NovelToon NovelToon

Stay Beside You

Ujian Tersakit

Pesawat yang membawa Dimas dan penumpang lainnya telah ditemukan. Hampir semua penumpang pesawat itu tidak selamat karena pesawatnya hancur.

Denna yang sedang berada di rumah sakit bersama keluarganya tampak cemas menunggu dokter memeriksa keadaan Dimas yang baru saja menjalani operasi pada bagian kepalanya setelah dua hari dia terlantar di sebuah tempat terpencil di mana pesawatnya jatuh.

"Ma, aku tidak mau kehilangan Dimas. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya." Denna menangis dalam pelukan Nara.

"Kita berdoa saja semoga keadaan suami kamu baik-baik saja. Kita semua juga sangat menyayangi Dimas." Nara sebenarnya takut sekali jika Dimas tidak akan baik-baik saja mengingat keadaannya saat pesawat itu ditemukan.

Dokter keluar dari dalam kamar Dimas dan mengatakan berita buruk tentang keadaan Dimas.

Dokter mengatakan jika Dimas koma, dan dokter juga mengatakan mereka harus bersiap dengan kemungkinan terjadinya hal yang paling buruk.

Denna seketika pingsan mendengar hal itu. Jaden pun dengan cepat membawa putrinya ke ruangan untuk diperiksa.

"Jaden, bagaimana ini? Aku benar-benar takut akan terjadi sesuatu dengan Dimas. Denna tidak akan bisa menerima jika sesuatu yang buruk terjadi dengan Dimas." Nara menangis dalam pelukan suaminya.

"Kita tidak boleh ikut bersedih dan lemah di hadapan Denna. Kita harus kuat, Nara. Denna sangat membutuhkan kita sekarang.

Jaden dan Nara menunggu putri mereka sadar dari pingsannya.

"Ma, Dimas di mana?" Denna seketika terbangun dengan cemas mencari sosok pria yang dia cintai.

"Sayang, Dimas masih di rawat di ruangan khusus, kamu tenangkan dirimu." Nara memeluk putri kesayangannya itu.

"Aku ingin bertemu dengan Dimas, Ma. Aku mau bicara dengannya, dia harus mendengarkanku. Aku akan bilang agar dia tidak pergi meninggalkan aku lagi." Denna tiba-tiba menangis.

Nara yang juga tidak bisa menahan kesedihannya melihat putrinya itupun ikut menangis.

"Jaden, bagaimana jika kita bawa Dimas ke luar negeri untuk mendapatkan pengobatan lebih baik?" tanya Nenek.

"Aku akan coba bicara pada dokter tentang hal ini, Nek."

"Siapa tau jika kita rawat Dimas di sana keadaannya bisa pulih. Nenek tidak tega melihat keadaan Denna seperti ini."

Jaden akhirnya pergi ke tempat dokter yang menangani keadaan Dimas. Di sana Jaden dijelaskan jika mereka memindahkan Dimas ke rumah sakit apa lagi sampai membawanya keluar negeri, maka hal itu akan malah membahayakan nyawa Dimas lebih cepat.

"Kami tim dokter akan melakukan hal terbaik yang bisa kami lakukan untuk menolong Dimas, tapi semua tetap kembali kepada Sang Pencipta, jika hal buruk itu terjadi. Tuan Jaden dan keluarga saya harap bisa tabah menerima hal ini."

"Dok, saya mohon cari cara lain agar menantuku bisa selamat. Aku tidak tega melihat putriku seperti itu." Wajah sangar sang tuan mafia itupun terlihat seolah dia sudah kalah dalam suatu pertempuran.

"Tuan Jaden, saya akan mengatakan hal yang sejujurnya. Harapan untuk hidup bagi Dimas sangat amat kecil. Dia bisa bertahan sampai hari ini dari kecelakaan itu adalah suatu keajaiban. Alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya lah yang membuat dia bisa bertahan sampai kita tidak tau kapan Dimas akan membuka kedua matanya."

Penjelasan dokter ini benar-benar menjadi hantaman yang sangat keras untuk Jaden. Dia tidak akan sanggup mengatakan hal ini pada Denna.

Jaden kembali ke ruangan di mana Denna di rawat, tapi dia terkejut saat tiba-tiba putrinya itu berlari menabraknya karena tadi Denna memaksa ingin bertemu dengan suaminya.

"Jaden, Denna!" teriak Nara yang meminta agar Jaden dapat menahan Denna. Tapi Jaden yang tadi pikirannya memikirkan kata-kata dokter barusan, menjadi tidak fokus dan dia tidak bisa menahan putrinya.

Denna berlari menuju kamar di mana Dimas di rawat. Denna menangis di depan pintu yang terkunci. Dia mohon agar bisa diperbolehkan bertemu dengan suaminya.

"Denna, kamu jangan seperti ini. Yakinlah jika Dimas akan segera sadar." Jaden mencoba menenangkan putri kesayangannya itu.

"Yah, tolong bilang sama dokter agar memperbolehkan aku untuk bertemu dengan Dimas. Aku hanya ingin melihat wajahnya, Denna sangat merindukan dia." Gadis itu kembali menangis memeluk ayahnya.

Dokter yang mengetahui apa yang dilakukan oleh Denna tampak kasihan, dan Denna pun akhirnya diperbolehkan untuk masuk ke ruang perawatan khusus di mana Dimas berada.

Denna menggunakan baju medis lengkap untuk menjaga agar pasien tetap steril.

Langkah kaki Denna terasa berat saat akan masuk lebih dalam lagi ke ruangan itu. Dia dapat melihat keadaan suaminya dengan banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya.

Denna duduk di samping ranjang Dimas. Dia menggenggam tangan Dimas dengan erat. Air matanya pun tidak dapat dia bendung.

"Penjagaku, aku mohon bangunlah. Apa kamu tidak merindukanku?" Bibir Denna bergerak saat mengatakan kalimat itu.

Dimas sama sekali tidak merespon atas apa yang Denna lakukan.

"Kamu sering bilang jika akan selalu berada di sampingku. Kalau kamu meninggalkan aku, lalu siapa yang akan di sampingku?" Denna ingin sekali terbangun dari mimpi buruk ini.

***

Di ruangan lain, seorang pria tua sedang duduk sembari menatap lekat pada wajah seorang pria yang tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Beberapa alat medis pun menancap pada tubuhnya. Pria itu memejamkan kedua matanya dan terlihat wajahnya sangat tenang dalam tidurnya.

"Dane, kakek tidak ingin kehilangan kamu, hanya kamu satu-satunya yang kakek punya di dunia ini. Dane, tetaplah hidup untuk kakek dan yang utama untuk putramu-- Nio." Seketika air mata pria tua itupun menetes pada pipi dengan guratan keriputnya.

Tidak lama seorang pria yang usianya hampir sama dengan usia kakek tua yang sedang meratapi cucu satu-satunya, datang dengan membawa sebuah ponsel.

"Kakek Rayhan, ada yang ingin bicara." Pria paruh baya itu memberikan ponselnya.

Kakek tua itu mendengarkan dengan serius seseorang yang sedang bicara di seberang telepon.

"Terima kasih informasinya, aku akan segera menemuinya." Wajah kakek yang dipanggil Rayhan itu sekarang terlihat seolah dia menemukan secercah harapan.

"Kek, ada apa?"

"Sam, besok ikut aku menemui keluarga seseorang. Hari ini aku mau pulang untuk menemani cicitku bermain. Dia pasti sangat merindukan bisa bermain dengan ayahnya."

"Kakek, apa Tuan Muda Dane akan memiliki harapan untuk sembuh? Jujur saja, dia sudah seperti cucuku sendiri dan saya sangat takut dia kenapa-napa." Seketika air mata pria tua itupun keluar.

Kakek Rayhan berdiri dari tempatnya dan menepuk pelan pundak pria tua yang sudah bertahun-tahun setia bekerja dengannya.

"Doakan saja semoga besok kita akan mendapat jawaban yang baik atas harapan yang selama ini kita inginkan." Pria itu berjalan pergi dari sana.

Janji Dimas

Di sebuah rumah yang besar dengan dekorasi Eropa klasik. Tampak pilar-pilar menjulang tinggi. Rumah itu terlihat begitu megah.

Kakek Rayhan melangkah masuk ke dalam rumah itu, tapi belum dia sampai pada ruangan yang akan dituju, langkahnya terhenti karena ada bocah kecil laki-laki yang memeluk kakinya.

"Kakek buyut, daddyku kapan pulang?"

Wajah pria tua itu tampak tersenyum, dia tidak mau menunjukkan kesedihannya pada bocah kecil yang wajahnya terlihat bahagia karena mendengar daddynya akan segera pulang dari tugasnya di luar negeri.

"Daddy kamu akan secepatnya pulang, Nio secepatnya akan bertemu dengan daddy. Nio mau sabar menunggu, kan?"

Kepala bocah itu menggeleng perlahan. Sang kakek buyut pun tersenyum melihat hal itu. "Aku tidak sabar ingin bertemu dengan kakek buyut, Kakek buyut. Kenapa daddy lama sekali di luar negeri? Apa daddy tidak rindu denganku?"

"Daddy sangat merindukan Nio, tapi daddy juga memiliki tugas penting di sana, jadi tidak bisa datang sekarang." Pria tua ini terpaksa harus berbohong pada cicitnya.

"Aku kesepian, Kakek Buyut. Di rumah aku tidak memiliki teman, sekolahku juga sedang libur."

Pria paruh baya yang masih saya terlihat gagah itu menggendong cicit satu-satunya yang dia miliki. "Kakek buyut yang akan menemani kamu main."

Kakek Rayhan membawa cucunya masuk ke ruang tengah dan di sana sudah ada beberapa maid yang sedang membereskan mainan yang berserakan hampir seisi ruangan itu.

"Jangan di bereskan, aku mau main dengan kakek buyut."

Sang kakek memberi perintah dengan isyarat jarinya agar para pelayan itu pergi dari sana. Dua orang berbeda generasi itu saling bercanda bermain bersama.

Paman Sam yang melihat kedua orang itu tampak menghapus air matanya. Dia sangat berharap agar ada keajaiban untuk kesehatan tuan mudanya yang selama ini dia kenal sangat baik.

Malam itu juga Denna tidur di rumah sakit, dia bahkan tidak mau jauh dari ruangan di mana Dimas sedang dirawat. Nara menyuruh Denna tidur di dalam kamarnya di mana dia tadi sempat dirawat karena pingsan, tapi Denna tidak mau dia mau tidur di depan kamar Dimas, walaupun dia harus tidur di bangku rumah sakit di sana.

"Biarkan saja dia, mungkin dengan begitu dia akn merasa lebih baik. Putriku itu sangat mencintai suaminya. Aku takut jika hal buruk benaran terjadi pada Dimas, lalu, bagaimana Denna akan menerima semua ini?" Jaden menatap sedih melihat putri semata wayangnya itu terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Jangan berkata seperti itu, Jaden, aku juga sangat takut membayangkan hal itu."

***

Keesokan harinya Denna terbangun karena dia mendengar langkah kaki tergesa-gesa beberapa orang berlarian masuk ke dalam ruangan Dimas. Denna segera bangun dan jantungnya pun berdetak tidak karuan saat ini.

Dia ingin sekali bertanya pada orang-orang di sana tentang apa yang sedang terjadi dengan suaminya, tapi para tim medis itu hanya melewatinya dengan wajah yang tampak gusar.

"Denna, ada apa? Kenapa kamu pucat seperti ini?" Nara yang baru datang menemui Denna tampak ikut cemas.

"Ma, aku tidak tau ada apa dengan Dimas. Para dokter dan perawat tadi aku lihat berlarian masuk ke dalam kamar Dimas."

"Kita tunggu saja sampai mereka nanti menjelaskan apa yang terjadi pada Dimas." Kedua wanita itu saling berpegang tangan untuk menguatkan satu sama lain.

Tidak lama dokter yang menangani Dimas keluar dengan wajah terlihat sedang memikirkan sesuatu. Denna yang dari tadi cemas menunggu kabar tentang apa yang terjadi pada suaminya segera menemui dokter itu.

"Dok, apa yang terjadi dengan suamiku?"

"Dimas mengalami kejang dan muntah. Denna, sepertinya operasi yang sudah kita lakukan pada Dimas tidak berpengaruh banyak dengan kesehatannya, tubuh Dimas pun sepertinya menolak obat yang sudah diberikan."

Seketika kaki Denna tampak lemas, dia yang hampir jatuh bisa ditahan oleh mamanya. Nara juga sangat kaget mendengar apa yang baru saja dokter itu katakan.

"Lalu, bagaimana sekarang, Dok?" tanya Nara.

"Hanya alat medis yang sekarang terpasang pada tubuhnya yang bisa membantu agar Dimas tetap bertahan."

Seketika tangis Denna kembali pecah. V yang adalah adik angkat Dimas, dia dia baru saja datang dari London, langsung memeluk Denna saat melihat keadaan Denna seperti itu.

"Denna, kamu harus kuat. Aku tau semua yang terjadi benar-benar seperti mimpi buruk, tapi kita harus tetap kuat." V mendekap Denna dengan erat.

"V, bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Aku tidak mau terus bermimpi seperti ini."

"Aku juga berharap agar semua ini segera berakhir, aku ingin melihat kakakku tertawa lagi." Mereka di sana mencoba saling menguatkan satu sama lainnya.

Siang itu Denna meminta untuk masuk ke dalam ruangan Dimas. Dia ingin menghabiskan waktu dengan suaminya itu dan berharap Dimas akan membuka kedua matanya untuk mengatakan sesuatu pada Denna.

"Denna, bisa kamu keluar sebentar karena ada hal penting yang ingin dokter bicarakan sama kamu," Nara memanggil putrinya yang hampir dua jam berada di ruang suaminya.

Denna keluar bersama dengan mamanya dan mereka menuju ruangan dokter yang menangani Dimas. Di sana Denna tampak bingung dengan adanya dua orang kakek tua yang tidak dia kenal sebelumnya. Salah satu penampilan kakek itu terlihat sangat elegant yang memperlihatkan jika beliau bukan orang biasa.

"Ma, siapa mereka?"

Kakek Rayhan berdiri dari tempatnya dan mengajak Denna berjabat tangan. "Perkenalkan namaku Rayhan Danu Atmaja." Denna menyambut jabatan tangan dari kakek Rayhan dan dia juga memperkenalkan dirinya. "Aku ke sini karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kamu, Nak Denna."

"Hal penting apa ya, Kek? Dan juga saya sebelumnya belum pernah bertemu bahkan berkenalan dengan kakek." Denna tampak bingung.

"Kamu tidak mengenalku, tapi aku dan cucuku mengenal Dimas dengan sangat baik."

"Dimas? Kalian keluarganya Dimas?" Setahu Denna dan keluarganya Dimas sudah tidak memiliki keluarga. Dulu dia tinggal dengan keluarga yang merawatnya, setelah Jaden menolongnya.

"Cucuku dulu saat Dimas masih tinggal dengan keluarga kandungnya, mereka adalah sahabat baik, bahkan Dimas tau jika cucuku menderita jantung bawaan. Dimas pria kecil yang sangat baik dan menjaga sahabatnya yang tak lain adalah cucuku. Sampai akhirnya aku membawa cucuku pindah keluar negeri untuk menjalani pengobatan."

"Lalu, apa maksud kakek datang ke sini?"

"Denna, aku ke sini untuk menagih janji atas ucapan yang dulu Dimas kecil pernah katakan pada cucuku-- sahabatnya. Aku tau, walaupun itu hanya ucapan anak kecil, tapi bagiku itu sebuah harapan yang memang Tuhan tunjukkan untuk cucuku."

"Maksud kakek apa?"

"Denna, aku mengetahui keadaan Dimas akibat kecelakaan pesawat yang ditumpanginya. Denna, Dimas pernah mengatakan ingin memberikan jantungnya pada cucuku suatu hari nanti."

Permohonan part 1

Denna tampak tercengang mendengar apa yang baru saja kakek Rayhan katakan. Dia mencoba mencerna baik-baik arti kalimat dari pria tua yang baru dia kenal beberapa menit ini.

"Maksud kakek apa?"

Jaden dan Nara yang tadi baru saja diberitahu oleh tim dokter dan kakek Rayhan sendiri sudah menyerahkan keputusan di tangan Denna.

"Sayang, kamu tenang dulu dan coba dengarkan dengan sangat baik serta hati yang tenang tentang apa yang kakek Rayhan katakan." Nara memeluk pundak putrinya.

Pria tua itu berjalan mendekat Denna perlahan dengan wajah yang tampak sedih.

"Nona Denna, aku melipat tanganku di hadapanmu untuk memohon suatu keajaiban darimu untuk kesembuhan cucuku-- Dane." Kedua tangan pria tua itu benar terlipat dan memohon pada Denna.

"Apa yang kakek lakukan?"

"Atau kalau perlu aku bersujud di di hadapan kamu, Nak Denna."

"Kakek jangan lakukan itu." Denna menahan tubuh kakek Rayhan yang hendak bersujud di kaki Denna.

"Aku tidak tau lagi harus berbuat apa agar cucuku tetap hidup, dan mungkin hanya Dimas harapan satu-satunya agar Dane tetap hidup."

"Apa maksud Kakek, Kakek ingin aku mentransplantasikan jantung Dimas untuk cucu Kakek agar cucu Kakek tetap hidup?"

"Iya, Nak Denna."

Seketika kaki Denna lemas, dan dia hampir saja jatuh jika tangannya tidak berpegangan pada meja dokter.

"Kakek sadar dengan keinginan tidak masuk akal ini? Kek, Dimas itu suamiku yang sangat aku cintai. sampai saat ini aku berharap ada keajaiban agar dia bisa kembali sadar dan pulih, tapi kakek malah menginginkan kematiannya agar cucu Kakek hidup. Kakek benar-benar sakit jiwa." Denna tampak marah.

"Denna! Jangan bicara sekasar itu pada orang yang lebih tua," bentak Nara.

"Tidak apa-apa, Nara."

"Ma, aku selama ini selalu sopan kepada siapa saja, tapi aku tidak bisa sopan dan berkata manis pada orang yang ingin suamiku meninggal."

"Nak Denna, kakek tua hal ini pasti akan membuat kamu marah dan tidak bisa menerimanya, tapi kamu sendiri tau jika Dimas harapan hidupnya sangat kecil dan hanya alat medis itu yang membuatnya bertahan."

"Kakek tau apa soal hidupnya Dimas. Dimas akan bangun dan memelukku seperti dulu, Kek!" Denna seketika menangis pilu. Nara yang melihatnya dengan segera memeluk putrinya itu.

"Kakek minta maaf jika bicaraku menyakiti kamu, Naik Denna. Kakek pun tidak ingin melakukan hal ini, tapi Danne bisa hidup dengan transplantasi jantung dari Dimas."

"Kenapa harus Dimas? Kakek bisa mencari orang lain. Dimas nanti akan sadar dan pulih." Denna kembali menangis pilu. Denna sebenaranya tau jika Dimas harapan hidupnya sangat kecil, tapi dia mencoba menepis hal itu.

"Karena itu sudah janji Dimas pada Dane, Denna."

"Kakek pergi dari sini, aku tidak mau bicara tentang hal ini lagi, Kek. Dimasku akan segera sadar. Dia akan baik-baik saja."

"Tuan Rayhan, sebaiknya tinggalkan dulu Denna karena apa yang baru Tuan Rayhan katakan benar-benar tidak bisa diterima baik oleh putriku."

"Tuan Jaden, aku minta maaf jika kedatanganku membuat putrimu bertambah sedih, tapi aku melakukan ini bukan semata-mata karena aku egois ingin cucuku sembuh, tapi untuk anak Dane yang mengharapkan ayahnya datang menemuinya di rumah." Kakek Rayhan pun menangis pilu.

Tangan Jaden menepuk pelan pundak pria yang seusia kakeknya itu. "Tapi apa yang kakek minta ini benar-benar hal yang sangat sulit untuk kita terima."

"Putra Dane sudah ditinggal pergi oleh ibunya, dan aku sangat berharap Dane bisa menemaninya sampai dia kelak dewasa karena mungkin aku juga tidak akan berumur panjang untuk melihat cicitku tumbuh besar."

Jaden yang mendengar itu seketika memeluk tubuh tua itu. Dia teringat dengan mendiang kakeknya dulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!