NovelToon NovelToon

Painful Love

Ch. 1

"Kamu dari mana saja?" tanya seorang pria pada wanita yang baru masuk ke dalam kamar mereka. Sedangkan jam sudah menunjuk pada angka dua dini hari.

Wanita yang ditanya pun sama sekali tak menghiraukan pertanyaan dari pria tersebut. Wanita itu dengan santainya membuka baju di depan pria yang saat ini berstatus sebagai suaminya.

Melepas seluruh pakaian yang berbau alkohol, lalu menggantinya dengan pakaian tidur yang seksi. Tidak lupa pula wanita itu juga menanggalkan **********.

Melangkah menuju ranjang, di mana sang pria berada di atas ranjang seraya menatap tajam ke arahnya. Namun, wanita itu bergeming dan melanjutkan kegiatannya. Hingga sampai di atas ranjang, wanita itu langsung merebahkan diri di samping suaminya. Melingkarkan tangannya dengan begitu manja di atas perut pria yang masih menatapanya dengan jengah.

"Aku bosan nunggu kamu pulang. Makanya aku pergi jalan sama teman-teman," ucap wanita itu seraya memainkan jari jemari lentiknya di atas perut sang suami. Berusaha membujuk suaminya dengan cara memainkan jemarinya di sana.

"Apa kamu lupa, kalau kamu wanita bersuami?" Geram pria itu. "Apa pantas wanita bersuami pulang hingga dini hari sepert ini?" Hujamnya lagi dengan nada yang lebih tinggi.

Sedangkan yang dimarahi tak sedikit pun merasa risih. Karena suaminya ini akan diam jika ia bermain di atas tubuh kekarnya.

Lantas, wanita itu langsung bangkit dan melepas segala macam yang menempel di tubuh suaminya. Pun begitu dengan apa yang melekat di tubuhnya. Sedangkan sang suami hanya diam menatap apa yang tengah dilakukan oleh istrinya

Seperti yang sudah pernah terjadi sebelum-sebelumnya, dan benar apa yang ada di pikiran sang wanita. Jika suaminya akan diam kalau dirinya yang mengendalikan permainan yang sangat nikmat dan bikin candu setiap insan.

Pada akhirnya pun mereka melakukan hal yang sudah diprediksi sebelumnya. Menikmati setiap prosesnya dan puas setelah mencapai apa yang menjadi tujuan mereka.

***

Suasana rumah sangat rame kali ini. Karena para keluarga besar berkumpul di rumah utama. Mereka tengah merayakan hari ulang tahun sang kakek, penguasa di keluarga Emerald.

Banyak sanak saudara yang datang, karena mereka sangat hormat pada kakek Emerald. Pun begitu dengan Nashaka yang datang bersama sang istri. Mereka membawa buah tangan untuk diberikan pada kakek.

"Selamat ulang tahun, Kek," ucap Nashaka seraya memeluk kakeknya sebentar. Kemudian sang istri pun juga melakukan hal yang sama.

"Sehat selalu ya, Kek. Panjang umur dan tetap dilimpahi kebahagiaan," ucap Ember yang juga memeluk kakek Emerald. Kakek dari suaminya, Nashaka.

"Terimakasih, Shaka, Ember. Melihat para anak dan cucuku saja sudah membuatku senang." Sahut kakek Emerald.

"Oh, iya, ini ada sesuatu buat Kakek," ucap Ember seraya memberi sebuah kotak kecil dengan logo sebuah merk dunia menghias kotak tersebut.

Tentu, dengan wajah sumringah kakek Emerald pun menerima pemberian dari cucu menantunya tersebut.

Tanpa canggung pun kakek Emerald langsung membuka hadiah pemberian dari Ember dan Nashaka. Terlihat binar bahagia di mata pria tua itu setelah tahu apa yang ada di dalamnya. Seketika kakek Emerald langsubg berseru senang dan memeluk Ember yang masih ada di hadapannya.

"Kau memang cucu menantu yang paling perhatian, Ember." Dengan perasaan yang berbunga karena menerima hadiah mahal dari Ember, kakek memeluk erat Ember. Lalu berpindah pada Nashaka yang ada di samping Ember.

Seumur-umur mana pernah kakek Emerald mendapat hadiah semahal ini. Sebuah jam dengan merk dunia, dan ia tahu betul, jam itu tidak bisa dibeli oleh sembarang kalangan. Hanya kalangan tertentu saja.

"Syukur kalau Kakek suka," ucap Ember dengan senyum yang terus mengembang.

Kemudian melirik ke arah suaminya, di mana Nashaka menatap menelisik ke arahnya. Mungkin, suaminya ini sedang berpikir darimana dirinya mendapatkan barang mahal tersebut.

Ch. 2

Sudah dapat dipastikan setelah pulang dari acara pesta ini, Nashaka bakalan mencecar dirinya dengan berbagai pertanyaan yang sudah bisa Ember perkirakan.

Sedangkan Ember sendiri tidak akan memusingkan hal tersebut. Karena tidak peduli darimana ia mendapatkan barang itu, yang terpenting namanya sangat baik di mata keluarga Nashaka.

Meninggalkan tatapan Nashaka yang sedang meminta penjelesan lewat sorot mata, Ember memilih untuk pergi menemani sang mertua ke dapur. Tempat yang paling Ember tidak suka selama ini.

Jangankan untuk memasak, untuk mencuci piring saja Ember enggan melakukannya. Wanita itu lebih memilih menunggu kedatangan orang yang bertugas membersihkan rumahnya setiap sore.

Sedangkan untuk makan mereka berdua, Ember terbiasa beli lewat aplikasi yang ada di ponsel pintarnya. Hanya dengan tekan dan klik, tidak berapa lama makanan itu akan ada di depannya.

Namun, jika berada di keluarga Nashaka, mau tidak mau Ember harus memerankan seorang istri yang begitu perhatian pada suami, juga lihai dalam urusan rumah. Sehingga tidak ada yang curiga dengan kelakuannya.

Nashaka melihat sikap sang istri yang seperti itu, hanya menghela napas kasar. Sudah pasti Ember melalukan hal yang tidak-tidak di luaran sana. Seperti apa yang pernah ia lihat. Akan tetapi, Nashaka tidak bisa mengatakan hal itu pada keluarganya maupun keluarga Ember sendiri. Karena ia masih menjaga perasaan mereka yang sudah menjodohkan dirinya dengan Ember.

Ya, pernikahan mereka bermula dari sebuah perjodohan yang dilakukan oleh para orang tua mereka. Sedang mereka berdua hanya menurut, karena berpikir kehidupan rumah tangga mereka bakalan bisa berjalan dengan lancar. Namun pada kenyataannya tidak sama sekali.

"Tolong bantu Mama untuk bawakan ini, Sayang," pinta Dera pada menantunya dengan nada yang sangat lembut. Serta senyuman wanita paruh baya tersebut tak sedetik pun memudar.

"Iya, Ma." Tanpa bisa banyak protes, meskipun sangat ingin sekali, Ember pun mengambil nampan yang berisi beberapa camilan di atasnya. Membawa menuju ke tempat di mana semua orang berkumpul di satu tempat.

Saling berbincang dan membicarakan bisnis para keluarga Nashaka. Terutama sepupu Nashaka yang bernama Ghani. Mereka memuji keberhasilan Ghani yang lagi-lagi sukses dalam mendirikan sebuah perusahaan yang melayani penjualan online. Baru berdiri tiga tahun saja sudah berkembang pesat di mana-mana dan sudah banyak cabang yang tersebar di seluruh penjuru. Tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi di luar negeri juga.

"Waahh ... lagi bicarain Ghani ya, ini pasti?" tebak Dera di saat sampai di tempat berkumpnya para keluarga. Juga ada Nashaka di sana.

"Memang Ghani ini patut jadi panutan, Ma. Semoga saja Shaka juga bisa seperti dia," sahut Zicko.

Sementara itu Nashaka hanya terdiam dan menonton saja. Sudah biasa jika dibandingkan seeprti ini, kalau semua sudah berkumpul. Memang di antara para cucu kakek Emerald, hanya dirinyalah yang tidak terbilang sukses.

"Uncle terlalu berlebihan," sanggah Ghani dengan wajah biasa. "Shaka hanya belum ketemu waktunya saja. Pastia suatu saat dia juga bakalan melebihi Ghani." Lanjut Ghani yang sebenarnya tidak suka dengan pembicaraan macam ini.

"Ini anak memang suka sekali merendah. Tapi justru itu sifat yang bagus, Ghan. Pertahankan itu," timpal keluarganya yang lain. Sedangkan Ghani memilih diam dan tidak menyahut. Menjaga perasaan adik sepupunya.

Melihat Ghani yang diam saja, Ember justru memberikan sebuah minuman pada Ghani. Bukan pada Nashaka, suaminya.

"Ini Kak, minum dulu. Pasti capek banget ya urusin banyak usaha seperti itu?" tawar Ember seraya memberikan segelas minuman berwarna merah pada Ghani.

Sedangkan Ghani tidak segera mengambil minuman tersebut, melainkan menatap ke arah Nashaka yang memilih tak acuh sama sekali.

Hal ini membuat Ghani berpikiran kalau ada yang tidak beres dengan rumah tangga adik sepupunya tersebut.

Ch. 3

Sepulang dari acara ulang tahun kakek, Nashaka pulang dengan raut wajah yang sudah berbeda. Tidak ada raut bahagia lagi pada wajah pria itu. Bahkan, selama dalam perjalanan pulang pun tak sedikit Nashaka mengeluarkan suaranya. Pria itu benar-benar puasa bicara.

Bukan, lebih tepatnya sangat malas sekali dengan wanita yang sialnya menjadi istrinya saat ini. Terlebih lagi tadi melihat sikap Ember yang sangat tidak sopan sekali.

Brak!

Dengan sangat kasar Nashaka membuka pintu rumah mereka dengan sangat kasar. Rahang pria itu pun mengeras, seolah ingin menyalurkan amarah yang sudah dia tahan sedari tadi.

"Apa kau sudah gila!" Sentak Nashaka langsung sesampainya mereka di rumah. Bahkan, pria itu menendang vas bunga yang terletak di dekat pintu utama masuk ke dalam rumahnya.

Sementara Ember tidak begitu kaget dengan sikap Nashaka yang seperti sekarang ini. Wanita itu justru melanglah dengan begitu santainya. Melirik sekilas, lalu berjalan melewati Nashaka yang melihatnya dengan begitu bengis.

"Kenapa kau bersikap seperti itu? Bukankah katamu di antara kita tidak ada cinta? Lalu mengapa kau marah? Jangan bilang kalau kau cemburu ketika melihatku di dekat Ghani," tebak Ember seraya melayangkan senyuman sinis. Seolah mengejek Nashaka yang seperti menjilat ludahnya.

Dengan napas memburu, Nashaka menatap nyalang wanita yang berjalan di depannya itu. Bisa-bisanya wanita itu malah berkata seperti itu padanya. Bahkan, di saat hubungan mereka masih terikat secara resmi.

"Apa kau tidak bisa sembunyikan sikap jalangmu itu di depan keluargaku barang sebentar saja?" tanya Nashaka dengan nada yang sangat geram pada Ember.

Sampai-sampai tangan pria itu mengepal di bawah sana. Bagaiamana tidak geram, jika di sepanjang acara di rumah keluarga besarnya, Ember bersikap begitu perhatian pada Ghani, bukan pada Nashaka yang notabennya merupakan suaminya sendiri.

Wanita yang Nashaka juluki sebagai wanita ****** ini, selalu saja membuat dirinya merasa malu pada para sepupunya. Karena memang sikap Ember yang lebih perhatian pada mereka. Lebih lagi jika sepupunya yang terbilang sukses dalam usahanya.

Ember bergeming. Wanita itu lebih memilih berjalan ke area dapur, karena merasa tenggorokannya sangat kering.

Mengambil gelas, lalu menuangkan air yang ada di dalam botol ke gelas yang baru saja Ember ambil. Dalam sekali teguk, gelas itu sudah kosong. Memang grlas tidak terisi penuh. Hanya seperempatnya saja.

Ember melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Di mana di sana masih ada suaminya. Wanita itu terlalu santai dalam menghadapi situasi yang hampir setiap hari terjadi.

Mengambil tempat di sofa panjang, lalu mendaratkan pantatnya di sana. Bukan di permukaan sofa, melainkan di atas pangkuan sang suami.

Ember tidak takut, meskipun menghadapi kemarahan suaminya perihal rasa cemburu yang berlebih, menurutnya. Sebab dia punya cara jitu untuk menghilangkan amarah suaminya dengan begitu mudah. Bahkan tidak perlu bujuk rayu yang terbilang lebay. Hanya perlu sebuah tindakan san juga tenaga penuh.

"Kamu tidak capek, marah-marah terus dari tadi?" tanya Ember sembari melingkarkan tangannya di leher Nashaka.

Sementara Nashaka bergeming. Gemuruh di dadanya masih beradu. Pria itu tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang terlalu gampangan menurutnya. Tebar pesona pada para sepupunya. Hal yang sangat Nashaka tidak sukai.

"Jika nggak ingin aku marah, jangan berulah di depan keluargaku. Aku tau kamu juga nggak suka dengan pernikahan ini. Tapi setidaknya bersikap romantis dan lebih perhatikan diriku di saat sedang bersama mereka," tutur Nashaka

Bukan karena selama ini Nashaka menutup mata atas kelakuan sang istri di luaran sana. Tetapi Nashaka sudah muak dengan pernikahan yang mereka jalani. Hanya hubungan saling menghangatkan saja yang masih bertahan. Seperti halnya sekarang ini.

Nashaka tahu kelakuan Ember di belakangnya yang acap kali bergonta ganti pasangan pria, padahal wanita itu sudah punya suami.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!