NovelToon NovelToon

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Awal

Sebelum membaca cerita ini, disarankan membaca novel berjudul Ternyata Aku yang Kedua sebab novel ini merupakan sekuel dari novel tersebut.

Kalau mau baca secara berurutan biar makin nyambung mulai dari :

Duri dalam Pernikahan

Ternyata Aku yang Kedua

Rahim Tebusan

...~~~~~~~~~...

Di balik jeruji besi, Freya hanya bisa terduduk dan termenung. Meratapi segala perbuatannya yang memang salah. Freya tidak mencoba membela diri. Ia memang teramat sangat menyesal dengan segala perbuatan buruknya pada seseorang.

Pada dasarnya setiap orang terlahir baik, tapi keadaan lah yang terkadang menjadi pemicu perubahan tersebut dan salah satunya adalah kemiskinan.

Freya telah ditinggal kedua orang tuanya sejak kecil. Karena tak ada keluarga yang mampu menjaganya, ia dan kakaknya pun dimasukkan ke dalam panti asuhan.

Ya, Freya memiliki seorang kakak. Namun mereka terpisah sebab ada orang tua yang mengangkatnya sebagai anak. Tapi sayang, orang tuanya hanya memanfaatkannya untuk kesenangan mereka. Orang tuanya mendidik Freya yang memang terlahir sangat cantik agar menggoda para pria untuk mendapatkan uang yang banyak.

Hingga suatu hari, ayah angkatnya memanfaatkan seseorang yang tak sengaja menabraknya agar mau menikahi Freya. Freya akhirnya menikah, tapi tak ada cinta dalam pernikahan itu. Rasa iri, takut tersaingi, dan dorongan dari ayah angkatnya membuat ia memaksakan diri bertahan sampai melakukan berbagai cara untuk bertahan. Bahkan ia dengan teganya menyakiti seorang perempuan yang mana merupakan istri kedua suaminya sampai celaka dan kehilangan calon buah hatinya. Di sinilah titik terendahnya di mulai. Akibat perbuatannya, Freya harus menebus kesalahannya dengan mendekam di balik jeruji besi yang dingin.

"Heh, bangun kau!" teriak salah seorang penghuni bilik jeruji besi itu sambil menendang tungkai Freya yang terulur di lantai yang dingin.

Mata Freya mengerjap. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Kepalanya pun rasanya pusing. Padahal sudah 1 bulan lebih ia berada di situ, tapi tubuhnya belum juga bisa beradaptasi. Freya yang tak biasa tidur di lantai dan hanya beralaskan tikar lusuh pun hanya bisa menerima nasibnya yang malang. Toh ini buah dari kesalahannya juga. Ia hanya bisa menjalani seraya memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi

"Woy, bangun sialan!" sentak wanita itu lagi. Suaranya menggelegar membuat para tahanan lain hanya bisa menggelengkan kepalanya. Semua tau perempuan bernama Ella. Wanita berbadan tambun yang dihukum karena membunuh suami dan madunya beserta anak-anaknya menggunakan racun sianida. Rasa dendam kesumat membuat hatinya mati. Ella juga mendapatkan vonis terlama, yaitu hukuman mati.

"A-apa mbak? Ada-ada yang bisa Freya bantu?" tanya Freya gugup sekaligus takut. Tubuhnya sudah bergetar. Di dalam bilik itu hanya dihuni dirinya dan dua orang lainnya. Salah satunya, yaitu Ella. Sedangkan yang satu lagi sama seperti dirinya, selalu menjadi bahan siksaan dari Ella.

"Cepat pijat kaki ku!" titahnya tanpa bisa dibantah.

Ya, tak bisa dibantah. Bila ada yang membantahnya, ia takkan segan-segan menyakiti dan menyiksa orang itu. Tubuhnya yang gemuk, besar, dan tinggi membuatnya terlihat menyeramkan. Tenaganya juga kuat. Pernah ada seorang sipir yang berkelahi dengannya karena ingin menyelamatkan tahanan yang sedang mendapatkan penyiksaan darinya dan sipir itu berakhir di rumah sakit karena luka di sekujur tubuh juga kaki yang patah. Hal itulah yang membuatnya kian ditakuti tahanan lain.

"Ba-baik mbak." Dengan patuh, Freya menggeser tubuhnya mendekati Ella dan mulai memijitnya.

"Aaakhhh ... " Freya memekik saat kaki Ella menendangnya sesuka hati.

"Kuat sedikit bodoh. Ngurut kaki aja nggak becus. Dasar bodoh." sentaknya saat merasakan pijatan Freya terlalu lemah.

Sebenarnya wajar saja pijatan Freya lemah sebab seumur hidupnya ia tidak pernah memijat orang lain. Ia hanya bisa menggoda. Sudah banyak laki-laki yang masuk dalam perangkap cinta palsunya, tapi hanya satu laki-laki yang tak tergoyahkan meskipun mereka telah hidup bersama dan dalam satu atap yang sama pula. Meskipun Freya menunjukkan tubuh indahnya dalam keadaan polos pun laki-laki itu tetap tak tersentuh dan dia adalah Gathan Adriano Tjokroaminoto.

"Ma-maaf." Hanya itu yang bisa Freya ucapkan. Ia tak mampu melawan. Ia hanya berusaha patuh demi keselamatan hidupnya.

...***...

"Apa ini?" tanya seorang laki-laki pada istrinya.

"Mas ... hiks ... hiks ... hiks ... " Wanita cantik itu menangis terisak. Sang laki-laki merasa iba lantas memeluknya.

"Kamu kenapa, hm? Cerita sama mas ada apa?" ucap laki-laki itu lembut seraya mengusap punggung sang perempuan yang merupakan istrinya itu.

Lalu sang perempuan mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada sang suami.

"Ini ... "

"Mas, itu ... itu hasil pemeriksaan kesuburan ku, mas. Aku ... aku ... aku ternyata mandul, mas. Hiks ... hiks ... hiks ... " Perempuan bernama Erin itupun menangis terisak setelah menyerahkan bukti pemeriksaan kesuburan dirinya.

Laki-laki itupun segera membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Nafasnya tiba-tiba tercekat. Impiannya hancur berantakan. Pantas saja setelah hampir 3 tahun pernikahannya mereka tak kunjung diberikan keturunan, ternyata penyebabnya karena sang istri yang dinyatakan infertil. Padahal Laki-laki itu memiliki impian memiliki banyak anak agar hidupnya tidak kesepian, tapi sayang, impian tinggallah impian. Sampai kapanpun takkan pernah terwujud.

Tak tega melihat istrinya terpuruk, laki-laki bernama Abidzar Putra Sadewa itupun kembali mendekap sang istri sambil menepuk punggungnya. Meskipun hati kecilnya kecewa, tapi ia bisa apa? Ini bukan murni salah istrinya. Mungkin ini sudah takdirnya tidak bisa memiliki keturunan.

"Sudah, tak perlu menangis. Aku kan sudah pernah bilang, aku tidak menuntutmu untuk memberiku keturunan."

"Tapi mas pingin punya anak sendiri, iya kan? Maafkan aku mas, maafkan atas kekurangan ku. Aku memang perempuan yang cacat. Aku ... hiks hiks ... aku mandul. Aku tak pantas menjadi pendamping dirimu yang sempurna."

"Tak ada yang sempurna di dunia ini. Hanya Allah sajalah yang maha sempurna. Kau jangan bersedih. Kalau pun kau tidak bisa memberikanku seorang anak, bukankah kita bisa mengadopsinya? Aku tak masalah memiliki anak adopsi." Ucapnya menenangkan Erin. Meskipun sebenarnya ia berat mengatakan itu, tapi ia pun tak bisa membiarkan sang istri terus berlarut-larut dalam kesedihan.

"Anak adopsi? Nggak, nggak. Kita nggak tahu babat, bibit, bebet, dan bobot anak itu. Lagipula mama dan papa kamu pasti takkan setuju dengan pendapat kamu ini. Pokoknya aku nggak setuju." Tolak Erin tegas.

"Lantas kau mau aku bagaimana?" tanya Abidzar lembut sambil menyeka air mata yang belum mengering di pipi Erin.

"Aku mau ... mas menikah lagi."

"Apa?" seru Abidzar terkejut dengan saran Erin yang menurutnya terlampau konyol.

"Bukan menikah selamanya. Mas hanya menikah untuk mendapatkan keturunan. Setelah mendapatkannya, anak itu akan kita ambil dan besarkan sebagai anak kita. Kita akan memberikan kompensasi yang besar untuk perempuan yang bersedia hamil anakmu. Bagaimana mas? Mas setuju kan? Dengan begitu mas bisa memiliki darah daging sendiri dan keluarga mas akan memiliki penerus yang berasal dari keluarga mas sendiri." Tutur Erin mantap.

"TIDAK. AKU TIDAK AKAN MELAKUKANNYA. KAU PIKIR PERNIKAHAN ITU SEBUAH PERMAINAN, HAH? POKOKNYA AKU TIDAK SETUJU." Serunya setengah memekik. Abidzar benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya itu. Setelah mengatakan itu, Abidzar pun segera pergi dari hadapan sang istri untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

...******...

.

...HAPPY READING 😍😍😍...

...***...

Kedatangan Tio

Tak terasa 1 tahun telah berlalu dan selama 1 tahun itu telah banyak yang terjadi. Sudah banyak perubahan yang terjadi pada diri Freya, bukan hanya dari perubahan fisik, tapi juga sikap dan perilaku.

Freya memang masih terlihat cantik, tapi ia terlihat tak terurus. Kulitnya kusam, rambutnya berantakan dan sedikit kekuningan karena sering terpapar matahari saat melaksanakan tugas yang diberikan sipir penjara, dan tubuhnya pun kian kurus, ringkih, serta lusuh. Tak ada Freya cantik yang kulitnya putih mulus, bersinar, anggun, glowing, dan glamor. Ia kini benar-benar berbeda. Berbanding 180° dari Freya yang biasa orang kenal. Mungkin bila orang-orang yang mengenalnya bertemu kembali dengannya, mereka pasti takkan bisa mengenalinya lagi.

"Ada yang ingin bertemu denganmu." Ucap petugas yang bertugas hari itu. Ia pun membuka pintu sel dan membawa Freya ke ruangan khusus tamu berkunjung.

Setibanya di ruangan itu, Freya pun sebisa mungkin mengulas senyum. Meskipun sedikit dipaksakan, ia tak boleh menunjuk kelelahannya. Lelah terhadap segala siksa yang ia dapati di dalam tahanan itu.

"Kak Tio," sapa Freya dengan tangan terborgol. Ia pun duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Tio. Hanya ada meja berukuran sedang sebagai pembatas. Sedangkan penjaga yang membawanya tadi berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.

"Freya, apa kabar kamu dek?" Sapa Tio dengan nafas sedikit sesak saat melihat perubahan penampilan Freya dari hari ke hari yang kian mengenaskan di matanya.

"Freya baik kak, kakak gimana? Oh ya, selamat ya kak, akhirnya kakak menemukan pendamping kakak juga." Ucap Freya tulus.

Ya, sebulan yang lalu Tio telah melangsungkan pernikahannya. Ia menikah dengan rekan kerjanya sendiri. Awalnya Tio merasa enggan menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Terlebih ia merasa insecure dengan dirinya sendiri. Dirinya yang seorang yatim piatu. Adiknya juga merupakan seorang tahanan. Keluarga mana yang mau menerima dirinya yang memiliki banyak kekurangan. Ia merasa benar-benar buruk dan tak layak mendapatkan seorang pendamping hidup.

Hingga suatu hari, ada salah seorang rekan kerjanya yang memang terkenal baik dan ramah pada sesama. Karena mereka sering bertemu membuat getar-getar cinta itu timbul di benak keduanya. Namun karena Tio merasa insecure dengan dirinya sendiri, ia pun memilih memendam perasaannya. Sang wanita yang ikut merasakan kalau Tio pun memiliki perasaan yang sama padanya pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.

Tio pun mengaku kalau ia pun mencintai perempuan tersebut, tapi ia juga juga mengatakan ia tak bisa menjalin hubungan dengannya. Tio jujur menceritakan tentang dirinya pada sang perempuan. Perempuan pun memahami dan mencoba meyakinkan kalau bukan hanya dirinya tapi keluarganya pun pasti akan menerima Tio. Dan sesuai perkataan sang perempuan, ternyata keluarganya tidak masalah dengan kekurangan Tio yang hanya seorang yatim piatu dan memiliki adik seorang narapidana.

Alhasil, sebulan yang lalu mereka pun akhirnya menikah. Freya amat sangat senang mendengar kabar gembira itu. Akhirnya, kakaknya menemukan pujaan hatinya. Akhirnya kakaknya merasakan bahagianya memiliki keluarga yang lengkap.

"Kakak juga baik. Sangat baik. Tapi ... dahimu kenapa?" tanya Tio saat melihat dahi Freya yang terluka dan hanya ditutupi perban seadanya. Itupun darahnya masih terlihat jelas membuat dada Tio sesak.

Bukan sekali dua kali Tio melihat luka di tubuh adiknya itu. Bahkan nyaris setiap ia berkunjung pasti ia melihat ada saja bagian tubuh adiknya yang terluka. Hati kakak yang mana yang tak sakit saat melihat keadaan adiknya seperti itu. Penampilan kumal, kusam, berantakan, lusuh, rapuh, sangat ringkih dan kurus, serta dipenuhi banyak luka.

Hatinya benar-benar sakit. Ingin rasanya ia membebaskan Freya dari penjara itu, tapi sayangnya ia tak bisa. Ia tak memiliki kekuasaan apa-apa. Ia hanyalah seorang asisten pribadi.

Ingin rasanya ia meminta bantuan bosnya agar membebaskan adiknya. Tapi Tio tahu diri. Kesalahan Freya pada tuannya itu sudah sangat besar. Ia bukan hanya menipu, tapi juga mencoba mencelakai istrinya hingga calon buah hati mereka terpaksa pergi sebelum sempat dilahirkan ke dunia. Oleh sebab itu, Tio hanya bisa pasrah.

Freya pun tidak pernah menuntut apapun. Ia justru seharusnya berterima kasih pada Gathan dan istrinya sebab mereka tidak menuntut Freya dengan hukuman yang berat. Bahkan setelah tahu ia pun pernah bekerja sama membantu memuluskan rencana Freya, atasannya itu tetap memberikan maaf sekaligus pekerjaan. Kurang baik apalagi atasan dan istrinya itu. Tio amat sangat bersyukur dipertemukan dengan orang-orang sebaik mereka.

"Oh, ini ... ini luka karena terbentur pintu. Pas Freya mau masuk kamar mandi, eh ada yang duluan nerobos karena udah kebelet. Dia nggak sadar nutup pintu kekekecengan jadi pintunya kena kepala Freya deh." Dustanya seraya terkekeh.

Entah sudah seberapa banyak dusta yang Freya ucapkan di depan kakaknya. Ia tak memiliki cara lain. Tak mungkin pula ia menceritakan apa yang sudah terjadi. Apalagi ini bukan sekali dua kali terjadi. Selama satu tahun ini, saja ia sudah beberapa kali mendapat penanganan pihak medis akibat luka-luka yang diberikan salah seorang penghuni lapas itu.

Freya yang tak mau makin membuat sang kakak terbebani dengan apa yang ia alami selama di dalam sel pun memilih berdusta. Sebenarnya Freya sadar, kakaknya pun pasti tahu apa yang ia alami. Kakaknya tak sebodoh itu bisa ia dustai. Namun dengan ia berdusta, itu akan lebih meringankan beban pikiran sang kakak sebab kakaknya pasti paham dirinya memilih berdusta pasti dengan alasan. Biarkan setiap pertemuan mereka diisi dengan senyum dan canda tawa. Bukan kesedihan dan air mata.

Melihat sang adik tertawa meski dipaksakan tak pelak membuatnya ikut tertawa. Ia harap, badai dalam hidup adiknya segera berlalu dan berganti kebahagiaan. Semoga. Itu adalah doa terbesarnya selama ini.

"Oh ya, ini ada titipan kue buatan istri kakak. Dan ini ... ini adalah cup cake kesukaan kamu pemberian ... Nanda." Senyum yang tadi terpatri saat mendengar sang kakak membawakan kue kesukaannya pun seketika surut. Mata Freya memerah.

"Mengapa setelah aku sakiti dan bahkan calon buah hati mereka sampai meninggal karena ulahku, tapi Nanda masih baik banget sama aku kak? Freya merasa malu. Amat sangat malu. Rasanya Freya tak pantas mendapatkan kebaikan dari mereka khususnya Nanda. Freya ... hiks ... hiks ... hiks ... "

Freya terisak pilu. Penyesalan demi penyesalan selalu menyesaki dadanya. Apalagi di saat sendiri, dirinya tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri yang begitu jahat sudah menyakiti Nanda. Seorang perempuan baik dan berhati tulus. Seandainya waktu bisa ia putar, ia takkan pernah menyakiti Nanda. Bahkan ia akan menjadikan Nanda seperti adiknya sendiri. Tapi sayang, waktu tak dapat diputar. Ia hanya bisa berdoa dan berharap, agar Nanda selalu bahagia dan segera diberikan pengganti calon anaknya yang telah tiada.

Jujur, Tio merasa sesak saat melihat adiknya menangis. Rasanya air matanya pun sudah mau tumpah. Namun sebisa mungkin ia menahan bulir itu agar tidak berderai karena hal itu hanya akan menambah kesedihan sang adik. Sebisa mungkin ia menunjukkan sisi tegar dan kerasnya.

"Siapa bilang kamu nggak pantas? Setiap orang berhak dan pantas mendapatkan kebaikan dari orang lain. Termasuk kamu, adik kakak yang sebenarnya berhati baik dan lembut. Oh ya Nanda juga menitipkan salam. Dia juga sudah berhasil hamil kembali jadi mulai sekarang kamu jangan menyalahkan diri sendiri lagi, hm. Ingat, kamu pun berhak mendapatkan kebahagiaan."

Waktu besuk habis, Tio pun dengan terpaksa pamit undur diri dan akan kesana lagi di lain waktu.

...***...

Terima kasih kakak semua yang telah mendukung karya othor D'wie. 🥰🥰🥰

...HAPPY READING 😍😍😍...

Rencana Erin

"Assalamualaikum," ucap seorang wanita paruh baya seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah rumah.

Erin yang saat itu tengah bersiap pergi keluar untuk nongkrong dengan teman-temannya pun seketika mengurungkan niatnya. Dengan mengulas senyum semanis mungkin, Erin pun mendekat ke arah wanita paruh baya itu dan memeluknya.

"Wa'alaikumussalam. Mama kok kemari nggak ngabarin lagi sih? Hampir aja Erin pergi. Untung aja pas banget mama datang sebelum Erin pergi, ma." Ucap Erin dengan senyum yang tak luput dari bibir bergincu merahnya.

"Kamu itu lho Rin, pergi-pergi melulu. Kapan mau hamilnya kalo kamu nggak bisa anteng aja di rumah. Padahal mama udah pingin banget Gending cucu. Temen-temen mama udah pada gendong cucu, cuma mama yang belum. " Keluh wanita paruh baya yang tak lain adalah mertua Erin. "Kalian sudah periksa kesuburan kan?" tanya ibu mertua Erin yang bernama Sagita itu. Ia tak pernah menyalahkan Erin karena belum juga hamil. Oleh sebab itu, ia menyarankan keduanya untuk melakukan test kesuburan untuk memastikan apa alasan menantunya belum juga hamil.

"Emmm ... maaf ma, kami belum melakukannya. Mas Abi masih sibuk soalnya. Belum ada waktu luang untuk melakukan pemeriksaan." Ucap Erin was-was. Tak mau jujur sebab memang baru dirinya yang melakukan pemeriksaan.

Terdengar helaan nafas kasar di bibir Bu Sagita. Sepertinya ia harus lebih bersabar lagi ke depannya.

"Ya udah, tapi kalau ada waktu luang usahakan. Biar bisa melakukan tindakan selanjutnya. Syukur-syukur kalian berdua tidak bermasalah dan hanya belum waktunya aja. Kalau memang ada masalah kan bisa ditindaklanjuti sesegera mungkin. Ikut program hamil. Kalau perlu ke luar negeri sekalian supaya bisa sekalian honeymoon kan enak tuh." Ujar Bu Sagita seraya terkekeh. "Zaman sekarang banyak cara agar bisa memiliki seorang anak. Kalau perlu bayi tabung. Kalau kalian kesulitan mencari dokter kandungan yang paten, mama bisa bantu. Jangan sungkan-sungkan sama mama. Mama hanya memikirkan masa depan kalian. Kehadiran seorang anak itu bisa merekatkan hubungan kalian juga memberi warna agar makin bahagia." Tukas Bu Sagita lembut seraya mengusap punggung Erin.

Erin mengulas senyum semanis mungkin, "mama doakan saja ya! Kami pasti akan berusaha menghadirkan seorang anak di tengah-tengah keluarga ini. Apapun caranya." Pungkas Erin.

Setelah Bu Sagita pergi, Erin pun bergegas pergi. Ia telah membuat janji dengan teman-temannya di sebuah cafe , yaitu cafe starla.

Setibanya di cafe starla, karena terlalu tergesa Erin tak sengaja menabrak seseorang.

Brakkk ...

"Aduh ... " Rintih perempuan yang baru saja ditabrak oleh Erin.

"Makanya kalo jalan tuh pakai ma-," Erin tak jadi melanjutkan kata-katanya saat melihat siapa yang ia tabrak.

"Kamu nggak apa-apa, sayang?" tanya seorang laki-laki yang sudah berdiri samping wanita yang tadi ditabraknya.

"Ah, nggak kok mas, aku nggak papa," ucap wanita hamil itu seraya mengulas senyum. Setelah memastikan sang wanita benar-benar tidak apa-apa, laki-laki itu pun menoleh ke arah Erin.

"Seharusnya yang jalan pakai mata itu kamu. Kalau sampai terjadi apa-apa pada istri saya, saya pastikan akan menuntut kamu." Tukas laki-laki itu dingin membuat Erin menelan ludahnya sendiri. Ia sangat tahu siapa laki-laki itu. Dia adalah Gathan Adriano Tjokroaminoto pemilik dari perusahaan TJ Group. Sedangkan wanita yang ia tabrak tadi adalah istrinya, Nanda. Dia juga pemilik cafe starla yang ia datangi ini.

"Ma-maaf, saya tidak sengaja." Ucap Erin. Erin memilih mengalah daripada ia diusir secara tak hormat oleh pemiliknya, pikirnya.

"Udah mas, aku kan nggak papa." Ujarnya menenangkan Gathan. Ia paham kenapa Gathan sampai sepanik itu. Tentu saja itu berhubungan dengan kecelakaannya tempo hari yang menyebabkannya kehilangan calon buah hatinya. "Saya juga minta maaf ya mbak, saya juga nggak sengaja. Kalau begitu, saya permisi." Pamit Nanda sambil menarik Gathan keluar dari cafenya.

Erin menghela nafasnya saat melihat dua orang itu telah berlalu dari hadapannya. Ia pun bergegas menuju meja dimana teman-temannya menunggunya.

"Hai gaes," sapa Erin kepada tiga orang temannya.

"Lama banget sih loe. Kami udah lapar gini loe baru datang." Cetus Rana.

"Iya, dasar sok sibuk loe." Timpal Meylin yang diangguki Lisa.

"Sorry, sorry, gue sebenernya udah mau berangkat dari tadi, tapi mama mertua tiba-tiba aja datang. Nggak enak dong pergi gitu aja." Jawab Erin seraya terkekeh. Lalu ia mengambil lemon tea milik Rana dan meminumnya begitu saja.

"Eh, sontoloyo, minum gue tuh!" ketus Rana kesal, tapi ia membiarkan Erin meminumnya begitu saja.

"Haus gue. Tadi gue abis nabrak Nanda pemilik cafe ini. Hampir aja gue mau ngelabrak, eh pas liat wajahnya, mana ada lakinya yang super dingin itu, bikin gue merinding duluan. Kena sembur deh gue. Apes. Di rumah tadi udah bete gara-gara lagi-lagi mama mertua nanyain masalah punya anak, eh ketemu manusia kutub pula."

"Manusia kutub? Bukannya laki loe juga gitu." Ejek Lisa membuat yang lainnya terbahak.

"Mereka sodara jauh kali jadinya 11 12 sifatnya." Seloroh Meylin membuat Rana dan Lisa tertawa kencang.

"Mungkin mereka satu nenek moyang." Timpal Erin. Makin terbahaklah mereka. Untung aja mereka duduk di sudut jadi tawa mereka tidak begitu mengganggu pengunjung yang lain.

"Btw, kalau liat si Gathan itu gue jadi ingat Freya lho. Dia kan pernah ngaku-ngaku jadi istrinya Gathan gitu. Terus tiba-tiba aja dia ngilang setelah viral kasus tabrak lari." ujar Erin.

"Iya ya, gue sempat ngira dia itu cuma mengada-ada jadi istrinya Gathan, taunya beneran. Cuma ya siri. Kasian banget sih. Nikahnya pun hasil nipu. Dasar perempuan gila. Udah miskin, belagu lagi. Demi harta sampai nekat gitu." Timpal Rana.

"Oh iya, gue lupa, pas tempo hari kan gue ketemu kenalan gue. Dia itu pakpol lho. Nah, pas kapan hari itu, dia lagi posting foto lagi mengawasin para tahanan gitu. Tau nggak gue liat siapa di foto itu?" cetus Meylin sambil menopang dagunya di atas meja.

Ketiga temannya menggelengkan kepalanya.

"Emang siapa?" tanya Lisa penasaran.

"Gue liat Freya."

"Hah! Maksud loe?"

"Ternyata Freya ditahan di lapas selatan sana. Kasian banget deh dia, badannya kurus banget. Tinggal tulang dibalut daging." Papar Meylin.

Bukannya iba, mereka justru terbahak bersama. Seolah senang mengetahui penderitaan yang dialami Freya.

Ya, mereka berempat memang membenci Freya. Mereka sebenarnya teman satu sekolah saat putih abu-abu. Namun mereka membenci Freya sebab Freya merupakan primadona di sekolah. Banyak laki-laki yang menyukai Freya. Bahkan setiap laki-laki yang mereka sukai selalu saja menyukai Freya. Hal inilah yang membuat mereka kian membenci Freya.

Freya juga terkenal playgirl yang materialistis. Dia suka gonta-ganti kekasih dan ia juga selalu memilih laki-laki yang kaya. Ia tak mau berpacaran dengan laki-laki miskin.

"Serius loe?" tanya Erin dengan mata berbinar.

"Bukan lagi serius, tapi Aquarius dan Sagitarius. Kalau perlu Merkurius sama Venus juga termasuk." Seloroh Meylin membuat Rana, Erin, dan Lisa terbahak.

Mengetahui Freya mendekam di balik jeruji besi, tiba-tiba Erin memiliki rencana. Rencana besar yang pasti akan sangat menguntungkannya.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!