NovelToon NovelToon

AKU ISTRI MU BUKAN PENGEMIS NAFKAH

Bagian 1

Jangan sekali - kali menjadikan Istri mu seperti pengemis, mengemis waktumu, mengemis perhatianmu

Saat menikah, tak bisa dipungkiri seseorang akan berbagi kehidupan dengan pasangan termasuk dalam hal keuangan. Parents tak bisa lagi bersikap egois berhubung kini ada keluarga kecil yang sedang di bangun. Namun, ada saja istri yang harus menelan pahitnya pernikahan karena memiliki seorang suami yang perhitungan.

Saat melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, setiap perempuan pasti ingin kehidupan yang layak dan mapan. Hadirnya suami diharapkan dapat membahagiakan bahtera rumah tangga, tak terkecuali kondisi finansial.

Namun, hal ini tak berlaku bagi Mirandah. Bukannya bahagia, ia malah kesal karena suaminya sangat perhitungan terkait keuangan.

Ia sangat terkejut setelah menjadi istrinya. Ternyata suami nya sama sekali berbeda dengan saat Ia masih menjadi pacar nya dulu. Lelaki yang dulunya perhatian, sayang dan juga sangat memanjakannya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pribadi yang lain setelah mereka menikah.

❤️❤️❤️❤️❤️

Malam itu sang suami baru saja tiba di rumah sepulang kerja.

Sembari menengadahkan tangan, "Mas, aku minta uang dong. Besok SPP Putri sudah harus di bayar. Uang bulanan yang kamu kasih sudah habis buat membeli keperluan sehari - hari kita."

"Uang, uang, uang setiap hari uang bisa tidak jangan membahas uang? Lagi pula semua gajih ku kan sudah aku kasih kamu semuanya. Kamu jangan boros dan kamu harus bisa mengatur keuangan dengan baik dan benar, jika ada sisanya silahkan di simpan." ucap sang suami sembari berjalan masuk keruang tengah.

"Ya, Allah padahal aku minta untuk keperluan anaknya. Tapi, aku seperti pengemis seperti ini." Miranda bergumam dalam hati.

"Makanya bukan kah sejak awal Mama bilang sama kamu cari istri wanita karir yang bisa membantu keuangan kita, bukan istri seperti istri mu ini yang kerjaannya hanya bisa meminta dan menghabiskan uang mu saja." ucap sang Mama mertua yang tiba - tiba datang dari arah belakang.

"Mama sudah dong, bukan kah kata orang jika Istri itu ada di rumah, akan membawa keberuntungan untuk suaminya."

"Tapi Istrimu itu tidak membawa keberuntungan, iya kan?"

"Ya Allah tega banget mertua ku bicara seperti itu." gumam Miranda dalam hati.

Sang suami berjalan kearah meja makan, sembari memukul meja makan dengan sangat kencang dan membuat sang istri terkejut dan ketakutan.

"Tahu, tempe, kangkung, bakwan jagung, tiap hari masak ini melulu. Masak yang lain nggak bisa apa? jangan bisanya minta uang. Nggak ada menu lain apa?” Mas Tomi menaruh tudung saji kasar ke meja setelah melihat isinya.

“Uangnya cuman cukup untuk membeli itu, Mas. Itu cah kangkung sama bakwan jagung, ada sambelnya juga.” ucap Miranda sambil menaruh ponsel, padahal baru saja aku memegangnya, itupun karena membalas pesan dari pelanggan yang membeli gamis dagangan ku.

“Ya, sama daging apa ayam gitu kek, bosen makan sayur terus.”

“Mana uangnya buat beli daging? Uang yang Mas kasih hanya cukup untuk membeli ini semua.” Aku menodongkan tangan setengah bercanda, tidak mungkin juga beli daging malam - malam begini.

“Ahh, kamu ini uang terus. Kemarin minta uang, sekarang minta lagi. Kamu pikir cari uang gampang apa? Perempuan ngerti apa sih cari uang? Bisanya cuma minta! Minta dan Meminta. Apa di otak mu itu hanya ada uang. Baru juga di kasih dan sekarang kamu minta uang lagi.” jawab Mas Tomi sambil menampik kasar tangan sang Istri.

Sakit sekali rasanya, bukan tangan yang sakit, tapi hati.

Padahal Mas Tomi hanya memberi uang belanja seadanya, sisa gajihnya entah di kemana. Bertanya pun percuma karena jawabannya pasti tetap sama. Jengkel menghadapi suami seperti dia, apa - apa perhitungan apa lagi kalau soal uang. Padahal sebelumnya dia baik - baik saja dan terkesan royal.

"Punya ku, punya mu juga." ucap nya di kala itu.

Jadilah Miranda harus menambal dulu pengeluaran dengan uang hasil berjualan gamis dan pulsa, kadang juga dengan sisa uang belanja yang ku sisihkan sedikit demi sedikit dan jika terdesak dengan keuangan aku akan menelpon Kakak untuk mengirimkan uang. Mas Tomi juga tidak mengizinkan Miranda untuk bekerja keluar rumah. Jadi, Miranda melakukan pekerjaan ku secara online. Pengeluaran rumah, jajan anak, dan lain - lain sulit sekali rasanya mengatur keuangan. Belum lagi selalu disalahkan kalau uang habis.

"Aku sudah kasih semua uang gajih ku sama kamu. Kalau menu nya begini - begini saja besok - besok aku tidak akan memberikan kamu lagi uang. Dasar pemalas."

"Uang yang Mas kasih setiap bulan mana cukup. Belum lagi semua kebutuhan pokok serba mahal, belum lagi membayar tagihan listrik yang selalu naik, bayar keamanan kompleks, bayar tagihan sampah dan lain sebagainya. Aku rela hidup apa adanya dan menekan keinginanku untuk belanja ini dan itu seperti Istri lainnya yang ada di luar sana demi memenuhi kebutuhan hidup kita."

"Kamu itu jadi Istri harus pandai mengatur keuangan. Pandai bersyukur dan jangan banyak maunya. Sudahlah aku makan di luar saja." ucap Mas Tomi sembari memukul meja sambil ngeloyor pergi tanpa pamit tanpa salam.

"Bagaimana kalau aku bekerja? Ikut kerja di perusahaan mu atau mungkin buka usaha dari rumah atau apa saja selagi masih halal dan bisa menghasilkan uang."

"Kamu cuman tamatan SMA, perusahaan mana yang mau menerima kamu? Lagi pula bagaimana dengan Putri? Bagaimana dengan rumah? Aku nggak mau kita menyewa ART?"

"Kan ada Mama yang mengerjakan semuanya di saat aku masih bekerja."

"Apa kamu bilang? Mama, kamu anggap ART begitu? Mama itu sudah tua dan sering sakit - sakitan, mana mungkin Mama harus mengurus rumah dan mengurus kamu juga."

"Aku akan bekerja dari rumah. Biar tetap bisa mengurus rumah dan yang lainnya."

"Hei ... kamu pikir kamu bos? Kamu pikir kamu punya uang? Pikir dulu pakai otak baru bicara." ucap Tomy kemudian melangkah pergi.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku mau kerja kamu larang. Aku minta uang juga tidak di kasih. Terus aku harus bagaimana?"

"Kamu, fikirkan caranya. Sudah lah aku mau makan di luar." ucap Tomy sembari beranjak pergi.

"Mas, tunggu dulu! Urusan kita belum selesai."

"Kamu sudah lihat kan, kamu sudah membuat tak nyaman suami mu di rumah. Ini semua salah kamu, kenapa jadi istri yang tak becus mengurus suami." ucap Mama mertua nya. Mama Dinda kemudian melangkah pergi meninggalkan Miranda sendirian yang masih berdiri tertegun.

Miranda tertegun, berusaha menenangkan hati, sedangkan kemarin Miranda menemukan bon di kantong kemeja suaminya. Berbelanja hingga puluhan juta entah milik siapa.

"Disaat aku mau mencari pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarga, disaat itulah aku di remehkan dan di rendahkan dan dianggap pengemis nafkah oleh mertua dan suamiku."

Di saat yang bersamaan orang tua angkat Miranda menelpon dan khawatir putrinya yang sudah berhari - hari tidak pernah memberi kabar.

"Sayang, kapan kamu jalan - jalan kerumah? Mama kangen sama kamu dan Mama juga kangen sama cucu Mama?" ucap Mama Melinda dari seberang sana. Namun, Miranda diam saja menahan sedih nya entah berapa banyak lagi air mata harus dia keluarkan.

"Hallo. Apa kamu mendengar suaraku?"

"Ya, Mah aku dengar."

"Ada apa dengan suaramu? Apa habis menangis?"

"Tidak Mah, Miranda baik - baik saja. Hanya saja saat ini Miranda sedang makan, makanan kesukaan Miranda yang di masak oleh Mama disini dan itu membuat Miranda ingat Mama." ucap Miranda berbohong.

"Makanya kalau ada waktu, kamu pulang ya kerumah. Jangan lupa ajak suamimu dan mertuamu sekalian."

"Iya Mah." Air matanya kembali menetes. Tapi ia berusaha sebisa mungkin agar tak terdengar oleh Putrinya bahwa ia menangis.

"Apa Mama sudah makan malam?" Bukannya menjawab Mamanya meminta Miranda jangan mengkhawatirkannya. Miranda mengerti ia akan melakukannya.

Tiba - tiba handphone Miranda kembali berdering.

"Hallo, Win tumben menelpon malam - malam begini?"

"Aku mau menawarkan produk kecantikan sama kamu atau kamu daftar jadi member. Apa kamu mau bekerja sama dengan ku?"

"Pekerjaan apa ya kalau boleh tau? Dan apakah pekerjaan itu masih bisa di lakukan dari rumah?"

"Tentu saja bisa. Bahkan kamu bisa melakukan di mana saja kamu mau. Kamu hanya membantu aku mempromosikan kosmetik ku. Nah dari situ kamu bisa mendapatkan uang. Ya itung - itung uang tambahan untuk membeli kebutuhan kamu hari - hari."

"Semoga ini jalannya untukku mendapatkan uang dan membantu ekonomi keluarga. Semoga juga pekerjaan ini cocok dengan ku." ucap Miranda dalam hati sembari tersenyum.

"Besok, kita ketemuan. Nanti aku jelaskan secara detail. Kapan kita bisa bertemu?"

"Bagaimana besok?"

"Boleh deh besok. Sampai bertemu besok."

Sambungan telepon pun terputus.

❤️❤️❤️❤️❤️

Di restoran.

Tomi dan Gina sudah bersama. Mereka sudah janjian untuk makan malam bersama.

"Kok wajahmu kusut begitu?" ucap Gina sembari memperhatikan wajah pria yang sudah ia pacari beberapa bulan ini.

"Bagaimana tidak kusut, masa Istri ku cuman menyediakan makan malam cuman kangkung dan bakwan jagung. Padahal tiap bulanan sudah aku kasih uang."

"Sudah - sudah biar kamu tidak sedih lagi, malam ini kamu boleh pesan menu apa saja, aku traktir kamu."

Mereka pun memesan makanan, beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Sembari makan dan selingi dengan obrolan kecil.

"Terimakasih untuk traktirannya. Sebagai balasannya sebentar lagi kamu kan ulang tahun. Kamu mau hadiah apa dari aku?" ucap Tomy sembari sekali - kali menatap wanita yang ada duduk di sampingnya saat ini.

"Serius mau kasih aku hadiah?"

"Iya, serius."

"Minta apa saja boleh?"

"Iya, katakan hadiah apa yang kamu inginkan."

Gina bergelayut manja di lengan Tomy, "Terimakasih."

Di sudut yang lain masih dalam ruangan yang sama.

"Eh ... coba lihat pria yang duduk di meja sana." ucap seorang wanita sembari menunjuk ke arah Tomy dan Gina.

"Bukan kah itu Pak Tomy suami Bu Miranda? Tapi wanita yang duduk di sampingnya itu kira - kira siapa ya?" ucap wanita itu yang tak lain adalah tetangga, sekaligus langganan baju Miranda.

"Mungkin rekan kerja di lihat dari penampilan wanita itu, yang terkesan berkelas dan elegan." ucap wanita yang lain.

"Rekan kerja bagaimana, coba lihat mereka sangat mesra, suap - suapan lagi. Jiwa jomblo ku meronta - ronta."

Wanita yang di sebelah nya dengan sigap menyuapkan kentang goreng ke sahabatnya tadi, kemudian berkata, "Ini kan yang kamu inginkan?"

"Aku tidak boleh melewatkan ini. Aku harus memberi tahukan Miranda tentang kejadian malam ini." ucap wanita itu sembari mengeluarkan ponsel nya dari dalam tas nya kemudian menelepon seseorang.

Tut, Tut, Tut ...

"Hallo, selamat malam."

"Selamat malam."

"Nanti aku sharelock sama kamu tempat nya. Buruan ya datang kesini."

Sambungan terputus.

30 menit kemudian.

❤️❤️❤️❤️❤️

Miranda keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya sudah terlelap. Ia duduk di samping suaminya tidur. Miranda menatap sedih, ia harus ikut melakukan sesuatu untuk membantu suaminya. Ia mengusap lembut wajah suaminya.

Miranda berpikir keras, apa yang harus dilakukannya untuk membantu suaminya. Ia berdiri di tepi jendela menatap tajam keluar.

Bagian 2

Matahari mulai bangun dari redupnya cahaya, memancarkan sinarnya, memadamkan embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari hawa dingin, dan membakar semangat baru di hari yang baru.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Pagi hari.

Di meja makan.

Miranda kembali mengutarakan maksud ingin bekerja kepada sang suami dan Ibu mertua nya.

"Oh ya Mas, teman lama aku, ngajakin aku jual produk kecantikan. Katanya sih pekerjaan nya bisa di lakukan di mana saja, termasuk di rumah. Jadi, nggak perlu kekantor. Ya, rencananya sih aku mau gabung dengan teman ku itu. Teman ku itu cukup berhasil dalam usahanya dan menghasilkan uang yang sangat banyak."

Mama Dinda tersenyum mengejek, "Produk kecantikan?"

Miranda tersenyum lalu mengangguk.

"Penjual produk kecantikan, minimal si penjual nya cantik. Lah kamu? Apa yang bisa di andalkan? Cantik nggak, buluk iya."

"Apa yang di katakan Mama ada benar nya. Menjual produk kecantikan itu tidak cocok dengan kamu."

"Mas, aku seperti ini kan karena aku nggak punya modal untuk memperbaiki penampilan ku. Mas, aku mohon, mohon ijinkan aku untuk bergabung dengan teman ku itu. Aku yakin aku bisa berhasil dan bisa mendapatkan uang tambahan jika aku bisa bergabung dengan teman aku itu."

"Sebenarnya aku sih nggak masalah ya tapi aku nggak yakin produk yang kamu jual itu bakalan laku."

"Tapi, aku akan tetap coba. Nanti untuk modal awalnya kamu bantu aku dulu ya."

"Eits ... Enak saja. Ya nggak lah."

"Mas aku mohon untuk modal awal saja ya kamu bantu aku."

Mama Dinda menyela, "Kenapa sih kamu nggak cari modal sendiri. Kalau kamu minta sama Tomy yang ada Tomy jadi rugi dong."

"Yang di katakan Mama itu benar. Sekarang gini aja deh, kalau aku kasih kamu modal trus kamu rugi sama juga merugikan diri ku sendiri. Rugi dong aku mengeluarkan uang." ucap sang suami sembari meneguk air putihnya kemudian pamit sama sang Mama untuk berangkat kerja.

"Mah, Tomy berangkat kerja dulu." ucap Tomy sembari meninggalkan ruang makan menuju pintu utama.

"Nanti semuanya di beres kan ya." ucap Mama Dinda kemudian beranjak pergi dari meja makan menuju lantai dua di mana kamarnya berada.

"Padahal aku butuh suport dari suamiku. Tapi, lagi - lagi aku malah di rendahkan. Ya Allah sabarkan lah hatiku." ucap Miranda dalam hati sembari mengembuskan nafas secara kasar.

❤️❤️❤️❤️❤️

Miranda berjalan kearah kamarnya. Dia pun menuju meja yang ada di samping tempat tidur nya, kemudian membuka laci yang paling atas. Lalu mengambil kotak segi empat berwarna merah muda dari dalam sana. Lama Miranda tertegun memandang kotak kecil itu.

Kemudian Miranda duduk di tepi tempat tidur nya dan membuka kotak kecil tersebut. Di dalam sana ada sebuah cincin yang di berikan orang tuanya saat dia akan menikah dulu.

Miranda mengambil benda itu kemudian tertegun memandanginya, "Hanya benda ini yang aku punya. Mau nggak mau harus aku gadaikan karena aku butuh buat modal."

❤️❤️❤️❤️❤️

Sesuai kesepakatan semalam, siang ini Miranda akan ketemuan dengan sahabatnya ketika SMA dulu.

Saat ini Miranda dan Wina sudah berada di sebuah restoran yang sudah mereka sepakati bersama semalam.

Wina membuka tas berisi kosmetik dan menyusun nya di atas meja untuk di perlihatkan kepada Miranda.

"Ini loh Mir kosmetik yang aku bilang semalam. Nah disini ada pembersih wajah dan yang lainnya yang di butuh kan bagi kaum hawa dan ada juga beberapa perlengkapan pembersih wajah untuk pria. Dan kamu harus belajar bermake up biar tetap terlihat cantik dan awet muda. Sayang loh usia kamu yang belum seberapa ini sudah harus terlihat tua sebelum waktunya." ucap Wina menjelaskan.

"Namanya juga penjual produk kecantikan harus dong terlihat cantik." ucap Wina kemudian.

Wina memulai melakukan make over pada wajah sahabat nya itu. Sambil memberitahu kan kegunaan setiap produk yang di aplikasi kan di wajah sahabat nya itu.

❤️❤️❤️❤️❤️

Siang kini sudah berganti dengan malam.

"Assalamualaikum." ucap Miranda sembari membuka pintu dan masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsalam." jawab putri kecil berambut panjang.

Sang anak tertegun menatap wajah Sang Mama yang menurutnya sangat cantik tidak seperti hari - hari sebelum nya.

Sang putri pun memuji kecantikan sang Mama, "Wah ... Mama sangat cantik."

Miranda tersenyum, kemudian mengusap kepala sang anak. "Terima kasih sayang. Mama baru habis belajar make up sama sahabat lama Mama."

Kemudian Miranda memperlihatkan paper bag yang dia bawa kepada putrinya, "Nih, Mama juga membawa beberapa perlengkapan alat make up untuk Mama jual nanti. Kamu doa kan Mama ya biar rejeki Mama selalu lancar."

"Aamiin."

"Aamiin."

"Mah, putri kekamar dulu ya."

"Iya, sayang."

Selepas sang putri pergi, Miranda hendak beranjak pergi dari sana tapi sang Mama mertua tiba - tiba datang dan menghampiri nya.

"Wah, wah, wah ... kamu dandan?" tanya sang Mama mertua menatap menantunya dari kepala hingga kaki.

Miranda hanya tersenyum.

"Katanya kamu nggak punya uang buat modal untuk membeli peralatan make up? Atau jangan - jangan uang nafkah yang di kasih Tomi itu yang kamu pakai buat membeli ini semuanya. Kamu pintar bohong ya. Kamu meminta uang kepada Tomy seperti pengemis untuk modal buat membeli kosmetik, lah ini nyatanya kamu punya uang."

"Maaf Mama jangan asal bicara dan jangan asal menuduh sembarangan. Aku bisa dapat uang karena menjual cincin pemberian Mama aku di kampung."

"Ah, itu alasan kamu saja. Masa sih ..." ucap Mama mertuanya sembari menatap malas kewajah menantunya.

"Mama tolong dong percaya sama aku. Aku nggak bohong. Aku mau Mama mendukung pekerjaan aku. Ya kalau Mama bisa tolong bantu aku untuk mempromosikan kosmetik ini keteman - teman arisan Mama."

"Ah ... Nggak - nggak malu - maluin aja. Nanti teman - teman Mama tau kalau menantu Mama itu punya pekerjaan yang nggak keren."

Miranda tertegun mendengar ucapan mertuanya itu.

"Assalamualaikum."

Miranda dan Mama Dinda sama - sama menatap kearah pintu yang sudah terbuka lalu menjawab salam tersebut bersamaan.

"Waalaikumsalam."

Tomi berjalan mendekat. Tomi tertegun menatap wanita yang sudah ia nikahi selama bertahun - tahun itu. Miranda tersipu malu. Tomy memperhatikan dari kaki hingga kepala penampilan sang istri yang menurutnya sangat cantik, namun hanya di dalam hati tanpa harus di ucapkan.

"Kamu dandan?"

Miranda mengangguk kemudian tersenyum, "Iya Mas."

"Tadi, aku habis bajar dandan sama teman, sekalian membeli produk yang mau aku jual ini." ucap Miranda sembari memperlihatkan paper bag yang berisi kosmetik.

"Kamu mau kan bantu aku untuk mempromosikan keteman - teman kantor kamu. Nanti aku kirimkan gambarnya."

"Jangan - jangan. Hmmmmm, begini maksud aku. Kalau misalkan usaha kamu sudah bagus dan kamu sudah keren aku janji, aku bakal bantu kamu buat promosiin kosmetik kamu."

Lagi - lagi Miranda harus kecewa dengan ucapan sang suami.

"Dan aku juga males buat bantu kamu." ucap Tomi sembari berlalu pergi. Mama Dinda tersenyum mengejek kemudian beranjak pergi.

"Keluarga ku sendiri nggak ada yang support usahaku. Tapi aku nggak akan nyerah. Akan aku buktikan kemereka kalau aku bisa jadi kan usaha ini menghasilkan uang. Ya Allah berikan aku kekuatan untuk melakukan nya." ucap Miranda dalam hati.

Keesokan harinya.

Miranda sedang menata beberapa alat kosmetik nya di atas meja. Lalu mengambil beberapa gambar untuk di promosikan di berbagai media sosial.

Siang harinya.

Miranda mencoba mempromosikan beberapa kosmetik di beberapa tetangga kompleks. Namun satu pun kosmetik nya tidak ada yang laku terjual.

Di kantor.

Tomy menanyakan jadwal pertemuan dengan klien selanjutnya. Sekretaris nya mengatakan kalau waktunya itu pukul 2.00 siang. Sekretaris nya berkata ia perlu menemui beberapa investor sebelum pertemuan itu. Ia perlu mengkonfirmasi sesuatu yang dikatakan kemarin.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?"

"Bagaimana kalau kita pergi makan siang sambil jalan - jalan sebentar sambil menunggu jam 2 siang."

Keduanya pun menikmati banyak tempat dan mengabadikannya dengan kamera. Pergi ke tempat wisata, jajan makanan, bahkan belanja. Keduanya sangat menikmati.

Keduanya masuk ke sebuah toko. Gina tertarik ketika melihat sepasang cincin berlian yang terpajang di etalase. Tomy tanya apa Gina menyukai cincin itu. Gina menjawab iya dan ingin memiliki cincin itu. Tomy menyarankan kalau suka lebih baik beli saja.

"Tapi, cincin itu sangat mahal."

"Bagi ku itu tidak mahal jika kamu menyukainya."

Tomy pun meminta pelayan untuk membungkus cincin yang disukai Gina. Tapi pelayan minta maaf karena cincin itu sudah dipesan oleh seseorang. Tomy heran kalau sudah dipesan kenapa masih dipajang disana. Pelayan bilang pasti ada kesalahan kenapa cincin itu masih terpajang. Tomy memohon karena kekasihnya sangat ingin memiliki cincin itu. Tapi kembali pelayan minta maaf, lebih baik melihat cincin yang lainnya saja. Tomy pun bilang ia akan membayarnya tunai. Tapi pelayan tetap tak bisa menjualnya.

Tomy kembali memohon pada pelayan agar diperbolehkan dirinya lah yang membeli cincin itu. Kekasihnya benar - benar menyukai cincin itu. Pelayan kembali menegaskan kalau ia tak bisa menjual cincin itu pada kepada Tomy karena sudah ada yang memesan.

Gina langsung pasang muka memelas, “Aku tak tahu bagaimana mengatakannya tapi cincin itu akan menjadi cincin terakhir yang aku beli. Aku rasa kamu mengerti dengan apa maksud dan mau ku?"

Gina mencoba cincin cantik itu dan sangat menyukainya. Ia menatap cincin itu yang sudah masuk kejari nya. Tomy memuji cincin itu terlihat sangat cantik dan manis ketika Gina mengenakannya.

Bagian 3.

Siang harinya.

Miranda mencoba mempromosikan beberapa kosmetik di beberapa tetangga kompleks. Namun satu pun kosmetik nya tidak ada yang laku terjual.

Di kantor.

Tomy menanyakan jadwal pertemuan dengan klien selanjutnya. Sekretaris nya mengatakan kalau waktunya itu pukul 2.00 siang. Sekretaris nya berkata ia perlu menemui beberapa investor sebelum pertemuan itu. Ia perlu mengkonfirmasi sesuatu yang dikatakan kemarin.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?"

"Bagaimana kalau kita pergi makan siang sambil jalan - jalan sebentar sambil menunggu jam 2 siang."

Keduanya pun menikmati banyak tempat dan mengabadikannya dengan kamera. Pergi ke tempat wisata, jajan makanan, bahkan belanja. Keduanya sangat menikmati.

Keduanya masuk ke sebuah toko. Gina tertarik ketika melihat sepasang cincin berlian yang terpajang di etalase.

"Apa kamu menyukai cincin itu? tanya Tomy tatkala melihat wajah Gina berbinar.

"Aku sangat menyukai cincin itu dan ingin memiliki cincin itu."

Tomy menyarankan, "Kalau suka lebih baik beli saja."

"Tapi, cincin itu sangat mahal."

"Bagi ku itu tidak mahal jika kamu menyukainya."

Tomy pun meminta pelayan untuk membungkus cincin yang disukai Gina.

"Pelayan, tolong bungkus cincin yang di sukai kekasih saya!"

"Maaf Pak. Cincin ini ada yang punya."

Tomy heran, "Kalau sudah dipesan kenapa masih dipajang disana?"

Pelayan berkata, "Pasti ada kesalahan kenapa cincin itu masih terpajang di etalase."

Tomy memohon karena kekasihnya sangat ingin memiliki cincin itu. Tapi kembali pelayan minta maaf.

"Maaf Pak lebih baik melihat cincin yang lainnya saja. Disini masih banyak cincin yang sangat bagus dari pada cincin yang di sukai kekasih anda."

Tomy pun berkata, "Aku akan membayarnya secara tunai. Dan aku akan membayar dua kali lipat dari harga aslinya."

Tapi pelayan tetap tak bisa menjualnya.

Tomy kembali memohon pada pelayan agar diperbolehkan dirinya lah yang membeli cincin itu. Kekasihnya benar - benar menyukai cincin itu. Pelayan kembali menegaskan kalau ia tak bisa menjual cincin itu pada kepada Tomy karena sudah ada yang memesan.

Gina langsung pasang muka memelas, “Aku tak tahu bagaimana mengatakannya tapi cincin itu akan menjadi cincin terakhir yang aku beli. Aku rasa kamu mengerti dengan apa maksud dan mau ku?"

Akhirnya pelayan toko Luluh juga hatinya.

Gina mencoba cincin cantik itu dan sangat menyukainya. Ia menatap cincin itu yang sudah masuk kejari nya. Tomy memuji cincin itu terlihat sangat cantik dan manis ketika Gina mengenakannya

Tomy dan Gina sudah sampai di restouran mewah. Tomy bilang banyak pebisnis yang sering datang kesini.

❤️❤️❤️❤️❤️

Setelah berjuang selama berbulan - bulan akhir segala upaya yang Miranda lakukan akhirnya membuahkan hasil. Kini ia sudah memiliki toko sendiri walau pun masih kecil - kecillan dan beberapa karyawan untuk membantu meringankan pekerjaan nya. Ini demi sebuah mimpi yang ingin ia wujudkan. Ini demi sebuah harga diri yang selalu di remehkan dan di anggap tak berguna oleh suami dan Ibu mertua nya.

**********

Miranda sudah bergegas ingin pergi ke toko di mana Ia melihat cincin dulu. Barang kali cincin itu masih ada di sana. Ternyata pemilik cincin di toko perhiasan yang dibeli Tomy untuk Gina adalah milik Miranda. Pelayan minta maaf, ia menyadari kesalahannya.

❤️❤️❤️❤️❤️

...1 TAHUN KEMUDIAN...

Tomy membelikan boneka baru buat Putri. Ada berbagai macam jenis boneka yang Tomy bawa untuk Putri. Tapi Putri sama sekali tidak tertarik dengan boneka - boneka itu. Ia malah mengambil buku gambar dan crayon. Putri mulai menggambar sesuatu.

Tomy penasaran dan melihat apa yang digambar Putrinya itu. Kemudian terdengar suara perut Putri yang keroncongan. Tomy terkekeh dan menebak bukankah Putri lapar. Ia tanya Putri mau makan apa, pizza, hamburger, spaghetti? Putri menjawab semuanya ingin dia makan.

Keduanya pun makan spaghetti di restouran. Tomy tersenyum begitu melihat Putri makan dengan lahap. Ada panggilan telepon dari Mama Dinda. Tomy pun menjawabnya.

"Kamu ada dimana sekarang?"

"Aku ada di restoran?"

"Apakah Putri ada bersama kamu sekarang? Karena dari tadi Mama cari - cari di seluruh ruangan yang ada di dalam rumah, tapi tetap tidak menemukan Putri."

Tomy kemudian memberikan ponselnya pada putrinya. Terdengar suara sang Nenek yang memanggil nama cucunya.

"Nenek minta di bawakan makanan apa?"

"Nenek nggak minta apa - apa sayang. Kalian pulang hati - hati ya."

Sambungan telepon terputus.

❤️❤️❤️❤️❤️

Malam harinya mereka kembali kerumah.

Di kamar.

Sembari membuka jas nya, Tomy beranjak kekamar mandi untuk membersihkan badannya lalu makan.

Miranda memungut baju kotor Tomy, dan lagi - lagi ia harus terkejut tatkala mendapati nota belanja yang cukup fantastis dari sebelumnya. Sedangkan jika ia yang meminta uang untuk keperluan hari - hari selalu jawaban sama, tidak ada.

Tomy keluar kamar mandi.

"Itu milik klien. Dia meminta aku untuk menemani nya hari ini berbelanja. Tentu saja aku tidak bisa menolaknya."

Miranda duduk diam di tempat tidurnya. Ia nampak tersenyum sinis, dan sesaat kemudian berubah jadi agak sangar. Tapi, ia tidak akan percaya begitu saja dengan ucapan sang suami.

Tomy memeluk istrinya. Miranda melepas pelukannya, ia masih penasaran dengan nota belanja itu. Tomy mengecup lembut kening istrinya dan kembali memeluknya. Ia mengajak istrinya segera makan malam. Miranda mengangguk.

❤️❤️❤️❤️❤️

Miranda pun mencari informasi tentang pemilik nota itu dan pekerjaannya melalui sahabatnya Wina. Wina menjelaskan kalau pemilik nota itu, Gina sekaligus sahabat Tomy yang kini menjadi sekretaris sementara Tomy.

Miranda heran dan bertanya - tanya kenapa Tomy tega melakukan itu padanya. Ia memerlukan informasi lebih mengenai pemilik nota itu. Ia meminta Wina untuk mengirimkan data itu padanya.

Wina bertanya apa sekarang Miranda lalukakan. Apakah sedang bekerja atau sedang beristirahat (tidak bekerja). Miranda menjawab sedang beristirahat. Ia pun menutup teleponnya.

Miranda kembali membaca artikel tentang perusahaan sang suami.

Tomy masuk kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur usai bersantai bersama Ibu dan Anaknya. Handphone di nakas tiba - Tiba berdering, itu dari Gina. Tapi, Tomy memilih mengabaikan panggilan itu karena sedang bersama sang Istri.

Keduanya akhirnya tertidur dengan pulas. Jam 7 pagi mereka membuka mata dan terlihat panik. Keduanya panik karena terlambat, Miranda bergegas menuju kamar anaknya, Tomy masuk ke dalam kamar mandi mencari kemeja. Miranda sambil mempersiapkan semua perlengkapan anaknya dan mencari di lemari.

“Tidak ada kemeja.” teriak Tomy, Miranda menyuruh agar mencari di teras. Tomy berlari mencari pakaianya dan ternyata tak menemukan.

“Aku tidak bisa pakai yang kotor? Aku hari ini ada pertemuan penting dengan klien.” kata Tomy. Tomy mengeluh istrinya yang belum mencuci pakaian sejak kemarin.

“Aku tidak sempat!” ucap Miranda sembari mempersiapkan anaknya. Tomy kesal istrinya mulai berubah.

Miranda melihat jam, meminta Tomy agar mengantar anak mereka karena sudah sangat terlambat. Tomy menolak karena dirinya pun sudah terlambat. Dan jika hadir di kantor tidak tepat waktu bisa - bisa klien membatalkan kontrak kerja dengan perusahaan nya. Miranda kesal kalau dia juga terlambat. Tomy meminta maaf dengan bergegas pergi lebih dulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!