NovelToon NovelToon

Aku Masih SMA

Chapter 1 Keributan di Kelas

Di kelas pelajaran Kimia

"Gweeeennnnnnnnnn...., bisa tidak sekali saja dalam kelas Mister Joe.. kamu tidak membuat keributan..." terdengar teriakan seorang guru di kelas. Sejak tadi guru bernama Joe itu sudah merasa emosi, melihat tingkah Gwen yang selalu membuat keonaran di kelas. Jika Gwen bukan merupakan siswa berprestasi di kelas itu, mungkin saja anak itu sudah diminta keluar kelas sejak tadi.

"Oh my God...., kenapa sih selalu Mr. Joe menyalahkan Gwen. Sejak pagi deh, Gwen berusaha untuk duduk diam, memperhatikan setiap guru menjelaskan. Tetapi lihat ke belakang Mister... Robert, Alana selalu mengajak Gwen bermain terus... Katanya sedang seru, mau ngajak turnamen essport Mister..." tanpa sadar, dengan maksud untuk membela diri, jawaban Gwen membuat jengah dua teman yang disebut namanya oleh gadis itu.

"Dukkk... woi kalau mau bela diri jangan bawa-bawa nama gue dong... Sembarangan kamu Gwen..." tempat pulpen dan pensil mengenai punggung Gween.

Gadis itu menoleh ke belakang, dan menatap liar pada pelaku pelemparan tersebut. Teman-teman lain di kelas Kimia bertepuk tangan meneriaki perseteruan dua gadis itu. Sedangkan Mr. Joe hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah murid-murid di kelasnya.

"Kira-kira dong Al... punggungku ini bukan tempat mendarat tempat pulpen. Jika mau uji nyali, coba kalau berani, kenapa tidak dilemparkan ke arah Mister Joe.. Dasar loe... cemen..." Gwen berteriak marah, dan terlihat Alana merasa ngeri melihat tatapan dari Gwen.

"Hemmph... peace Gwen..." dari belakang Alana tersenyum nyengir, dan mengangkat dua jarinya ke atas.

"Lihat tuh Mister... Alana kan yang sejak tadi membuat ulah di kelas. Gwen mah... sebenarnya gadis yang rajin, anteng Mister, buktinya setiap pelajaran Mister Joe, dan juga pelajaran guru yang lain.. nilai Gwen selalu mendapatkan 100. Tapi yah... maklumlah Mister... agak salah gaul, sejak Alana selalu dekat-dekat dengan Gwen, perangai kasar gadis itu sering tertular ke Gwen... Mister.." di belakang, Alana tambah bersungut-sungut mendengar Gwen menjadikannya sebagai kambing hitam.

"Sudah.. semua diam, kita kembali fokus lanjutkan pelajaran.." akhirnya Mister Joe kembali berjalan di depan, dan melanjutkan penjelasannya.

Gwen tersenyum, kemudian memasang head set di telinga dan kaca mata. Tidak lama kemudian, gadis muda berambut lurus itu sudah tenggelam dalam tidurnya. Novi... teman sebangku gadis itu, hanya bisa mengambil nafas sambil geleng-geleng kepala. Namun... meskipun casing Gwen terlihat kasar, tapi sebenarnya hati Gwen itu baik dan suka menolong. Belum lagi, banyak prestasi dipegang oleh gadis itu, sehingga Gwen tetap disukai oleh teman-temannya.

"Nov... Novi..." terdengar panggilan Alana dari belakang. Novi menoleh, dan ternyata Alana menanyakan tentang apa yang dilakukan Gwen.

"Gwen boksi... lagi bobok siang, jangan diganggu Al.. kasihan Mister Joe.. Biarkan saja Gwen tenang sebentar, aku mau dengarkan Mister.. , rumus Kimia itu sulit soalnya.." Novi menolak permintaan Alana untuk mengganggu Gwen.

Akhirnya kelas kembali diam dengan tidurnya Gwen, dan Mister Joe tahu jika gadis itu tidak mendengarkannya. Tetapi hampir semua guru mendiamkan tingkah Gwen, daripada jika anak itu membuka matanya malah akan berakhir dengan keributan di kelas. Ada-ada saja yang dilakukan oleh Gwen dan teman-temannya.. Namun kelas XII A, meskipun hampir semua guru mengeluhkan kegadungan mereka, semua mengakui jika di kelas itu, hampir semua murid memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

***********

Sore Harinya

Gwen berjalan menuju parkiran motor untuk mengambil kendaraanya, dan tidak lama kemudian Ducati Desmosedici GP-1 dengan harga dibanderol di atas 1 milliar itu sudah dikendarainya. Motor itu hadiah dari Om nya ketika gadis itu tepat berulang tahun ke 17. Sudah lama sebenarnya Gwen ingin memiliki motor tersebut, tetapi melihat spesifikasi tinggi dari motor itu, kakek dan adik almarhum papanya tidak mengijinkan. Tetapi ketika usia 17 tahun, di malam ulang tahunnya kakek dan pamannya memberinya kejutan, dengan memberinya hadiah motor tersebut.

"Gwen... mau ikut gak malam ini...?" tiba-tiba di sebelah Gwen, ada laki-laki muda berambut panjang yang menjajarinya berkendara.

"Kemana Aldo... aku cek dulu ada tugas dari Mister dan Miss tidak.. Jika ada, aku absen dulu, karena aku tidak mau membuat kakek kecewa jika nilai mata pelajaranku anjlok.. " gadis itu menjawab pertanyaan dari teman laki-lakinya itu.

"Biasa.. ada balapan liar nih di sirkuit Sentul.. mau join gak..?? Lumayan hadiahnya jika kita menang, bisa untuk liburan ke luar negeri.. " laki-laki bernama Aldo itu menyampaikan informasi.

"Kan aku sudah bilang tadi Al..., aku akan lihat dulu ada tugas gak.. Jika tidak ada, okay aku cuzz ikut, tapi jika ada, aku milih ngerjain tugas sekolah dong. Bagaimanapun senyum kakek dan paman, menjadi satu-satunya penyemangat hidupku yang sudah kacau balau sejak kecil Al... Hanya merekalah, yang menjadi harapanku saat ini..." sambil tetap memacu gas motor, Gwen menjawab pertanyaan Aldo.

"Kita mampir di bakso depan saja, kamu bisa buka gadget bukan untuk lihat, ada tugas atau kagak... Masak kamu mau pulang dulu baru melihatnya, wasting time..." Aldo membuat usulan.

"Yap... okay.." sahut Gwen cepat.

Aldo segera memacu kendaraannya, dan mendahului motor Gwen. Ternyata di belakang laki-laki itu, tanpa diketahui oleh Gwen ada dua laki-laki yang selalu mengikuti Aldo yang segera ikut memacu pedal gas motornya. Gwen tidak mau kalah, gadis muda itu segera melajukan motor untuk mengimbangi kecepatan tiga laki-laki di depannya itu. Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di warung bakso yang ada di ujung jalan. Di samping warung bakso itu, mereka biasa mangkal seusai sekolah, dan sering mereka menyebutnya sebagai base camp.

"Mau buka gadget disini, atau di warung bakso Gwen.." begitu Gwen menghentikan motor, Aldo menghampiri gadis itu, dan bertanya kepadanya.

"Sambil makan saja, kebetulan tadi siang aku malas makan. Bau kuah bakso dari kejauhan saja, perutku langsung terpanggil untuk menikmatinya.." Gwen segera memasang standar samping motor, kemudian gadis itu turun dan menghampiri Aldo yang menunggunya.

Tanpa banyak bicara dua anak muda itu segera masuk ke dalam warung bakso, dan Aldo memilih tempat duduk di pojok warung bakso tersebut. Gwen langsung mengeluarkan gadget iPad dari dalam tas, kemudian membukanya.

"Dua bakso kobis bang... yang satu banyakin sawi. Untuk minum dua es lemon tea.." Aldo langsung memesan makanan untuk mereka.

"Siap mas Aldo dan mbak Gwen.." penjual bakso langsung mengenali dua anak muda itu, karena hampir tiap hari mereka mangkal dan jajan bakso di tempat itu.

Aldo kembali memperhatikan Gwen dari sampingnya. Tidak bisa dipungkiri, laki-laki muda itu memang sudah menaruh hati pada Gwen sejak lama, namun gadis itu tidak pernah memberinya hati. Merasa khawatir jika ucapan kata cintanya akan membuat pertemanan mereka menjadi bubar, Aldo memilih untuk tidak memberi tahukan tentang perasaannya pada gadis itu.

***********

Chapter 2 Tidak Akan Ada yang Bisa Menindasku

Sampai pesanan bakso mereka diantarkan penjual, Gwen masih asyik membuka-buka slide dalam gadget di tangannya, dan sesekali terlihat jika gadis itu sedang mengetik. Aldo tidak berani mengganggu Gwen jika sudah tenggelam dalam gadgetnya, dan laki-laki itu mulai menyeruput lemon tea kemudian mulai menikmati bakso. Bau uap bakso menggoda hidung Gwen, dan gadis itu melihat ke arah mangkok yang ada di depan Aldo.

"Kamu terbiasa Al.. menikmati makanan favoritku tanpa ajak-ajak..." Gwen segera meletakkan gadget di samping tangannya, dan gadis itu segera mengambil mangkok bakso dari depan Aldo.

"He.. he.. serius sih kamu tadinya, tidak berani aku membangunkan macan yang sedang fokus bekerja. Bagaimana... by the way, ada PR tidak..?" sambil terus menikmati makanannya, Aldo kembali bertanya pada gadis itu. Sesekali, lemon tea diseruput juga olehnya.

"Ada PR dari Mister Joe ternyata, tapi aman... barusan langsung aku kerjakan, dan sudah aku unggah. Tapi aku lihat dulu, di jok motorku ada pakaianku tidak. Jika ada.. aku ikut.. tapi jika tidak ada, mau tidak mau aku harus pulang ke rumah Al.." sambil mulai menggigit bakso di mulutnya, Gwen menjawab pertanyaan Aldo.

"Hemmph... okaylah jika begitu. Kamu tidak perlu pulang ke rumah untuk ambil baju. Karena aku sudah hafal, jika kamu sampai masuk rumah, dan ketahuan kakekmu, pasti kamu tidak jadi keluar rumah. Mendingan aku minta Asep keluar untuk mengambilkan baju di butik nyokapku... Tunggu sebentar.." Gwen hanya tersenyum mendengar kata-kata Aldo. Berkali-kali Gwen terpaksa membatalkan janjinya untuk keluar, karena melihat ada kakek atau pamannya di rumah.

Tidak lama kemudian, terlihat Aldo menghubungi teman laki-lakinya yang bernama Asep dengan menggunakan ponselnya. Laki-laki itu terlibat pembicaraan dengan Asep via panggilan ponsel..

"Datang ke butik Rose tempat nyokap. Bilang siapkan pakaian casual untuk Gwen..." perintah Aldo pada Asep.

"Okay aku akan telpon tante dulu untuk menyiapkan, baru aku ke sana. Jadi aku tidak perlu menunggu, tinggal ambil dan membawanya kembali ke base camp." ukuran baju Gwen memang sudah dihafal oleh mama dari laki-laki tampan di samping Gwen itu. Dan tidak pernah ada protes keberatan dari mamanya, yang penting bisa melihat Aldo senang dan bahagia, mama laki-laki itu sudah sangat puas.

"Bagaimana Al.. aku sudah terlalu sering merepotkan tante Rossa.. Kirim nomor rekening Ald.. aku transfer biaya pakaian untukku. Masa aku selalu mendapatkan gratisan dari mamamu.." Gwen merasa keberatan,

"Halah.. segera lanjutkan makanmu.. kita pasti sudah ditunggu oleh teman-teman lainnya." melihat mangkok di depannya kosong, Aldo segera meletakkan uang ratusan ribu di atas meja, dan langsung diambil oleh penjual bakso.

"Sisanya mau kembali, atau digabung dengan deposit mas Aldo.." penjual bertanya tentang kembaliannya.

"Ambil saja pak..." melihat Gwen juga sudah menyelesaikan makan dan minumnya, Aldo langsung menggandeng tangan gadis itu dan membawanya ke base camp.

**********

Dari arah base camp, tatapan anak-anak yang berkumpul itu terpaku melihat kedatangan Gwen dan Aldo. Mereka selalu senang memperhatikan keserasian dua anak muda itu, yang satu sangat cantik dengan kulit bersihnya. Sedangkan Aldo, dengan rambut panjang yang sering diikatnya terlihat tampan, dan layak bersanding dengan Gwen. Hanya ada tatapan sengit dari salah satu anak gadis yang ada di tempat itu, karena merasa jealous dengan kedekatan antara Aldo dan Gwen.

"Tomm... atur untuk nanti malam, aku dan Gwen akan ikut berlaga. Habis adzan Maghrib, kita segera menuju ke sirkuit Sentul.. Untukmu, pakai motormu sendiri, atau aku perlu kirimkan motor ke lokasi Gwen..." Aldo membuat pengaturan, dan sekaligus bertanya pada Gwen.

"Lhah.. aku bawa motor gini, masih juga bertanya. Tentu saja aku akan bawa motorku sendiri dong ke lokasi balapan, masak aku akan bonceng kamu, terus motorku diangkat pakai truk gitu..." Gwen duduk berselonjor, dan menyandarkan punggung di pagar tembok yang ada disampingnya.

Aldo tersenyum masam, sebenarnya dia yang menginginkan agar berboncengan dengan gadis itu. Tetapi Gwen selalu memiliki banyak alasan untuk menolak ajakannya, Meskipun casing gadis muda itu casual, dan tomboy.. namun dari sisi pergaulan, Gwen masih sangat berhati-hati dan melindungi dirinya. Selain menyukai balap liar, Gwen juga ikut oleh raga taekwondo, jadi laki-laki yang akan mendekatinya berpikir beberapa kali.

**********

Beberapa Saat Kemudian

Mengenakan celana jenas dan jaket kulit, dengan dalaman kaos menutupi leher, Gwen terlihat sangat memukau. Tante Rossa mama Aldo, dapat memilihkan pakaian yang tepat untuk Gwen, melihat situasi yang akan dihadapinya. Para anak muda di base camp sampai tidak berkedip melihat kecantikan Gwen yang tampak terpancar keluar itu, namun ketika Aldo melihat ke arah mereka, mereka segera mengalihkan pandangan.

"Asep... bawa motorku, aku yang akan memboncengkan Gwen menuju ke sirkuit.." Aldo melemparkan kunci motornya ke arah Asep. Gwen melihat ke arah Aldo sebentar, namun mengingat jauhnya jarak yang akan ditempuhnya, akhirnya gadis itu menjadi terdiam.

Tidak lama kemudian, Gwen sudah berada di belakang Aldo. Kedua tangan Gwen melingkar di pinggang laki-laki itu, karena jika Gwen tidak melakukannya, ketika motor itu berjalan, dengan sendirinya tubuhnya akan condong dan terjatuh ke depan.

"Ayuk kita berangkat..." Aldo segera memberi kode.

"Brrrr... broom... broom..." tidak lama kemudian, lima sepeda motor itu sudah dengan cepat, masuk ke jalanan di sepanjang ibukota.

Orang-orang di komplek itu hanya geleng-geleng kepala melihat mereka melintas, karena bagaimanapun sudah banyak donasi dan materi dari keluarga Aldo yang didonasikan di wilayah tempat itu. Jadi meskipun keberadaan putra dari pengusaha itu sering membuat kebisingan, para warga tetap menghormati mereka dan mengabaikannya.

"Gwen..., nanti kamu tidak perlu memaksakan diri ya. Ada pembalap dari kota Denpasar yang ikut join nanti di sirkuit Sentul. Katanya sih, meskipun perempuan, tetapi sudah banyak sirkuit balap ditaklukkannya, termasuk sirkuit Mandalika di Lombok." sambil terus mengemudi, Aldo menyampaikan beberapa pesan.

"Lihat nanti saja deh Al.. jika perempuan itu tidak memancingku, aku akan aman Al.. Namun jika, aku melihatnya perempuan itu berulah, maka.. jangan tanya lagi. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun bisa mengintimidasiku. Jangan sebut namaku Gwen Elvaretta, jika ada yang bisa menindasku.." dengan dingin, Gwen menanggapi perkataan Aldo.

Laki-laki muda itu tersenyum diam, dan tidak lagi berkomentar. Iring-iringan motor itu terus melintas di jalan raya, dan dengan ahlinya mereka menukik dan melintasi kendaraan yang melintas tersebut. Gwen menyandarkan sisi kepalanya di punggung Aldo, dan laki-laki itu terlihat sangat senang dan bangga mendapatkan perlakuan seperti itu dari gadis yang dicintainya.

***********

Chapter 3 Menggeber Hati

Lampu penerangan di sirkuit Sentul yang ada di Bogor malam itu sangat terang. Karena kekuasaan orang tua Aldo, dan juga beberapa orang tua dari pengguna sirkuit malam ini, tempat itu bisa bebas untuk mereka gunakan. Aldo segera menghentikan motor di kerumunan beberapa anak muda, dan tampak ada perempuan cantik yang berpakaian seksi mendekati laki-laki muda itu.

"Hi... Ald, dengan siapa malam ini. Wow... ratu Gwen kah yang memiliki kehormatan bisa berada dalam pelukanmu malam ini.." sambil menepukkan telapak tangan di tangan Aldo, gadis cantik dan seksi bernama Moana berkomentar tentang Gwen.

"Hmmph... bisa tidak mulutmu malam ini diam, aku lagi sensi melihat perempuan yang merendahkan diri, merayu laki-laki. Pakai menyinggungku segala, tidak adakah topik yang lain.." dengan garang mata Gwen memindai tajam ke arah Moana. Aldo tersenyum melihat mereka, namun tidak ada upaya darinya untuk menghentikan perselisihan kecil itu. Aldo malah berjalan meninggalkan mereka berdua, bergabung untuk menemui penjaga sirkuit di waktu malam hari.

"Mas Aldo... boleh pakai circuit untuk balapan malam ini, tetapi demi unsur safety, maka setiap motor balap yang turun diwajibkan memasang dan menyalakan lampu. Meskipun telah dipasangi penerangan, tetap harus ada dukungan dari lampu motor yang ikut bertanding. Jika no... maka balapan malam ini akan saya gagalkan. " seorang laki-laki menyambut Aldo dengan bicara tentang ketentuan penggunaan.

"Baik Om Fajar... aku akan kondisikan pada semua yang akan turun balapan." Aldo kemudian bertepuk tangan, dan ada sekitar sepuluh orang yang mendatangi anak muda itu. Setelah melihat semua yang akan adu nyali malam ini berkumpul, ....

"Siapapun yang akan turun bertanding, untuk melakukan balapan malam hari, tingkat konsentrasi akan lebih dibutuhkan ketimbang balapan yang digelar siang hari. Hal ini didasari karena banyak blind spot yang lebih banyak. Di samping itu, kondisi mata pembalap juga ikut menentukan kelayakan seorang pembalap untuk ikut serta dalam gelaran ini. Terkait hal tersebut, semua wajib menyalakan lampu motor, jika tidak maka akan saya diskualifikasi dari balapan malam ini. Siapa yang tidak setuju..?" dengan suara lantang, Aldo menyampaikan informasi persyaratan.

Beberapa anak muda saling berpandangan dan mengangkat kedua bahu mereka ke atas, tetapi tidak ada yang memprotes aturan yang disampaikan oleh Aldo.

"Okay... karena tidak ada yang bersuara, aku katakan kita semua sudah sepakat bukan? Sekarang posisikan kalian beserta motor kalian masing-masing, kita akan mulai balapan malam ini.." akhirnya Aldo segera mengatakan jika balapan akan segera dimulai.

"Setuju..." beberapa orang berteriak serempak, dan segera berlari menuju ke motor mereka masing-masing.

Demikian juga dengan Gwen, gadis itu segera melemparkan tas punggungnya ke Asep untuk menyimpannya. Gadis muda itu segera mengambil helm, kemudian mengenakan di kepalanya,

"Kancing dengan benar pengaitnya Gwen... kita tidak boleh mati atau celaka konyol di sirkuit. Kita yang harus menundukkannya.." tiba-tiba Aldo sudah memegang pengait helm, dan memasangkan pengait itu di leher Gwen.

Setelah itu, Aldo tampak mengamati penampilan Gwen dari atas sampai bawah, dan setelah memastikan keamanan gadis itu, akhirnya Aldo segera berjalan menuju ke motornya. Tampak Moana berjalan ke depan, dengan membawa slayer dan bendera warna kuning. Gadis itu memang selalu menjadi umbrella girl di setiap pertandingan balapan baik mobil maupun motor. Hanya karena ada Aldo, gadis cantik itu bersedia turun untuk menjadi pengibar slayer di awal pertandingan.

*********

Sesaat Kemudian

Gwen yang sudah memahami karakter motor Ducati yang dibawanya, tersenyum sambil menepuk bahu motor beberapa kali. Tenaga dan kecepatan di trek lurus adalah hal yang harus dimanfaatkan oleh pembalap Ducati. Hal itu selalu diingat oleh Gwen, sehingga gadis itu akan menggeber motor ketika berada pada trek lurus. Selain keunggulan, kelemahan motor Ducati juga selalu diingat oleh gadis muda itu.

"Ketika berkendara dengan Ducati kau harus mengambil keuntungan dari keunggulan motor ini, yakni tenaga dan kecepatannya," kata Casey Stoner yang mencermati kegagalan Jorge Lorenzo dalam pertandingan selalu diingat oleh Gwen.

"Kelemahan Ducati adalah saat masuk tikungan, aku harus mengendalikan diriku." batin Gwen.

Ketika bendera di tangan Moana berkelebat, Gwen segera memutar gas yang ada di tangan kanannya, dan Aldo tersenyum melihatnya ketika anak muda itu melaju lebih dulu daripada Gwen. Gadis itu tetap santai dan tidak tergiur untuk berlari kencang di awal-awal pertandingan. Sekitar lima belasan motor sudah mendahului Gwen, dan gadis itu masih terlihat seperti bermain-main saja. Tampak dua pembalap perempuan, yang langsung datang dari Denpasar, tampak menoleh ke arah Gwen seakan mengejek gadis itu.

"Hemmph... aku akan menaklukkanmu girl.. lihat saja setelah tikungan." Gwen hanya tersenyum mencibir ketika dua perempuan itu menggeber motor di sampingnya.

Tidak lama kemudian, setelah melewati tikungan pertama, tangan kanan Gwen tampak bergetar. Gadis itu dengan berani memutar stang motor di tangan sebelah kanan.

"Broom... broom..." suara knalpot motor Gwen terdengar meraung keras, dan ketika tikungan sudah aman terlewati, Gwen kembali terus menggeber knalpot dan gas motornya.

Tanpa kendali, motor yang dijalankan Gwen melintas dengan cepat, dan mulai menyalip motor-motor yang meliuk di depannya. Dengan penuh confident, sama sekali berubah menjadi Gwen yang berbeda, Gadis itu tidak mempedulikan rekan pembalap yang lain. Motor Ducati yang dikendarainya, memang bukan isapan jempol belaka. Ketika memasuki trek lurus, dengan cepat, Gwen mengendalikan stang motor, dan tubuh gadis itu meliuk mengikuti arah motor yang dikendarainya.

"Woi... jangan sombong... lihat aku.." tiba-tiba ketika masuk di tikungan kedua, pembalap dari Denpasar menikung, dan merapat ke motor Gwen. Tetapi gadis itu cerdas, bukannya terpancing untuk melakukan hal yang sama, Gwen malah mengurangi kecepatan motornya, dan membiarkan gadis Denpasar itu mendahuluinya. Selain pembalap perempuan, banyak pembalap lain yang berhasil melewati Gwen. Namun gadis itu tidak pernah peduli, karena bukan kemenangan yang sebenarnya ingin didapatkan. Dengan menggeber motor dengan kencang, ada sesuatu yang menggenapi dan masuk ke relung hatinya,

Beberapa saat kemudian, ketika tikungan kedua sudah terlewati, Gwen kembali menggeber motornya. Berada kembali di trek lurus, motor Ducati Gwen kembali merajai motor-motor yang lain, dan terlihat motor yang dibawa Aldo masih lebih jauh berada di depannya. Akhirnya 14 tikungan, dengan rincian kanan 9 dan kiri 5 berhasil dilewati dengan sukses oleh Gwen, dan akhirnya para pembalap itu memasuki garis finish...

"Prok.. prok.. prok..." tepuk tangan, dan hingar bingar suara musik mengiringi para pembalap yang sudah masuk garis finish.

Gwen dengan santai membawa motornya ke pinggir, mencari tempat yang agak longgar.

"Gwen..., bergabunglah dengan para pembalap lainnya, kamu menang di peringkat dua. peringkat pertama masih dipegang Aldo..." Asep berteriak memanggil gadis itu. Gwen melihat ke arah jam tangannya, dan ternyata tanpa sadar waktu sudah di atas pukul 21.00.

"Hadeh... sudah lebih jam 21.00, aku harus cabut nih. Jika tidak, Om Andrew akan menghukumku..." merasa sudah malam untuk pulang, Gwen tidak menanggapi Asep. Gadis itu malah kembali memutar stang kanan ke bawah, dan Gwen meninggalkan circuit untuk kembali ke rumah,

***********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!