Monica Harvey memiliki berat badan hampir 100 kg karena kebiasaan makannya yang tidak teratur, dia tak peduli meski dia sering di bandingkan dengan sang kakak Alexa yang mempunyai body yang sekssiii dan berwajah cantik.
"Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu"
"Maka aku tidak akan menikah.." namun seolah dunia mengejeknya belum genap 24 jam dia bicara, Monica harus menerima pernikahan yang tidak di inginkannya.
Marvin Alfaro terpaksa menikah dengan gadis gendut pilihan kakeknya sebelum sang kakek meninggal dunia , lalu memilih mengabaikannya setelah menikah, dengan dirinya yang tinggal di kota berbeda, namun betapa terkejutnya tiga tahun kemudian dia melihat sebuah dokumen perceraian dari istrinya yang hampir dia lupa keberadaannya.
Lebih terkejut lagi saat Marvin mengetahui bahwa istrinya ternyata sudah banyak berubah dari dulu saat terakhir kali dia melihatnya.
Apakah Marvin bersedia menceraikan istrinya yang kini tidak gendut lagi dan berubah menjadi cantik?.
Atau ada alasan lainnya yang mendasari pria itu untuk tidak melepaskan begitu saja Istrinya yang kini tidak gendut lagi.
...
Lanjut?
Like..
Komen..
Vote..
"Momo, jika kau terus makan maka berat badanmu akan mencapai 100 kg minggu ini!" Monica mendelik ke arah kakaknya yang cantik dan langsing, berbeda jauh dengan dirinya yang gemuk dengan pipi tembem dan dia tak peduli!.
"Mo hari ini temani Ayah untuk mengunjungi teman kakek di rumah sakit"
"Bagaimana denganmu?" Monica mendongak masih dengan memakan pizza di depannya.
"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum mengambil cuti." Monica mendengus, kakaknya yang cantik ini memang akan segera menikah dan dia akan mengambil cuti panjang untuk pernikahannya.
Kakaknya yang beruntung akan menikah dengan bosnya di kantor, Yups! seperti cerita di novel- novel yang Monica baca, sekertaris yang menikahi CEO, lebih tepatnya sang CEO tergila- gila pada kakaknya Alexa yang cantik jelita.
Bagaimana tidak Alexa cantik dan seksii dan punya bentuk tubuh yang sempurna, berbeda dengannya yang gendut dengan kaca mata bulat bertengger di hidung, terlihat jelek. namun tak sedikitpun Monica peduli, baginya yang penting dia menikmati hidupnya dan hatinya bahagia.
Dengan cemberut Monica kembali memakan pizza yang hampir habis setengahnya "Aku ada kuliah sore ini.." ya Monica baru satu tahun ini memasuki bangku kuliah, lagi pula kenapa dia harus mengantar ayahnya, Ayahnya adalah pensiunan tentara yang masih gagah dengan tubuh tegap di usia yang tak muda lagi, siapa yang berani mengganggunya hingga dia harus menemaninya dan mengantarnya.
Dengan kesal Alexa merebut kotak pizza yang ada di depan Monica "Jika kau tidak mau menemani Ayah, uang jajan mu akan aku potong!"
"Ish.. baiklah, sekarang kembalikan kotak pizzaku!" sejak ibu mereka meninggal semua keuangan di pegang oleh kakaknya, dan karena kakaknya yang cantik dan seksii itu berfikiran dewasa jadi ayah mempercayakan semua keuangan pada Alexa.
Monica kembali memakan pizzanya, hingga Alexa bergidik melihat Monica dengan kalap memakan pizza ukuran jumbonya. "Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu!"
"Maka aku tidak akan pernah menikah" Monica lagi- lagi tak peduli.
"Kau yakin?"
Monica mengangguk "Aku akan menemani Ayah seumur hidupku, benar bukan Ayah?" Sang Ayah yang baru saja menghampiri mengeryit tak mengerti.
"Apa?"
"Dia bilang dia tidak akan menikah dan terus bersama Ayah seumur hidup.." Alexa mendengus.
"Ayah tidak keberatan, lagipula siapa yang tidak mau hidup selamanya dengan gadis cantik yang satu ini" Monica memeletkan lidahnya pada Alexa yang lagi- lagi mendengus.
"Terserah!.. lagipula siapa yang ingin menikah dengan gadis sepertimu." Alexa menghentakkan kakinya lalu pergi dengan kesal, dan membuat Monica dan Ayahnya tertawa bersama.
...
"Sebenarnya siapa yang akan kita kunjungi?" Monica menggandeng ayahnya, mereka sedang menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan VVIP. orang itu pasti kaya hingga mampu menyewa ruang VVIP.
"Teman Almarhum kakek" Albert menjawab dengan tenang, berusaha menyembunyikan raut tegang di wajahnya.
"Kakek punya teman orang kaya?" Albert mengangguk.
"Bahkan rumah sakit ini miliknya." Monica mengerjap lalu melihat sekelilingnya, rumah sakit ini sangat mewah, seberapa kayanya teman kakeknya ini.
"Wow itu keren." pantas saja dia menempati ruang VVIP karena rumah sakit ini miliknya.
Monica dan Albert memasuki ruangan yang sejak tadi mereka tuju, terlihat pasangan paruh baya, yang terlihat seumuran dengan Ayahnya, yang satu tampan dan yang satu lagi sangat cantik, lalu satu lagi pria berjas dengan tas kerja di tangannya dan berdiri tepat di belakang pasangan tersebut.
Albert berjalan ke arah brankar menghadap pria tua yang bahkan seluruh rambutnya sudah memutih.
"Kau Albert?" sapanya terdengar lemah.
"Iya tuan.." Albert juga hampir lupa dengan wajah teman ayahnya ini, karena sudah lama tak berjumpa.
"Kau lupa, dulu kau memanggilku paman."
"Maafkan aku paman Louis." Albert tersenyum canggung.
"Setidaknya kau ingat namaku.." Albert mengangguk "Apa ini putrimu?"
"Ya Paman.." Monica yang sejak tadi berdiri canggung di depan pintu mendongak.
"Kemarilah Nak!" dengan ragu Monica mengangguk, dan berjalan mendekat "Kau cantik sekali, mirip dengan Alice.." Alice adalah neneknya dan Monica hanya mampu tersenyum, tentu saja dia tak pantas di bandingkan dengan neneknya yang cantik sedangkan dirinya.. ah sudahlah semua orang tahu dengan sekali lihat saja.
"Seingatku kau memiliki dua putri.."
"Iya paman, dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya"
Louis mengangguk "Jika begitu dia adalah jodoh cucuku." Louis menggenggam tangan Monica yang menegang, dan melihat kearah Ayahnya yang hanya mampu menghela nafasnya.
Belum reda rasa tegang Monica, seseorang membuka pintu dan membuat Monica semakin terkejut..
"Kakek aku datang.."
...
Lanjut?
Suka tak...?
Cus komen👇
"Ayah apa maksudnya ini?" Monica yang dilanda khawatir dan kebingungan membawa ayahnya untuk bicara dan keluar dari ruangan pria tua bernama Louis itu.
"Momo, seperti yang kau dengar.." Monica menggeleng.
"Tidak Ayah aku tidak mau menikah, apalagi dengan pria yang tidak aku kenal.."
Albert menghela nafasnya "Momo.."
"Aku tidak akan menikah, dan bukankah Ayah bilang aku akan menemani ayah seumur hidup, bukankah Ayah sudah setuju..."
"Momo ini sudah di sepakati kakekmu!"
"Tidak mau, lagi pula ayah lihat tatapan pria itu padaku, dia sombong da dingin.."
Monica menangis, dia tidak mau menikah dengan pria itu, apalagi tatapan pria itu seolah mengejeknya, Monica tahu dan Monica memang sudah biasa mendapatkannya dari orang- orang yang memang mengejek bodynya yang.. yah apalagi, gendut. Meski dia tidak peduli tetap saja Monica tidak suka.
"Ayah, Kakek yang berjanji kenapa aku yang menanggungnya!"
"Momo, andai kakakmu belum akan menikah.."
"Lalu kenapa Ayah tidak mencegah kakak, untuk menikah!"
"Momo, Ayah baru tahu ini saat mereka menjemput kita kemarin.." Ya.. Albert memang baru tahu saat Louis mengutus seseorang untuk menjemputnya dengan surat wasiat yang di berikan utusan Louis yang ternyata dari ayahnya, sekaligus kakek Monica.
Awalnya perjodohan akan dilakukan pada anak mereka, namun saat anak mereka sama- sama laki- laki mereka menundanya, dan baru di keturunan ketiga yaitu cucu mereka berbeda jenis kelamin barulah mereka kembali sepakat.
"Ayah aku masih kuliah.." Albert diam.
"Ayah aku juga gendut, pasti pria itu tidak akan mau.." Monica masih membujuk Ayahnya sebelum mereka memasuki ruangan Louis.
"Ayah kau jahat!" Albert menghentikan langkahnya.
"Monica, Ayah yakin Marvin pria yang baik untukmu!"
Monica terdiam jika Ayahnya memanggilnya dengan nama lengkap itu berarti Ayahnya tak ingin dibantah, apalagi Ayahnya sama sekali tidak berbalik dan melihatnya.
Albert memejamkan matanya dia tak ingin melakukan ini, tapi dia juga tak bisa durhaka pada ayahnya.
Monica memasuki ruangan Louis dengan wajah menunduk, hingga sebuah suara mengagetkannya, suara yang dingin dan tegas "Baiklah kakek aku bersedia." Monica mengerjapkan matanya, apa dia tidak salah dengar, pria tampan itu sama sekali tidak menolak untuk menikah dengannya.
"Bagaimana denganmu Monica?" Louis bertanya dengan suara lemahnya pada Monica yang justru melihat ke arah Ayahnya yang mengangguk.
Monica menelan ludahnya lalu melihat ke arah pria bernama Marvin yang juga melihatnya dari atas ke bawah, dan Monica yang di tatap seperti itu hanya mampu menunduk.
"Biarkan aku bicara dengannya sebentar Kakek" Louis mengangguk, dan Marvin pun menggerakan kepalanya ke arah Monica seolah berkata 'Ayo!', lihat bukan kah dia sangat sombong.
..
"Kau harus setuju!" setelah hening beberapa saat Marvin angkat suara, dan membuat Monica mendongak dan melihat ke arah pria berjas yang tampan dan gagah juga jangan lupakan sikapnya yang sombong, yang masih berdiri di depannya.
"Kenapa aku harus setuju" dan ucapan Monica membuat Marvin mendengus.
"Harusnya kau senang, di angkat menjadi menantu keluarga kaya.. lagi pula seperti kata kakekku kau akan mendapat setengah harta kakekku"
Monica mengerutkan keningnya, dia tidak tahu soal yang satu ini.
"Dan sebaiknya kau tidak serakah, karena jika itu terjadi kau yang akan merugi.." Monica semakin mengerutkan keningnya "Aku tak tahu dari mana datangnya kalian dan membuat Kakekku dengan mudah memberikan seluruh hartanya pada dinas sosial jika aku tidak setuju menikah denganmu" maka Marvin lebih baik memiliki setengahnya, dan setengahnya di miliki istrinya dari pada kehilangan seluruhnya, hanya saja dia tak menyangka gadis yang akan menjadi istrinya mempunyai tubuh yang tak biasa...
Monica mengerjapkan matanya, apa katanya tadi "Dan itu berlaku jika aku menolak.." Marvin diam saat mendengar suara gadis gendut di depannya.
Monica terkekeh lalu mendengus "Jika begitu untuk apa aku setuju menikah denganmu.."
"Dan aku tahu tatapanmu sejak tadi padaku, kau melihat seolah aku kotoran yang menjijikan.." Apa karena dia gendut.
"Memangnya aku mau menikah denganmu.."
Marvin mendengus "Itu lebih bagus jika kau sadar diri, kau fikir aku juga mau menikah dengan gadis gendut sepertimu.. dan aku yakin kau dan Ayahmu sengaja datang karena tahu kesepakatan ini akan menguntungkan kalian, dasar parasit!"
Monica membelalakan matanya tak terima ucapan kurang ajar Marvin, beraninya dia menghinanya dan Ayahnya. Dengan tangan mengepal lalu mendorong Marvin ke tembok hingga tangannya yang gemuk dan besar menahan leher Marvin dan menekannya kuat "Jangan berani menghinaku apalagi Ayahku, atau akan ku pastikan tubuhmu semakin tipis karena himpitan tubuhku yang kau bilang gendut ini!."
...
Like..
Komen...
Vote..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!