NovelToon NovelToon

ATIKA (PENGANTIN PENGGANTI)

01

Rumah megah bak istana kini sudah tampak cantik dengan hiasan disetiap sudut ruangannya. Rumah yang akan menjadi saksi penyatuan antar dua keluarga serta penyatuan antar sepasang insan dalam biduk rumah tangga.

Wajah-wajah ceria tampak terpampang dari para orang-tua maupun keluarga besar yang berada di sana. Bahkan seluruh tamu undangan juga tampak bahagia hadir diacara pernikahan kolega bisnis mereka. Apalagi yang menikah saat ini memiliki kekayaan nomor satu di kota itu. Rumah bak istana kerajaan itu sudah mulai ramai dihadiri tamu-tamu yang mereka undang. Bahkan banyak decak kagum terlihat dari orang-orang yang hadir.

Ragil Alfaizan, pengantin pria itu tengah mondar-mandir karena sang mempelai wanita belum juga gadir di hari bahagia mereka. Padahal beberapa menit lagi acara pernikahan mereka akan segera di gelar namun, wanita yang di cintainya itu belum juga menampakkan batang hidungnya barang sedikitpun. Bahkan wanitanya itu juga tidak memberikan kabar apapun kepada dirinya, apakah dirinya telat karena macet atau sebagainya. Berulang kali pula Ragil menatap benda pipih ditangannya. Berharap calon istrinya mengirimkan pesan kepada dirinya.

"Sayang kamu kemana sih? Kenapa jam segini belum juga sampai?" Ragil masih saja mondar-mandir dengan resah. Mana tamu undangan juga sudah banyak yang hadir bahkan sudah bisa di bilang separo.

"Apa sudah ada kabar dari pengantin kamu, Rag?" tanya Mayang menatap putranya yang tengah mondar-mandir yang membuat sakit kepala.

"Belum Mom," jawabnya lesu.

"Terjadi 'kan apa yang Mom bilang dulu. Wanita itu bukanlah wanita baik-baik Rag, jika saja dia wanita baik-baik tidak mungkin dia akan meninggalkan acara pernikahan kalian begitu saja. Apalagi ini dia tidak memberi kabar sama sekali. Membuat malu saja!!" marah Mayang dengan menggebu.

Dulu berulang kali Mayang mengatakan kepada sang putra untuk memutuskan hubungan dengan Savia, karena menurut Mayang wanita itu bukanlah wanita baik-baik. Lihatlah sekarang apa yang terjadi, wanita itu malah tidak hadir di hari pernikahannya.

"Mungkin Savia masih di jalan Mom, bisa saja keadaan jalan tengah macet saat ini makanya Savia lambat sampai di sini. Jadi Mommy harus tetap bersabar ya? Aku yakin Savia pasti akan datang," ujar Ragil menenangkan sang ibu.

"Kalau dia tidak datang gimana?" Mayang mengatakan putranya dengan rajam.

"Kita tinggal batalin saja pernikahan ini Mom, gampang kan?" jawab Ragil dengan enteng.

"Batal?" Mayang kembali mengulangi ucapan putranya.

"Iya Mom,"

"Tidak!!! Pernikahan ini tidak boleh batal. Yang ada nanti keluarga kita malu, di tambah lagi Mom yakin perusahaan akan menurun dan mengalami kerugian lantaran berita batalnya pernikahan kamu," Mayang tidak setuju dengan ucapan putranya. Enak saja putranya itu mengatakan batal, mana lagi tamu undangan sudah lebih dari separo yang hadir.

Tak menutup kemungkinan juga para wartawan hadir di acara pernikahan putranya. Jika saja batal sudah pasti esok hari berita batalnya pernikahan anaknya itu akan terus tersiar di televi.

"Sampai Savia kembali Mom. Maka pernikahan ini akan kembali berlangsung."

"Kapan? Kapan dia kembali Rag? Bisa kamu pastikan jika hari ini dia kembali dan tidak membuat malu keluarga kita? Bisa kamu lakukan itu Rag?" Mayang menatap nyalang putranya. Sungguh ucapan putranya membuat darah tinggi Mayang ingin naik.

Ragil hanya terdiam mendengar ucapan Mayang. Sungguh dia juga tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan sang ibu. Bagaimana bisa Ragil memastikan kembalinya Savia jika gadis itu tak dia ketahui keberadaanya. Bahkan anak buah yang dia suruh berpencar untuk mencari keberadaan Savia juga belum memberi dirinya kabar. Tanda wanitanya memang belum di temukan jejaknya.

'Sebenarnya kamu di mana Sayang? Kenapa kamu malah hilang di hari bahagia kita? Bukankah kamu sudah berjanji untuk membentuk keluarga kecil bersama diriku?' batin Ragil.

"Kenapa diam? Tidak bisa menjawab ucapan Mom?" Mayang menampilkan senyum sinisnya kepada sang putra. "Makanya apa yang Mom katakan itu di dengerin. Bukan malah ngebantah, dan lihatlah apa yang terjadi sekarang? Wanita itu pergi di hari pernikahan kalian bahkan tanpa memberi kabar atau kejelasan."

"Apa sudah ada kabar dari mempelai wanitanya Ragil?" suara tegas itu berasal dari sang ayah, Laskar.

"Belum Dad,"

"Lihatlah putramu itu Dad, dia nggak pernah denger apa kata Mommy makanya terjadi seperti ini. Padahal dulu Mommy sudah mengingatkan agara memutuskan hubungan dengan wanita itu, tapi putramu itu terlalu ngeyel mempertahanlan hubungan mereka hingga ke pernikahan. Tapi apa yang terjadi sekarang? Dia kabur di hari bahagianya, sungguh memalukan!!"

"Ragil juga anak kamu loh Mom," Laskar tidak ingin disalahkan seorang diri. Lagian Ragil juga anak yang dilahirkan istrinya dan anak yang mereka hasilnya dari keringat bersama, dan sekarang dengan seenaknya istrinya menyalahkan dirinya.

"Jika tidak ada kamu, tidak mungkin Ragil akan ada di dalam rahim Mom, Dad." kesal Mayang menatap nyalang suaminya dan langsung beranjak dari sana meninggalkan ayah dan anak itu.

TBC

02

Pengantin penganti

02

Suara bisik-bisik tamu undangan sudah mulai terdengar di telinga Mayang. Wajah wanita paruh baya itu sudah merah padam menahan rasa malu karena pengantin wanitanya yang belum juga datang. Apalagi kini waktu semakin berlalu dan acara akat nikah akan segera di mulai. Bahkan kedua orang-tua mempelai wanita pun juga tidak hadir diacara sakral anaknya.

Beberapa kali Mayang mengumpati keluarga besannya yang sungguh tidak bertanggung jawab dan hanya bisa membuat malu saja. Mata Mayang menangkap pada keluarga besar mempelai wanita yang sudah hadir disana. Dengan langkah besar Mayang menuju keluarga tersebut.

"Permisi, saya mau tanya kenapa mempelai perempuannya sampai sekarang belum juga sampai? Bukankah acaranya beberapa menit lagi akan di mulai?" tanya Mayang kepada mereka yang ada disana.

Semuanya terdiam karena juga tidak tahu harus menakan apa. Lagian mereka juga tidak tahu kemana perginya mempelai wanita.

"Maaf kami tidak tahu, Bu," jawab seorang laki-laki yang memiliki jenggot yang di cukur habis.

"Kenapa kalian tidak tahu? Bukankah kalian itu satu keluarga?" Mayang menatap mereka satu-persatu dengan tatapan yang tidak bisa di tebak.

"Kami pergi ke sini juga atas undangan yang diberikan. Meski kami satu keluarga bukan berarti kami tinggak dalam satu rumah. Kami datang ke sini juga langaung dari rumah masing-masing tanpa singgah dulu ke rumah mempelai wanita," Lagi-lagi laki-laki itu menjawab ucapan Mayang.

"Tolong dari keluarga mempelai wanitanya untuk menelpon karena acara sudah mau di mulai," pinta Mayang.

Mereka akhirnya satu persatu menelpon kepada keluarga mempelai wanita. Namun tak satupun dari mereka mendapat jawaban dari telepon mereka, bahkan telepon mereka juga berada di kuat jangkauan.

"Maaf Bu, teleponnya tidak tersambung," jawab laki-laki berjambang panjang yang di angguki yang lainnya.

"Astaga benar-benar tidak bertanggung jawab. Saya tidak mau tahu dari semua anak gadis kalian yang ada disini saya akan memilih salah satunya untuk menjadi pengantin penganti. Jika kalian tidak setuju maka jangan salahkan keluarga saya yang akan membuat keluarga kalian hancur tanpa sisa," Mayang menatap mereka semua dengan tajam. Jujur saja ini bukan sifat Mayang, dia wanita lembut yang penuh kasih sayang. Hanya saja saat ini dirinya tengah di liputi rasa cemas dan juga marah. Marah lantaran di permainan keluarga mempelai wanita.

Keluarga mempelai wanita itu hanya bisa terdiam. Bahkan tak jarang mereka juga merasakan cemas jika anaknya yang akan menjadi pengantin penganti untuk sepupu mereka yang sungguh tidak bertanggung jawab.

Mata Mayang menangkap seorang wanita bergaun putih dengan kulit putih bersih dan wajah imut. Tampak jelas gadis itu sedikit pemalu. Mayang berjalan menuju gadis itu yang menatap Mayang dengan bola matanya yang besar namun sangat cantik.

"Saya akan memilih dia untuk menjadi menantu saya." Tangan Mayang kini sudah memegang tangan gadis imut itu dengan lembut.

Gadis bermata besar itu tersentak kala mendengar ucapan Mayang. Gadis itu tidak menyangka jika dirinya akan dijadikan pengantin pengganti di dalam acarara pernikahan kakak sepupunya.

"Ayah, Ibu tolong aku," Atika Azzahra, itu nama gadis yang kini di pegang tangan oleh Mayang. Nama yang sangat cantik sesuai dengan wajahnya yang cantik dan imut. Menatap penuh pertolongan kepada Ayah dan Ibunya agar membantu dirinya terlepas dari yang namanya pengantin penganti.

Siena dan Restu hanya bisa menggeleng sendu. Ingin sekali mereka menolong sang putri tapi apa yang bisa mereka bantu jika mereka saja juga tidak sanggup melakukan apa-apa. Ancaman yang di berikan Mayang tidak mungkin akan main-main. Bisa saja mereka menolong Atika, tapi mereka juga tidak ingin hanya gara-gara itu nanti anaknya itu bisa putus kuliah dan hidup susah di jalanan bersama mereka. Lagian perusahaan mereka juga masih sangat kecil. Dengan satu jentikan jari sudah di pastikan mereka akan tidur di jalanan.

Restu dan Seina yakin jika ini memang jalan terbaik di dalam kehidupan Atika. Mereka yakin suatu saat akan ada bahagia yang menghampiri putri tinggal mereka.

Mayang membawa Atika pada kamar yang memang di sediakan untuk pengantin wanita. "Rias dia secantik mungkin," pinta Mayang kepada MUA yang ada di dalam kamar itu.

"Baik Bu,"

Mayang keluar dari kamar pengantin menuju tempat dimana putranya berada. Namun saat sampai di pintu keluar dirinya berpapasan dengan orang-tua si wanita.

"Maaf Bu, izinkan saya bertemu putri saja. Saya berjanji tidak akan membawa putri saya kabur dari sini," pintanya mengiba.

"Baiklah, jangan kecewakan saya untuk ke-dua kalinya. Maaf jika saya memaksakan kehendak saya kepada putri anda," Setelah mengatakan itu Mayang beranjak dari hadapan wanita itu. Membiarkan wanita sebaya dirinya masuk ke dalam kamar dimana anaknya berada.

"Tika," Seina menghampiri putrinya yang tengah dirias. Ada rasa bahagia yang merasuki relung hati Seina kala melihat betapa cantiknya sang putri.

"Ibu, Ibu tolong bawa aku pergi dari sini Ibu. Ibu aku belum mau menikah masih banyak cita-cita yang harus aku dapatkan Ibu," Atika menatap sendu sang ibu. Meski tak ada air mata, tapi hatinya sungguh sedih dengar takdir ini.

"Maafkan Ibu, Tika. Ibu dan Ayah tidak bisa melakukan apa-apa Nak, dan kami juga tidak ingin masa depan kamu hancur lantaran membawa kamu kabur dari sini. Bahkan bisa di pastikan kita semua akan hidup dijalanan. Ibu tidak mau itu terjadi Nak. Bukan Ibu tidak sayang sama kamu Tika, Ibu dan Ayah sangat menyayangi kamu. Percayalah jika Apapun yang terjadi hari ini, ini adalah awal dari takdir yang Allah pilihkan untuk kamu, Tika," Seina mengusap bahu putrinya dengan lembut.

"Tapi aku belum mau menikah Bu, aku masih ingin menikmati masa-masa kuliahku, Bu,"

"Kita bisa bicarakan itu nanti Nak. Percaya sama Ibu ini awal mula kebahagiaan itu akan menghampiri kamu Nak. Ibu yakin jika filling Ibu tidak akan salah Nak," Seina menampilkan senyumnya kepada sang putri.

"Tapi Ibu---"

"Stttt, kamu tidak perlu cemas Sayang. Percaya sama Ibu,"

Atika hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya. Tak ingin terlihat lemah dihadapan semua orang, Atika menahan lajunya air matanya sekuat tenaga. Kini sudah percuma dirinya kabur jika akhirnya mereka juga akan hidup di jalanan. Mungkin memang benar kata ibunya, ini takdir yang telah di garisan Allah kepada dirinya.

"Baiklah Bu,"

"Terima kasih Sayang, yakinlah Ibu dan Ayah begitu mencintai kamu Nak," Seina mendaratkan ciuman pada kepala sang putri lantaran wajahnya sudah selesai dirias.

TBC

03

pengantin penganti

03

Mayang kini sudah sampai diruangan tempat putra serta suaminya berada. Tampak anaknya tengah mondar-mandir dengan gelisah sedangakan suaminya hanya menatap putranya sambil memijit pangkal hidunga karena pusing. Mungkin saja dirinya pusing melihat anaknya seperti cacing kepanasan.

"Mom," Laskar berdiri kala melihat kedatangan istrinya. Langsung saja laki-laki itu mendekati Mayang.

"Sudah ada kabar dari wanita itu Rag?" Mayang langsung saja to the point kepada sang putra yang seperti cacing kepanasan.

Ragil menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Mayang yang tengah bersedekap dada. "Belum Mom," jawab Ragil lemah. Sudah berulang kali Ragil berusaha menelpon calon istrinya namun hasilnya tetap nihil. Bahkan panggilan yang dia lakukan selalu saja di luar jangkauan.

"Cih!!!! Wanita seperti itu yang selalu kamu banggakan Ragil? Wanita yang bahkan tidak bertanggung jawab atas tugasnya. Lalu bagaimana jika nanti dia benar-benar menjadi istri kamu, yang ada kamu bakal menyesal Ragil!!" Mayang menatap nyalang putra.

"Mom, aku yakin Savia pasti akan kembali. Tunggulah sebentar lagi Mom, mungkin saja dia masih di jalan." ujar Ragil yang masih percaya dengan pikirannya.

"Tunggu sampai kapan? Lihat hanya 8 menit lagi pernikahan kamu akan berlangsung Ragil. Jangan berharap dengan apa yang tidak pasti akan datang. Sesuai dengan apa yang Mom katakan jika pernikahan ini tidak boleh gagal, maka dari itu Mom sudah mencarikan pengantin penganti untuk kamu. Suka tidak suka maka pernikahan ini akan tetap terjadi," Mayang berbicara dengan tegas sambil menatap bergantian suami dan putranya.

"Tapi Mom---"

"Tidak ada tapi-tapian. Ingat di bawah sudah banyak tamu undangan yang hadir dan jangan membuat keluarga kita malu dan kehilangan muka hanya lantaran wanita pilihan kamu yang tidak datang dan pergi tanpa memberi kabar sedikitpun. Jangan bertindak bodoh dengan membatalkan pernikahan ini." Mayang menatap putranya dengan tajam. "Sekarang kamu bersiaplah karena mempelai wanitanya mungkin saja sudah selesai di rias." tambah Mayang.

Dengan berat hati Ragil hanya menganggukkan kepalanya. Dirinya sudah tak bisa lagi protes dengan apa yang dilakukan ibunya. Membatalkan pernikahan ini juga akan membuat keluarganya mendapatkan cemoohan dari orang luar, bahkan dampak yang paling parah tentu saja pada perusahaan mereka. Perusahaan mereka pasti akan mengalami kerugian sampai ratusan juta bahkan bisa lebih dari itu. Tentu saja Ragil tak ingin itu terjadi kepada perushaan yang dirintis keluarganya dari nol.

*****

Ragil kini sudah duduk di depan pak penghulu serta laki-laki paruh baya yang baru saja di kenal namanya oleh Ragil. Restu Raindika, itulah nama yang kini sudah hafal di kepala Ragil. Tak lupa juga Ragil mengingat nama mempelai wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya, Atika Azzahra. Nama yang cukup bagus namun, Ragil juga berharap nama itu sesuai dengan orangnya cantik atau bahkan imut.

Dua orang wanita tengah menggandeng wanita bak ratu khayangan. Mata Ragil menangkap sosok di samping wanita yang akan menjadi istrinya. Ibunya, Mayang tengah mengandeng calon menantunya dengan senyum mengembang di bibirnya. Banyak yang mengangumi kecantikan sang mempelai wanita. Bahkan Ragil sendiri juga tak bisa menampilk ucapan orang-orang mengenai calon istrinya. Dia memang sangat cantik bahkan lebih cantik dari pada Savia. Bukan Ragil ingin membandingkan tapi, itulah kenyataan yang terpampang nyata di depannya saat ini.

"Bisa kita mulai Nak Ragil?" tanya Pak penghulu ketika Atika sudah duduk di samping Ragil.

Ragil mengangguk. "Sudah Pak,"

Restu menjabat tangan Ragil yang terasa dingin dan juga sedikit berkeringat. Mungkin saja Ragil merasakan grogi karana ini juga yang pertama bagi dirinya.

"Bismillaahirrohmaanirrohiim, saya nikahkan dan kawinkam putri kandungku Atika Azzahra dengan engkau, Ragil Alfaizan dengan seperangkat alat sholat serta satu buah rumah dibayar tunai!!"

"Saya terima nikah dan kawinnya, Atika Azzahra dengan maskawin tersebut dibayar tunai!!" Satu tarikan nafas akhirnya Ragil berhasil mengucapkan janji suci yang mana kini dirinya sudah di emban dengan suatu tanggung jawab dalam sebuah ikatan pernikahan.

"Bagaimana saksi?" tanya pak penghulu kepada mereka yang menjadi saksi atas pernikahan antara Ragil dan juga Atika.

"SAH!!"

"SAH!!!"

"Allâhummaj’al hâdzal ‘aqda ‘aqdan mubârakan ma’shûman wa alqi bainahumâ ulfatan wa qarâran dâiman wa lâ taj’al bainahumâ firqatan wa firâran wa khishâman wakfihimâ mu’natad dunyâ wal âkhirah," Artinya: Ya Allah, jadikanlah akad ini sebagai ikatan yang diberkahi dan dilindungi, tanamkan di antara keduanya kerukunan dan ketetapan yang langgeng, jangan Engkau jadikan di antara keduanya perpecahan, perpisahan dan permusuhan, dan cukupi keduanya bekal hidup di dunia dan akhirat. 

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!