NovelToon NovelToon

Pilihan Hati Rossie

PERSAINGAN

"Hai, Rossie! Sudah pulang?"

Rossie langsung menghentikan langkahnya, saat gadis itu mendengar sapaan dari Keano yang entah sudah sejak kapan berada di depan kampusnya.

"Hai, Bang Kean!" Jawab Rossie sambil sedikit meringis.

"Sudah pulang?" Tanya Keano sekali lagi.

Padahal jelas-jelas kalau Rossie sudah keluar dari kampus dan menenteng tasnya. Lalu kenapa masih haris bertanya apa Rossie udah pulang atau belum.

Tentu saja sudah!

"I....ya!" Rossie baru menyelesaikan jawabannya, saat mendadak ada sebuah mobil yang berhenti dengan asal di dekat Rossie dan Keano. Dua orang itu langsung kompak mengernyit, terkebih saat melohat siapa yang keluar dari pintu pengemudi.

"Terlambat lima menit!" Seru Fairel dengan raut wajah absurd yang langsung membuat Keano memutar bola mata dan Rossie yang merasa bingung harus berekspresi bagaimana.

Entah apa sebenarnya masalah dua pria ini hingga mereka selalu rajin datang ke kampus dengan dalih ingin menjemput Rossie.

Padahal Rossie sudah dijemput juga oleh sopir Papa Robert!

Dasar dua pria aneh!

"Hanya lima menit karena tadi macet, Rossie! Aku senang kau sabar menungguku," tukas Fairel lagi sembari menghampiri Rossie.

"Menunggu? Memangnya kita mau kemana, Bang?" Tanya Rossie bingung.

"Pulang ke rumah kamu tentu saja, Rossie!"

"Atau kalau kau mau jalan-jalan dulu-"

"Memangnya kau tidak ada pekerjaan di kantor, Bang? Kenapa mau mengajak Rossie jalan-jalan?" Sela Keano memotong kalimat tanpa jeda dari Fairel. Terang saja, hal itu langsung membuat Fairel menatap sengit pada Keano.

"Diam kau!!' Fairel menuding galak ke arah Keano yang malah balik melempar tatapan penuh ejekan dari Keano.

Ya, dua sepupu dari keluarga Halley tersebut memang tak pernah akur sejak dari jaman kuda gigit besi sampai kuda gigit rumput.

"Aku sedang bicara pada Rossie, jadi sebaiknya kau diam, Keano Halley Abian!" Hardik Fairel lagi tetap dengan nada galak.

Dasar galak!

"Baiklah!" Keano mengangkat kedua tangannya sembari mengendikkan bahu, lalu pemuda itu tak berkomentar apa-apa lagi.

"Jadi, Rossie..." Fairel kembali melunakkan nada bicaranya.

"Tadi sampai dimana?" Tanya Fairel lagi yang mendadak blank setelah kalimatnya tadi disela oleh Keano.

"Sampai terlambat lima menit," jawab Rossie diiringi kekehan dari Keano.

"Terlambat lima menit?" Fairel mengernyit sekaligus mengingat-ingat.

"Kalau terlambat satu bulan berarti positif, Bang!" Seloroh Keano yang rupanya tak benar-benar diam.

Ck!

Sepupu Fairel itu memang menyebalkan!

Sebelas dua belas dengan Aunty Anne kalau kata Dad Liam!

"Kita sampai dimana tadi, Rossie?" Fairel kembali bertanya pada Rossie.

"Belum sampai kemana-mana, Bang Iel! Kita masih di depan kampus," jawab Rossie yang langsung membuat Keano tertawa terbahak-bahak. Sementara Fairel tentu saha langsung mendengus berulang-ulang karena sekarang dirinya malah terlihat seperti orang bodoh di depan Rossie.

"Diam kau!" Hardik Fairel sekali lagi pada Keano sembari mendelik-delik.

"Iya, aku diam!" Jawab Keano cengengesan. Pria itu lalu turun dari motornya dan meraih helm yang ia bawa, selain helm yang melekat di kepalanya.

Memang apa alasan Keano membawa dua helm saat bepergian? Padahal kepala pemuda itu kan hanya satu. Lalu kenapa dia butuh dua helm? Membingungkan sekali!

"Ayo pulang, Rossie!" Ajak Keano selanjutnya seraya memakaikan helm serepnya pada Rossie.

"Hei, hei, hei! Jangan lancang, Adik sepupu!" Gertak Fairel yang langsung serta merta melepaskan helm dari kepala Rossie.

"Aduh, aduh!"

"Pelan-pelan, Bang!" Keluh Rossie karena Fairel yang sedikit kasar saat menarik helm dari kepala Rossie. Rambut Rossie jadi berantakan tak karuan sekarang.

"Jangan kasar, Bang!" Keano ikut-ikutan menggertak Fairel.

"Aku sudah pelan-pelan! Helm-mu itu saja yang sebenarnya kekecilan untuk dipakai Rossie!" Sergah Fairel mencari pembenaran. Tangan Fairel juga langsung sigap merapikan rambut Rossie yang berantakan.

"Tidak apa-apa, kan? Pusing, ya? Aku antar ke rumah sakit, mau?" Cecar Fairel bertubi-tubi yang hanya dijawab Rossie dengan satu gelengan kepala.

"Hanya kaget sedikit karena tadi Abang Iel narik helm-nya tiba-tiba," jawab Rossie sedikit merengut.

"Baiklah, maaf!"

"Helm itu memang menyebalkan!" Ujar Fairel yang sudah dengan cepat mengambil helm dari tangan Keano, lalu membantingnya ke atas aspal.

Dasar sinting!

"Kenapa helm Kean dibanting, Bang?" Protes Keano yang langsung dengan cepat memungut helmnya.

"Helm jelek saja!" Sungut Fairel kesal.

"Lagipula, Rossie juga tak akan memakainya, karena Rossie akan pulang bersamaku!" Klaim Fairel kemudian dengan nada sombong.

"Naik mobil! Bukan naik motor jelekmu itu!" Sergah Fairel lagi mendelik-delik pada Keano. Sepertinya perseteruan dua sepupu itu sudah semakin menjadi!

"Emmmm maaf, Bang Iel! Tapi Rossie sudah dijemput sejak tadi," tukas Rossie seraya menunjuk ke arah mobil Mercedes Benz warna hitam yang sejak tadi terparkir tak jauh dari mereka bertiga.

"Papa Robert yang menjemputmu?" Tanya Fairel kepo.

"Bukan! Tapi supir papa," jelas Rossie.

"Tapi aku sangat bisa mengantarmu Rossie," sergah Fairel cepat seraya menghalangi langkah Rossie yang hendak menuju ke arah mobil jemputan.

"Aku juga bisa mengantarmu, Rossie!" Timpal Keano yang langsung membuat Fairel kembali mendengus.

"Jangan ikut-ikutan!" Gertak Fairel galak.

"Aku juga sedang berusaha mendekati Rossie, Bang! Kan kita bersaing secara sehat," ujar Keano mencari pembenaran. Fairel kembali mendengus.

"Jadi, Ross-" Kalimat Fairel langsung terhenti saat pria itu tak lagi mendapati Rossie di dekatnya maupun di dekat Keano.

Lalu Rossie hilang kemana?

"Rossie!"

"Ross-"

"Rossie pulang duluan, Bang Iel!" Seru Rossie yang rupanya sudah berada di samping mobil yang tadi menjemputnya. Rossie melambaikan tangan ke arah Fairel dan Keano.

"Rossie pulang dulu, Bang Kean!" Pamit Rossie juga pada Keano.

"Bye! Hati-hati!" Seru Keano yang balik melambaikan tangan pada Rossie.

"Rossie hanya pamit kepadaku, Kean! Tidak usah geer!" Desis Fairel yang juga sudah ikut-ikutan melambaikan tangan pada Rossie. Padahal Rossie juga sudah masuk ke dalam mobil dan mungkin tak menyadari lambaian tangan Fairel.

"Jelas-jelas Rossie tadi memanggil abang Iel dan juga Kean, Bang!" Sergah Keano sembari geleng-geleng kepala. Sementara mobil Rossie sudah melaju pergi.

"Huuuuu! Jadi gagal menjemput Rossie!" Gerutu Fairel kesal.

"Besok usaha lagi, Bang!" Ujar Keano memberikan saran dan masukan.

"Usaha, tapi kau terus saja menjadi sainganku dan menghalangiku!" Jawab Fairel tetap dengan nada kesal.

"Kan aku juga sedang usaha, Bang!" Sergah Keano yang langsung membuat Fairel ingin muntah.

"Usahanya jauh-jauh sana!" Usir Fairel galak.

"Abang saja yang jauh-jauh! Rossie untuk Keano saja! Abang yang tua ngalah!" Cerocos Keano berani.

"Kau itu yang lebih tua dari aku! Sok-sokan mengatakan aku tua! Padahal jelas-jelas kau itu yang lahir duluan ketimbang aku!"

"Jadi kau yang lebih tua!!"

"Dasar tua teriak tua!" Omel Fairel panjang lebar yang hanya membuat Keano terkekeh. Keano lalu naik ke atas motornya.

"Mau balik ke resto, Bang!" Pamit Keano sembari menyalakan mesin motor.

"Aku juga mau balik ke-"

"Abang Iel!" Seruan Reina yang juga baru keluar dari kampus membuat Fairel tak jadi melanjutkan kalimatnya.

Ya, Reina dan Rossie memang kuliah di kampus yang sama, meskipun mereka beda jurusan.

"Abang mau jemput Reina?" Tanya Reina to the point.

"Tidak! Aku mau menjemput Rossie!" Jaeab Fairel ketus.

"Lalu Rossie mana? Itu Kean mau menjemput Rossie juga?" Cecar Reina menatap bergantian pada Keano dan Fairel.

"Rossie sudah pulang bersama sopirnya, Rei! Jadi sekarang aku juga mau pulang," jelas Keano sekaligus berpamitan.

Reina sontak tergelak mendengar jawaban Keano, dan jangan tanya bagaimana ekspresi wajah Fairel sekarang.

Kecut, kusut, ditekuk, dan tampak merana sekali.

"Yasudah, tak usah sedih, Bang! Ayo pulang bersama Reina saja!" Ajak Reina sembari menepuk punggung Fairel.

"Grrrrr! Kau pulang saja sendiri! Abang mau ke kantor!" Jawab Fairel menolak ajakan Rossie barusan. Fairel lalu langsung masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Reina.

"Bang Iel! Antar Reina pulang dulu!" Rengek Reina sembari mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Fairel.

"Tidak bisa! Aku ada meeting penting!" Jawab Fairel lantang sembari mengibaskan tangannya ke arah Reina.

"Ck! Abang tega!" Cebik Reina seraya menghentakkan satu kakinya

"Bye!" Pamit Fairel sekali lagi dengan ekspresi lebay, sebelum kemudian pria itu memacu mobilnya dan meninggalkan area kampus.

"Ayo aku antar pulang, Rei!" Ajak Keano pada Reina yang tampak kebingungan karena ditinggal oleh sang abang.

"Baiklah!" Jawab Reina senang. Wanita itu langsung naik ke jok belakang motor Keano.

Ya, ya, ya!

Keano memang sepupu Reina yang paling pengertian!

.

.

.

Hai, ketemu di karya ke-44

Timing disini jauh sebelum Reina kerja di kantor Angga, ya!

Terima kasih yang masih setia mengikuti karya-karya receh othor 💜💜

BERJUANG

"Papa!" Rossie yang baru tiba di rumah, langsung memeluk Papa Robert yang sedang mengobrol bersama Mama Sita di ruang tengah. Kedua orang tua Rossie itu tampak serius sekali membicarakan sesuatu.

"Sudah pulang kuliah?" Tanya Papa Robert sembari mengusap kepala Rossie yang masih bergelayut di balik punggungnya.

"Sudah!"

"Papa tidak ke kantor?" Rossie ganti bertanya setelah gadis itu mencium pipi sang papa.

"Ck!" Mama Sita sontak berdecak, lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan ayah serta putrinya yang manja tersebut.

"Mama kamu cemburu," ucap Papa Robert memberitahu Rossie.

"Cemburu kenapa? Karena Rossie mencium pipi Papa begini?" Rossie kembali mencium pipi Papa Robert.

"Mama tidak cemburu!" Seru Mama Sita yang rupanya mendengar ucapan papa Robert tadi.

"Yakin?" Goda Papa Robert usil.

"Tidak cemburu tapi ngambek!" Timpal Rossie sok tahu.

"Tidaklah!" Sahut Mama Sita dari arah dapur. Wanita paruh baya itu sudah kembali lagi seraya membawa segelas air di tangannya. Sementara Rossie juga sudah duduk di samping Papa Robert sekarang.

"Tadi pulang diantar siapa? Fairel atau Keano?" Tanya Mama Sita selanjutnya pada Rossie.

"Tidak dua-duanya!" Jawab Rossie seraya terkekeh.

"Papa mengirimkan sopir untuk menjemput Rossie tadi," ujar Papa Robert yang langsung membuat Mama Sita membulatkan bibirnya. Suaminya itu memang lumayan protektif pada Rossie yang merupakan putri kesayangan di keluarga Hadinata.

"Padahal Abang Kean dan Abang Iel sudah datang menjemput juga tadi," cerita Rossie sembari tertawa kecil.

"Mereka berdua seperti tidak ada kerjaan," gumam Papa Robert.

"Kata siapa, Pa! Abang Kean kan kerja di B&D resto. Abang Iel kerja di Halley Development. Mereka bukan pengangguran!" Cerocos Rossie yang sontak membuat Mama Sita menahan tawa.

"Papa tidak menyebut mereka pengangguran! Papa menyebut mereka seperti tidak ada kerjaan karena selalu saja sibuk menyambangimu saat jam pulang kuliah!" Ujar Papa Robert yang langsung membuat Rossie membulatkan bibirnya.

"Katanya mereka sedang usaha mendekati Rossie, Pa!" Tukas Rossie kemudian.

"Tidak usah digubris!" Nasehat papa Robert.

"Yang terpenting, kau fokus kuliah saja dulu, Rossie!" Timpal Mama Sita ikut menasehati Rossie juga.

"Iya, Ma!" Jawab Rossie patuh.

****

"Darimana?" Tanya Ryan sembari memicing, saat Fairel kembali ke Halley Development. Azzaryan Andreas adalah sepupu Fairel yang juga merupakan anak dari Aunty Thalia dan Uncle Daniel. Dan Ryan juga bekerja di Halley Development, berbagi tugas dengan Fairel.

"Kepo!" Jawab Fairel malas.

"Pasti ke kampus Rossie!" Tebak Ryan kemudian.

"Tidak usah komentar! Aku saja tak pernah mengomentari dirimu yang kerap mengapeli Zeline ke kantornya!" Sergah Fairel bersungut-sungut.

"Maaf, aku mengapeli Nona! Bukan Zeline!"

"Zeline adalah sepupu kita berdua. Jadi aku tak mungkin memacarinya!" Cerocos Ryan panjang lebar mengoreksi kalinat Fairel.

"Barangkali kau mau menjalin hubungan antimainstream bersama Zeline," kekeh Fairel kemudian.

"Sinting!" Decak Ryan sembari membuat garis miring di keningnya,

"Kau yang sinting! Aku masih waras!" Sergah Fairel yang tak terima disebut sinting oleh Ryan.

"Terserah! Aku mau pergi," tukas Ryan kemudian seraya melihat arlojinya.

"Mau kemana? Apa pekerjaanmu sudah selesai? Jangan makan gaji buta, hah!"

"Memangnya perusahaan ini milik nenekmu?" Omel Fairel panjang lebar sembari mencegat Ryan agar tak pergi.

"Iya, perusahaan ini milik nenekku dan nenekmu juga!" Jawab Ryan santai.

"Dan aku tak makan gaji buta!" Ryan ganti menuding pada Fairel.

"Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaanku saat kau sibuk mengejar Rossie tadi," tukas Ryan lagi yang malah balik mengomeli Fairel.

Fairel langsung berdecak.

"Kau ada saran agar usahaku untuk mendekati Rossie bisa berjalan lancar? Kau dulu saat mendekati Nona pakai jurus apa, sampai gadis itu bisa bertekuk lutut kepadamu?" Tanya Fairel kemudian yang sepertinya mulai putus asa dengan usahanya untuk mendekati Rossie.

Sudah sejak Rossie berusia lima tahun, Fairel dan Keano bersaing untuk mendapatkan hati gadis Hadinata itu! Namun sepertinya sampai detik ini masih belum ada titik terang dari Rossie yang mungkin juga bingung mau memilih Fairel atau Keano.

Atau jangan-jangan Rossie malah sudah punya pilihan lain dan itu bukanlah Keano maupun Fairel. Kalau hal itu benar adanya, berarti akan ada patah hati berjamaah di keluarga Halley tak lama lagi antara Fairel dan Keano.

"Ryan!" Bentak Fairel karena sepupunya itu malah melamun dan bengong alih-alih menjawab pertanyaan Fairel lagi.

"Apa?" Tanya Ryan tergagap.

"Jawab pertanyaanku! Kau memakai jurus apa saat mendekati Nona?" Fairel terpajsa mengulangi pertanyaannya.

"Jurus apa? Tidak ada jurus apa-apa! Aku hanya memberikan Nona perhatian dan melakukan hal-hal romantis," jawab Ryan seraya mengendikkan kedua bahunya.

"Hal romantis apa itu? Bagi ilmunya kepadaku!" Cecar Fairel penasaran sekali.

"Memberikan bunga, mengajak nonton ke bioskop, menyambanginya ke kantor sembari membawakan minuman," tutur Ryan panjang lebar.

"Aku harus melakukan semua hal itu berarti!" Ucap Fairel kemudian penuh tekad.

"Bagus!"

"Lakukan semuanya dan aku akan memberikan dukungan penuh untukmu!" Ujar Ryan sembari menepuk punggung Fairel dan memberikan semangat.

"Harus itu! Kau harus mendukungku dan jangan mendukung Keano!" Tukas Fairel memperingatkan Ryan.

"Siap, Pak Direktur!"

"Aku akan selalu mendukungmu, tapi sekarang aku harus menemui kekasihku dulu!" Ujar Ryan kemudian yang langsung membuat Fairel mendengus.

"Bye!" Pamit Ryan sembari meninggalkan Fairel dan melambaikan tangan ala kadarnya.

"Dasar bucin akut!" Cibir Fairel sebelum kemudian pria itu mendaratkan bokongnya ke atas kursi kerja. Fairel akan menyusun rencana dulu untuk melakukan h romantis demi mendapatkan hati Rossie.

Ya, Fairel akan berjuang!

****

"Sudah selesai bertemu klien?" Tanya Keano pada Angga yang hendak keluar dari B&D Resto.

Ya, abang Rossie itu memang kerap datang ke B&D Resto untuk sekedar makan siang bersama klien atau membahas bisnis bersama para koleganya. Kata Angga, suasana nyaman di B&D Resto membuat para koleganya betah. Apalagi hidangan di B&D Resto yang ternyata cocok di lidah para kolega bisnis Angga.

"Iya, sudah!" Jawab Angga yang langsung menghentikan langkahnya, lalu sedikit berbasa-basi pada Keano.

"Ngomong-ngomong, kau sibuk?" Tanya Angga kemudian.

"Tidak!

"Mau bicara? Ayo duduk!" Ajak Keano sembari menunjuk ke salah satu meja yang kosong di sudut resto.

"Hanya sebentar karena aku ada meeting tiga puluh menit lagi," tukas Angga yang langsung membuat Keano mengangguk.

"Oke! Langsung pada intinya saja!" Saran Keano.

"Jadi begini-" Angga baru memulai penjelasannya saat tiba-tiba ponsel pria itu malah berdering. Angga terpaksa meminta izin sejenak pada Keano untuk mengangkat telepon.

"Jadi begini, Kean!" Ujar Angga lagi setelah pria itu selesai menelepon.

"Minggu depan adalah ulang tahun Mama dan aku mau membuat acara kejutan kecil-kecilan-"

"Kau mau membuatnya disini?" Tebak Keano menyela.

"Iya!" Angga tersenyum sekaligus mengangguk.

"Akan aku siapkan semuanya!" Ujar Keano penuh semangat.

"Tapi tidak perlu terlalu heboh, karena aku yakin kalau Papa juga pasti sudah menyiapkan acara untuk Mama di tempat lain," pesan Angga yang langsung diiyakan oleh Keano.

"Aku ingin acaranya sederhana saja tapi berkesan. Aku tahu maksudku, kan?" Ujar Angga lagi memastikan.

"Ya! Nanti aku urus semuanya dan kau terima beres saja, Angga!" Tukas Keano menenangkan.

"Baiklah! Aku percaya padamu!" Angga sudah bangkit dari duduknya.

"Aku ke kantor dulu!" Pamit Angga kemudian.

"Hati-hati!" Pesan Keano sebelum Angga berlalu pergi dan meninggalkan B&D Resto.

"Hati-hati, Calon Abang ipar!" Gumam Keano lagi sembari tertawa kecil.

Calon Abang ipar?

Kan tidak ada salahnya berharap!

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

LEBIH BESAR

Keano baru tiba di B&D Resto, saat pemuda itu melihat Azzalea bersama seorang pria bermasker. Senyuman lebar tampak merekah di bibir Azzalea, saat pria bermasker tadi memberikan bucket bunga mini pada sepupu Keano tersebut.

Ya, Azzalea adalah saudara kembar dari Azzaryan. Mereka berdua adalah anak-anak dari Aunty Thalia dan Uncle Daniel. Satu hal yang lucu adalah, Ryan yang merupakan sapaan akrab Azzaryan saat ini bekerja bersama Fairel di Halley Development. Sementara Lea yang merupakan sapaan akrab Azzalea, bekerja sebagai kepala koki di B&D Resto bersama Keano yang menempati posisi sebagai manager.

"Sssttt! Kok melamun?" Teguran Lea langsung membuyarkan lamunan Keano.

"Enggak!" Kilah Keano cepat.

"Mencurigakan!" Tuding Lea sebelum kemudian gadis itu mengendus bunga yang berada di tangannya.

"Itu tadi pacar kamu?" Tanya Keano kemudian merasa kepo. Setahu Keano, Lea memang punya seorang pacar dan kabarnya mereka akan segera bertunangan.

"Ya!"

"Namanya Rayyen," terang Lea sembari memamerkan sekali lagi buket bunga di tangannya pada Keano yang hanya membulatkan bibirnya.

"Ngomong-ngomong, kau sudah mengirimkan bunga atau coklat pada Rossie? Kau sedang pedekate pada putri mahkota di keluarga Hadinata itu, kan?" Tanya Lea kemudian yang langsung membuat Keano mengernyit bingung.

"Bunga? Coklat?"

"Ini hari valentine, Keano! Bagaimana bisa kau tidak tahu?" Geram Lea merasa gemas.

"Masa? Aku tidak tahu." Keano benar-benar berekspresi polos dan bingung sekarang karena ia memang tidak tahu kalau hari ini adalah hari valentine. Memangnya hari valentine diperongati setiap tanggal berapa? Hari ini tanggal berapa? Ini bulan Februari, kan?

Pantas saja sepanjang jalan ke B&D Resto tadi Keano melohat banyak orang berjualan bunga pink, merah, dan balon love love.

Hari ini valentine?

"Hadeeuuuh!" Lea menepuk keningnya sendiri dan sepertinya merasa pening dengan ketidaktahuan Keano.

"Aku boleh pinjam bungamu untuk aku berikan pada Rossie?" Tanya Keano kemudian yang langsung membuat Lea mendelik.

"No!"

"Beli saja bunga sendiri sana!"

"Sekalian beli coklat! Nanti aku bantu menghiasnya sebelum kau berikan pada Rossie!" Saran Lea yang langsung membuat Keano mengangguk.

"Baiklah! Aku akan beli sekarang!" Tukas Keano penuh semangat, sebelum kemudian pria itu menuju ke motornya lagi. Keano akan pergi ke toko terdekat untuk membeli bunga serta coklat untuk Rossie.

****

"Wow!" Reina yang baru keluar dari dalam kampus langsung menganga, saat melihat Fairel yang baru datang seraya membawa sebuah buket besar berisikan bunga dan coklat.

"Bang!" Panggil Reina yang langsung buru-buru menghampiri Fairel.

"Reina!"

"Rossie mana?" Tanya Fairel to the point.

"Masih ada kelas tadi."

"Ini buketnya buat Reina, ya, Bang?" Tanya Reina antusias.

"Untuk Rossie!" Jawab Fairel tegas.

"Kau minta sendiri saja pada Angga sana! Pacarmu kan Angga bukan aku!" Cerocos Fairel bersungut-sungut.

"Angga masih di luar kota," curhat Reina sambil merengut.

"Reina yang malang!" Cibir Fairel meledek.

"Reina minta coklatnya satu, Bang! Kan itu ada banyak!" Pinta Reina sembari berusaha mengambil cokelat dari dalam buket yang dibawa Fairel.

"No! Ini semua untuk Rossie!" Tolak Fairel tegas sembari menjauhkan buket raksasanya dari tangan Reina yang tak tahu tata krama.

"Tapi itu ada banyak, Bang! Rossie juga nggak bakal habis!"

"Reina minta satu!" Rengek Reina pantang menyerah.

"Tidak, Reina!"

"Iiihhh! Abang sama adik sendiri kenapa pelit, sih! Nanti celana abang jadi sempit, baru tahu rasa!" Sungut Reina mulai kesal. Fairel sontak tergelak mendengar sumpah serapah sang adik.

"Celana sempit ya tinggal beli baru!" Jawab Fairel sombong.

"Reina minta coklatnya, Bang!" Rengek Reina sekali lagi.

"Enggak ya enggak!"

"Jauh-jauh sana sebelum kau merusak hadiahku!" Usir Fairel galak yang langsung membuat Reina mengerucutkan bibirnya.

"Abang jahat! Reina tidak akan mendukung usaha Abang untuk pedekate pada Rossie!" Ancam Reina kemudian.

"Lalu aku tak akan merestui hubunganmu bersama Angga! Mau apa kamu? Mau apa?" Fairel balik mengancam Reina yang kini sudah menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.

"Tanpa restu dari Abang, kau dan Angga tidak akan bisa menikah," ledek Fairel kemudian.

"Gitu amat jadi Abang!" Gumam Reina kesal bersamaan dengan motor Keano yang sudah tiba di depan kampus.

"Ck! Si pengganggu datang lagi! Mau apa, sih?" Gerutu Fairel saat melihat kedatangan Keano.

"Sudah sampai duluan, Bang?" Sapa Keano berbasa-basi pada Fairel yang langsung berdecak.

"Ya! Aku datang duluan! Jadi sebaiknya kau pergi sana karena Rossie tidak akan mau pulang naik motor jelekmu itu!" Jawab Fairel seraya mencemooh motor Keano.

"Motor kinclong begitu abang bilang jelek! Mata abang buta apa bagaimana?" Komentar Reina yang langsung berhadiah delikan dari Fairel.

"Diam kau! Tidak usah ikut-ikutan! Pulang sana!" Usir Fairel pada sang adik

"Bagi dulu coklatnya satu, lalu Reina akan pulang!" Ujar Reina mengajukan syarat. Gadis itu bahkan sudah menengadahkan tangannya ke arah Fairel.

"Tidak! Berapa kali harus kubilang, kalau semua coklat dan bunga ini untuk Rossie!"

"Tidak ada jatah untukmu!" Tolak Fairel tegas masih sambil mendelik pada sang adik. Terang saja hal itu langsung membuat Reina merengut.

"Kau mau cokelat, Rei?" Tanya Keano yang langsung membuag Reina menatap ke arah sepupunya tersebut. Rupanya Keano sudah menyodorkan sebuah coklat berhiaskan pita pada Reina.

"Itu untukku, Kean?" Tanya Reina memastikan.

"Ya! Kebetulan tadi aku belinya kebanyakan dan masih ada sisa-"

"Yaiyalah ada sisa! Buket kamu kecil begitu!" Cibir Fairel membandingkan buket yang ia bawa dengan buket yang dibawa oleh Keano. Milik Keano memang terlihat simpel dan tak sebesar punya Fairel yang mungkin baru saja menghabiskan coklat satu toko.

"Makasih, Kean!" Ucap Reina yang langsung gercep mengambil coklat berpita dari tangan Keano.

"Mulai sekarang, aku akan mendukung usahamu untuk mendekati Rossie!" Tukas Reina kemudian mendeklarasikan dukungannya pada Keano.

"Rei, Rei, Rei!" Fairel langsung menyalak tajam.

"Kau adikku! Kenapa malah mendukung orang lain?" Teriak Fairel tak terima.

"Habisnya abang pelit! Reina minta coklatnya satu nggak dikasih," ujar Reina blak-blakan.

"Ck! Nanti abang belikan coklat untuk kamu! Tapi jangan mendukung Keano! Kah harus mendukung Abang!" Perintah Fairel dengan nada tegas.

"Ck! Suka-suka Reina mau dukung siapa! Abang kenapa maksa-maksa?" Sergah Reina berani.

"Oooh! Berani kamu, hah?"

"Baiklah, berati mulai detik ini abang tak akan merestui hubunganmu bersama Angga! Abang tak akan mengizinkan kamu menikah mendahului Abang! Kalau Abang belum menikah dengan Rossie, maka kau dan Angga juga tak boleh menikah!"

"Abang tidak mau dilangkahi sampai kapanpun!" Cerocos Fairel panjang lebat yang langsung membuat Reina menganga.

"Kok gitu! Kalau selamanya Rossie tidak mau sama Abang dan tidak jadi istri abang, masa iya Reina dan Angga juga tidak boleh menikah! Tidak adil!" Protes Reina merasa tak terima dengan perjanjian konyol Fairel tadi.

"Iya makanya kamu dukung Abang dan bantu Abang mendekati Rossie!" Tukas Fairel enteng.

"Ck! Baiklah! Reina mendukung abang!" Rengut Reina kemudian sembari mengembalika coklat yang tadi diberikan oleh Keano.

"Ambil saja, Rei!" Tukas Keano murah hati.

"Yang benar? Tapi aku mendukung Abang Iel, lho!" Reina sedikit berbasa-basi pada Keano.

"Tidak masalah! Toh jodoh tak akan lari kemana," jawab Keano penuh percaya diri.

"Cih! Jodoh tak lari kemana! Jodohnya Rossie itu aku! Jadi kau tak usah ngaku-ngaku!" Fairel menuding pada Keano yang masih tersenyum penuh percaya diri.

"Selalu ada kesempatan sebelum janur kuning melengkung, Bang! Keano juga akan berjuang agar Rossie jadi jodohnya Keano!" Tukas Keano lagi tetap percaya diri.

"Berjuang pakai buket kecil begitu? Rossie mana mau?" Cibir Fairel sekali lagi.

"Mau apa?" Tanya Rossie yang tiba-tiba sudah muncul.

"Hai, Rossie! Sudah selesai kelasnya?" Sapa Keano yang langsung berbasa-basi pada Rossie.

"Iya sudah, Bang!"

"Bang Kean mau jemput Rossie lagi?" Rossie balik berbasa-basi pada Keano.

"Tidak! Dia mau menjemput Reina!" Bukan Keano, melainkan Fairel yang langsung menjawab dengan lantang.

"Oh." Rossie membulatkan bibirnya, lalu ganti menoleh pada Fairel.

"Wow! Buket yang Bang Iel bawa besar sekali!" Puji Rossie setelah melihat buket raksasa Fairel.

"Ini buat kamu, Rossie!" Ucap Fairel yang langsung membuat Rossie menganga.

"Tapi ini besar sekali! Rossie mana bisa bawa, Bang?" Ujar Rossie dengan raut bingung.

"Bawa yang ini saja kalau begitu, Ros! Ini kan kecil dan ringan," tukas Keano yang langsung mencari kesempatan. Pria itu sudah menyodorkan buket sinpelnya pada Rossie.

"Nah, kalau yang ini Rossie bisa bawa," jawab Rossie seraya tersenyum sumringah.

"Terima kasih, Abang Kean!" Ucap Rossie seraya tersenyum pada Keano. Tentu saja hal itu langsung membuat Fairel kebakaran jenggot, meskipun sebenarnya pria itu sama sekali tak memelihara jenggot.

"Buketnya aku bawakan ke rumah kamu, Ross! Tidak usah menerima buket jelek Keano itu!" Sergah Fairel sambil kembali menyodorkan buket raksasanya pada Rossie.

"Oh, yaudah! Abang Iel antar saja ke rumah kalau begitu. Kebetulan Rossie juga sudah mau pulang-"

"Aku antar!" Ujar Fairel dan Keano berbarengan. Dia sepupu itu langsung melempar delikan tajam satu sama lain.

"Aku yang akan mengantar Rossie, Kean! Rossie tak akan mau panas-panasan naik motor kamu!" Sungut Fairel mendelik pada Keano.

"Cuacanya sedang mendung, Bang! Jadi Rossie tak akan kepanasan!"

"Lagipula, mobil abang pasti juga penuh jika harus membawa buket raksasa itu. Lalu Rossie mau abang suruh naik dimana? Di kap depan?" Cerocos Keano yang langsung membuat Reina dan Rossie tergelak.

"Ck! Buketnya akan aku taruh di atap mobil!" Jawab Fairel bersungut. Lagipula, kenapa juga Fairel tadi membawa mobil dua pintunya untuk menjemput Rossie! Seharusnya Fairel membawa mobil pick up saja atau mobil truk sekalian!

"Sudah jangan bertengkar, Abang-abang! Rossie sudah memutuskan akan pulang bersama siapa!" Seru Rossie berisaha melerai perdebatan Fairel dan Keano.

"Mau pulang berasama siapa?" Tanya Fairel dan Keano kompak bak paduan suara.

"Bersama Pak supir!" Jawab Rossie sembari menunjuk ke arah sopir Papa Robert yang baru datang. Keano dan Fairel sontak menganga bersamaan.

"Rossie pulang dulu, Bang Kean dan Bang Iel!"

"Dan terima kasih buket coklatnya!" Ucap Rossie seraya nengacung-acungkan buket dari Keano.

"Lah! Trus buket dari aku kamu tolak begitu?" Protes Fairel merasa tak terima karena buket raksasanya yang malah dicueki oleh Rossie.

"Rossie terima juga, Bang! Tapi tolong abang antar ke rumah, ya! Rossie tidak bisa bawa soalnya," tukas Rossie beralasan sebelum gadis itu masuk ke mobil. Tak berselang lama, mobil Rossie sudah melaju pergi.

"Tolong diantar ke rumah, Bang!" Celetuk Keano meledek Fairel yang kini tampak bersungut-sungut.

Dasar sialan!

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!