NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Lukas

Vivian dan Lukas kecil

Hallo namaku Vivian Wheeler aku putri bungsu keluarga Wheeler, saat ini adalah hari ulangtahunku yang ke 17 tahun, tapi seperti biasa tiap tahun aku tidak pernah merayakan apapun untuk hari kelahilanku, jika gadis lain akan membuat sebuah pesta meriah dan mengundang teman-temannya untuk datang aku justru tidak pernah datang ke pesta sekalipun, aku selalu di perintah untuk tinggal di rumah dan tidak pernah bisa melihat dunia luar, bahkan aku hanya sekolah, pulang dan tidur setiap hari.

Terkadang aku merasa iri dengan kakakku Cecil Wheeler dia saat ini berusia 18 tahun namun tanggal dan bulan ulang tahunnya sama denganku, tetapi walau begitu dia selalu merayakan ulang tahunnya di hotel mewah bintang lima atau terkadang merayakan pesta di rumah, aku hanya bisa menonton pesta miliknya dan setelah selesai membantu membereskan pesta tersebut sebab tidak ada banyak pelayan di rumah kami meskipun kami keluarga kaya raya, hanya ada satu ketua pelayan yang bekerja di rumahku yaitu bi Ida dia sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri sebab dia sudah mengurusi aku sejak aku kecil hingga sebesar saat ini.

Sejak kecil aku selalu menerima banyak tekanan dari keluargaku sendiri, dan ibuku selalu membenciku, dia tidak pernah menganggap keberadaanku kecuali jika dihadapan ayah namun itupun masih dengan sorot mata yang penuh kebencian.

Terkadang aku sering merasa bingung dan berpikir apakah aku putri ibuku juga atau bukan, sebab perlakuan ibu kepadaku dengan kepada Cecil sangatlah berbeda, bahkan tempat tidurpun aku hanya di berikan kamar kecil di samping kamar pelayan, aku tidak pernah protes karena aku pikir Cecil juga merasakan hal yang sama ketika dia seusiaku.

Hingga semakin dewasa aku semakin berpikir bahwa semua ini memang terlalu berbeda antara aku dan Cecil, kini usiaku 17 tahun dan Cecil 18 tahun dia mengadakan sebuah pesta besar di kediaman kami dan aku hanya diminta untuk menjadi pelayan di acara pesta ulang tahun kakakku sendiri.

"Vivian....Vivian...kemari kau!" Teriak ibuku sangat keras.

Aku segera berlari menghampirinya dengan membawa baki di tanganku,

"Ada apa ibu?" Tanyaku menghampiri,

"Kau lihat ini bagaimana bisa kau menyiapkan pesta untuk kakakmu seperti ini, ganti semua piringnya ini terlihat murahan!" Bentak ibuku.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas lesu dan segera mengambil piring-piring tersebut lalu mengembalikannya ke dapur dan mengganti dengan piring lain yang jauh lebih bagus.

Aku terus berjalan dengan lesu karena sudah kelelahan menyiapkan untuk pesta ini sejak pagi, hingga kepalaku kini terasa sedikit pusing.

"Nona apa kamu baik-baik saja, sudah biar bibi yang menyelesaikan sisanya sebaiknya nona istirahat saja" ucap bi Ida kepadaku,

"Tidak papa bi aku baik-baik saja, ini paling hanya pusing sedikit, jangan mengkhawatirkan aku" balasku sambil tersenyum meyakinkannya.

Aku berusaha menguatkan diriku sendiri dan segera kembali melanjutkan pekerjaanku hingga akhirnya semua sudah selesai, aku pergi menghampiri ibuku untuk melaporkan bahwa semua pekerjaan sudah aku selesaikan dengan baik dan sudah siap untuk digunakan pesta nanti malam.

"Tok...tok...tok..." Suara ketukan pintu yang ku ketuk,

Ibu mulai membuka pintu kamarnya dan menatap ke arahku dengan sinis seperti biasanya.

"Ada apa kau kemari?" Tanyanya dengan kedua tangan yang dilipatkan di dadanya,

"Pekerjaanku sudah selesai bolehkan aku kembali ke kamarku sekarang, aku ingin beristirahat Bu, kepalaku pusing" ucapku mengatakan apa yang aku rasakan,

"Kembalilah, tapi ingat kau harus tetap menjadi pelayan di saat acara pesta ulang tahun Cecil nanti malam, ingat itu" ucap ibuku memperingati,

"Iya Bu aku mengerti" balasku sambil mengangguk.

Aku pun segera pergi ke kamarku, membersihkan diri dan segera mengistirahatkan tubuhku, saat aku merebahkan tubuhku ke atas ranjang dan aku menatap ke atas dengan lurus.

Aku mulai teringat dengan seorang pria luar biasa di masa lalu, dia pria yg tampan dan perkasa dia menyelamatkan aku dari kolam renang saat ulang tahun Cecil yang ke 6 tahun.

Kala itu 12 tahun silam saat aku menginjak usia lima tahun dan Cecil enam tahun keluarga kami mengadakan sebuah pesta yang sangat meriah, tapi saat itu masih ada ayah karenanya itu menjadi hari perayaan ulang tahun pertama dan terakhir untukku, ayah memperbolehkan aku untuk merayakan hari ulang tahunku bersama dengan Cecilia bahkan dia membelikan aku sebuah gaun yang sangat cantik.

Aku terlalu senang kala itu dan di malam perayaan aku memakai gaun itu sehingga beberapa orang menatap ke arahku dan banyak dari tamu undangan yang memuji kecantikanku maupun gaun yang aku kenakan, perhatian semua orang datang padaku dan Cecil membenci itu, dia menarik tanganku sangat kencang dan membawaku ke pinggir kolam, aku pikir saat itu dia hanya marah biasa terhadapku.

Namun ternyata dia bahkan berani mendorongku dengan sengaja ke dalam kolam hingga aku hampir tenggelam karena tidak bisa berenang, aku pikir aku akan mati kala itu sebab tidak ada siapapun di sekitar kolam rumahku, dan Cecil juga pergi meninggalkan aku begitu saja.

"Huh...rasakan itu Vivian, siapa suruh gadis sepertimu pantas mendapatkan banyak pujian, akulah yang harus mendapatkannya bukan kau!" Perkataan Cecil yang terakhir kali aku dengar dan masih berdengung di telingaku hingga saat ini.

"Tolong ...huft....tolong...." Teriakanku yang mulai redup perlahan lahan,

Aku sudah pasrah jika itu sudah ajalku namun tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam air dan meraih tanganku aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena saat itu aku sudah kehilangan kesadaran dengan perlahan.

Pria itu berhasil menyelamatkan aku dan dia membantuku hingga aku tersadar dan berhasil mengeluarkan banyak air yang aku minum sebelumnya.

"Ohok...ohok..." Aku yang terbatuk karena baru saja sadar.

Aku melihat seorang pria yang jauh lebih dewasa duduk di sampingku dengan pakaian yang basah kuyup dan rambut berantakan dia menatapku dengan tatapan kosong serta dingin dan aku menatapnya dengan heran.

"Kamu siapa?, Apa kamu yang menyelamatkan aku tadi?" Tanyaku kepadanya,

Dia mengangguk tanpa bicara sedikitpun, dan tangannya meraba raba ke sekitar dia memegang wajahku dengan acak lalu meminta maaf begitu saja karena sudah membuatku kesal dengan perbuatannya.

"Aduhh ..hey...apa yang kau lakukan?, Kau menampar wajahku barusan" ucapku kesal sambil menahan tangannya yang terus meraba kesana kemari,

"Ma..maaf aku tidak bisa melihat, maafkan aku" ucapnya yang membuatku sangat kaget.

Aku terperangah dan langsung melepaskan tangannya begitu saja.

"Tidak papa kamu tidak perlu meminta maaf, aku yang salah dan terimakasih sudah menyelamatkan aku" balasku kepadanya.

Dia tidak menjawab ucapanku lagi dan tangannya itu terus meraba kesana kemari tanpa henti, aku merasa jengkel dengan tingkahnya sehingga aku langsung berdiri dan bertanya dengan apa yang tengah dia lakukan sedari tadi.

"Hey....apa yang sedang kamu cari kenapa kau terus meraba raba tidak jelas seperti itu?" Tanyaku kepadanya dengan nada sedikit kesal,

"Tongkat, aku kehilangan tongkatku saat menyelamatkanmu tadi, bisakah kau membantuku mendapatkannya" ucapnya meminta bantuanku.

Janjian

Aku segera mencari keberadaan tongkat yang dia maksud di sekitar sana, hingga akhirnya mataku melihat sebuah tongkat yang tenggelam di dasar kolam, dan aku tidak bisa mengambilnya karena aku tidak bisa berenang saat itu.

"I..itu...maaf tongkatmu ada di dalam kolam dan itu di dasarnya aku tidak bisa membantumu untuk mengambilnya karena aku tidak bisa berenang, maaf yah semua ini karena aku" ucapku meminta maaf dengan rasa yang penuh bersalah,

"Tidak papa aku akan meminta bodyguard ku untuk mengambilkannya, bisakah kamu antarkan aku kepadanya?" Tanyanya kepadaku,

"Aaahh...iya tentu saja, ayo aku bantu kamu berdiri" balasku sambil memegang tangannya dan membantu dia agar berdiri,

Aku berjalan dengan baju basah kuyup berdua dengan seorang anak laki-laki asing itu mencari bodyguard yang dia sebutkan tapi sayangnya kami tetap tidak bisa menemukan orang yang anak laki-laki itu maksud, bahkan hingga pakaian kami sudah hampir kering kami masih belum bisa menemukannya juga dan aku sudah agak lelah pria itu juga merasakan hal yang sama.

"Sebenarnya dimana pria yang kamu maksud itu aku tidak mengetahui wajahnya dan kamu juga tidak bisa melihatnya bagaimana kita bisa menemukannya dengan mudah, sedangkan pesta di rumah sangat meriah?" Gerutuku merasa hampir putus asa,

Pria itu nampak begitu lesu dan dia terlihat sangat lemas, aku merasa sangat kahwatir saat melihat kondisinya yang terlihat sangat lemas tidak berenergi dan tidak berdaya, aku semakin cemas dan memegang tangannya dengan kuat.

"Eh...hey....hey...ada apa denganmu...hey ..ayolah sadar kenapa kau menjadi seperti ini?" Tanyaku kebingungan sendiri dan mulai panik,

"Hey....tolong sadarlah, apa kau baik-baik saja?, Tolong jawab aku jangan membuatku cemas seperti ini" ucapku sambil menepuk pipinya beberapa kali dengan pelan,

"AA..aku....tidak tahan dingin...aku...kedinginan..." Balas pria itu dengan terbata bata,

Aku bingung harus melakukan apa sehingga langsung memeluknya dengan sangat erat sekuat tenagaku, karena dia mengatakan dingin dan tidak tahan dengan rasa dingin sehingga hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membuat tubuhnya sedikit lebih hangat dari sebelumnya.

"Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa memelukmu, maafkan aku sudah membuatmu begini...huhu...aku harus bagaimana lagi?" Gerutuku merasa semakin panik dan cemas.

Pria itu sudah tidak bicara lagi di saat aku memeluknya hingga tiba-tiba saja dia hanya tersenyum kepadaku dan membuka matanya perlahan, dia menatap kosong ke depan namun senyum terlihat jelas di wajahnya, aku sangat senang ketika dia mulai kembali sadar dengan perlahan.

"Wahh ..kamu sadar, aahh syukurlah akhirnya kamu sadar, huaa...kau membuatku cemas" ucapku sambil terus kembali memeluknya semakin erat.

Aku sangat senang saat melihat anak laki-laki itu kembali sadar dan bisa tersenyum seperti sebelumnya hingga tidak lama seorang pria yang berpakaian serba hitam datang menghampiri kami lalu dia mendorongku cukup kuat dan menggendong anak laki-laki yang aku peluk sebelumnya.

"Ya ampun tuan muda? Apa yang terjadi denganmu, maafkan saya tuan muda karena terlambat menemukanmu, maafkan saya tuan muda" ucap pria dewasa itu yang sama cemasnya denganku,

"Kau? Siapa kau, menjauhlah dari tuan muda Lukas" bentak pria Dewasa tersebut sambil mendorongku cukup kuat,

"Aduhh...." Ucapku sambil meringis kesakitan karena jatuh terduduk di lantai sebab aku di dorong oleh pria dewasa yang menggendong anak laki-laki buta tersebut.

Anak laki-laki itu langsung memerahi pria dewasa yang menggendong nya dan dia memerintahkan pria dewasa itu untuk menurunkan dirinya dengan segera.

"Hey, Tiko beraninya kau membentak gadis kecilku, dia yang sudah menyelamatkan aku cepat minta maaf kepadanya dan turunkan aku segera!" Bentak anak laki-laki tersebut dengan mendominasi.

Aku sangat kaget ketika mendengar anak sekecil itu bicara memerintah kepada orang dewasa bahkan aku sendiri tidak pernah berani berbicara seperti itu terlebih kepada seorang pria dewasa, namun anehnya saat itu pria dewasa yang menggendong anak laki-laki tersebut segera menuruti permintaannya.

Dia menurunkan anak laki-laki yang buta itu dan segera menghadap ke arahku lalu meminta maaf sambil membungkuk memberi hormat kepadaku.

"Ohh...maafkan saya nona kecil, dan maafkan saya tuan muda karena saya sudah salah paham mengenai kalian berdua terutama untukmu nona kecil" ucap pria dewasa itu membuatku kaget.

"Ehh ..tidak tidak bangkitlah dengan tegak kamu tidak pantas membungkuk kepada anak kecil sepertiku, kamu juga tidak salah karena ini hanya kesalahan pahaman" balasku memintanya agar segera bangkit.

Akhirnya pria dewasa itu segera bangkit dan aku bisa merasa jauh lebih tenang dan lebih baik sedangkan anak laki-laki itu tiba-tiba saja memegang tanganku dan memintaku untuk ikut pulang bersamanya.

"Gadis kecil ayo ikut pulang denganku aku akan memperkenalkan kamu kepada kedua orangtuaku" ucapannya mengajakku begitu saja,

"Aku ingin sekali ikut denganmu tapi aku tidak bisa ibuku akan memarahi aku jika aku pergi dari rumah ini, maafkan aku" balasku menolaknya dengan baik,

Dia nampak sedih dan tertunduk lesu serta perlahan melepaskan genggaman tangannya dariku aku tidak tega melihatnya bersedih sehingga aku langsung kembali meraih tangannya dan menggenggam tangannya itu dengan lebih kuat.

"Jangan bersedih pria tampan, kamu anak laki-laki paling tampan yang pernah aku temui dan aku tidak akan pernah melupakanmu kau bisa pergi ke taman di samping rumahku aku akan selalu datang ke sana untuk menyiram bunga di sore hari, meski aku tidak bisa keluar dari rumah ini kita masih tetap berteman dan tetap bisa bertemu, jika kamu setuju aku akan menunggumu di taman itu besok sore" ucapku membuat janji dengannya,

Dia menjadi jauh lebih gembira dari sebelumnya dia tersenyum sangat senang dan mengangguk menyetujui ucapanku.

"Tentu saja aku akan datang kesana besok, kau harus menepati janjimu yah gadis kecil, ingat itu aku akan datang menemuimu besok" ucapnya begitu senang.

Lalu anak laki-laki yang buta itu pergi dibawa oleh pria dewasa berpakaian serba hitam keluar dari kediamanku dan aku kembali ke dalam untuk pergi ke ruang pelayan dan mengganti pakaianku karena bekas tercebur ke kolam renang sebelumnya.

Saat aku melewati pesta tiba-tiba saja Cecil memanggilku dan dia memintaku untuk datang kepadanya dengan alasan kami akan meniup lilin bersamaan di acara ulang tahun kami berdua yang bersamaan.

"Ehh.....Vivian kemari ayo kita tiup lilinnya bersama-sama" ajaknya memanggilku,

Aku tidak bisa menolak permintaan karena saat itu aku berada di depan banyak orang dan lagi karena saat itu aku masih kecil aku tidak memiliki pikiran buruk sedikitpun dan aku justru merasa senang saja ketika Cecil mengajakku seperti itu.

Aku berlari kecil menghampirinya dan berdiri tepat di samping Cecil tapi disaat kami hendak meniup lilin Cecil justru malah mendorong kepalaku dari belakang dengan kuat sehingga membuat aku tidak bisa menahannya dan wajahku jatuh menyimpan kue ulangtahun miliknya, dia juga langsung memarahiku tanpa sebab yang jelas.

"Astaga....Vivian apa yang kamu lakukan, kenapa kamu merusak kue ulangtahunku hiks...hiks...ayah lihat dia merusaknya dengan wajahnya sendiri" ucap Vivian merengek kepada ayahku.

Aku hanya menatapnya dengan bingung dan tidak tahu harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi seperti apa kepada ayahku dan semua orang yang ada disana.

Memikirkan Pria masa Kecil

Aku hanya menatap linglung tidak mengerti dengan wajah yang dipenuhi oleh kue ulangtahun milik Cecil, aku ingin membela diri kepada ayahku tapi dia sudah lebih dulu marah dan menyuruhku untuk segera pergi dari pesta tersebut, bahkan dia menyeretku secara langsung dan membawaku ke dapur.

"Vivian apa yang kamu lakukan, cepat ayo ikut ayah, kamu tidak bisa mengikuti pesta mewah seperti ini!" Bentak ayahku sambil langsung menarik tangan kecilku dan membawa aku ke dapur.

"Ayah...hiks..hiks...hiks...ayah lepaskan aku, ini bukan salahku ayah" rengek ku berusaha membela diriku sendiri.

Ayah tetap tidak mendengarkan ucapanku dan dia sama sekali tidak memiliki rasa empati terhadapku dia terus mendorong aku masuk ke dapur dan mengunciku di dalam sana seorang diri.

"Brukkk...diam kau disini ayah akan meminta bi Ida untuk mengurusi mu, dan kamu tidak boleh hadir di pesta manapun lagi setelah ini, ayah sangat kecewa padamu Vivian" ucap ayahku mendorongku hingga aku jatuh ke lantai dan dia pergi meninggalkanku begitu saja,

"Ayah...tidak...ayah...ini bukan salahku...hiks..hiks..ayah...tunggu!" Teriak aku berusaha menahannya.

Ayah tetap pergi dan dia mengabaikan aku, tidak ada sedikitpun kepedulian dari ayah untukku dia kecewa kepadaku hanya karena hal sepele seperti itu, padahal Cecil lah yang mendorong kepalaku dengan keras hingga jatuh ke atas kue miliknya namun dia justru mengalihkan kesalahannya kepadaku bahkan dia mengadu kepada ayah hingga ayah melakukan ini kepadaku.

Aku sangat sakit hati tapi aku tidak bisa melakukan apapun, aku hanya bisa menangis di pojokan dapur seorang diri hingga tidak lama akhirnya bi Ida tiba disana dan dia langsung memelukku.

"Nona Vivian ada apa denganmu?" Tanya bi Ida sambil memelukku dan mengusap lembut rambutku berkali-kali,

"Hiks...hiks...bi...ayah bi, dia membenciku juga mulai sekarang, hiks..hiks..aku harus bagaimana bi" ucapku sambil terus menangis tanpa henti.

Bi Ida membantuku berdiri dan dia meminta aku agar tidak memikirkan masalah itu sebab saat itu aku masih berusia lima tahun, bi Ida mengalihkan kesedihanku dengan mengajak aku untuk pergi ke taman besok sore dan bermain sepuasnya disana, sehingga aku segera berhenti menangis dan mempercayai apapun yang dikatakan oleh bi Ida saat itu.

"Nona tuan bukannya membenci nona hanya saja dia tengah sedikit marah, nanti juga tuan akan kembali mendatangi nona lagi, jangan khawatir nona Vivian disini masih ada bibi, sudah ya jangan menangis lagi jika nona Vivian berhenti menangis bibi janji akan membawa nona bermain besok ke taman bunga kesukaan nona bagaimana?" Ucap bi Ida mengalihkan ku,

"Waahh.....benarkah, bisakah bibi berjanji padaku?" Tanyaku memastikan,

"Tentu saja, lagi pula kita kan selalu diminta untuk merawat kebun bunga milik nyonya tapi besok bibi akan belikan roti stroberi kesukaan nona sebagai hadiah ulangtahun" ucap bi Ida menambahkan.

Aku yang memang masih kecil tentu saja sangat senang walaupun hanya akan mendapatkan sebuah roti dari bi Ida, aku langsung berhenti menangis dan bi Ida membawaku untuk membersihkan diri, aku hanya mengangguk patuh dan menurutinya begitu saja, aku segera membersihkan diri dan terus tertawa riang bercanda dengan bi Ida yang memandikan aku dengan begitu lembut.

Aku sangat senang dan dalam sekejap bisa langsung melupakan kesedihan di dalam diriku yang aku rasakan sebelumnya, lalu setelah selesai berganti pakaian aku langsung diberi makan oleh bi Ida hingga setelah pesta Selesai ibu menyuruhku untuk membereskan sisa pesta bersama bi Ida.

"Wow....bagus...bagus...yah, kalian berdua enak-enakan bersantai dan makan disini sedangkan di luar sana berantakan, cepat bereskan semuanya dan kau Vivian kau tidak akan bisa tidur sebelum semuanya benar-benar beres!" Bentak ibuku sambil menunjukkan dengan jarinya dan sorot mata yang tajam.

Aku bergidik ngeri dan hanya mengangguk patuh sambil memeluk bi Ida mencari perlindungan darinya, setelah ibuku pergi aku langsung diajak oleh bi Ida untuk membersihkan semua seisi ruang ruangan tengah dan membereskan semua kekacauan disana sisa pesta sebelumnya, walaupun saat itu bi Ida sudah melarangku untuk membantunya tapi aku tahu semua ini tidak mungkin cepat selesai jika dikerjakan oleh bi Ida seorang diri.

Aku juga merasa kasihan melihat dia harus membereskan semuanya sendirian sehingga aku tetap berinisiatif untuk membantunya.

"Nona Vivian sudah....sudah, jangan menyentuh piring kotor itu biar bibi yang akan membawanya ke dapur sebaiknya nona pergi ke kamar dan segera beristirahat lebih awal, nona pasti lelahkan setelah menangis tadi, ayo nona segera kembali ke kamar" ucap bi Ida menahanku untuk membantunya,

"Tidak papa bi, Vivian sudah lima tahun sekarang dan sudah bisa bekerja membantu bibi, Vivian mau membuat ibu senang, jika Vivian tidak membersihkan semuanya ibu akan memarahi Vivian dan bibi, Vivian tidak mau bibi dimarahi oleh ibu" balasku yang masih kecil dan polos.

Bi Ida langsung memelukku dengan penuh haru lalu kami segera membereskan semuanya, selama aku kecil hingga sebesar saat ini hanya binIda yang mengurusku dan memberikan kasih sayang kepadaku dia yang selalu membelaku, dan melindungi aku disaat ibu dan ayah memarahi aku habis-habisan.

Dan setidaknya setelah mengenal seorang pria buta yang menolongku di kolam aku menjadi memiliki teman baru, ke esokan harinya setelah sebuah pesta ulangtahun malam itu, aku benar-benar melaksanakan janjiku kepadanya dan dia juga datang ke tempat tersebut dia datang bersama seorang pria dewasa yang sama dan kami bermain begitu senang hingga selalu menghabiskan waktu disana bersama-sama.

Semenjak kejadiannya aku menjadi merasakan rasanya memiliki seorang teman dan merasakan rasanya dicintai oleh seorang teman, aku sangat menyayangi pria itu, meskipun dia buta dan tidak bisa melihat namun aku tahu bahwa hatinya tulus kepadaku, bahkan dia berjanji kepadaku bahwa dia akan menikahi ku ketika kami dewasa.

Flashback off

Maka dari itu hingga saat ini aku terus mengingat semua kenangan tentangnya, namun sayangnya dia tiba-tiba saja menghilang setelah beberapa Minggu selalu bermain denganku di taman itu dan hingga saat ini aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, sebab ayah membawaku pindah ke rumah baru.

"Pria buta dimana kamu sekarang aku masih menyimpan tongkat milikmu, kapan kamu akan mengambilnya dan menepati janjimu untuk menikahiku" ucapku sambil memegangi sebuah tongkat milik pria teman kecilku tersebut.

Tadinya aku memang hendak tidur tapi karena memikirkan tentang pria masa kecilku aku menjadi tidak bisa tertidur dan malah terjaga sepanjang malam, aku terus saja menatap ke luar jendela melihat langit malam yang bertabur bintang, rasanya aku ingin menyentuh bintang di langit dan menaruhnya di kantongku agar aku bisa terus terlihat bercahaya supaya pria kecilku bisa menemukan keberadaanku dimanapun aku berada.

Meski ini sudah berlangsung selama 17 tahun tapi aku masih berharap bahwa dia akan menemukanku, aku tidak pernah putus asa dengan harapanku terhadapnya dan aku selalu meminta harapanku di setiap hari ulang tahunku.

Seperti malam ini dimana kakakku Cecil tengah mengadakan sebuah pesta yang megah dan mewah di kediaman kami sedangkan aku hanya berdiam diri di kamar kecilku tanpa melakukan apapun, hanya suara musik perayaan ulang tahun Cecil yang bisa terdengar samar-samar olehku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!