Hari ini Alesha pulang kerja mampir kerumah mommynya, sudah tiga bulan dia menikah dan tinggal di rumahnya sendiri bersama Rezky, Ririen sang mommy meminta Putra daddynya Alesha, tidak memberikan rumah untuk Alesha dan Rezky karena dia ingin melihat keseriusan dan tanggung jawab Rezky sebagai kepala rumah tangga.
Padahal Putra -sang daddy- adalah pengusaha pengembang rumah tinggal hingga hotel.
Satu rumah besar pun tak ada harganya untuk Putra dan Ririen. Tapi Ririen tak mau suaminya memberikan rumah tinggal untuk putri mereka terkasih.
Rumah kontrakan Alesha type kecil dan minimalis, asri untuk pasangan kecil yang baru berumah tangga. Seperti Ririen dan eyang kakungnya, Alesha penghobby tanaman.
“Mom, media tanamku habis, nanti aku bawa pulang ya,” Alesha memberitahu Ririen minta izin untuk membawa media tanam agar nanti catatan keluar masuk barang di nursery mommynya tetap tak ada selisih.
Sang mommy ARIENKA DEWI adalah pemilik sebuah nursery cukup besar di Jogja. Butuh media, pot, pupuk dan aneka tanaman bisa didapat di nursery sang mommy.
“Kamu bilang mas Yono atau mas Budi aja apa yang kamu bawa biar di catat,” jawab Ririen yang sedang repotting keladi yang habis dipecah anakannya.
“Daddy kemana Mom?” tanya Alesha.
“Ke Jakarta, kemarin nenek demam tinggi,” Ririen menjawab Alesha sambil cuci tangan.
“Mas Ipin, ini seperti biasa simpan di lokasi shading dulu dan bersihkan sisa media yang berserakan,” perintah Ririen pada pegawainya yang berada dekat situ.
“Mommy kenapa enggak berangkat sama daddy?” tanya Alesha, karena dia tahu mommy dan daddynya pasangan yang seperti amplop dan perangko
“Leoni dan Leona sedang ujian semester, daddy takut mereka telat bangun terutama Leoni. Sehingga bisa enggak berangkat ujian. Itu sebabnya daddy minta mommy jaga gawang karena Leoni kalau bukan Mommy yang bangunin dia susah.” Ririen menjawab sambil cuci tangan.
Alesha ingat kelakuan adik kembarnya, memang kalau di waktu penting pasti mommy dan daddynya ketat mengawasi, kalau hari biasa daddy akan membiarkan mereka tanpa dibangunkan, agar mereka bertanggung jawab. Dan daddy juga akan membiarkan anak-anaknya mendapat hukuman dari guru atau dosen bila anak-anaknya bersalah.
Aaaahhh Alesha jadi kangen daddynya padahal baru minggu lalu mereka bertemu di supermarket bangunan yang dipegang Alesha.
Alesha bekerja sebagai pimpinan di supermarket bahan bangunan terlengkap milik kakeknya GALIH PURWANAGARA
Untuk Alesha, daddy adalah hero nya. Alesha lebih mudah menceritakan semua rahasianya pada lelaki itu daripada ke mommy nya. Padahal Putra Pamungkas Purwanagara bukan ayah kandung Alesha.
“Kamu dimana Mas? Apa pulang telat lagi?” tanya Alesha saat menerima telepon dari suaminya.
“Masih di outlet, kayaknya pulang seselesainya kerjaan ya beib” sapa Rezky lembut.
“Ya, jangan telat makan ya Mas, I love you,” balas Alesha.
“Love you too beib” balas Rezky lalu dia mengakhiri pembicaraan dengan istrinya.
Rezky ingat, Alesha adalah satu-satunya perempuan yang susah payah dia dapatkan dan satu-satunya perempuan yang dia kenalkan sebagai calon istrinya pada kedua orang tuanya.
Hanya Alesha lah yang bisa dia dapat keperawanannya SETELAH resmi dia nikahi, tidak seperti perempuan lainnya yang mudah dia dapat walau mereka masih perawan.
Rezky ingat bagaimana dia bisa mendapatkan Alesha yang awalnya sangat sulit dia dekati, karena saat itu dia kalah bersaing dengan Rama, kekasih Alesha saat itu.
FLASH BACK ON
“Siap kan?” tanya Rezky pada beberapa temannya
“Siap boss,” jawab teamnya hampir serentak
“Besok sehabis mata kuliah jam pertama ya, jangan sampai salah, karena besok pagi keduanya ada jam, jadi pasti keluar barengan di jam yang sama,” perintah Rezky.
Esoknya pukul 9.40 pagi Rezky sudah berdiri didepan ruang kelas yang diikuti Alesha, sedang Okta sudah standby dikelas yang dia sedang ikuti bersama Rama, cowok yang sedang dekat dengan Alesha.
“Hai Lesh, aku mau pinjam catatanmu semester lalu bisa” sapa Rezky saat Alesha baru saja sampai depan pintu ruang kelasnya.
“Catatan apa Kak? Kalau matkul ( mata kuliah ) semester lalu pasti enggak aku bawa,” jawab Alesha sopan.
“Ada beberapa mata kuliah, mau aku pakai untuk referensi skripsiku,” jawab Rezky.
“Kamu Alesha kan?” tanya seseorang menyela pembicaraan antara Rezky dan Alesha.
“Iya Kak,” jawab Alesha sopan pada kakak kelas perempuan yang menyapanya.
“Jangan mau diselingkuhi Rama, kamu liat dia dikelas mata kuliah yang barusan dia ambil deh. Sebagai perempuan kita harus jauhi laki-laki seperti itu,” balas kakak perempuan itu sambil cepet berlalu.
“Ayok kita kekelas pacarmu itu,” ajak Rezky sambil berupaya menarik tangan Alesha agar masuk jebakannya.
Alesha malas, tapi Rezky memaksanya dengan sedikit menarik tangan Alesha tanpa melepasnya.
Dikelas yang dituju, Alesha melihat Rama yang sedang memunggungi pintu tempat Alesha melihatnya, Rama sedang memeluk seorang gadis dan Alesha melihat perempuan dalam pelukan Rama mengelus punggung Rama dengan lembut.
Alesha diam saja dan akan segera berbalik tapi Rezky berupaya agar Rama tau kalau Alesha memergokinya
“Maaf ganggu,” sapa Rezky sambil berupaya menahan Alesha agar Rama melihatnya.
Rama berbalik badan dan dilihatnya Alesha sedang keluar dari ruangan itu
“Lesha,” kejar Rama.
Rezky memberi tanda jempol pada Okta yang berhasil dalam aktingnya pagi ini lalu Rezky pun tidak berupaya mengejar Alesha.
Rezky melihat Alesha yang sedang debat dengan Rama, sengaja dia ambil jarak agar tidak terlihat dialah dalang dari kericuhan pagi ini
Sejak kejadian itu Rezky secara perlahan mendekati Alesha. Dengan Alesha dia main bersih, no sexx walau sudah sangat ingin mencicipi tapi dia tahan.
Rezky pikir untuk kepuasan dia bisa dapat dari banyak perempuan yang mau dia perawani tanpa repot. Malah perempuan-perempuan itu yang mengejar dirinya, dan mereka berlomba untuk menjadi kekasihnya.
FLASH BACK OFF
“Hai, masih inget aku enggak?” tanya seorang pria tinggi kurus menyapa Alesha yang baru saja tiba di kantornya, di supermarket bangunan milik kakeknya.
“Lupa ee” jawab Alesha sambil memperhatikan wajah laki-laki dengan garis oval panjang, bukan bulat seperti wajah suaminya.
Lelaki tinggi itu mengulurkan tangannya “Garo, tepatnya GARO HIMAWAN” katanya tegas saat Alesha menerima jabat tangannya.
Garo berpikir anak bu Dewi ini sudah melupakannya karena sudah dua tahun lalu mereka berkenalan di nursery milik ibunya
“Alesha, just call me Alesha” jawab Alesha.
“Bapak lagi cari apa?”
“Apa aku tua banget ya kamu panggil bapak,” tanya Garo.
“Oh maaf, Mas cari apa? Ketemu yang dicari?” tanya Alesha serba salah.
“Aku cari pipa pralon serta perlengkapannya untuk nambah titik siram di kebun,” jawab Garo.
Dari jawaban ini Alesha baru ingat, lelaki ini pernah ketemu dengannya di KEBOEN MOMMY.
*Hallo semua, sehat selalu yaa*.
*Bertemu di cerita lain Yanktie. Novel ini ada kaitannya dengan novel sebelumnya yaitu WANT TO MARRY YOU. Tapi TIDAK harus baca novel itu untuk baca cerita ini. Di kisah ini alur agak lambat tidak seperti kisah cerita INFIDELITY BEFORE MARRIAGE atau UNCOMPLETED STORY yang diawal kisah sudah langsung masuk konflik utama. Jadi baca cerita ini harus sedikit sabar*.
‘Oh ternyata dia ‘orang tanaman’, tapi kebunnya dimana ya? Bodo ah, nanti aku tanya-tanya kalau pas tepat waktu aja.’ pikir Alesha.
“Kenapa beli disini? Apa kebunnya dekat sini?” selidik Alesha, dia juga harus punya input dari pelanggan tentang keberadaan supermarketnya.
“Cari yang sekali datang ke sebuah toko tu semua barang ada, enggak perlu cari di toko lain untuk melengkapinya,” jawab Garo, dia tidak tau yang dia ajak bicara adalah cucu pemilik supermarket bangunan yang dia datangi.
“Buru-buru enggak? Kalau enggak buru-buru kita duduk sana yok,” ajak Alesha menunjuk coffee shop diujung tempat parkir supermarketnya.
“Ha ha ha ha ha … tukang kebun kayak aku mah nyantai, kayaknya mbak ECHA nanti yang kesita waktunya,” jawab Garo santai.
‘ECHA? Dia panggil aku Echa? Hanya daddy yang selama ini enggak panggil aku Alesha, daddy panggil aku Princess atau sebut lengkap Alesha. Dan mayoritas orang panggil aku LESHA. Pria ini panggil aku dengan sebutan yang beda.’
‘Bila daddy menekankan kata Alesha artinya kalimat daddy perlu diperhatikan. Ibaratnya bila ditulis, kalimat daddy ditulis dengan tinta tebal, bold atau garis bawah. Tapi whatever lah,’ pikir Alesha sambil berjalan ke coffee shop miliknya.
“Mau minum apa Pak, eh mas Garo?” tanya Alesha.
“Wah saya minum apa ya? Malah bingung,” jawab Garo yang merubah kata-kata aku yang tadi dia sebut untuk dirinya menjadi saya.
“Mochachino, vanilla latte, frape, chococino atau yang lain mungkin?” tawar Alesha.
“Samain ama kamu deh,” jawab Garo
“Mas Udeng, seperti biasa dua ya, aku minta kue lumpur dua juga sosis solo dan pastel juga masing-masing dua,” pinta Alesha pada pramusaji yang berdiri dekat meja mereka siap mencatat pesanannya.
“Kamu enggak pesan jenis minumanmu, apa mereka hafal?” tanya Garo bingung “Kamu kerja disini?”
“Ya aku kerja disini,” jawab Alesha
“Oh pantas, tapi apa nanti enggak dimarahin bossmu kalau jam kerja kamu duduk disini?” selidik Garo.
“Enggak apa-apa Mas, kalau ditanya aku akan jawab sedang survey pendapat konsumen tentang produk dan harga yang kami sediakan,” jawab Alesha dengan santai.
“Kenapa kamu masih kerja diluar sedang nursery ibumu cukup besar dan bisa kamu kelola?” tanya Garo malah penasaran.
“Biar enggak jenuh, kalau kerja di nursery kan cuma dari rumah ke keboen aja, cuma keluar pager. Enggak ada pemandangan luar,” kilah Alesha.
“He he he iya sih, untung aku juga enggak gitu, rumahku di Suronatan dan kebunku di Jakal KM 13. Jadi ada pemandangan,” Garo membenarkan pendapat Alesha.
“Bisa tukeran pin BB?” Saat itu fase terakhir BlackBerry Messenger atau BBM, sedang masa awal Whats App atau WA.
Alesha memberikan pin BB nya untuk di invite Garo. Selanjutnya Garo menanyakan apa yang paling laris di keboen mommy nya Alesha saat ini.
Nama nursery mommy nya Alesha memang KEBOEN MOMMY.
“Kapan-kapan aku boleh ketemu kamu di keboen mommy enggak?” tanya Garo saat akan pamit.
“Wah harus janjian dulu, karena aku sudah enggak tinggal di rumah mommy,” jawab Alesha.
“Lho, kamu tinggal dimana?” tanya Garo penasaran.
“Aku di Jakal KM 4, berdua suamiku,” jawab Alesha.
“Oh gitu, ya udah nanti aku bakal tanya dulu kalau mau ke keboen, kali aja pas kamu juga kesana,” Garo sedikit kecewa saat mendengar Alesha sudah menikah. Dia melambai pada pramusaji, ingin meminta bill.
“Enggak usah Pak, semua sudah masuk bill bu Lesha” jawab pramusaji yang mendekat ke meja mereka.
“Echa koq kamu semua yang bayar?” tanya Garo tidak enak.
“Udah enggak apa-apa, santai wae. Jangan kapok belanja disini ya?” tukas Alesha santai, Coffee shop ini adalah miliknya, dia tak mau kalah dengan mas Fajar kakak sulungnya yang memiliki beberapa coffee shop dan cafe.
“Coffee shop ini milik bu Lesha koq Pak, bukan bu Lesha yang bayar!” jawab pramusaji santai. Membuat Garo terbelalak.
“Kamu tu sebenernya kerja didalam toko enggak sih?” selidik Garo setelah mendengar Alesha lah pemilik coffee shop ini.
“Aku serius kerja koq di dalam. Enggak bohong” jawab Alesha sambil mengangguk, menguatkan jawabannya
***
Garo tak menyangka, anak bu Dewi pemilik nursery besar bernama keboen mommy mempunyai coffee shop di tempat kerjanya.
Garo ingat pertama kali melihatnya lima tahun lalu. Gadis itu baru saja memarkirkan motornya di parkiran nursery milik ibunya sepulang sekolah, dia masih berseragam SMA, sedang Garo baru saja ujian skripsi, tapi sejak awal kuliah dia sudah memiliki usaha nursery kecil-kecilan di tanah pakdenya di Jakal ( singkatan jalan kaliurang ).
“Mommy dimana Om?” tanya gadis itu pada pegawai disana kala itu.
“Baru aja masuk ke rumah Mbak, Tuan baru aja pulang jadi nyonya langsung masuk,” jawab si pegawai. Disitulah Garo tau, gadis SMA itu anak pemilik nursery.
Pertemuan ke dua satu tahun kemudian di pameran tanaman, Garo melihatnya dari jauh, karena saat itu dia ikut lomba Anthurium dan sedang menunggu hasil penjurian, dia melihat bu Dewi menjadi juri lomba Aglaonema dan gadis manis itu datang menghampiri ibunya sambil membawakan minum. Saat itu gadis mungil itu datang bersama dua gadis kecil berseragam SMP dan terlihat mereka kembar.
Pertemuan ketiga di pameran tanaman dan dilihatnya gadis itu sedang sibuk memilih banyak bibitan anggrek.
“Kamu beli apa sayang?” tanya bu Dewi ketika gadis itu menghampiri ibunya. Garo dengar karena dia sedang memilih buah Tin saat bu Dewi datang ikut memilih aneka jenis tin yang baru mulai masuk ke Indonesia.
“Mbak jajan anggrek Mom” kata si gadis yang belum Garo ketahui namanya
“Ampuuun Mbak, teman-temanmu jajan tas atau make up, kamu malah jajan anggrek” goda mommy nya.
“Kayak mommy enggak aja. Dikasih uang daddy juga enggak pernah belanja apa pun kecuali tanaman,” jawab gadis itu dengan senyum kecil.
‘Wah dia enggak suka hura-hura,’ batin Garo, yang selalu bete kalau pacarnya minta traktir tas atau baju bahkan alat make up.
Garo pikir semua itu tidak berguna karena tak bisa buat invest, beda dengan belanja tanaman, bisa dikembangkan dan bisa buat investasi. Itu sebabnya akhirnya Garo malas pacaran dengan para pesolek, sehingga banyak yang mengira dia homo.
Pertemuan ke empat dua tahun lalu baru Garo bisa salaman dengan gadis itu. Saat itu bu Dewi sedang berbincang dengannya di nursery bu Dewi, saat gadis itu datang sehabis belanja dengan adik-adiknya.
“Assalamu’alaykum Mom,” gadis tersebut menghampiri bu Dewi dan mencium tangan bu Dewi serta menciumi pipi ibunya dengan mesra, bukan sekedar cipika cipiki.
“Wa'alaykum salam cantik, sudah jalan-jalannya?” tanya bu Dewi penuh kelembutan.
“Enggak seru Mom, adek ma kakak senengnya ribut, Mbak malas jadinya, habis makan Mbak ngajak pulang aja daripada dengar mereka selalu ribut,” gadis tersebut mengadu manja pada ibunya.
“Ha ha ha, jangan gitu, malu ama tamu Mommy, kamu kenalan dulu, dia punya nursery di Jakal,” bu Dewi meminta anaknya berkenalan dengan Garo.
“Alesha”
“Garo”
“Mom, Mbak masuk ya, adek ma kakak tadi langsung masuk rumah tuh,” gadis tersebut pamit untuk masuk ke rumahnya.
Itu kilas balik tentang Alesha anak bu Dewi yang Garo tau. Dan Garo juga tahu dari bu Dewi putrinya kuliah di UI sedang nyusun skripsi, sekarang sedang libur semester sehingga dia ada di Jogja.
***
Siang ini Alesha kedatangan tamu di ruangannya yang ingin kerja sama untuk konsinyasi barang. Alesha bicara ke coffee shopnya minta diantar tiga coffee dan satu teh panas untuknya karena sejak pagi dia sedikit pusing. Selain minuman tentu saja dia minta snack bagi para tamunya.
“Sebentar saya tunggu Presdir dulu ya, karena jadwalnya kan memang ketemu jam sebelas. Saat ini baru pukul 10.35,” sapa Alesha sambil menunggu Putra datang ke kantornya.
Putra sebagai anak pemilik usaha memang jarang ke kantor super market bahan bangunan. Karena dia punya dua perusahaan pengembang perumahan. Putra lebih focus di perusahaannya sendiri.
“Iya Bu, enggak apa-apa, memang kami datang lebih cepat karena ternyata tidak macet. Jadi bukan salah pak Putra kalau beliau belum sampai sini,” sahut sang tamu dengan sopan.
“Assalamu’alaykum,” sapa Putra pada semua yang hadir diruangan Alesha.
“Wa alaykum salam,” serempak semua yang hadir menjawab salam dari Putra. Lelaki gagah yang setia dengan rambut gondrong sebahunya.
“Silakan duduk pak Putra,” sapa Alesha resmi. Di luar kantor jarang yang tahu kalau Alesha adalah anak perempuannya Putra.
“Terima kasih Bu” jawab Putra, membalas anaknya, dalam hubungan keluarga mereka memang anak dan orang tua, tapi dalam struktur di kantor Alesha adalah Direktur sedang Putra sebagai Presiden Direktur. Dan banyak kolega mereka yang tak tau hubungan mereka.
Setelah para tamu pulang, Alesha mengeluh bahwa dia sangat pusing. “Aku boleh ikut Daddy pulang enggak, aku pusing banget,” keluh Alesha lirih.
“Mau Daddy antar ke rumahmu atau kamu ikut ke Sedayu?” tanya Putra cemas.
“Ke Sedayu aja Dadd,” pinta Alesha. Sedayu adalah lokasi rumah orang tua Alesha.
***
“Mom, panggil dokter, Alesha pening dan dia lemes banget, Daddy bawa pulang dia sekarang,” pesan BBM Putra pada istrinya saat dia akan meluncur ke rumah.
Dokter datang sepuluh menit lebih dulu dari Alesha dan Putra. Ririen dan Putra memapah Alesha menuju kamarnya sebelum dia menikah.
“Saya belum bisa memastikan, tunggu mbak Alesha sadar aja nanti kita minta dia cek urine. Kalau saya duga dia hamil karena denyut nadinya beda,” demikian dokter keluarga memberitahu hasil pengamatannya.
Memang Alesha pingsan begitu tiba di kamarnya. “Untuk sementara, kkini resep dia untuk hari ini dan besok, sebelum dia kontrol ke dokter kandungan. Ini surat rujukan dari saya.”
Ririen dan Putra tentu saja harap-harap cemas. Andai benar Alesha hamil maka ini adalah calon cucu pertama mereka.
Ririen dan Putr tak pernah menyangka KEMDUR menjadi awal cinta mereka.
Yang ingin tahu apa itu kemdur, lihat di cerita awal WANT TO MARRY YOU ya. Disana ada bab yang bahas tentang kemdur.
“Engga nyangka ya Mom, karena kemdur kita bisa seperti sekarang! Kemdur awal cinta kita,” bisik Putra, mereka duduk berdua di sofa dekat ranjang Alesha.
“Awal cintamu, bukan awal cintaku” jawab Ririen spontan.
“Jadi Mommy enggak cinta Daddy gitu?” Putra mengajuk hati Ririen.
“Yang cinta duluan kan Daddy. Hari pertama ketemu langsung bikin hak milik seakan Mommy ini pasti nerima cintamu. Mommy sih awal cinta bukan dari kemdur, tapi dari Alesha di rumah sakit,” balas Ririen.
“Whatever,” balas Putra.
“Yang pasti Daddy bahagia menjadi belahan jiwamu”.
“Mommy juga bahagia Dadd, enggak nyangka murid yang pernah Mommy ajar, malah jadi suami Mommy. Siapa yang nyangka anak kecil cinta mati ama mantan gurunya yang lebih tua dan sudah punya anak tiga?” Ririen membalas pelukan suaminya dengan penuh syukur.
“Cinta enggak pernah bisa kita bendung dengan apa pun. Kapan dia mau datang kemana arahnya enggak bisa kita atur Mom,” balas Putra.
Nah yang belum tahu kisah cinta Putra yang naksir mantan gurunya. Seorang janda beranak tiga cuzz ke novel WANT TO MARRY YOU aja ya.
“Mommy bikin teh jahe panas dulu ya, Daddy sini aja jangan tinggal Alesha. Daddy sudah telepon Rezky belum?” tanya Ririen.
“Waduuuuuu, Daddy malah lupa Alesha sudah punya suami, jadi belum ngabarin dia,” jawab Putra sambil merogoh sakunya untuk mengambil HP nya.
“Kalau dia belum punya suami, lalu anak siapa diperut Alesha Dadd?” Ririen menggelengkan kepalanya sambil keluar kamar.
Saat Ririen masuk ke kamar Alesha membawa teh, Putra gantian izin keluar, dia ingin ganti baju dulu karena dia masih pakai baju kerja.
Jangan bayangkan Putra kerja dengan jas rapi dan berdasi. CEO dua perusahaan ini hanya menggunakan jeans dan sneaker, atasnya di pakai kaos yang di double dengan kemeja lengan panjang yang digulung tiga perempat!
***
Alesha mulai sadar saat Putra memasuki kamarnya sehabis mandi dan salat Dzuhur. “Mom” sapa Alesha lirih.
“Masih pusing Mbak?” tanya Ririen lembut.
“Minum teh hangat ini ya,” pinta Ririen selanjutnya.
Tanpa menolak Alesha langsung meneguk teh yang sudah disodorkan mommynya. “Apa yang kamu rasa hmm?” tanya Putra sambil mengecup kening putrinya.
“Pusing aja sih Dadd” jawab Alesha lemah.
“Kamu ingat mens terakhirmu kapan?” tanya Ririen
Alesha segera berpikir, dia sudah terlambat seminggu, apa mommy menduga dia hamil? Apa dokter Wilmar tadi mengatakan dia hamil?
“Udah telat seminggu sih Mom” jawab Alesha.
“Ini minum obat yang sudah Daddy beli sesuai resep dokter Wilmar, nanti Rezky datang kamu test urine pakai test pack ya, Daddy sudah bilang Rezky untuk beli tiga macam test pack,” Ririen memberikan obat yang tadi ditebus oleh pegawainya.
Rezky datang dua jam kemudian, saat Putra telepon Rezky bilang sedang memberikan training pada para sales, sehingga tak bisa langsung meluncur. Padahal saat itu Putra bilang Alesha pingsan.
Putra bingung. Dia dan semua anaknya akan segera meluncur bila dibilang ada adik atau kakaknya sakit apalagi hingga pingsan.
Ini Rezky dibilang istri sedang pingsan bilang akan meluncur bila sudah selesai memberi training! Istri bukan prioritas utama dalam hidupnya.
Putra dan Ririen keluar kamar ketika Rezky memasuki kamar Alesha, biar bagaimana pun mereka menghargai menantunya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!