NovelToon NovelToon

Suami Seperti Papa

Cerita Masa Lalu

"Happy Birthday To You... Happy Birthday To You... Happy Birthday honey sweety... Happy Birthday my heart..."

Sebuah kejutan ulang tahun yang ke 18 dari Bryan membuat Belva begitu bahagia. Terlebih hadiah mobil mewah yang Bryan berikan membuat Belva memeluk erat Bryan dan tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih.

"Belva... Apa kamu hanya akan memeluk Papa mu?" tanya Zia yang merasa risih melihat anak gadisnya begitu manja dengan Papanya.

"Apa Mama merasa cemburu?" goda Belva.

"Ini bukan masalah cemburu Belva. Sudah berapa kali Mama bilang, Kamu ini bukan anak kecil lagi, Kamu sudah dewasa bukan saatnya lagi kamu bermanja-manjaan seperti itu dengan Papa."

"Apa Mama pernah dengar, Jika cinta pertama seorang anak perempuan adalah Ayah nya. Mama juga begitu kan sama Opa Faraz, Bahkan sampai Mama menikah dan punya Anak pun Opa Faraz masih super protektif terhadap Mama."

"Opa Faraz yang bersikap demikian, Tapi Mama tidak!" Zia menjadi marah dan meninggalkan kamar Belva.

"Zia... Sayang..." Bryan mencoba menghentikan Zia. Namun Zia tidak mau mendengarkannya.

"Sayang... Papa tinggal dulu yah, Sekali lagi selamat ulang tahun."

"Iya Pa..." satu kecupan kembali mendarat di kepala sang putri kesayangan sebelum akhirnya Bryan menyusul Zia ke kamarnya.

Di dalam kamar Bryan melihat Zia menangis menghadap jendela.

Bryan pun melangkah mendekati Zia dan duduk di sebelahnya kemudian merangkul pundaknya membuat kepala Zia bersandar di pundaknya.

"Kamu terlalu memanjakannya Mas..." ucap Zia yang semakin menangis tersedu-sedu.

"Bukankah sudah sering ku katakan untuk tidak terlalu memanjakannya apalagi memberinya kemewahan di setiap ulang tahunnya?" lanjut Zia.

"Sayang Aku hanya ingin yang terbaik untuk putri kita, Aku sudah kehilangan Belvana Aku tidak ingin kehilangan Belva juga."

"Justru karena itu Mas... Kita tidak pernah tau bagaimana nasib Belvana saat ini, Apakah dia hidup dengan layak, Apakah dia bisa makan, Apakah dia bisa sekolah tinggi seperti Belva, Kita tidak tahu nasibnya Mas, Tapi di sini Mas malah berlebih-lebihan untuk memanjakan Belva."

"Sayang... Delapan belas tahun sudah berlalu, Kamu harus menerima kenyataan jika Belvana tidak lagi ada bersama kita."

"Tidak Mas! Berapa kali sudah ku katakan selama Aku belum menemukan jasad Belvana, Aku tidak akan percaya jika putri ku telah tiada!" dengan kemarahan Zia pergi ke kamar mandi dan membanting pintu kuat-kuat.

Jebrettt...!!!

Bryan tersentak sejenak kemudian membungkukkan tubuhnya dan menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia merasa begitu sedih melihat Zia yang belum bisa melupakan peristiwa yang sudah belasan tahun berlalu. Peristiwa dimana salah satu bayi kembar mereka di culik oleh Leli babysitter yang baru mereka pekerjaan kurang dari dua bulan lamanya.

#Flashback

Seperti biasa saat itu Leli menjemur Belvana di taman samping rumah bersama Maryati yang juga tengah menjemur Belva. Namun saat Maryanti selesai menjemur dan mengajak Leli untuk masuk. Leli beralasan jika Belvana agak sedikit pilek sehingga harus di jemur lebih lama seperti pengalamannya selama ini.

Sepuluh menit berlalu Zia yang berniat melihat anak-anaknya hanya menemukan Belva di kamarnya sehingga menyusul Leli ke taman setelah Maryati mengatakan jika Belvana sedikit pilek sehingga masih di jemur di sana. Namun ketika Zia sampai di taman, Zia tidak menemukan Leli maupun bayinya selain kursi yang di gunakan untuk menjemur bayinya dalam keadaan kosong. Sontak hal itu membuat Zia histeris dan mengundang para penjaga keamanan serta asisten rumah tangganya datang menghampirinya.

"Ada apa Nyonya?" tanya salah seorang asisten rumah tangga.

"Siapa yang jaga gerbang hari ini?!" teriak Zia.

"Saya Nyonya." jawab Mang Giman.

"Apa Mang Giman melihat Leli pergi? Apa kalian melihatnya pergi membawa bayiku?" tanya Zia pada semua orang. Nun semua orang menunduk menggelengkan kepalanya.

"Apa saja kerja kalian, Kenapa begitu banyak orang yang bekerja di sini tidak ada yang melihatnya, Apa yang kalian kerjakan, Apa yang Mang Giman lakukan?" triak Zia menarik kerah baju Mang Giman.

"Maaf Nyonya, Saya hanya masuk ke dapur sebentar untuk membuat kopi karena air di pos habis."

"Dan Mang Giman tidak meminta yang lain untuk menggantikan Mang Giman di pos?"

"Maaf Nyonya selama ini rumah kita begitu aman jadi Saya pikir tidak masalah jika Saya tinggal sebentar."

"Aku tidak akan mengampuni mu jika terjadi sesuatu kepada bayiku."

Zia berlari masuk meminta pekerja lain untuk memantau cctv rumahnya.

Bersambung...

📌 Hai bertemu lagi dengan Novel Terbaru Author Sekuel Dari Novel "MENGEJAR DUDA TEMAN PAPA" dukung terus novel ini yah..

dan Add juga FB Autho I'tsmenoor serta IG @_itsmenoor untuk menjalin silaturahmi lebih dekat dengan Author, Terimakasih 🙏❤️

Upaya Pencarian

Dari pantauan cctv terlihat jika Leli membopong Belvana dari kursinya dan bergegas keluar ketika melihat Mang Giman masuk. Kemudian di depan gerbang Leli nampak melihat kesana-kemari seperti menunggu seseorang. Namun kemudian ia berjalan menjauh dari rumah dan tak lagi terekam oleh cctv.

"Haaaaaaa.... Kemana Leli membawa bayiku." jerit Zia.

Mendengar Zia histeris, Maryati pun berinisiatif untuk menelpon Bryan yang baru berangkat ke kantor sekitar tiga puluh menit lalu.

Maryati menceritakan semua kejadian yang terjadi di rumah hingga kondisi Zia yang tak berhenti menangis mencoba keluar dari rumah untuk mencari bayinya.

"Tolong beritahu keamanan untuk berjaga dengan baik, Jangan biarkan Zia pergi sebelum Aku datang."

"Baik Tuan."

Setelah menutup ponselnya, Bryan bergegas meninggalkan kantor. Dengan kecepatan tinggi ia tidak lupa memberitahu Faraz tentang hilangnya Belvana dan kondisi Zia. Membuat Faraz langsung berlari seakan tak menapakkan kakinya di tanah karena begitu khawatir akan kondisi putri kesayangannya.

"Mama Alia, Tolong jaga Ziyan baik-baik, Perketat keamanan."

"Jangan khawatir Bryan."

Setelah menelfon kedua mertuanya, Bryan menelfon Bella dan juga kedua adik iparnya, Bryan mengintruksikan kepada semua anggota keluarganya untuk berpencar mencari bayinya. Tak lupa juga Bryan menghimbau kepada seluruh staff dan karyawannya untuk ikut menyebar luaskan foto Leli seluas-luasnya.

"Aku harus meminta pertanggungjawaban kepada yayasan yang menyalurkan Leli, Tapi sebelum itu Aku akan melihat kondisi Zia terlebih dahulu," ucap Bryan yang kemudian mempercepat laju mobilnya.

Sesampainya di rumah, Bryan bergegas turun dari mobilnya. Ia melihat Zia yang di pegangi oleh dua penjaga keamanan karena berusaha keluar dari gerbang.

"Zia Sayang..."

Penjaga keamanan langsung melepaskan Zia dan membiarjan Zia berlari memeluk Bryan.

"Babe..."

"Sayang tenanglah."

"Babe putri kita... Putri kita..." Zia tidak bisa melanjutkan ucapannya dan terus menangis di pelukan Bryan.

"Tenanglah Sayang semua akan baik-baik saja." Bryan terus berusaha menenangkan Zia meskipun di hatinya juga merasa begitu khawatir akan keselamatan Belvana.

Tak lama kemudian Zia yang melihat kedatangan Papanya melepaskan pelukan Bryan dan berlari memeluknya.

"Papa..."

"Sayang..."

"Papa Belvana pa... Belvana..."

"Percayalah pada Papa jika Belvana akan baik-baik saja. Apa kamu inget jika dulu Kakak mu Zayn juga pernah di culik saat bayi, Tapi dia kembali dengan selamat, Jadi kamu harus yakin akan hal itu."

Zia mulai merasa tenang mendengar hal itu. Namun itu tidak berlangsung lama ketika dering ponsel Bryan mengagetkan semuanya.

"Hallo Zayn..."

"Hallo Om, Cepatlah kemari, Ada seseorang yang melihat dengan ciri-ciri Leli turun dari taksi online di pusat kota."

"Apa kamu sudah melihatnya secara langsung?"

"Tidak Om, Seseorang menelpon ku, Aku juga sedang menuju ke sana cepatlah."

"Baiklah, Aku segera kesana."

"Babe..." Zia menghentikan Bryan yang bergegas pergi.

"Sayang tunggulah di rumah."

"Tidak, Aku tidak bisa tenang jika hanya berdiam diri menunggu di rumah."

"Sayang... Kamu harus tetap sehat, Kamu masih punya Belva, Ziyan juga."

"Biarkan Zia ikut!" tegas Faraz.

"Papah..." Bella yang baru datang bergegas menghampiri mereka.

"Bella, Syukurlah kamu dan Bimo datang, Kalian jaga rumah, Jaga Belva, Papah cari Belvana dulu."

"Baik Pah."

Bryan, Zia dan Faraz bergegas naik mobil yang sama untuk menuju lokasi yang Zayn kirimkan.

Karena terjebak kemacetan ibu kota, Zia yang tidak sabar lagi untuk segera menemukan bayinya turun dari mobil.

"Zia... Apa yang kamu lakukan?" tanya Bryan yang kemudian ikut turun. Namun mobil lain yang ingin bergerak maju, Terus membunyikan klaksonnya agar Bryan juga menjalankan mobilnya. Bryan pun menjadi bingung apakah ia harus mengejar Zia atau kembali masuk ke dalam mobilnya.

Bersambung...

Upaya Penyelamatan

"Hey cepatlah jalan!" teriak pengemudi mobil di belakang Bryan sembari menjulurkan tangan serta kepalanya ke luar.

Melihat Faraz yang telah berlari mengejar Zia menerobos kemacetan lalu lintas. Bryan pun tidak memiliki pilihan lain selain masuk ke mobilnya.

Zia terus berlari secepat mungkin hingga tak jarang ia menabrak maupun tertabrak mobil yang jalannya begitu lamban. Seolah tak merasakan sakit di tubuhnya Zia terus berjuang keluar dari kemacetan demi segera sampai di lokasi yang Zayn katakan. Begitupun dengan Faraz yang mengikuti Zia dengan seluruh kemampuannya. Meskipun dengan nafas yang terengah-engah karena usianya yang tidak lagi muda Faraz tidak ingin menyerah begitu saja.

"Ziaaa... Tunggu Papa Sayang," ucap Faraz beristirahat sejenak untuk mengatur nafasnya. Namun Faraz menjadi begitu terkejut ketika Zia yang tidak mendengar perkataannya hampir tertabrak saat berusaha menyebrang meninggalkan kemacetan.

"Ziaaaa!!!" teriak Faraz yang di iringi bunyi klakson dari segala arah.

Kemudian Faraz bergegas ke tengah untuk melihat keadaan Zia. Ia memutari mobil yang berhenti di tengah jalan dan melihat Zia yang berjongkok memegangi kedua telinganya.

"Ziaaa....."

"Sayang....."

Faraz langsung mendekap tubuh putrinya diikuti Bryan yang akhirnya meninggalkan mobilnya begitu saja demi mengejar Zia.

"Bawa Zia, Aku akan menghajar orang yang hampir menabrak putriku!" ucap Faraz penuh kemarahan.

"Sudahlah Papa mertua, Yang penting Zia selamat."

"Kamu tidak khawatir dengan istrimu!?"

"Bukan itu masalahnya. Tentu Aku khawatir. Tapi sekarang Belvana lebih penting daripada memarahi orang yang hampir menabrak Zia."

"Mas Bryan benar Papa, Cepat bawa Aku kesana," ucap Zia yang terlihat begitu lemah.

"Baiklah Sayang, Ayo kita kesana."

Karena jarak yang sudah tidak jauh lagi, Mereka pun setengah berlari menelusuri trotoar jalan. Beberapa menit berlalu mereka di kejutkan oleh suara Zayn yang berteriak.

"Penculiiiikkkk..."

Sontak mereka menoleh kesana kemari mencari sumber suara. Sebelum akhirnya melihat Leli yang tengah berlari kencang sambil membawa bayi di dalam dekapannya.

"Babe... Itu Belvana," ucap Zia yang melihat Leli berlari kearahnya karena kejaran Zayn dan orang-orang yang berusaha membantunya.

"Sekarang mau pergi kemana kamu?" tanya Bryan yang berjalan mendekati.

Leli masih mencoba lari. Namun Zayn sudah berada di depannya.

Melihat dirinya telah di kepung dari segala arah, Leli merasa bingung kemana lagi ia harus melarikan diri.

"Berrani-beraninya kamu menculik putriku!" triak Bryan yang semakin mendekat.

"Berhenti di situ!" teriak Leli.

Meskipun telah di kepung Leli masih belum menyerah. Ia melangkah mundur hingga semua orang menjadi panik ketika Leli mendekati jembatan di belakangnya.

Leli melihat derasnya arus sungai di bawah sana, Kemudian kembali menatap orang-orang yang mengejarnya. Dengan jahatnya ia tersenyum puas melihat kepanikan itu.

"Satu langkah saja kalian maju, Maka Aku akan melempar bayi ini ke sungai." ancamnya.

"Leli... Ku mohon jangan lakukan itu, Apa salah kami padamu sehingga kamu tega melakukan ini kepada kami?" tangis Zia.

"Leli katakan apa yang kamu inginkan, Kami akan memberikan apapun yang kamu inginkan, Tapi berikan bayi itu kepada kami." imbuh Bryan.

Leli terdiam seakan memikirkan tawaran itu. Namun lima menit kemudian ia menolak tawaran itu dan meminta semua orang minggir dan tidak menghalangi jalannya.

"Kami sudah berusaha baik kepada mu tapi kamu menolak semua tawaran kami, Maka bersiaplah membusuk di penjara karena polisi akan segera datang!" tegas Faraz.

"Tidak masalah." dengan berakhirnya kata itu, Leli melemparkan bayinya ke sungai.

"Belvanaaaa.....!!!" teriak Zia mendekat ke jembatan. Melihat arus sungai yang begitu cepat membawa bayinya.

"Belvanaaaa..." Zia berusaha baik ke jembatan untuk melompat ke sungai. Namun Bryan langsung menariknya dan memeluknya dengan erat.

"Zia!"

"Lepaskan! Aku harus menyelamatkan putriku." Zia terus memberontak. Namun tubuhnya yang sudah tidak bertenaga membuat dirinya jatuh pingsan dalam dekapan Bryan.

Sementara Leli sudah di amankan oleh Zayn dan orang-orang yang membantunya. Tak lama kemudian polisi pun datang dan langsung membawa Leli ke kantor polisi.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!