Saat itu, malam yang indah di bulan September. Hujan yang turun sepanjang sore telah reda dan langit kembali cerah. Bintang-bintang bermunculan membentuk titik-titik cahaya di ketinggian angkasa jauh di atas sana. Namun, embusan angin yang memukul pepohonan yang penuh embun membuat aroma hujan yang telah reda tadi tetap bertahan sepanjang malam, seakan alam masih ingin menyegarkan diri lewat udara yang dingin dan basah.
Aku bangun dengan perasaan malas.
Hawa dingin membuatku ingin tetap berada di tempat tidur, menutupi seluruh tubuhku dengan selimut tebal sambil menunggu para pelayan datang membawakan sarapan, membersihkan kamar untukku dan membantu aku bersiap-siap. Namun, setelah ayah tiada semua itu terasa sedikit berbeda, pelayan di rumah sedikit demi sedikit berkurang. Nasib perusahaan yang tak
baik setelah kepergian ayah, membuat ibu juga kesulitan untuk mengatur keuangan kedepannya.
Aku bermalas-malas di tempat tidur sambil membaca buku Fiksi Modern, sebuah buku dengan cerita pendek yang benar-benar memikat perhatianku karena isinya tak jauh berbeda dengan kehidupan sehari-hari ku sekarang. Tapi, aku harus segera bangun untuk memenuhi undangan makan malam dengan David, anak kolega ayah. Dia menjodohkan aku dengannya agar perusahaan kami dapat terus bertahan, tak mati karena tak ada yang mampu memimpin dan menggerakannya, Karena sesungguhnnya, Ayah sudah menyiapkan ini semua jika suatu saat ia pergi meninggalkan kami dan benar saja, perusahaan kami sejak beberapa waktu belakang berada diambang kehancuran, lebih tepatnya perlahan-lahan bangkrut. Jika terus begini, maka tak ada harapan, tanpa ada bantuan dari David.
Aku bangkit dari tempat tidur dan beranjak bersiap, agar tampak sedikit formal, aku memakai dress sedikit panjang di bawah lutut, di padu dengan sepatu tinggi 7 cm dengan warna senada. Lalu sebagai penghangat, ku lengkapi penampilanku ini dengan mantel wol panjang dan kerah yang dibuat dengan bulu-bulu tebal, sehingga aku bisa terhindar dari udara dingin yang sedikit menyiksa ini.
Setelah merasa lumayan beres, aku segera melangkah ke luar rumah. Saat kendaraan memasuki jalan raya, pemandangan kota begitu ramai oleh mobil-mobil orang yang baru pulang kerja, dan orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan, sebuah suasana yang berbeda dengan suasana senyap di rumah, setelah ayah tiada. Kota ini memang sangat indah saat malam hari. Di tengah-tengah itu semua, perasaanku di serbu Melankolia, melihat keadaan kami sekarang, ingin rasanya menyesal mengapa aku begitu manja dengan semua kekayaan yang mengasihi ku sejak kecil, dan itu tak bisa ku ubah hingga sekarang. Aku menjadi terbiasa bergantung dengan orang lain, ah memalukan sekali. Aku merasa begitu tak berguna untuk keluarga karena tak bisa apa-apa saat perusahaan yang besar itu terancam hancur dan berakhir menyedihkan.
Aku terpaksa menyetujui saat ibu memberitahu wasiat terakhir ayah untuk menjodohkan aku
dengan David, meskipun senyatanya ibu sama sekali tak mengatakan bahwa itu untuk kepentingan perusahaan kami, tapi aku sudah menyadarinya.
Aku menghela nafas saat mobil memasuki tempat parkir restoran yang sudah kami janjikan. Aku mencoba tetap tenang, walaupun aku sangat gugup setengah mati, bagaimana wajah David? Dia orang yang seperti apa? Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Aku terlalu asyik dengan dunia ku sendiri, tak pernah memikirkan dunia luar, atau berkomunikasi dengan orang lain. Aku masuk ke dalam Restoran dan segera naik ke lantai dua, menuju kursi yang di pesan oleh David. Dia pasti sudah menungguku di sana.
Tapi, rupanya salah, sesampainya di lantai atas ternyata kursi itu masih kosong begitu juga
sekelilingnya, hanya ada satu meja, sepertinya David sudah mempersiapkan ini semua, dia
memesan satu lantai ini hanya untuk kami berdua saja.
“Dia pasti orang yang sangat romantis” gumamku.
Aku tertawa kecil, lalu menarik kursi, di saat itulah pula sebuah tangan besar milik pria melingkar di pinggangku. Aku berpikir, milik siapa lagi. Mungkinkah ini David?
“Kamu ternyata cantik sekali” bisiknya, sedikit membuatku geli.
Namun yang lebih membuatku risih adalah saat dia menyentuh tubuhku begitu aktif, meraba lutut dan lenganku, demi itu semua dia bahkan sampai mengubah posisi kursi yang tadinya di depanku menjadi tepat di sebelahku. Dia memang tampan, namun aku tak tahan dengan sikapnya, dia seperti pria yang sangat bernafsu. Awalnya aku mencoba untuk maklum, agar pertemuan pertama kami ini tak ada kesan yang buruk sehingga perusahaan ayah masih memiliki harapan untuk terus bertahan dan eksis sebagai salah satu perusahaan besar di kota. Lalu dia tanpa aba-aba langsung mencium pipiku bertubi-tubi, kali ini aku benar-benar tidak tahan. Aku langsung bangkit meneguk saliva ku kasar. Dia ikut bangkit kebingungan.
“Maaf, aku harus pulang sekarang, aku merasa tidak enak badan” kataku.
“Oh benarkah? Sayang sekali padahal kita belum mengobrol lebih dalam, bahkan belum makan sama sekali.”
“Aku sungguh minta maaf David, aku khawatir jika terus di sini malah jadi merepotkan orang-orang”
“Baiklah kalau begitu aku mengerti, oh ya meskipun ini pertama kalinya kita bertemu, aku sudah sangat menyukai kamu, aku akan mengatakan pada ayah untuk secepatnya mengadakan pertunangan untuk kita berdua”
Sialnya, aku sama sekali tak bersemangat mendengar itu semua, tak ada perasaan senang sama sekali. Aku tak yakin apakah akan cocok dengan sosok Pria ini atau tidak. Aku langsung turun dan segera kembali ke rumah. Selama perjalanan, aku masih memikirkan tentang pertemuan dengan David, ingin rasanya aku mengadu pada ibu lalu membatalkan saja perjodohan ini. Tapi, saat melihat ibu yang sangat antusias menyambut ku ketika pulang, aku jadi tak tega, ibu pasti sangat mengharapkan perjodohan ini, pikirku.
“Sayang cepat sekali sudah pulang? Bagaimana pertemuan dengan David? Apakah lancar?”
“Semua berjalan dengan baik, ibu. Sayangnya, David tiba-tiba ada urusan yang mendesak, jadi pertemuan ini berakhir cepat. Tapi, ibu tenang saja, sebelum pulang David mengatakan bahwa dia menyukaiku”
Wajah sumringah ibu membuatku benar-benar mengurungkan niatku dan terpaksa tetap melanjutkan wasiat dari ayah. Setidaknya, aku mencoba untuk sedikit berguna, bukan hanya tau bermanja-manja dengan kasih dari harta-harta yang di kumpulkan ayah dan ibu selama ini.
...****************...
Seminggu berlalu sejak pertemuan pertama kami, David rupanya menepati ucapannya untuk mempercepat pertunangan. Malam ini, dengan penuh keterpaksaan yang cukup menyakitkan, aku mengenakan Gaun panjang di perta pertunangan yang sudah disiapkan keluarga kami.
Setelah saling bertukar cincin, aku mendampingi David menyambut dan berkenalan dengan para kolega, pemimpin-pemimpin perusahaan besar yang lain. Aku tak mampu menyembunyikan
muka masamku, menoleh-noleh ke sekeliling tak memperdulikan orang-orang yang ada di depan kami, sehingga membuat David kesal.
“Bisakah kamu coba untuk tersenyum dengan orang lain? Benar-benar sangat memalukan, Kamu terlihat seperti ada di pemakaman” bisiknya padaku. ucapannya sangat tajam membuatku sedikit tertegun.
“Kenapa kami tidak melihat wajah mungil mu yang cantik itu hah?” David semakin terlihat kesal, Aku langsung memalingkan muka ketakutan saat dia mendekatkan wajahnya padaku.
“Oi, saat aku bicara denganmu, lihat wajahku. Jangan oba-coba tidak menghormati ku” David Marah menarik daguku kasar. Aku menepis tangannya dan langsung pergi meninggalkan dia dengan beberapa tamu yang tadi mengobrol dengan kami.
Aku membasuh muka di wastafel toilet. Bodoh, aku gampang sekali menangis saat di bentak. Mungkin karena dari kecil tak ada yang bersikap keras padaku. Aku memandangi diriku yang
menyedihkan di pantulan cermin. Aku harus bertahan, hanya itu saja yang ku pikirkan.
Aku kemudian keluar, mencari sedikit udara segar untuk menenangkan diri, namun mataku membelalak saat kulihat David sedang bercumbu mesra dengan perempuan lain. Ku hampiri dia dengan perasaan marah.
“Jadi kamu tidak bekerja di ujung jalan malam ini ya. Baik aku mengerti” kataku pada perempuan itu.
David langsung naik pitam dengan ucapanku yang merendahkan perempuan murahan itu, “Aku sungguh minta maaf” Ucap David padanya. David menggenggam tanganku dan menarik ku kasar ke ujung teras. “Apa yang salah dengan dirimu, sialan”
“Berani sekali kamu tidak menghormati aku seperti itu. Kamu pikir kamu siapa, kamu pikir dengan siapa kamu bicara hah?”
PLAK!!
“AKH” aku memekik kesakitan, saat tamparan keras David melayang ke wajahku. Tidak ku sangka, dia bukan hanya pria bernafsu, tetapi juga kasar. Namun, tanpa kami sadari rupanya di belakang ada seseorang yang memperhatikan kamu, dia lalu muncul menghalangi pukulan David yang membabi buta padaku.
“HEYY”
BUKK
Pria itu memukul dan meninju perut David dengan gagahnya, membuat David langsung tersungkur. Tak berhenti sampai situ, hantaman mentah itu terus di layangkannya pada wajah menyebalkan David hingga membuatnya tak berdaya.
“Kamu baik-baik saja?”
Orang Asing ini mencuri semua perhatianku, Dia sangat gagah dengan penampilannya yang sangat sangar seperti seorang penjahat. Dia merobohkan David hanya dalam waktu dua menit. Tetapi aku tidak tahu bahwa dia juga akan segera merobohkan perasaan dan sifat buruk ku yang tak bisa apa-apa. Saat melihatnya, ku rasa aku sudah jatuh cinta pada pandangan Pertama. Namaku Isabella, dan inilah kisah cintaku.
...****************...
mampir ke adik Morgan yukkkk
Lampu-lampu kota yang berjajar sepanjang jalan tampak seperti ribuan mata yang mengawasi para pejalan kaki. Entah apa yang ada dalam pikiranku, setelah pertolongan yang diberikannya, aku terus mengikuti pria asing ini.
langit malam ini seolah-olah sedang disco. maksudnya, di dalam gelapnya langit sesekali terlihat kilatan cahaya. Angin malam berhembus semakin kencang. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan lebat. Dia mengendarai sepeda motornya lebih cepat, sehingga membuat Gaun panjang yang ku kenakan melayang-layang terkena angin langsung.
Angin malam begitu kuat menerpa, sampai beberapa kali aku menggigil kedinginan, mungkin karena gaun ini sedikit terbuka, tetapi suhu tubuh pria ini benar-benar hangat, aku jadi semakin erat memeluk perutnya dari belakang. Seperti orang gila, aku menganga sepanjang jalan, pertama kali aku merasa sangat terpesona saat menyentuh tubuh seorang pria, otot perutnya sangat keras, tapi tanpa dilihat pun aku sudah tau bahwa otot tubuhnya profesional. Atlet macam apakah dia?
“Kamu mau diantar kemana?”
Lamunanku pecah saat samar ku dengar suaranya yang kurang jelas karena bercampur dengan suara angin.
“Maaf, aku tidak dengar. Ucapanmu..bisakah di ulangi?” pekikku dari belakang.
Dia lalu menepi, memarkirkan Sepeda motornya di tepi jalan depan bangunan tua tiga tingkat. Aku turun dari motornya, mataku bergerak kiri dan kanan memperhatikan sekeliling. Benar-benar seperti kota mati, tak ada orang-orang yang berlalu lalang sama sekali. Aku terlalu banyak melamun sampai tak menyadari sudah berjalan segini jauh.
“Kamu mau diantar kemana?” ulangnya kembali.
Aku langsung tertegun, tak tahu harus menjawab apa, karena sejujurnya aku memang tak tahu harus pulang kemana. Aku tak memiliki keberanian sedikitpun, untuk kembali ke rumah. Ibu? Jelas saja pasti akan sangat kecewa, karena lagi dan lagi aku kembali menjadi anak yang tidak berguna, dan David, satu-satunya harapan yang bisa membuat perusahaan kami bisa tetap bertahan, setelah apa yang terjadi pasti tak akan berakhir baik-baik saja.
Dia lalu pergi menuju bangunan tiga tingkat itu, mendorong pintu gesernya penuh tenaga. Dan aku? Tentu saja masih diam di tempat.
“Mau menunggu disitu sampai pagi? Masuklah”
Untuk pertama kalinya aku merasa sangat senang dengan tawaran orang lain, lega rasanya karena malam ini aku tak jadi gelandangan. Aku cepat berlari menuju bangunan itu dan segera masuk mengikuti dia dari belakang.
Mataku tak bisa berhenti berkeliling, memperhatikan tiap sudut ruangan, sangat lega karena tak banyak barang. Tetapi, Tak ada satu orang lain di rumah, apakah dia sebatang kara Kami kemudian sampai di lantai paling atas. Di depan sebuah ruangan yang ku pikir itu adalah kamar, dia memutar gagang pintu, rupanya tidak terkunci. Dia segera masuk, begitu juga aku. Dan ya aku benar, ini adalah kamarnya, sangat lapang. Kurasa dia memang mengkhususkan lantai ini hanya untuk kamarnya saja.
Dia lalu masuk ke ruangan yang lebih kecil lagi di dalam kamar, sepertinya itu kamar mandi. Aku diam saja, menunggu di samping Ranjang. Lagi-lagi mataku sangat liar, kini berkeliling memperhatikan tiap sudut ruang tidurnya. Mataku kemudian berfokus saat aku memperhatikan sesuatu di rak besar depan ranjang. Aku bangkit untuk melihatnya lebih dekat. Mataku membelalak, “Pistol?” kataku pelan. Mengapa pria ini memiliki benda yang dilarang.
“Itu adalah Desert Eagle, pistol mematikan yang di buat di luar negeri. Dengan peluru magnum yang selain bisa menusuk juga bisa menciptakan ledakan pada target. Coba bayangkan kalau aku menarik pelatuknya pada orang yang suka menyentuh barang milik orang lain sembarangan. boom!!!”
Aku tak menyadari bahwa ada seseorang di belakang ku, aku langsung meneguk saliva ku kasar, saat dia membisik di telinga ku, merinding. Tanganku sampai gemetar memegang benda menyeramkan ini.
Ku beranikan membalik badan, sialnya, lagi lagi aku mau menangis karena terlalu takut. Anak manja seperti aku, saat melihat pria besar, dengan wajah sangar ini tentu saja gemetaran. Aku berusaha menahan isak ketakutan saat dia melihatku seperti mau menelan.
“Maaf, aku sangat menyesal. ini Aku kembalikan” aku menyodorkan pistol itu ke genggaman tangannya. Dia lalu menegakkan badannya yang tadi sedikit membungkuk saat berbisik padaku. Dia menatapku tajam dengan wajahnya yang datar. Dan yang lebih menyedihkan tanganku ini tidak mau berhenti gemetaran.
Dia lalu menurunkan pandangannya menatap tangan dan kaki ku yang gemetaran. Apakah dia mau membunuhku sekarang? Dia sangat marah, karena aku menyentuh barang miliknya, ku akui memang sangat tidak sopan, tapi aku tidak mau mati sekarang.
Ku pikir aku benar-benar kehilangan akal sehat, aku langsung menjinjit melingkarkan tanganku di batang lehernya. Tanpa basa-basi untuk pertama kalinya mencium seorang pria, ku cumbu bibir pria ini. Pikiranku sangat pendek, semua pria pasti tak jauh berbeda. Harapku, dengan begini dia mau mengampuniku dan membiarkan aku tetap hidup. Aku melakukan hal memalukan ini, saat dia membisik di telingaku :
“Kenapa kamu bisa memiliki benda berbahaya begini?”
“Karena aku adalah seorang Kriminal”
Demi mempertahankan hidup dari seorang penjahat, aku berpikir untuk menjadi seorang perempuan Murahan, dari pada kepalaku bolong setelah dia benar-benar menarik pelatuk eagle dessert yang dia pegang itu. aku sejujurnya belum siap mati dengan cara yang menyeramkan begitu, aku belum menjadi anak yang berguna untuk ibu, dan belum menjalankan keinginan ayah untuk terus menjalankan perusahaan.
setelah menciumnya untuk pertama kali, aku langsung kikuk setengah mati. dan dia? dia pergi begitu saja turun ke lantai bawah, mungkin benar tak ada pria yang tak mempan bila di bayar dengan hal begituan. aku menunggu di dalam kamarnya. dari luar, angin malam terus menyerbu masuk. ku rapatkan selimut miliknya untuk menghindari hawa dingin yang menyiksa, ranjangnya cukup besar hampir sama seperti milikku di rumah. ku perhatikan jam dinding di atas pintu kamarnya menunjukkan malam sudah larut.
Dari kaca jendela, langit tampak lebih cerah dari sebelumnya dengan warna biru kelam. ada beberapa bintang di sana, dengan cahaya sayup-sayup menyapa dari ketinggian, seakan ingin menemaniku memikirkan dia, yang tiba-tiba kembali melintas dalam benakku. meski dengan perasaan yang sulit di pahami. benarkah aku ini sudah benar-benar menaruh rasa kagum pada seorang penjahat?
Satu jam menunggu, aku mulai merasa haus. tenggorokan ku terasa sangat kering, mungkin karena sebelumnya aku memang sudah terbiasa untuk minum air putih sebelum tidur. aku tidak berani lagi untuk mencari sembarang barang miliknya tanpa izin, aku takut bila dia akan marah seperti tadi. jadi ku putuskan untuk coba turun mencari nya, lalu meminta air minum.
aku menuruni anak tangga pelan-pelan, sambil sesekali menoleh ke sekeliling mencari keberadaannya. dan memang tak sulit mendapatkannya, karena rumahnya sama essay milik Pak Andreas, singkat, padat dan jelas. tentu saja saat aku turun di lantai 2 aku sudah menemui sosok dirinya, dia duduk di depan sebuah meja persegi panjang di sudut ruangan.
dia nampak sangat sibuk dengan buku dan pulpen yang ada di bawah kuasanya. dan Anehnya, jantung ini malah berdebar kencang, begitu terpesona saat lagi lagi kulihat dia dengan aura ketampanan tingkat tinggi, hal itu karna dia bertelanjang dada, lalu rambut gondrongnya yang tadi tergerai, kini di ikat rapi ke belakang. sangat macho. dan yang lebih parah, untuk pertama kalinya pikiran ku ini malah jadi terkesan sangat kotor saat ku ingat-ingat memeluk pinggangnya, otot otot perut dalam imajinasi ku tadi, dapat ku lihat versi nyata nya sekarang, tepat di depan mataku, astaga benar-benar pemandangan duniawi yang sangat indah.
Tolol, apa yang aku pikirkan? kenapa aku menjadi se mesum ini, mungkinkah karena aku terbawa perasaan labil, sebuah penyakit yang biasa menyerang remaja baru lulus sekolah seperti aku ini. sekarang aku mungkin kagum pada penjahat ini, karena aku memang belum pernah bertemu pria sejati seperti ini sebelumnya.
aku menghela nafas panjang, sampai akhirnya memberanikan diri untuk mendekat dan meminta air minum padanya.
"Ma.. maaf, aku sedikit kehausan. bolehkah aku minta air minum?"
Dia mendongakkan kepalanya ke atas setelah mendengar suaraku.
"Ambil lah di dapur, tinggal belok saja ke belakang, masih di lantai yang sama" jawabnya datar.
oh mungkinkah dia sudah melupakan perbuatan asusila ku yang menciumnya tadi? Syukurlah, dia sungguh pria sejati, tak jauh dari bentuk fisiknya yang begini.
"Terima kasih" jawabku, "Kamu sedang menulis apa?" timpal ku kembali sedikit ber basa-basi.
"Rencana Perampokan untuk besok malam"
Sial, Aku langsung bengong seketika, mulut ku menganga, rasa kagum yang sudah terpupuk subur langsung jatuh ke dasar kaki. dengan wajah tanpa dosa, dia menjawab santai pada orang asing padaku tentang tindakan kriminal yang dia lakukan.
"Kenapa? Aku sudah bilang kan kalau aku seorang Kriminal"
"Tidak, tidak. tidak masalah, kamu lanjutkan saja urusanmu sekarang. aku akan ke dapur segera" jawabku gugup.
aku berjalan mundur, lalu berbalik badan meninggalkan dia secepatnya. tetapi tiba-tiba...
"Tunggu!!"
dia memanggilku dengan suara beratnya, meski agak gugup aku tetap memberanikan diri menoleh ke belakang.
"Ya?"
"Jangan berpikir untuk melapor pada polisi, tentang diriku ini. kalau kamu berani membocorkannya, Eagle dessert siap memangsa kamu kapanpun juga"
aku tak menjawab, hanya mengangguk-angguk cepat penuh semangat. tenang saja, aku tak mau mati cepat-cepat, jadi urusan itu sudah jelas tak terlintas sedikitpun dalam pikiranku ini. setelah dia mengintimidasi ku, aku lalu pergi ke tujuan utama, yaitu dapur. mencari segelas air, untuk membasahkan tenggorokan yang dari tadi meraung-raung kekeringan.
...****************...
sedangkan di lain tempat, di pesta pertunangan mewahnya dengan David terjadi kehebohan saat semua tamu mendapati dirinya masih terguling di ubin teras, wajahnya bengep penuh bekas pukulan.
"David, apa yang terjadi? kamu baik-baik saja kan sayang?" ujar salah satu perempuan yang pertama kali langsung menghampirinya penuh kekhawatiran.
"Aku baik-baik saja ma" jawabnya sedikit merintih.
Sedangkan perempuan paruh baya yang lain menerobos kerumunan, sambil sesekali celingak celinguk melihat sekeliling. "Dimana Isabel, David? ibu tak melihat dia setelah acara tukar cincin"
"Dia di culik seseorang bu, Aku sampai jatuh tak berdaya begini dipukul habis oleh penculik itu, saat aku mencoba menyelamatkan Isabel. penculik itu sangat kuat"
David memanipulasi kejadian, seolah ia benar-benar terlihat sebagai seorang pahlawan. dengan membuat settingan kejadian fiktif, tak sesuai kenyataan. hanya demi menutupi kesalahannya yang berselingkuh dengan perempuan lain di depan Isabella, tunangannya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!