"Sayang, malam ini aku pulang telat lagi ya. Mau meeting sama klien," ucap suara dari seberang telepon.
"Tapi Mike, kamu kan udah janji kalau malam ini kita mau dinner!" Protes Hinata, wanita muda berusia dua puluh lima tahun yang saat ini sedang bersolek di depan meja hias nya.
Sapuan kuas di tangan nya pada pipi sempat terhenti saat suami nya, Mike menelpon. Dan ternyata, panggilan dari cinta pertama nya itu hanya ingin membatalkan rencana makan malam mereka hari ini.
"Iya, maaf. Habis nya, ini penting banget sih, Yang. Eh, sudah dulu ya, Nat. Klien ku udah di depan nih! bye!" Pamit Mike terburu-buru.
Klik.
Dan sambungan telepon pun terputus.
"Lagi-lagi ingkar janji! Huuh!" Kesal Hinata sambil melemparkan kuas blush on ke atas meja.
Ditatapnya wajahnya sendiri dalam pantulan cermin di depan nya.
Mata sipit, rambut hitam legam, kulit putih. Itu adalah ciri yang masih terlihat jelas pada wajah wanita keturunan Jepang itu.
Hanya saja, terdapat perubahan besar antara Hinata di depan nya kini dengan Hinata beberapa tahun yang lalu, saat ia masih menekuni profesi sebagai model top di negeri ini. Karena kini, tubuh nya terlihat jauh lebih berisi.
Semenjak dilamar dan menikah dengan Mike, sahabat masa kecil sekaligus cinta pertama nya, wanita 25 tahun itu memutuskan untuk langsung berhenti bekerja.
Hinata ingin memfokuskan dirinya menjadi seorang istri yang baik bagi Mike. Dan ini sudah ditekuni nya selama hampir lima tahun.
Tak banyak yang berubah dalam kehidupan pernikahan nya bersama Mike. Hinata mengakui kalau ia memang menjadi lebih gemuk.
Bagaimana lah tak jadi gemuk. Bila kerjaan nya sehari-hari adalah memasak dan memakan makanan buatan nya sendiri? Terutama cake cokelat. Hinata sangat-sangat menyukai nya!
Tok. Tok. Tok.
Terdengar suara pintu kamar nya diketuk.
"Nyonya.. ini saya, Tatum," ujar suara di depan pintu.
Tatum adalah salah satu asisten rumah tangga yang sudah bekerja cukup lama di mansion milik Hinata dan juga Mike.
"Masuk saja, Tum!" Ujar Hinata mengijinkan asisten nya itu masuk.
Wanita itu tak beranjak dari depan meja rias nya. Kini ia sedang melepaskan kembali anting serta kalung yang tadi sudah dipakai oleh nya untuk acara dinner malam ini.
Cklek.
Pintu terbuka. Menampakkan seorang wanita yang berumur beberapa tahun lebih tua dari Hinata. Paras nya biasa, namun sikap santun dan kesetiaan nya sudah diacungi jempol oleh Hinata.
"Ada apa, Tum?" Tanya Hinata sambil lalu.
Wanita itu masih kesal kepada Mike yang lagi-lagi ingkar janji pada nya. Ini sudah ke sekian kali nya Mike membatalkan janji makan malam mereka.
"Ini, Nyonya. Saya menemukan anting ini di saku jas Tuan. Barangkali tak sengaja terjatuh, Nyonya," ungkap Tatum dengan pandangan menunduk ke lantai.
Tatum lalu menyodorkan sebelah anting kristal yang cukup mewah. Hinata memandang lama anting yang berada di atas meja rias nya itu. Dahi nya mengerut.
"Ini bukan anting ku, Tum. Kamu benar menemukan nya di saku jas Mike?" Tanya Hinata memastikan.
Tatum mengangguk sekali.
"Benar, Nyonya. Saya sungguh menemukan nya di saku jas yang Tuan kenakan kemarin," jawab Tatum menjelaskan.
Hinata tertegun. Seingat nya, Mike baru pulang dari acara workshop kemarin. Setelah tiga hari lama nya ia berada di luar kota. Itu berarti. Anting ini milik seorang wanita yang berada bersama Mike di workshop itu.
'Tapi, siapa wanita itu?' tanya Hinata dalam hati.
Tiba-tiba saja benak wanita itu tak menjadi tenang. Pikirnya tak mungkin anting seseorang bisa dengan mudah terjatuh. Apalagi ke dalam saku jas suami nya itu. Terkecuali jika ada interaksi antara kedua nya yang cukup intens..
Brak.
Hinata terkejut sendiri saat tangan nya menggebrak meja hias nya tanpa sadar. Pandangan nya bertemu dengan pandangan Tatum di cermin. Dan sang asisten pun langsung menundukkan pandsngan nya tiba-tiba.
"Kalau begitu, saya pamit dulu ya, Nyonya.." pamit Tatum kemudian.
Sang ART pun segera pergi dari kamar Hinata. Meninggalkan majikan nya itu tepekur sendiri.
***
Keesokan pagi nya...
"Mike, Tatum nemuin anting ini di saku jas kamu. Kamu tahu, ini punya siapa?" Tanya Hinata langsung saat melihat Mike yang sedang merapihkan dasi nya di depan cermin.
Mike lalu melihat anting di tangan Hinata. Dan, sekilas, Hinata menangkap kegugupan dalam gelagat suami nya itu.
"Oh..iya. aku gak tahu itu punya siapa. Mungkin punya kolega ku, Yang. Aku gak sengaja nemuin ini selesai kita-kita pada makan bareng," jawab Mark dengan lancar.
"Makan bareng sama wanita itu? Siapa dia?" Tanya Hinata menyelidik
"I. iya. Tapi sama yang lain nya juga kok! Sama.. Tatiana juga!" Seru Mike memberi tahu.
"Oh! Tiana juga ikut workshop?" Tanya Hinata dengan perasaan sedikit lebih lega.
"Ya iya lah, Nat. Dia kan punya jabatan cukup penting di perusahaan ku. Jadi dia dan Deril ku ajak workshop sekalian," tukas Mike menjelaskan.
"Oo..begitu.." sahut Hinata memandangi anting di tangan nya dalam diam.
"Eh, udah kesiangan nih. Aku berangkat ya, Sayang. Kamu baik-baik di rumah, ok?" Pamit Mike terburu-buru.
"Berangkat sekarang? Kamu gak sarapan dulu? Aku udah buatin kamu sup ayam lho!" Protes Hinata sambil menunjukkan raut sedih.
"Err.. sarapan nya nanti aja deh di jalan, Yang. Udah telat banget nih. Mau ada meeting pagi soal nya. Udah dulu ya!"
Mike mengecup dahi Hinata dengan terburu-buru. Hingga wanita itu bahkan tak merasa sudah dikecup oleh suami nya itu tadi.
"Hmm.. apa jangan-jangan ini punya Tian ya? Aku tanya ke dia nanti deh!" Gumam Hinata, lalu menyimpan sebelah anting tersebut pada laci meja hias nya.
Hinata lalu mengambil ponsel nya dan mencari nomor kontak Tatiana.
Tatiana adalah sahabat Hinata yang paling dekat. Mereka mulai akrab semenjak keduanya berkenalan di awal masuk bangku SMA, dulu.
Tatiana yang berasal dari keluarga sederhana nyatanya bisa membaur dengan Hinata yang berasal dari keluarga cukup terpandang.
Hinata sendiri tak memandang rendah status ekonomi keluarga sahabat nya itu. Karena ia tulus berteman dengan Tatiana yang cantik, baik dan juga ramah.
Keduanya juga memiliki cita-cita yang sama, yakni menjadi seorang model. Sehingga setelah kelulusan SMA, keduanya langsung ikut audisi dan berhasil lulus masuk ke sebuah agensi model top di negeri ini.
Karir keduanya melejit naik. Meskipun wajah Hinata yang baby face cenderung lebih populer dibandingkan dengan Tatiana. Hinata bahkan sering mengisi head cover sebuah majalah model terlaris di megeri ini.
Sampai akhirnya Hinata menutuskan untuk berhenti tiba-tiba dari dunia model untuk menjadi seorang istri dari Mike. Mike sendiri memimpin perusahaan yang menaungi para artis-artis terkenal, termasuk juga model Tatiana, sahabat Hinata.
Kini Tatiana menjadi artis model sekaligus kepala trainee para model muda di perusahaan Mike. Sehingga Tatiana sering bekerja bersama suami nya itu.
"Kalau anting ini bukan punya Tian, biar saja lah nanti ini ku berikan pada nya. Siapa tahu ada yang menanyakan nya ke Tian nanti," gumam Hinata lebih lanjut.
***
Mendekati waktu dzuhur, Hinata menelpon Tatiana.
"Halo.. Nat? Ada apa?" Sapa Tatiana dari seberang telepon.
"Mike nemuin sebelah anting. Kamu kehilangan anting gak, Ti?" Tanya Hinata langsung.
"Oh.. iya. Mm. Sebentar ya, Nat. Aku lagi di studio nih," ucap Tatiana terburu-buru.
"Eh, maaf deh kalau gitu, ku tutup aja ya tel.."
"Tapi anting nya benar punya ku sih, Nat!" Seru Tatiana masih terburu-buru.
"Mmm. Mungkin semalam gak sengaja jatuh pas aku di toilet.." imbuh Tatiana lagi.
"O..begitu.. ya sudah. Kita ketemu kapan nih? Lunch bareng gimana?" Tawar Hinata.
"Duh. Maaf ya, Nat. Siang ini aku mau lunch sama bos Besar. Ada projek pemotretan besar buat bulan depan nanti," tolak Tatiana secara halus.
"O..begitu. ya sudah. Tapi anting nya.." ujar Hinata kebingungan.
"Titipin aja deh ke Mark. Besok mungkin aku ke kantor nya untuk teken kontrak projek baru. Gak apa-apa kan, Nat?" Tanya Tatiana...
"Iya.. gak apa-apa. Kamu kan jadi top model tahun ini. Pastilah sibuk banget ya?" Ujar Hinata mencoba tuk mengerti.
"Yah.. gitu deh. Eh, udah dulu ya! Aku mau lunch dulu nih sama Bos besar!" Pamit Tatiana terburu-buru lagi.
"Oke. Sukses ya, Tii..kita meet up soon ya!" Ujar Hinata merangkai rencana tuk bertemu.
"Oke. Atur aja deh, Nat! Bye!"
"Bye, Tian.."
Klik.
Sambungan telepon pun terputus.
Lama Hinata memandangi layar ponsel nya. Sejujurnya ia sungguh merindukan sahabat karib nya itu, Tatiana. Terakhir kali mereka bertemu hampir satu hulan yang lalu.
Sejak Tatiana mendapat gelar The Most Awsome model tahun ini, sahabat nya itu jadi makin sibuk sehingga mereka jadi jarang bisa tuk bertemu, atau sekedar makan siang bersama.
"Hh.. aku harus bisa mengerti Tatiana. Lagi pula dulu saat aku menjadi top model pun aku hampir selalu tidur di dalam mobil. Tak sempat pulang untuk beristirahat, karena jadwal pemotretan dan syuting yang begitu padat. Jadi Tatiana pun pasti sekarang sangat kelelahan untuk ku ajak keluar.." gumam Hinata bermonolog.
"Oh! Aku bel Mike saja deh!" Seru Hinata tiba-tiba.
Tak lama kemudian, Hinata men dial nomor telepon suami nya, Mike. Butuh beberapa kali dering sebelum akhirnya telepon Hinata diangkat oleh Mike.
"Mike..?"
"Hmm..?ahh.. "
Hinata mengerutkan kening. Karena suara Mike sedikit terdengar aneh. Mirip seperti suara erangan saat mereka sedang bermain di atas ranjang..
Deg. Deg.
Hinata menggelengkan kepala nya kencang-kencang.
'Apa yang ku pikirkan! Kenapa pikiran ku bisa mikir mesum begitu sih? Pasti lah karena sudah lama kami tak melakukan itu, jadi aku membayangkan yang aneh-aneh hanya dengan mendengar suara Mike saja! Ya. Pastilah seperti itu!' tegur Hinata pada dirinya sendiri.
"Ehem! Nat? Kamu di sana?" Hinata tersadar dari lamunan nya saat ia mendengar suara Mike memanggil dari seberang telepon.
"I..iya, Mike. Kita lunch bareng yuk?kamu lagi sibuk gk?" Tanya Hinata tiba-tiba.
"Yah.. aku baru mau keluar nih. Lunch sama klien ku," tolak Mike beralasan.
Seketika balon harapan di benak Hinata mengempis. Lagi-lagi ia dibuat kecewa oleh orang terdekat nya. Tadi Tatiana menolak ajakan nya. Dan sekarang, Mike pun...
"Kamu mau lunch di mana memang nya?" Tanya Hinata sambil lalu.
"Di Noya... Eh bukan-bukan! Di restoran bintang lima lain nya ding!" Imbuh Mike terburu-buru.
'Huh? Aku tadi seperti mendengar suara orang lain di telpon,' gumam Hinata dalam hati.
"Mike, sekarang kamu lagi sama orang lain kah?" Tanya Hinata tiba-tiba.
"E..enggak! Naksud ku, i..iya, Nat! Aku lagi sama... Eee.. Deril! Ya. Sama Deril. Nat, udah dulu ya. Mau berangkat nih ke resto..bye, Sayang.. mmuach!"
Klik.
Dan sambingan telepon pun terputus.
Hinata kembali tercenung memandang ponsel nya lama. Bahkan hingga layar nya menggelap secara otomatis, Hinata masih juga menatap ponsel nya dengan pandangan bingung.
"Sama Deril..? Bukan nya tadi pagi Mike bilang dia nugasin Deril ke luar kota ya? Apa aku salah mengingat obrolan kami tadi pagi ya?" Gumam Hinata bermonolog.
Setelah nya Hinata mencoba membuka aplikasi chat. Lalu ia melihat status medsos dari Deril, asisten pribadi nya Mike itu. Hinata ingat, ia sepertinya melihat kalau Deril meng-update status nya sekitar satu jam yang lalu.
Dan, apa yang dilihat nya, sungguh membuat Hinata tercenung dan gelisah seketika.
Deril meng-upload sebuah foto di mana ia sedang berada di sebuah kafe di luar kota. Di bawah foto tersebut Deril memberikan keterangan, 'Istirahat bentar lah, sebelum lanjut kerja lagi,'.
Tanpa sadar, Hinata langsung saja mengetikkan sebuah pesan ke nomor Deril. Bagaimana Hinata bisa memiliki jomor Deril? Karena ia sudah cukup akrab dengan asisten suami nya itu. Apalagi Deril adalah yang paling berjasa dalam terwujudnya pernikahan Mike dan juga Hinata dulu.
Hinata lalu mengirim pesan sebagai berikut,
Hinata: Ril, kamu sekarang masih di luar kota?
Tak lama kemudian, pesan nya dibalas Deril.
Deril: iya. nat. Kenaoa? Jangan minta oleh-oleh ya. Kan kemarin kamu udah dapat hadiah anting kan dari Mike? Lumayan mahal lho itu anting nya.. M M an harga nya..
Hinata mengerutkan kening. Bingung dengan pernyataan Deril itu.
Hinata: anting apaan sih, Ril? Mike gak ngasih aku anting apapun deh. Kamu ngaco..
Deril: ehh, serius? Tapi kemarin dia bilang mau beli anting buat kamu. Apa jangan-jangan dia belum sempat kasih kali.. akhir-akhir ini memang lagi banyak kerjaan sih di kantor.
Hinata: gak ada, Ril. Mana ada sih Mike kelupaan. Kamu kan tahu kalau dia tuh perfeksionis banget. Dalam kamus nya, gak pernah ada itu istilah kelupaan!
Deril: aku serius, Nat. Nih ku kirimin foto nya deh ya. Untung kemarin aku sempat foto anting nya. Lha wong aku lihat sendiri dia ngegesek black card nya buat beli anting itu!
Hinata lalu melihat sebuah foto sepasang anting yang baru saja dikirim oleh Deril. Dan ia sungguh terkejut. Itu adalah anting yang sama seperti yang sedang berada di laci meja hias nya saat ini.
Anting Tatiana yang tertinggal dan katanya ditemukan oleh Mike!
Deg. Deg.
Deg. Deg.
Hinata pun langsung merasa gelisah dibuat nya. Ia tak lagi membalas pesan Mike sementara benak nya sibuk merangkai segala keganjilan sikap Mike beberapa pekan terakhir.
Betapa jarang nya Mike pulang cepat. Betapa sering nya Mike menginap di kantor. Betapa dingin nya sikap Mike akhir-akhir ini. Hingga Hinata merasa sedikit terabaikan dari perhatian suami nya itu.
Deg. deg.
Deg. Deg.
"Tatiana bilang kalau ini adalah anting nya. Tapi kata Deril, anting itu dibeli oleh Mike untuk ku. Mike sendiri mengatakan tak tahu milik siapa anting itu. Sebenar nya, siapa yang berbohong sih di sini?" Gumam Hinata sambil menatap kosong dinding kamar nya.
Merasa tak bisa berdiam diri saja, Hinata pun memutuskan untuk menanyakan nya langsung kepada Mike.
"Aku harus bertemu dengan Mike sekarang juga! Kira-kira, di mana ya dia lunch sekarang? Di Noya? Ah.. bukan. Tadi kata Mike dia bukan makan di Noya. Tapi lalu di mana?" Imbuh Hinata bergumam sendiri.
Setelah lama berpikir, Hinata pun terpikirkan satu tempat. Tanpa membuang waktu, ia mengambil kunci mobil dan juga dompet nya. Kemudian berangkat menuju tempat tersebut.
Ke Noya. Adalah tujuan Hinata saat ini. Entah kenapa firasat nya mengatakan kalau Mike pasti berada di restoran favorit nya itu saat ini.
Dan.. benar saja. Setelah hampir dua puluh menit berkendara, Hinata memang mendapati sosok Mike sedang lunch di restoran seafood tersebut.
Suami nya itu tidak sendirian di sana. Karena di hadapan nya, tampak seseorang yang juga sedang asik tertawa bersama Mike di sana. Hinata menyaksikan betapa sering nya Mike mengecup tangan sosok yang sangat dikenal nya tersebut dengan mesra.
Sosok tersebut adalah Tatiana, sahabat nya sendiri!
***
Hinata menatap nyalang pada dua orang yang sangat dekat dengan nya itu. Jarak di antara mereka berkisar belasan meter. Dan Hinata berdiri di lantai bawah. Sementara Mike dan Tatiana mengambil posisi duduk di pinggir lantai 2.
Dari posisi nya, Hinata bisa melihat jelas kemesraan sikap Mike terhadap Tatiana. Dan itu membuat Hinata dibakar oleh api cemburu dan juga rasa kecewa.
Tangan nya mengepal erat tali tas yang tersampir di bahu nya. Dan matanya sudah memerah karena emosi yang sekuat tenaga ditahan nya dengan susah payah.
Berbagai memori melintas di benak Hinata. Terkait sikap Mike yang mulai berubah sejak beberapa bulan terakhir.
Dan Hinata juga mengingat, kalau Tatiana sering kali menolak ajakan nya untuk bertemu. Entah karena alasan syuting atau ada meeting dengan bos besar. Begitu alasan Tatiana kepada nya.
'Bos besar! Hah! Bos besar yang dia maksud pasti lah Mike bukan?' cibir Hinata tanpa suara.
Hinata lalu melihat saat Tatiana mencubit pucuk hidung Mike dengan manja.
'Grr.. tega benar kamu, Tii.. dia itu suami ku! Suami ku!!' pekik Hinata dalam hati.
Tak mampu membendung tangis yang hampir tumpah, Hinata pun langsung saja berbalik dan kembali ke mobil nya.
Begitu masuk dan membanting pintu mobil dengan kencang, Hinata langsung memukul roda kemudi nya demi meluapkan emosi amarah yang membludak ingin keluar.
"Aaarghhh!!! Tega kalian! Tega kalian Mike! Tii!!" Jerit Hinata penuh emosi.
Lama terdiam di dalam mobil, Hinata tiba-tiba saja mengangkat pandangan nya ke depan. Mata nya memandang tak fokus entah pada apapun yang ada di depan mobil nya. Sementara pikiran nya tertuju pada pemandangan mesra yang dipertunjukkan oleh suami dan juga sahabat nya tadi.
Akhirnya Hinata sampai pada sebuah keputusan.
Ia lalu menelpon seseorang.
Panggilan nya seketika diangkat pada dering pertama oleh seseorang di seberang telepon.
"Nat? Kenapa lagi?" Tanya orang itu kepada Hinata.
"Ril, apa kamu tahu, kalau Mike dan Tatiana punya hubungan khusus?" Tanya Hinata to the point kepada Deril.
"Hah?! Maksud kamu apa, Nat? Mike dan Tatiana punya hubungan khusus?" Tanya Deril terdengar bingung.
'Sepertinya Deril benar-benar tak tahu. Ck.ck.ck.. kalau Deril saja yang sering bersama dengan Mike sampai tak tahu hubungan mereka, itu berarti Mike dan Tiana benar-benar lihai menyembunyikan hubungan spesial mereka,' gumam Hinata dalam hati.
"Nat? Nat? Kami masih di sana?" Panggil Deril yang terdengar sedikit panik.
Hinata pun tersadar dari lamunan singkat nya.
"Ya, Ril. Berarti kamu gak tahu ya.." Hinata berkomentar pelan.
"..."
Jeda sejenak.
"Kamu serius soal mereka punya hubungan khusus, Nat? Maksud kamu, affair kan?" Tanya Deril memastikan.
"Aku serius, Ril. Barusan aku lihat sendiri dengan mata ku mereka mesra-mesraan di Noya," Hinata mengaku.
"Hah?! Terus kamu labrak mereka?!" Tanya Deril terkejut.
"Ya enggak lah! Ngapain aku malu-maluin diri sendiri? Di Noya kan jam segini lagi rame, Ril!" Sanggah Hinata dengan tegas.
"Nah. Good attitude! Tapi, Nat, apa kamu gak salah paham dengan interaksi mereka aja kah? Maksud ku, ya kali mereka bukan mesra-mesraan gitu.." bujuk Deril mencoba mengajak Hinata menilai kembali apa yang dilihat nya tadi di restoran Noya.
"Aku jelas gak salah lihat, Eil. Mike berkali-kali cium tangan Tiana! Dan Tiana juga sering banget nyubitin pucuk hidung atau pipi nya Mike. Udah kayak anak ABG yang lagi kasmaran banget kan tuh!" Pekik Hinata terdengar sedikit histeris.
"...well, looks like there's something fishy about them (yah.. memang kayaknya ada yang mencurigakan tentang mereka)," komentar Deril.
"Nah! Kamu juga mikir begitu kan!" Seru Hinata berapi-api.
Jeda kembali beberapa lama. Sampai kembali terdengar suara Hinata bicara. Kali ini, ia berkata sambil diiringi isakan pelan.
"Hiks.. salah ku apa coba, Ril? Salah ku apa ke mereka?! Kenapa mereka tega banget nikung aku dari belakang gini?! Memang nya mereka pikir aku gak bakal tahu affair mereka apa?!" Kecam Hinata pada speaker ponsel nya.
Di seberang kota Deril sedikit menjauhkan ponsel yang ia pegang dari telinga nya. Karena suara jeritan Hinata tadi cukup membuat pendengaran nya terganggu.
Deril membiarkan Hinata menangis puas. Dan setelah ia tak lagi mendengar Hinata bicara, pemuda itu pun kemudian berkata.
"Kamu tenang dulu ya, Nat. Aku akan selidiki ini dulu. Kita harus tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi dengan Mike dan juga Tiana, Nat. Jangan bertindak gegabah dulu. Oke?" Pesan Deril.
"Oke..hiks.."
"Good girl! Sekarang, kamu tenangin diri kamu dulu deh. Have fun dulu ke mana gitu. Shopping atau traveling lah. Tapi kalau mental kamu udah siap sih, mending tanya langsung ke Mike deh baik-baik. Ku pikir, Mike bakal bilang terus terang kalau kamu nanya nya juga dengan baik-baik," lanjut Deril menasihati.
"Gak! Aku gak mau tanya apa-apa ke Mike atau pun Tatiana!" Hinata menolak usulan ke dua dari Deril.
"Oke.. kalau gitu, kamu tenangin diri dulu deh di rumah. Atau shopping.. atau.."
Ucapan Deril langsung dipotong oleh Hinata.
"Aku juga ga mau shopping! Aku mau pulang ke rumah aja. Mau tidur!" Imbuh Hinata tiba-tiba.
"..."
Di seberang telepon, Deril terheran-heran usai mendengar ucapan Hinata tadi. Tapi ia sudah terbiasa mendengar jawaban aneh keluar dari mulut Hinata.
Jalan pikiran teman nya itu memang kadang sulit ditebak.
"Yah.. it's up to you lah, girl (terserah kamu lah, Non)!" Sahut Deril.
"Dan aku iuga mau balas dendam!" Imbuh Hinata tiba-tiba.
Kalimat nya sungguh mengejutkan Deril setengah mati.
"HAH?!! Balas dendam??!! Jangan, Nat! Jangan kirim pembunuh bayaran untuk matiin mereka! Itu dosa! Kamu bisa masuk penjara nanti!" Cegah Deril mulai panik.
Beruntung saat Deril mengatakan itu, ia sedang berada di dalam mobil nya. Tadi Hinata menelpon nya saat ia baru selesai makan siang dan hendak kembali ke hotel tempat nya menginap.
Jika Deril masih berada di sestoran, sudah tentu ucapan nya tadi akan membuat nya dilirik oleh banyak pasang mata pengunjung kafe tempat nya makan siang sesaat atdi.
"Siapa juga yang mau kirim pembunuh bayaran? Kebanyakan nge halu deh kamu, Ril!" Sanggah Hinata seketika.
Mendengar jawaban itu, Deril pun langsung menghela napas lega.
"Syukurlah.. habisnya tadi kamu bilang mau balas dendam kan ke Mike dan Tatiana. Jadi ku pikir kamu mau.."
Lagi-lagi Hinata memotong ucapan Mike.
"Tapi semisal rencana ku nanti gak berhasil bikin mereka jera, aku mungkin akan pertimbangin untuk kirim pembunuh bayaran seperti usulan kamu, Ril.." ujar Hinata tiba-tiba.
"Hinata!" Pekik Deril menegur teman nya itu.
"Ck.ck.ck.. aku gak serius, Ril.. aku gak sebodoh itu untuk balas dendam dengan cara kasar. Aku kan cewek. Jadi cara balas dendam ku tuh harus pakai cara halus lah!" Ujar Hinata lebih lanjut.
"Rencana? Cara halus? Maksud kamu apaan sih, Nat? Aku sama sekali gak ngerti!" Keluh Deril.
"Lihat aja nanti. Kamu juga bakal tahu!" Sahut Hinata misterius.
"...Tapi Nat, kamu jangan mulai rencana balas dendam nya dulu ya! Biar aku cari tahu dulu yang sebenar nya kayak gimana. Oke? Aku gak mau kamu salah langkah dan menyesal nanti nya," imbuh Deril menasihati.
"Oke. Aku tunggu info dari kamu ya, Ril. Tapi ingat, jangan sampai Mike ataupun Tiana tahu ya kalau aku lagi nyelidikin mereka berdua!" Pesan Hinata bernada serius.
"Siap.. kamu tenang aja ya. Nanti ku infoin lagi deh. Udah dulu ya, Nat. Bentar lagi aku mau meeting nih sama klien," pamit Deril akhirnya.
"Oke. Makasih ya, Ril, untuk semuanya. Untung aku masih punya kamu, jangan bosan ya jadi bestie ku terus," ujar Hinata dengan tulus.
"Tenang aja, Nat. Kamu tuh udah kayak hamster ku, si Cipo yang dulu udah mati itu. Kamu selalu bikin aku gak tega sama kamu, Nat.." canda Deril menghibur Hinata.
"..sialan! Jadi nyesal nih anggap kamu bestie!" Ujar Hinata pura-pura menyesal.
"Hahaha!"
Dan tawa dari Deril pun mengakhiri perbincangan telepon di antara keduanya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!