini, bantuin. Kakak gak bisa bangun!" Ruby berteriak memanggilnya untuk membantunya bangun. Radit Aditya mengabaikan panggilan putrinya. Ia benar-benar harus menghindari gadis itu yang telah berani membuat sesuatu dari dalam dirinya bergolak.

"Segera mandi Ruby. Papa tunggu kamu di ruang Sholat, okey?!" Pria itu pun pergi dari kamar itu dan tak mau lagi melihat dua perempuan beda usia itu.

"Ayo bangun kak, Papa tidak pintal main-main. Ia sangat kaku, hehehehe," ujar Ruby seraya bangun dari tubuh Jovanka. Ia langsung membantu gadis berusia 18 tahun itu untuk bangun dengan menarik tangannya.

"Ayo kita mandi Kak nanti Luby kena malah sama Papa." Gadis cilik itu segera berlari keluar dari kamar itu diikuti oleh Jovanka.

"Kamalku disini Kak, ayo sini..." panggil Ruby dengan tangan melambai-lambai kearah gadis cantik itu. Jovanka tersenyum kemudian mengikuti Ruby kesebuah kamar lain di dalam rumah itu.

Kamar yang cantik dan rapih

Gumamnya dengan tatapan takjub pada penataan ruangan di dalam kamar itu. Dalam hati ia kembali bertanya dimana mama dari gadis cilik pemilik kamar itu.

"Ayo Kak, kita mandi." panggil Ruby lagi seraya membuka pakaiannya sendiri. Yang tersisa hanya underwear yang dipakai oleh anak itu. Ia pun menarik tangan Jojoba untuk ikut masuk ke kamar mandi.

"Aaaaaa!" Jojoba berteriak kaget karena langsung disemprot air oleh gadis cilik itu sedangkan ia masih berpakaian lengkap.

"Ruby, kamu membasahi pakaianku dedek sayang," ujarnya dengan bibir mengerucut. Ia langsung meraih selang air yang sedang dipegang oleh gadis cilik itu dan memasangnya di tempatnya lagi.

"Supaya kakak ikut mandi hihihi," Ruby kembali membasahi Jovanka dengan air dari tempat lain.

"Aaawwwww Ruby! kamu nakal ya," balas Jovanka lagi seraya mengangkat tubuh mungil itu ke dalam bathtub.

"Papa bilang gak boleh bilang nakal kakak," tegur Ruby dengan wajah seriusnya. Jari telunjuknya ia goyang-gayangkan di depan wajahnya. Jovanka hanya tersenyum kemudian menjawab,

"Maafkan kakak ya Ruby. Itu karena kamu juga sih main semprot-semprot aja, 'kan kakak jadi basah." bibir Jovanka ia buat mengerucut berpura-pura sedih.

"Iya deh Kak. Luby minta maaf," ujar gadis cilik itu seraya memeluk tubuh Jovanka.

"Kita mandi ya kak sama-sama," lanjutnya dengan wajah kembali gembira. Ia sudah membayangkan akan bermain-main dengan busa sabun bersama dengan teman barunya itu.

"Tapi Kakak tidak bawa baju ganti sayang, nanti kakak mandi di rumah Kakak aja ya?" tolak Jovanka dengan halus.

"Gak boleh. Kakak gak boleh pulang. Bobok sama Luby aja," ujar gadis cilik itu seraya menarik tangan Jovanka ke dalam bathtub itu.

"Kakak gak punya baju ganti Ruby, besok deh kalau udah pulang dari sekolah. Kakak kesini lagi ya?"

"Gak mau. Ada banyak sekali bajunya Mama bisa kakak pakai. Ayo mandi," rengek.gadis cilik itu lagi.

"Hem baiklah. Karena kamu memaksa. Tapi habis ini kakak pulang dulu ya, mau minta izin sama mama di rumah." Mereka berdua pun akhirnya mandi bersama dengan sangat seru sampai lupa waktu.

Sedangkan Radit Aditya mondar-mandir di ruang sholat sambil menunggu Ruby yang biasanya selalu sholat bersamanya.

"Bik, bisa panggilkan Non Ruby di kamarnya?" pintanya pada Bik Mina sang Asisten Rumah Tangga di rumahnya.

"Baik Tuan."

Tak lama kemudian perempuan paruh baya itu datang bersama dengan Ruby yang sudah siap dengan mukenanya.

"Papa, maaf Luby telat. Mandinya sangat selu," ujar Ruby saat ia sudah sampai di depan Radit Aditya sang Papa.

"Gak apa-apa. Ayo kita sholat "

"Gak nunggu Kakak Jojoba?"

"Emangnya dia mau sholat juga?"

"Gak bilang-bilang sih, lagian kakak Jo tidak punya baju, hihihi," jawab Ruby cekikikan. Radit Aditya hanya menarik nafasnya kemudian segera mengumandangkan Iqamah dan mulai memimpin sholat magrib.

"Papa, Kakak Jo belum pakai baju," ujar Ruby sesaat setelah ia membaca doa setelah salam. Rupanya ia sejak tadi kepikiran tentang teman barunya itu yang masih berada di dalam kamarnya dengan mengenakan handuk saja.

"Hah? bajunya tadi memangnya ia taruh dimana?" tanya Radith Aditya dengan wajah penasaran.

"Bajunya kakak Jo basah Pa. Luby tadi main basah-basahan di Kamal mandi. Pokoknya selu sekali, hihihi."

"Pinjam bajunya Mama boleh?" Radith Aditya tersentak kaget dengan permintaan putrinya itu. Selama ini ia tidak pernah membuka lemari pakaian mantan istrinya itu karena terlalu benci dan marah pada perempuan itu.

Ia sungguh tidak Ingin membuka apapun yang mungkin membangkitkan kenangan tentang perempuan yang melahirkan Ruby itu.

"Pa, Papa!" panggil Ruby karena sang Papa hanya diam saja.

"Papa akan panggil Bik Mina. Mungkin ia mempunyai baju yang cocok dengan teman barumu itu." Ia pun berdiri dari sajadahnya dan segera mencari asisten rumah tangganya.

"Bik, tolong carikan baju yang cocok dipakai oleh temannya Ruby."

"Oh temannya yang tadi ya Tuan?"

"Iya Bik."

"Sudah saya kasih baju Tuan."

"Oh iya makasih ya Bik. Nah Ruby dengar kan kalau teman mu itu sudah..."

Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya pada Ruby, gadis centil yang ia maksud itu sudah muncul dihadapannya dengan mengunakan pakaian yang sangat ia kenal.

🌺🌺🌺

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!