Ayana memutuskan untuk menerima ajakan menikah oleh seorang pria bernama Sunny yang merupakan salah satu pelanggan nya saat menjadi wanita tuna susila.
Apakah setelah mereka menikah mereka bisa melewati permasalahan rumah tangga nya? Apakah Ayana bisa lepas dan benar-benar menjadi wanita tuna susila dan masa lalunya?
Temukan kisahnya dalam novel.
AKU BUKAN PILIHAN.
*****
"Ini tips untuk kamu," ucap seorang pria yang berumur kurang lebih empat puluh tahun.
Pria itu memberikan beberapa lembar uang kertas ratusan ribu rupiah kepada seorang wanita muda yang saat ini sedang mengenakan pakaian nya. Uang kertas itu ia letakkan di atas tempat tidur. Pria itu memeluk wanita itu dari belakang lalu mencium leher jenjangnya. Wanita itu tersenyum menunjukkan bahwa dirinya bahagia padahal di dalam hatinya dirinya merasa risih dengan pria itu.Namun karena tuntutan pekerjaan, wanita seksi itu harus bisa menunjukkan senyuman nya walaupun terpaksa.
"Aku sudah mentransfer nya ke rekening mu. Kamu bisa mengecek nya. Dan ini tips untuk mu karena kamu benar-benar luar biasa hari ini saat di atas ranjang. Sepertinya aku bakal terus-terusan memakai kamu," ucap pria itu seraya mengusap bahu si wanita itu yang terbuka.
Wanita itu sebut saja Ayana. Dia berumur dua puluh tahun. Dan pria itu sebut saja Apollo.Kembali Apollo memeluk pinggang ramping milik Ayana. Apollo mulai mencium bahu nya yang terbuka. Ayana melenguh saat Apollo dengan lembut disertai hembusan nafas nya mencium bagian itu.
"Aku boleh minta nomer WA kamu kan?. Setidaknya setelah ini aku akan menghubungi kamu untuk berkencan di luar tanpa perlu lagi aku menghubungi mami kamu itu," ucap Apollo.
"Maaf, tuan! Peraturan nya tidak boleh tukar menukar nomer WA ataupun telepon. Setelah urusan dengan pelanggan selesai, di luar kita tidak boleh saling berhubungan lagi," terang Ayana.
"Hem, baiklah! Kalau begitu aku ingin mengetahui siapa nama panjang kamu? Aku akan selalu mengingat nya. Dan tentu saja setelah ini aku akan meminta mami untuk kembali berkencan dengan kamu," kata Apollo.
"Panggil saja saya Ayana. Semua orang tahu dan mengenal namaku dengan sebutan itu. Oke? Baiklah, kalau begitu saya undur diri tuan," ucap Ayana seraya melepas pelukan Apollo.
"Ayana! Muuahh!" ucap Apollo dengan senyuman genit nya. Ayana hanya tersenyum melihat salah satu pria kencannya yang habis memakai dirinya.
"Aku harus ke tempat mami sekarang juga," batin Ayana.
Ayana segera meluncur ke rumah seseorang yang dia sebut dengan panggilan mami itu. Wanita itulah yang mencarikan tamu-tamu pria setiap malam nya untuk berkencan dalam hubungan cinta satu malam.
Benar! Baru dua bulan ini Ayana terjun dalam pekerjaan itu. Awalnya dirinya di jual oleh pacarnya oleh seorang wanita yang dipanggil dengan mami itu. Sekarang ini pacar nya telah menikah dengan seorang janda muda yang kaya raya. Pacar Ayana bernama Adrian. Ayana di jual Adrian setelah dicekoki minuman yang diberi obat perangsang. Saat itu Ayana memang masih virgin dan bahkan belum disentuh oleh pacarnya.
Pertama kali Ayana melakukannya dengan seorang pria muda yang bernama Mark. Kabarnya Mark adalah seorang pengusaha muda yang sedang kesepian. Namun dia menginginkan wanita yang masih virgin dan belum dibuka segelnya. Adrian menjual Ayana pada mami sekitar dua milyar rupiah. Sedangkan mami sendiri menyerahkan Ayana kepada Mark dalam satu malam satu milyar karena masih virgin.Nilai yang cukup fantastik bagi seorang Ayana yang bukan seorang artis maupun model. Ayana hanyalah seorang kampung yang sengaja datang ke kota untuk mencari pekerjaan. Dimana Adrian yang sebagai pacarnya menjanjikan pekerjaan di kota. Namun naas, Ayana akhirnya harus melakukan pekerjaan sebagai tuna susila. Setelah itu Ayana menjalani pekerjaan itu untuk membayar sisa hutang di mana Adrian menjualnya ke pada mami dengan senilai dua milyar.
******
"Ada masalah apa, Ayana? Apakah tuan Apollo berbuat kasar dengan kamu?" tanya mami. Wanita dengan umur tiga puluh lima tahun itu terlihat sangat cantik dan seksi. Dia bernama mami Susi.
Ayana duduk dengan menyilang kaki nya duduk di depan mami Susi.
"Tidak ada mami! Tuan Apollo memberikan aku banyak tips. Rasanya aku sudah lelah bekerja seperti ini, mami!" ucap Ayana.
"Hehehe, kenapa? Bahkan menurutku ini pekerjaan yang paling mudah dan enak, bukan? Selain kamu setiap malam bisa merasakan keperkasaan setiap pria-pria dengan berbagai model. Kamu hanya cukup menjual kecantikan dan itu kamu. Hanya hitungan jam kamu mendapat pundi-pundi uang yang banyak," kata mami Susi.
"Tapi aku lelah, mami! Sekarang ini berapa lagi sisa hutang yang harus aku bayar? Setelah dipotong untuk bagian mami?" ucap Ayana.
"Hem, kurang lebih lima ratus juta lagi," kata mami Susi.
"Tapi kamu cukup hebat dan laris manis, Ayana. Dalam dua bulan ini kamu bisa menghasilkan empat milyaran. Jatah mami sendiri saja cukup besar yang mami peroleh dari adanya kamu di sini. Ayolah, sayang! Kamu nikmati saja pekerjaan ini. Atau mami anggap semua sisa hutang kamu lunas. Bagaimana? Mami hanya mengambil bagian mami saja. Sisa hutang kamu, mami anggap lunas," urai mami Susi.
"Benarkah, mi? Wah terimakasih banyak mi! Lima ratus juta rupiah bisa buat aku pulang kampung," sahut Ayana.
"Hem, benar! Bahkan kamu bisa mendapat lebih dari itu. Oke? Karena kamu memiliki wajah yang cantik dan tidak bikin bosen tamu. Ditambah dengan bodi kamu sangat seksi dengan dua dada yang cukup membuat tamu ketagihan," kata mami Susi.
"Hehe, ini semuanya masih asli, loh mi!" sahut Ayana yang tiba-tiba saja menjadi ceria.
"Hem, tampaknya kamu cukup bahagia setelah berkencan dengan tuan Apollo," kata mami Susi.
"Hehehe dia pria dewasa yang cukup gila, mami!" sahut Ayana sambil terkekeh saja.
"Wow, mami menjadi penasaran bagaimana tuan Apollo bermain di atas ranjang," kata mami Susi seraya mengedip kan salah satu bola matanya.
Pagi itu Ayana berbelanja di supermarket. Ayana berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk satu bulan. Hampir satu jam, Ayana berkeliling di supermarket itu, memasukkan beberapa barang yang dibutuhkan ke dalam troli. Setelah dirasa cukup, Ayana masuk ke antrian kasir nomer tiga. Sampai akhirnya, kini giliran barang-barang milik Ayana sekarang mulai dihitung oleh salah satu kasir yang bertugas.
"Semua totalnya tiga juta lima ratus tujuh puluh lima ribu dua ratus rupiah," ucap kasir itu. Ayana segera mengambil dompet yang ia letakkan di dalam tas kecilnya. Ayana mulai memberikan lembaran uang kertas seratus ribuan. Kasir itu segera menghitungnya.
"Kak, uangnya kurang seratus ribu," kata kasir itu.
"Oh, masih kurang yah! Kalau begitu, saya pakai debit card saja, mbak!" ucap Ayana.
Di belakang Ayana seorang pria muda yang sejak tadi antri menunggu terlihat kesal. Kasir sudah lama menghitung uangnya ternyata masih kurang. Di tambah Ayana menarik kembali uang kas nya dan digantikan dengan kartu debit. Pria itu menyodorkan uang satu lembar ratusan ribu itu dan memberikan nya pada kasir.
"Ini kekurangan seratus ribu nya, mbak!" ucap pria muda itu yang berusia sekitar dua puluh satu tahun sambil menyodorkan uang satu lembaran kertas seratus ribuan. Ayana mengerutkan dahinya melihat ke arah pria itu.
"Hem, terimakasih! Anggap saja saya berhutang yah, mas!" ucap Ayana.
"Tidak usah! Anggap saja saya membantu kaum duafa," sahut pria muda itu. Ayana melebar matanya dengan sempurna. Karena malu ribut di tempat umum, Ayana tidak menanggapi lagi pria muda itu. Ayana meninggalkan tempat kasir itu setelah beres dengan semua transaksi nya.
Ayana sudah berdiri menunggu taksi pesanannya. Namun kembali pria muda yang memberikan uang seratus ribu itu berdiri di samping nya.
"Menunggu siapa?" tanya pria muda itu.
"Eh?" Ayana melihat pria muda itu. Lalu teringat dirinya memiliki hutang seratus ribu pada pria muda itu.
"Oh, iya saya masih berhutang seratus ribu pada, mas! Sebentar, saya narik dulu ke ATM yah? Atau kalau boleh minta nomer rekening nya biar saya transfer sekarang juga," ucap Ayana.
"Hahaha, tidak perlu! Saya ikhlas kok, memberikan nya pada nona. Oh iya, namaku Sunny. Kamu??" ucap pria muda itu seraya mengulurkan tangannya.
"Eh, aku Ayana!" sahut Ayana seraya membalas uluran tangan pria muda yang mengaku bernama Sunny itu.
"Kamu nunggu siapa? Bagaimana kalau ikut di dalam mobilku? Barang belanjaan kamu mana?" tanya Sunny.
"Itu masih di dalam troli. Apakah tidak merepotkan? Aku tinggal di perumahan Sunderland," kata Ayana.
"Loh, kok bisa kebetulan sekali sih? Aku juga tinggal di sana loh," sahut Sunny. Ayana mengerutkan dahinya.
"Masa sih?" tanya Ayana.
"Hehehe, maksudnya perumahan Sunderland masih maju dikit. Tapi kita satu arah kok. Mau yah, ikut dengan ku? Gratis, aku antar kamu kok! Hemat ongkos taksi bukan?" ucap Sunny.
"Tapi aku sudah memesan taksi. Kasihan dong kalau aku tinggal dan menggagalkan. Eh, itu dia taksinya," ucap Ayana.
Saat taksi itu berhenti di depan Ayana dan Sunny berdiri, Sunny memberikan dua lembar ratusan ribu itu pada sopir taksi.
"Pak, maaf! Pacar saya tidak jadi naik taksi bapak. Tapi sebagai gantinya, ini saya bayar. Kira-kira cukup kan?" kata Sunny sambil memberikan dua lembar uang kertas seratus ribuan pada sopir taksi itu. Sopir taksi itu tersenyum ramah lalu meluncur pergi meninggalkan tempat itu. Ayana hanya bisa menatap heran pada Sunny.
"Hai, malah bengong! Ayo, ikut aku ke parkiran. Aku memarkirkan mobil ku tidak jauh dari sini kok," kata Sunny.
"Hem, astaga! Baiklah!" ucap Ayana sambil mendorong troli belanjakan nya yang di dalam nya ada barang-barang belanjaan nya.
"Sini biar aku saja yang mendorong troli belanjaan kamu," kata Sunny.
"Eh, jangan! Maksudku jangan tidak jadi!" sahut Ayana.
"Hahaha, bisa saja kamu!" sahut Sunny.
Sampai di parkiran, Sunny memasukkan barang-barang belanjaan milik Ayana ke dalam bagasi mobilnya. Ayana tentu saja ikut membantu.
"Terimakasih, mas!" ucap Ayana setelah semua barang-barang nya masuk ke dalam bagasi mobilnya.
"Hai, bahkan aku belum mengantarkan kamu pulang! Ayo masuk!" ajak Sunny. Ayana tanpa banyak bicara masuk ke dalam mobil Sunny. Sunny mengantarkan Ayana sampai di rumah tinggal nya.
Sampai setengah jam mereka menempuhnya dari supermarket itu sampai di perumahan Sunderland. Sampai di depan rumah Ayana, Sunny menghentikan mobilnya. Sunny membantu membawakan barang-barang belanjaan Ayana masuk ke dalam rumah. Setelah itu, Sunny langsung permisi pulang.
"Kok langsung pulang sih? Tidak minum atau makan dulu?" tanya Ayana.
"Tidak! Aku harus kembali ke kantor, Ay!" kata Sunny.
"Eh, maaf! Jadi aku sudah membuat kamu repot dong, mas?! Bagaimana kalau kamu jadi di pecat bos kamu?" tebak Ayana asal.
"Hahaha, tenang, tenang, itu tidak akan terjadi," sahut Sunny sambil terkekeh. Ayana hanya mengerutkan dahinya.
"Oke, aku langsung cabut yah, Ayana! Lain waktu boleh kan, aku main ke rumah kamu?" kata Sunny.
"Tentu saja! Tapi jangan lupa telepon dulu kalau mau ke rumah. Aku sering keluar soalnya. Sedangkan di rumah hanya aku sendiri tinggal di sini," ucap Ayana.
"Oke, baiklah! Bye, Ayana! Sampai jumpa lagi!" kata Sunny sambil masuk ke dalam mobilnya.
*****
"Darimana saja, kamu? Sudah siang begini baru sampai kantor," tanya seorang pria dewasa yang berumur kurang lebih empat puluh dua tahunan.
"Biasa, daddy!? Cuci mata dulu sebentar," jawab Sunny.
"Ya sudah! Kalau kamu sudah di kantor, harus kembali fokus. Oh iya, jangan lupa nanti sore temui om Risman di hotel X. Daddy ada sedikit urusan," kata pria dewasa itu yang tidak lain adalah ayah kandung Sunny. Dia bernama tuan Apollo.
"Kemana, daddy?" tanya Sunny.
"Usaha, nyari istri muda!" jawab tuan Apollo asal. Sunny melebar bola matanya.
"Awas saja kalau daddy benar-benar mencari istri muda! Aku beritahu mommy, loh!" ancam Sunny.
"Hahaha, itu tidak mungkin daddy lakukan, putra ku. Daddy lebih baik berkencan dalam satu malam dengan seorang pelacur daripada membuat sakit hati, mommy kamu, nak. Daddy sangat mencintai mommy kamu. Tapi karena mommy kamu dalam keadaan sakit, daddy tentu saja tidak bisa menuntut kebutuhan biologis itu pada mommy kamu," urai tuan Apollo dengan jujur.
"Kamu sudah cukup dewasa dan mengerti dengan keadaan daddy kamu," sambung tuan Apollo.
"Baiklah! Saya mengerti, daddy butuh kesenangan soal itu," sahut Sunny.
"Terima kasih, putra ku. Kamu sangat memahami kebutuhan daddy saat ini," ucap tuan Apollo seraya memeluk putra nya Sunny.
"Tapi saran ku, daddy harus hati-hati dong! Jangan lupa pilih-pilih wanita pelacur dan jangan lupa harus tetap pakai pengaman," kata Sunny.
"Tentu saja. Anak-anak dari mami Susi semuanya sehat dan mereka bersih dari penyakit kelamin," ucap tuan Apollo.
"Menikah lah, mas! Menikah lah dengan wanita pilihan mu dan yang kamu sayangi," ucap Reta istri tuan Apollo yang saat ini mengalami stroke hingga mengalami kelumpuhan di kedua kaki nya. Saat ini nyonya Reta hanya bisa duduk di kursi roda dengan dibantu satu perawat yang membantu mengurusnya. Tuan Apollo kembali menyuapi istri nya itu bubur ayam dengan penuh ketelatenan.
Pagi itu sebelum berangkat ke kantor, tuan Apollo menyempatkan menyuapi istri nya itu dengan sarapan pagi. Perawat yang menjaga dan merawat nyonya Reta yang sejak tadi melihat suami istri itu, ikut terharu. Apalagi tuan Apollo menunjukkan perhatian nya pada istri nya yang sakit itu.
"Tidak Reta! Kamu ngomong apa? Sampai kapan pun, aku tidak akan menikah lagi. Walaupun kamu sakit seperti ini, aku tidak akan menikah lagi dengan wanita siapapun. Bahkan aku membawa ke rumah ini dalam satu atap dengan kamu. Itu tidak mungkin, Reta! Aku tidak mau menyakiti kamu dengan semua tindakan konyol itu," ucap tuan Apollo.
"Kamu masih muda, mas! Apakah kamu tidak ingin, setiap malam ada yang memeluk mu. Setiap kamu pulang dari kantor, ada yang meladeni kamu. Mas, kamu butuh istri yang sehat. Bukan istri yang penyakitan seperti aku ini," kata Reta.
"Tidak Reta sayang! Sudah yah, jangan membahas soal ini lagi. Aku pamit pergi ke kantor dulu. Lihatlah, Sunny sudah selesai dengan sarapannya. Aku juga harus berangkat bekerja," ucap tuan Apollo.
Sunny berjalan mendekati daddy dan mommy nya. Tuan Apollo kini berdiri setelah tadi duduk berjongkok karena mensejajarkan dengan istrinya yang duduk di kursi roda.
"Mar! Lanjutkan menyuapi bubur ayam ke nyonya Reta yah," perintah tuan Apollo.
"Baik, tuan!" sahut Mar si perawat yang menjaga nyonya Reta.
"Mommy! Kami berangkat dulu ke kantor, mom!" pamit Sunny.
"Hati-hati putra ku!" sahut nyonya Reta.
"Jangan khawatir, mommy! Daddy dalam pengawasan ku. Daddy tidak akan menduakan mommy, apalagi mau menikah lagi," ucap Sunny.
"Justru mommy menyuruh daddy kamu supaya mau menikah lagi, nak!" sahut nyonya Reta. Sunny mengerutkan dahinya. Kini Sunny menatap ke arah daddy nya.
"Daddy gak bakalan menikah lagi, nak! Itu hanyalah omong kosong dari mommy kamu saja! Daddy tidak mungkin menikah lagi. Oke?" sahut tuan Apollo. Sunny tersenyum sinis mendengar hal itu.
"Benar, mommy! Daddy sangat setia dengan mommy. Percaya deh dengan daddy," kata Sunny.
"Tugas kamu carikan calon istri buat daddy kamu, nak! Supaya daddy kamu tidak kesepian," kembali nyonya Reta meminta.
"Sunny, ayolah kita lebih baik berangkat!" sahut tuan Apollo seraya melenggang masuk ke dalam mobil. Sunny segera menyusul masuk ke dalam satu mobil yang sama dengan daddy nya. Kali ini Sunny berangkat sama-sama dengan daddy nya dan tidak membawa mobil sendiri.
*****
"Kata mommy ada benar nya juga, dad!. Daripada daddy suka jajan dan bergonta-ganti wanita, lebih baik daddy menikah lagi saja," ucap Sunny.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil. Mobil itu sudah meluncur menuju ke perusahaan.
"Tidak, Sunny! Daddy sudah beberapa kali mengatakan, kalau daddy tidak mau menikah lagi. Itu akan membuat sakit mommy mu semakin parah. Kamu tidak tahu isi hati seorang wanita. Dia berkata memperbolehkan, nanti jika kita ikuti kemauannya, dia akan menangis saat kita bersanding dengan wanita lain. Ah tidak tidak! Kapan mommy kamu akan sembuh kalau dia setiap hari melihat aku bermesraan dengan istri muda," ucap tuan Apollo.
"Benar juga yah, dad! Wanita itu kadang aneh. Menyuruh menikah tapi dalam hatinya menangis," sahut Sunny.
"Wanita manapun dalam hari kecilnya tidak ingin diduakan ataupun di madu. Kadang-kadang dia berbicara seperti itu, menyuruh kita nikah kembali hanya menguji kita saja. Aneh kan, makhluk seperti wanita itu. Rumit dan penuh teka-teki. Tidak seperti pria yang apa adanya, tidak perlu basa basi. Lebih baik daddy melakukan hubungan cinta satu malam saja. Itu tidak akan berisiko," ucap tuan Apollo.
"Bagaimana kalau daddy terkena penyakit kelamin?" sahut Sunny.
"Daddy tentu saja tidak sembarangan memilih wanita malam, Sunny! Aku mempercayakan mami Susi untuk urusan mencari partner ranjang untuk ku. Kamu tahu, aku sudah menemukan satu wanita yang muda namun cukup membuatku mabok dibuatnya," kata tuan Apollo.
"Wow benarkah? Berapa usia nya, dad?" tanya Sunny.
"Yah, mungkin kurang lebih dua puluh tahunan lah," jawab tuan Apollo.
"Dua puluh tahun sudah terjun di dunia malam? Wow, benar-benar negeri ini sudah sangat bobrok," ucap Sunny.
"Jangan bicara seperti itu, dong! Bagi daddy mu ini, mereka sangat menolong daddy. Daddy butuh mereka, Sunny!" kata tuan Apollo.
"Hahaha, baik, baik! Menurut daddy, mereka adalah pahlawan bagi daddy yah?" sahut Sunny.
"Tentu saja! Mereka adalah menuntaskan dan menyelesaikan masalah bagi daddy mu ini," kata tuan Apollo.
"Hem, hahaha daddy daddy!" ucap Sunny sambil geleng-geleng kepala.
"Sebenarnya aku tidak menghendaki seperti ini, Sunny! Tapi daddy butuh kesenangan juga. Aku harap kamu jangan merendahkan daddy kamu ini gara-gara daddy suka bermain dengan banyak wanita-wanita malam di luar sana," kata tuan Apollo.
"Yah, sebenarnya aku ingin daddy berhenti melakukan hubungan cinta satu malam. Lebih baik menikah dengan satu wanita dan berpulang lah saat daddy membutuhkan nya untuk bercocok tanam," ucap Sunny.
"Mungkin suatu saat, aku akan mempertimbangkan nya lagi, nak!" sahut tuan Apollo.
"Oke, aku tunggu daddy menemukan calon ibu tiri ku," kata Sunny.
"Hahaha, kamu ini!" sahut tuan Apollo seraya memukul lengan Sunny
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!