NovelToon NovelToon

Aku Akan Menikahimu Bos

Bab 1 Lima ratus juta

Setitik bening itu pun terjatuh. Ia terduduk lemas. Semangat yang tadi menggebu karena waktu sudah menunjukkan pukul empat sore yang artinya waktunya pulang kerja, dengan bahagia Risa membereskan meja kerjanya, hari ini pun tidak ada lembur jadi dia bisa pulang ke apartemen lebih cepat, ia sudah tidak sabar utuk nonton sinetron kesukaannya yang judulnya Rindu Karena Rindu.

"Assalamu'alaikum Ibu," sapanya saat ponselnya berdering, ia langsung mengangkatnya saat nama ibu muncul di layar ponselnya.

"Waalaikumsalam, Ris pulanglah! Ayah masuk rumah sakit, " sahut sang ibu.

Jeddar...

Membuatnya terkejut dengan kabar yang baru saja ia dengar. Hampir saja ponselnya terjatuh mendengar kabar sang ayah yang masuk rumah sakit. Padahal seminggu yang lalu ayahnya masih baik - baik saja saat ia pulang ke kota yogyakarta tempat tinggal keluarganya saat ini. Semenjak ayahnya pindah tugas, begitulah kalau pegawai negeri kerjanya pindah - pindah.

"Ayah kenapa Bu?" tanyanya dengan suara yang bergetar. Matanya sudah berkaca - kaca.

"Pulanglah dulu,"jawab ibunya.

"Ya Bu," sahutnya patuh, jawaban sang ibu membuat wanita yang berusia 25 tahun itu semakin cemas. Apakah ayahnya baik - baik saja atau kritis entahlah pikiran Risa kacau.

Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya lalu menghela nafas panjang, sejenak ia menutup matanya, jatuhlah kristal bening dari kedua sudut matanya. Ia berusaha untuk mensugesti dirinya sendiri. Sesuatu yang ia lakukan setiap ada masalah.

Tenanglah, semua akan baik - baik saja, Ada Allah.

Ucapnya dalam hati sembari menepuk dadanya.

Lalu ia beranjak dari tempat duduknya, tak lupa ia mengambil tas dan ponselnya lalu ia pergi keluar dari perusahaan suami sahabatnya.

Risa bekerja di perusahaan Evan, suami sahabatnya Bella. Tentu saja ia memakai jalur dalam, bukannya tidak mampu untuk melamar pekerjaan seperti biasanya. Dia hanya malas saja dan kebetulan ada kesempatan di depan mata, sangat rugi jika harus dianggurin.

Ia melakukan kesepakatan dengan Evan dan sebagai hadiah Risa akan mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya, waktu itu hubungan mereka sedang tidak baik - baik saja, demi kebahagiaan sahabatnya ia bekerja sama dengan Evan, dan Alhamdulillah sekarang mereka sudah menikah dan hidup bahagia sambil menunggu kelahiran anak mereka.

Risa menghentikan taxi, ia belum mampu untuk membeli mobil, rencananya tahun depan ia akan membeli mobil setelah tabungannya cukup. Setelah taxi itu berhenti Risa langsung masuk, lalu mengatakan tujuannya. Ia akan pulang ke apartemen lebih dulu untuk mengemas beberapa barangnya.

Taxi pun berhenti di depan apartemen yang disewanya, ia turun setelah membayar ongkos taxi.

Risa masuk ke dalam lift yang masih terbuka dengan terburu - buru. Setelah membersihkan diri, sholat dan mengemas barangnya. Ia segera keluar dari apartemen.

Setelah menempuh perjalanan berjam - jam menggunakan bus, barulah ia sampai di kota Yogyakarta. Ia langsung menuju ke rumahnya setelah mendapat pesan dari ibunya untuk istrirahat dulu karena ia sampai hampir tengah malam, baru besok pagi ia akan kerumah sakit untuk menjenguk ayahnya.

Sebenarnya Risa ingin segera ke rumah sakit tapi ibu melarangnya karena ayahnya sudah lebih baik. Ia masuk ke dalam rumah sederhana satu lantai dengan tiga kamar di dalamnya, rumah itu terlihat sepi mungkin adiknya sudah tidur karena ini memang sudah larut malam. Ia membawa duplikat kunci rumah yang ibunya berikan.

Ia menutup kembali pintu depan, tanpa menghidupkan saklar lampu ia berjalan menuju kamarnya.

Ceklek

Risa membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali. Meletakkan kopernya begitu saja lalu ia merebahkan tubuhnya asal di atas ranjang yang berukuran 140*200.

Ia menatap langit - langit kamar. Terbayang ayahnya yang masih sehat seminggu yang lalu.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada ayah, mengapa aku merasa ada yang disembunyikan oleh ibu," gumam Risa lirih.

Lalu ia menutup matanya karena lelah ia cepat terlelap.

*

*

Keesokam paginya.

Setelah selesai bersiap, Wanita yang memiliki mata bulat dan bulu mata yang lentik itu keluar dari dalam kamar. Hidungnya tidak terlalu mancung, pas dengan bentuk bibirnya, rambutnya pendek sebahu, tubuhnya proporsional tidak kurus juga tidak gemuk tapi berisi, tingginya sekitar 165 cm. Sekali lihat wajahnya biasa saja tapi semakin dilihat kecantikannya semakin terpancar. Terlihat adiknya yang sudah berada di meja makan untuk sarapan. Risa melirik nasi bungkus yang dimakan adiknya.

"Kakak kapan pulang? Kenapa tidak membangunkanku? " tanya Damar sang adik saat melihat kakaknya keluar dari dalam kamar.

"Tadi malam, kau sudah mendengkur saat kakak datang, mana tega kakak membangunkanmu," jawab Risa sambil menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya, mereka terbiasa berbagi makanan.

"Kenapa kau hanya beli satu? "tanya Risa sambil menyuapkan lagi makanan ke mulutnya.

"Aku tidak tahu kakak datang, makanlah aku bisa makan lagi nanti di kampus," sahut Damar yang sudah beberapa kali menyuapkan nasi kemulutnya. Yang penting ada isinya dulu, ntar kalau laper ya tinggal beli lagi.

"Terima kasih, kakak belum makan dari semalam, " ucap Risa lalu memindahkan piring kehadapannya.

"Kakak akan kerumah sakit?" tanya Damar membuat Risa mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Aku akan mengantar kakak lebih dahulu, nanti pulang kuliah aku akan kerumah sakit."

Risa mengacungkan satu jempolnya tanda setuju.

Setelah selesai sarapan, mereka berangkat ke rumah sakit menggunakan sepeda motor matic milik sang adik. Damar langsung pergi setelah menurunkan kakaknya karena ia ada kuliah pagi.

Risa melangkah ke kamar VIP tempat ayahnya dirawat. Perlahan ia membuka pintu kamar itu. Terlihat ibunya sedang duduk di sofa sementara sang ayah masih terbaring lemah dia atas ranjang pasien.

Ibu Santi menatap sendu kadatangan anaknya. "Kau sudah datang? "tanya ibunya.

Risa mengangguk. "Bagaimana keadaan ayah, Bu? "

Ibu menghembuskan nafasnya pelan. "Ayahmu sudah lebih baik. Kata dokter ada masalah dengan jantungnya."

Risa mengernyitkan keningnya tak percaya, sang ayah tidak punya riwayat penyakit jantung.

"Apa yang terjadi?"

"Ayahmu pingsan saat menerima telepon, ibu langsung membawa ayahmu ke rumah sakit, ibu sangat panik," jelas ibu sedih.

"Bagaimana bisa ada masalah dengan jantung ayah, bukankah selama ini ayah tidak punya penyakit jantung, Bu? " tanya Risa karena yang ia tahu ayahnya tidak pernah punya masalah dengan jantung.

"Mungkin ayahmu terkejut dengan masalah yang dihadapinya," jawab Ibu lirih, terlihat kesedihan dimata sang ibu saat mengucapkannya.

Risa memicingkan kedua matanya. "Masalah?" tanyanya.

Lalu ibu menceritakan apa yang terjadi.

*

*

Risa duduk termenung di taman rumah sakit. Ia masih terkejut dengan kabar yang ia terima. Ayahnya ingin berbisnis karena sebentar lagi akan pensiun. Dan uang yang digunakan ayahnya adalah hasil pinjaman dan juga uang teman - temannya. Mereka patungan untuk memulai bisnis yang katanya menjanjikan. Dan parahnya lagi ayahnyalah yang menjadi penanggung jawab.

Setelah teman - teman ayahnya tahu, mereka menagihnya pada sang ayah. Mereka tidak mau rugi dan dalam beberapa hari ayahnya harus mengembalikan uang itu.

"500 juta, itu tidak sedikit, dari mana aku bisa mendapatkannya dalam beberapa hari," gumam Risa lirih, saat ini ia merasa terpuruk seperti beberapa tahun yang lalu, saat ia pun ditipu oleh seseorang atas nama cinta.

************************

Bab 2 Jangan pernah menoleh kebelakang

"Bella..... tidak sekarang dia sedang hamil aku tidak mau membuatnya stress dengan masalahku meskipun uang segitu sangat kecil baginya, tapi dia akan sedih jika aku sedih, itu akan mempengaruhi kandungannya. Aku tidak mau membuatnya kepikiran dengan masalahku, " gumamnya lirih.

" Citra.... apalagi..... aku tidak mau menyusahkan sahabatku lagi, mereka sudah melakukan banyak hal untukku, sekarang waktunya mereka untuk bahagia. "

Risa menutup matanya lalu menghembuskan nafasnya kasar. Perlahan ia membuka matanya.

Deg

Saat ia membuka matanya, ia terkejut melihat seseorang yang tak ingin ia lihat. Setelah lama saling menatap ia memalingkan wajahnya. Meskipun mereka pernah bertemu sebelumnya, Risa enggan untuk berbicara dengannya kecuali sudah tak ada pilihan lain.

Risa selalu ketus saat berbicara dengan laki - laki yang saat ini menatapnya, bukannya tak bisa move on dia hanya malas saja untuk bertemu dengannya setelah apa yang terjadi diantara mereka, mungkin Risa masih menyimpan sakit hati pada laki - laki itu.

Tiba - tiba pikirannya melayang pada kejadian beberapa tahun yang lalu.

Flasback on

Saat itu Risa menerima kabar dari orangtuanya atas kepindahan tugas kerja ayahnya ke kota Yogyakarta. Setelah ia menerima kabar itu yang ia ingin ia temui hanya satu yaitu laki - laki yang beberapa bulan menjalin hubungan dengannya, laki - laki yang sangat ia cintai, Andre.

Ia segera menghampiri Andre dikantornya, meskipun masih kuliah tapi Andre sudah memegang perusahaan keluarganya, keadaan yang memaksanya untuk memimpin perusahaan sejak ayahnya meninggal.

Risa sudah beberapa kali ke kantor kekasihnya meskipun hubungan mereka belum go public alias Backstreet, Andre sering membawanyw ke kantor. Setelah keluar dari lift ia melangkah cepat ke ruangan kekasihnya. Risa memicingkan kedua matanya saat pintu ruangan kekasihnya tidak tertutup sempurna. Tanpa mengetuk pintu ia membuka pintu karena pintunya sudah terbuka meskipun hanya sedikit.

Tangannya sudah memegang handle pintu, namun tangannya terhenti saat ingin membuka pintu itu, ia mendengar suara yang sangat ia kenali. Suara orang yang membuatnya hancur dalam sekejap. Ia mendengar dengan jelas percapakapan dua anak manusia itu.

"Sepertinya kau sangat menikmati peranmu menjadi kekasihnya, apa kau jatuh cinta padanya," tanya Tomi.

Suara yang Risa tahu itu suara Tomi sahabat kekasihnya.

"Apa kau bercanda? tidak ada cinta dalam hidupku, apalagi jatuh cinta, hanya buang - buang waktu saja," sahut Andre.

Suara berikutnya adalah suara yang selalu ia rindukan, suara Andre kekasihnya. Hatinya mendadak ngilu.

"Kau sudah melewati masa taruhan, kau masih ingat perkataanmu, dalam dua bulan kau akan menidurinya, dan ini sudah enam bulan, jangan bilang kau belum berhasil," tanya Tomi lagi mendesak sahabatnya.

Ya mereka melakukan taruhan untuk menakhlukkan wanita yang saat ini ia pacari.

Tangannya gemetar, hatinya sakit seperti tertancap pisau daging, ia ingin pergi meninggalkan tempat itu namun kakinya tak mampu untuk berbalik, ia masih terpaku dibalik pintu itu.

Tiba - tiba ada tangan yang membuka pintu itu lebar.

"Nona silahkan masuk," kata sekertaris wanita yang biasa ia temui menyuruhnya masuk dan dengan baik hati membukakannya pintu.

Risa mendengar suara sekertaris itu namun ia mengabaikannya, tatapannya tertuju pada laki - laki tampan yang duduk didalam ruangan itu, laki - laki yang ia cintai, yang saat ini sudah menorehkan luka yang begitu dalam. Kedua matanya sudah mengembun tapi ia menahan sekuat tenaga agar air mata itu tidak terjatuh.

Tatapan mereka bertemu sejak pintu itu terbuka sempurna. Awalnya Andre merasa terkejut melihat wanita yang menjadi pacarnya itu berdiri di depan pintu ruangannya, dilihat dari raut wajahnya dapat ia pastikan kekasihnya mendengar semua pembicaraannya dengan Tomi sahabatnya.

Adre masih diam dikursinya. Tatapan mereka masih sama, sedetik berikutnya Risa mengalihkan tatapannya lalu berbalik, berusaha menguatkan kedua kakinya untuk melangkah. Andre masih menatapnya sampai wanita itu tak terlihat lagi.

"Semoga kau beruntung bro, selesaikan masalahmu," nasehat Tomi menyadarkan lamunan Andre. Tomi beranjak pergi dari ruangan Andre, memberi waktu pada sahabatnya itu untuk menyelesaikan masalah yang dibuatnya.

*

*

Risa melangkah gontai keluar dari lift, hatinya sudah terluka tapi ia masih berharap laki - laki yang sudah menorehkan luka itu datang mengejarnya. Namun harapannya sia - sia, sampai ia keluar dari perusahaan tidak ada seorangpun yang memanggil namanya.

Risa masuk ke dalam restoran yang berada tak jauh dari perusahaan yang baru saja ia datangi, ia perlu menenangkan dirinya dulu.

Ia memilih tempat duduk yang lebih dalam agar tidak ada yang mengganggunya. Ia memesan susu dingin untuk menenangkan dirinya biasanya itu selalu berhasil.

Tiba - tiba seseorang duduk dihadapannya, laki - laki yang ia harapkan saat ini berada dihadapannya. Risa menatapnya menunggu laki - laki itu untuk bersuara. Namun hampir sepuluh menit mereka hanya saling menatap.

Risa mengambil gelas yang berisi susu dingin pesanannya lalu meminumnya sampai habis.

"Ada yang ingin kau katakan? " tanyanya pada Andre yang saat ini masih menjadi kekasihnya.

"Tidak ada, kau sudah mendengar semuanya," jawabnya cepat.

"Lalu untuk apa kau kesini? " ucapnya sedkit keras. Ia merasa kesal dengan ucapan Andre.

"Hanya ingin memastikan kau baik - baik saja, aku akan mengantarmu pulang "

"Terima kasih, aku bisa pulang sendiri, silahkan pergi!"

Andre diam, ia tidak menanggapi ucapan wanita dihadapannya.

Risa menghela nafas panjang sebelum mengeluarkan unek - uneknya. "Inikah alasanmu menyembunyikan hubungan kita," tanya Risa menatap tajam ke arah kekasihnya itu, namun tak ada jawaban dari mulut yang selalu mengeluarkan kata - kata manis itu.

"Apa kebersamaa kita tidak ada artinya bagimu? Apa tidak ada yang kau rasakan selama kita bersama, apa hanya aku yang mencintaimu?" tanya Risa lagi, namun sama Andre masih setia dengan diamnya, entah hilang kemana suaranya.

Risa memejamkan kedua matanya, ia harus tetap tegar dihadapan laki-laki itu. "Jika memulai harus berani mengakhirinya, kita sudah memulainya dan kita juga harus mengakhirinya, mari kita PUTUS!" ucapnya meskipun berat, Risa tidak punya pilihan lain untuk menjaga harga dirinya.

"Baiklah, " jawab Andre tenang.

Meskipun Risa yang mengucapkan kata Putus tapi rasanya tetap sakit mendengar kekasihnya itu setuju. Dan sekarang mereka sepasang mantan kekasih. Ironis sekali kisah cintanya hanya dijadikan taruhan.

"Aku punya permintaan? " ucapnya kembali.

"Katakan! kau ingin ganti rugi, berapa? " tanya Andre dengan wajah datarnya.

"Apa dipikiranmu aku wanita seperti itu," tanya Risa meskipun ia sedikit matre tidakkah Andre melihat ketulusannya selama ini batinnya. Ia tertawa dalam hati, laki - laki yang ia puja ternyata sampah.

Risa tersenyum manis sebelum berkata. "Apapun yang terjadi jangan pernah menoleh kebelakang, bagaimanapun hubungan kita kedepannya, jangan pernah mengingat kebersaman kita, aku anggap kebersamaan kita hanya bermain."

Flashback end.

******************

Mampir yuk...

Bab 3 Aku punya syarat

Laki - laki tampan mengenakan setelan jas rapi terlihat berjalan memasuki rumah sakit. Pesonanya membuat para wanita terhipnotis, banyak mata menatapnya, ia berjalan dengan gagah tingginya sekitar 175 cm sukses membuat kaum hawa meronta ingin dilirik. Hidung mancung, alis tebalnya seperti lukisan, tatapannya tajam dengan rahang tegas, bibir terlihat seksi, sungguh pahatan yang sempurna.

Andre Putra Kusuma berusia 26 tahun pengusaha muda yang sukses di bidang kontruksi, property dan saat ini merambat ke bidang kecantikan. Sudah beberapa bulan tinggal dikota Yogyakarta untuk memgembangkan bisnisnya dan juga ingin menghindari seseorang yang tak bisa ia perjuangkan.

Kedatangannya ke rumahh sakit untuk mengunjungi sahabatnya yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit itu, yang baru hari ini sempat untuk berkunjung.

Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita yang membelakanginya, meskipun hanya melihat punggungnya saja tapi ia bisa mengenali pemilik punggung itu.

Risa. Apa yang dia lakukan disini?

Langkahnya berbalik bukannya keruangan sang sahabat tapi mengikuti langkah wanita itu. Ia berhenti ketika wanita itu masuk ke dalam ruangan rawat inap, ia berjalan lebih dekat lalu berhenti di depan pintu.

Ayahnya sakit.

Andre dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan karena ruangan itu tidak kedap suara. Setelah itu Andre berbalik meninggalkan ruangan itu menuju ke ruangan sahabatnya.

Tak lama ia pun keluar dari ruangan sahabatnya setelah menyapa dan mengobrol sebentar. Ia melewati taman rumah sakit dan wanita yang tak lain mantan kekasihnya berada disana.

Entah keberanian dari mana ia menghampiri sang mantan yang sedang menutup matanya. Ia melihat keterkejutan wanita itu saat melihatnya setelah membuka kedua matanya.

Andre tersenyum sebelum berkata. "Mau minum secangkir kopi?" tanyanya saat wanita dihadapannya mengalihkan tatapannya.

"Disebrang jalan ada cafe," ucapnya kembali melihat wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu tak menjawab. Tapi sedetik kemudian wanita itu mengangguk.

*

*

Mereka duduk berhadapan. Tanpa bertanya Andre memesan makanan dan minuman untuk mereka, ia memesan susu dingin untuk Risa dan cappucino untuknya serta beberapa cemilan.

Beberapa menit kemudian pelayan datang membawa pesanan Andre.

"Minumlah, susu akan membuatmu lebih tenang," ucap Andre. Dia masih ingat kebiasaan wanita dihadapannya.

Risa mengerutkan keningnya sebab Andre masih mengingat kebiasaannya.

Risa mengambil gelas susu lalu menyesap minuman itu. Hening. Belum ada pembicaraan lagi.

Sepuluh menit kemudian Andre mengeluarkan suaranya. "Aku akan membantumu,"katanya singkat dan to the poin.

Risa menyipitkan kedua matanya. "Apa? " tanyanya bingung.

Apa Andre tahu masalah keluargaku tapi dari mana?

"Kau butuh uang kan, aku bisa memberikanmu uang itu? "

Risa tertawa sinis. "Rupanya kau tahu masalah keluargaku, kau penguntit? " tanyanya sinis.

"Tidak, kasus itu viral saat ini, kau tidak melihat berita, ternyata ayahmu yang kena tipu," bohong Andre. Entah dari mana ide itu datang, Andre lancar sekali mengatakannya. Padahal sebenarnya ia tidak sengaja menguping bukan menguntit.

Risa menyeringai.

"Bantuan apa yang bisa kau berikan?"

"Aku akan membayar uang yang harus diganti ayahmu, kalau kau mau?"

"Lalu?" tanya Risa karena di dunia ini tidak ada yang gratis.

"Bekerjalah padaku untuk mencicilnya dengan gajimu tiap bulannya."

"Terima kasih tawarannya dan aku menolak," jawab Risa tanpa keraguan, ia tidak mau bekerja bersama sang mantan. Lalu ia menghabiskan susu dalam gelas setelah mengucapkannya. "Dan terima kasih traktirannya"

Risa beranjak dari tempat duduknya.

"Kau yakin akan pergi tanpa mempertimbangkannya, pikirkanlah ibumu," ucapan Andre mencegah langkahnya.

"Atau kau belum bisa move on dariku sehingga kau takut bekerja padaku." licin sekali mulut Andre mengucapkannya membuat dada Risa bergemuruh.

Apa katanya tidak bisa move on. Omong kosong.

Risa duduk kembali.

"Aku setuju?" jawabnya dengan menatap Andre tajam.

Terbit seringai tipis dari bibir Andre.

*

*

Seminggu kemudian Ayah Risa sudah pulang dari rumah sakit, dia juga sudah mengembalikan semua uang teman ayahnya termasuk pinjaman sang ayah menggunakan uang yang dipinjami Andre.

"Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu, Nak?" tanya ayahnya.

"Risa mendapat pinjaman dari teman Risa Ayah. Ayah tidak perlu khawatir Risa akan mencicilnya dengan gaji yang Risa terima," jawab Risa jujur, namun tidak memberitahu siapa yang memberinya pinjaman, biarlah orangtuanya berpikir antara Bella dan Citra.

"Apa tidak apa - apa?" tanya ayahnya merasa tidak enak pada Risa dan juga temannya yang harus menanggung masalah yang dibuatnya.

"Teman Risa sangat baik Ayah dan juga kaya, jadi uang segitu kecil baginya, malah Risa tidak perlu bayar tapi Risa menolaknya," jelas Risa dan ayahnya pun mengangguk.

"Maaf Ayah menyulitkanmu," kata ayah sedih.

"Bukankah itu sudah tugas seorang anak, membantu orangtua, itu akan menjadi ladang pahala untuk Risa. Asalkan Ayah tetap sehat Risa tidak keberatan."

"Makasih Nak"

Risa juga sudah mengurus surat pengunduran dirinya dari perusahaan tempatnya bekerja. Dan akibatnya sahabatnya meradang karena dia pergi tanpa pamit. Cukup lama dia harus membuat sahabatnya itu tenang.

Risa beralasan ayahnya menyuruhnya bekerja disana saja karena selalu merasa khawatir jika Risa tinggal sendirian, akhirnya kedua sahabatnya terpaksa merelakannya. Risa tidak menemui mereka lebih dulu karena ia tahu tidak mudah untuk membohongi kedua sahabatnya itu.

Untuk urusan apartemen Andre yang sudah mengurusnya dan barang - barangnya akan dikirim ke Yogyakarta.

Hari ini ia akan mulai bekerja dengan bos barunya yang tak lain adalah mantan kekasihnya. Risa mengenakan blazer warna peach senada dengan roknya yang pas lutut. Ia mencepol rambutnya agar terlihat lebih rapi. Setelah selesai ia keluar dari dalam kamar.

Biasanya jam kantor masuk jam delapan, Ini masih setengah tujuh entahlah Andre menyuruhnya berangkat pagi.

Di meja makan sudah berkumpul keluarganya.

"Selamat pagi semua," sapanya lalu duduk di sebelah Damar adiknya.

"Pagi," jawab mereka.

"Kakak berangkat pagi? " tanya Damar.

"Ya, Kakak akan naik taksi saja."

"Tidak mau aku antar? " tanya Damar lagi.

"Tidak perlu, arah kita berbeda, Kakak berangkat sendiri saja," jawab Risa beralasan.

Setelah selesai sarapan mereka berangkat ke tempat tujuan masing - masing. Risa sudah menjelaskan pada orangtuanya kalau dia berhenti ditempat kerjanya yang dulu denagn alasan tidak mau jauh dari keluarganya. Dan ia sudah mendapatkan pekerjaan baru disini.

*

*

Risa sampai di alamat yang diberikan Andre. Risa mengerutkan keningnya. Ketika alamat yang diberikan Andre bukan sebuah perusahaan.

Apartemen?

Ponselnya berdering. Ada pesan masuk.

Penipu : [326, lantai 5 , naiklah] bunyi pesan itu.

Risa mengikuti pesan tersebut dengan naik ke lantai lima dan menuju apartemen nomer 326.

Ia mengetuk pintu setelah sampai di depan apartemen. Tak lama pintu pun terbuka.

"Masuklah! " Perintah calon bos barunya.

Lalu Risa duduk di sofa setelah Andre menyuruhnya duduk. Meskipun merasa bingung ia malas untuk bertanya sampai Andre meletakkan dokumen di atas meja lalu menyodorkan dokumen itu kehadapan Risa. Kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas sofa di depan wanita itu.

"Apa ini? " tanya Risa heran.

"Bukalah? " titah Andre

Lalu Risa membuka dokumen itu.

"Surat perjanjian," ucapnya seraya mengerutkan keningnya. Lalu ia membaca isinya. Ia terbelalak kaget dengan isi dikumen itu.

"Jadi aku akan menjadi pembantu? " tanyanya terkejut, ia pikir akan menjadi asisten di kantor.

"Tidak, tapi asisten pribadiku!" jawab Andre tegas.

Risa menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia tidak bisa mundur lagi, uang yang ditransfer Andre sudah terpakai. Ia harus merelakan karirnya karena masalah keluarga yang membuatnya terikat suatu hubungan dengan sang mantan.

"Aku punya syarat? "

********************

mampir yuk

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!