...🍀🍀🍀...
Malam itu disebuah istana megah, terlihat banyak orang berlarian kesana kemari dengan kondisi terluka parah dan mereka saling bertarung. Yang satunya manusia dan lawan bertarung mereka seperti bukan manusia, sebab mereka bertubuh tinggi seperti troll dan menyeramkan. Mereka menyerang para pengawal di kerajaan itu dengan membabi buta tanpa pandang bulu.
Dan di langit pun turun hujan dengan derasnya, yaitu hujan darah. Ketika semua orang menghindar dari hujan darah itu, seorang pria malah tampak berdiri ditengah hujan dengan tenang, tubuhnya berlumuran darah menikmati hujan darah itu.
"Segarnya..." pria itu menjilati hujan darah itu seolah yang turun dari langit laksana air dari surga. Seringai terlihat dibibirnya dan menyiratkan betapa kejamnya pria itu. Dia adalah Hyacinth Cyrano, tunangan dari putri Selena Eileen Aurella Istvan, putri dari kerajaan yang saat ini sedang dia hancurkan.
"Yang mulia, tuan Putri menghilang!" lapor seorang pria berbadan kekar dengan kulit gelapnya, dia adalah Barak bawahan Hyacinth.
"Menghilang? Setelah ayah dan adiknya mati mati, dia malah melarikan diri? Pasti dia melarikan diri dengan sang Ratu. CARI DIA SAMPAI DAPAT! AKU MEMBUTUHKAN KEKUATAN BULANNYA!" titah Hyacinth pada anak buahnya itu.
"Baik Yang Mulia," balas Barak patuh, pria itu lalu meminta para troll dan pengawal lainnya untuk mencari keberadaan Selena, tunangannya.
Hyacinth tersenyum menyeringai, ia tertawa sarkas setelah menaklukan kerajaan Istvan dan sekarang ia akan menjadi raja, menggantikan posisi Maximilian untuk menjadi seorang Raja.
"Kau tidak akan bisa pergi kemana-mana Selena, sebelum kau memberikanku batu bulan itu!" seru Hyacinth sambil menebas leher seorang pengawal istana yang lewat didepannya dengan pedangnya yang berlumuran darah itu.
Kepala si pengawal menggelinding tepat didepan matanya dan pria itu malah tersenyum bahagia. "Haha, ibu...ayah...aku sudah membalas dendam dan tinggal selangkah lagi balas dendam ku akan sempurna!" Hyacinth melihat ke arah langit, dia membiarkan dirinya di guyur hujan darah.
Kerajaan itu kini telah berubah menjadi lautan darah dan ini adalah hal yang membuat Hyacinth bahagia. Sebentar lagi dia adalah pemilik dari kerajaan Istvan dan juga negeri itu.
****
Di sebuah lorong bawah tanah, tampak empat orang wanita tengah berlari dengan cepat. Mereka berempat terengah-engah dengan gaun dan wajah penuh bercak darah. Tak hanya itu, wajah mereka juga banjir dengan air asin yang bernama air mata.
Sampailah mereka di sebuah terowongan kecil dan suram. Mereka pun berhenti didepan sana.
"Kalian pergilah dari sini! Cepat!" ujar Liliana pada ketiga wanita itu. Mereka adalah Rosela keponakan Liliana, yang berambut gelap adalah Selena putrinya dan satunya lagi adalah pelayan setia Liliana bernama Doris.
"Saya tidak akan meninggal Yang Mulia!" serka Doris dengan air mata yang terus mengalir.
"Doris, kau harus pergi! Bawalah putri Rosela dan putri Selena pergi dari sini, mereka harus selamat. Aiden...dia pasti akan segera datang." kata Liliana, dengan harapan bahwa putra sulungnya yang merupakan Raja Gallahan akan segera datang menolong mereka yang berada di kerajaan Istvan.
"Ibu...kita harus pergi bersama. Kumohon ibu, hiks." Selena menangis seraya memegangi tangan ibunya. Dialah penyebab semua ini terjadi, jika dia tidak jatuh cinta pada Hyacinth maka ini semua tidak akan terjadi.
"Kenapa kau malah menangis Selena? Bukankah ini semua yang kau inginkan? Kau senang kan membuat orang tuaku TIADA! Kau senang membuat kerajaan ini hancur?" hardik Rose dengan tatapan tajam penuh amarah pada Selena. Dia begitu sedih saat melihat kedua orang tuanya Laura dan Eugene meninggal di tangan Hyacinth, tunangan saudara sepupunya. Dia menyalahkan Selena atas semua ini.
"Maafkan aku kak Rose...maafkan aku..." Selena menangis terisak, ia mengakui kesalahannya. Jika saja dia tidak bodoh dan tidak mudah percaya pada Hyacinth, semua ini tidak akan terjadi.
"Sudah! Kalian jangan berdebat! Kalian harus pergi dari sini, kalian harus selamat! Doris, bawa mereka pergi dari sini!" titah Liliana pada Doris. Dia meninggikan suaranya pada mereka bertiga.
Akhirnya Liliana terpaksa mendorong tubuh Rosela untuk masuk lebih dulu ke dalam lubang kecil itu, lalu Doris berada di belakangnya. Sedangkan Selena masih enggan pergi. "Kenapa kau masih disini? Cepatlah pergi! Lubang ini mengarah keluar dari kerajaan Istvan dan kalian pasti akan selamat. Pergilah putriku, Hyacinth--dia mengincarmu." ucap Liliana seraya memeluk Selena sambil menangis. Setelah kepergian suami dan anak bungsunya, dia melemah.
"Ibu...aku tidak akan meninggalkan ibu." kata Selena yang semakin erat memeluk Liliana.
"Bibi, mari kita pergi bersama!" ujar Rosela pada bibirnya itu, dia sudah merangkak di dalam gua sempit itu.
Liliana tidak menjawab, ia mengigit bibirnya. Kemudian melepaskan gelang yang ada dipergelangan tangannya. Gelang berbentuk hati dengan permata merah seperti Rubi. Dia menyerahkan gelang itu pada Selena. "Orang yang pernah menitipkan gelang ini pada ibu, dia--berpesan bahwa kau harus memakainya saat usiamu 16 tahun dan hari ini tepat saat kau berusia 16 tahun. Katanya gelang ini bisa membuat keinginanmu jadi nyata," ucap Liliana seraya membelai pipi anaknya, ia telah memakaikan gelang itu pada Selena.
"Pergilah!"
Liliana mendorong Selena untuk masuk ke dalam goa itu. Selena, Rosela dan Doris menangisi kepergian Liliana dari sana. Wanita yang tak lain adalah Ratu Istvan itu pasti akan melawan Hyacinth, atau mungkin menyerahkan dirinya agar membiarkan Selena, Rosela dan Doris bisa kabur dari sana.
Di dalam goa itu, Rosela terus menangis sesenggukan. Mereka terus merangkak menuju ke tempat tujuan, tapi tatapan Rosela kepada Selena begitu tajam menghunus hatinya. "Ini semua gara-gara kau... gara-gara kau!" seru Rosela terus menyalahkan Selena dan gadis itu jadi semakin merasa bersalah.
Tak lama kemudian terdengar suara Hyacinth tak jauh dari sana. Dia memanggil Selena, dia mengancam jika gadis itu tidak muncul maka ibunya Liliana akan mati, namun jika dia muncul. Maka Liliana akan dibiarkan hidup.
"Kau mau kemana?" Rosela mengernyitkan dahinya melihat Selena bergerak pergi.
"Yang mulia anda mau pergi kemana?" tanya Doris yang melihat Selana berjalan berbalik arah.
"Kalian tau aku mau kemana." jawab Selena datar.
"Kau jangan bodoh! Si brengsek itu pasti menipumu lagi." Rosela memegang tangan Selena, ia tak mau gadis itu pergi meski dialah penyebab ini semua terjadi.
"Aku tau, meskipun begitu aku tidak bisa meninggalkan ibu...aku akan bersama ibu sampai akhir." kata Selena terisak. "Dan kalian jangan coba-coba untuk menyusulku, kalian harus selamat dan bertemu dengan kak Aiden." imbuhnya lagi.
Selena menepis tangan Doris dan Rosela, ia pun pergi sana tanpa mempedulikan kedua wanita itu memanggil namanya. Selena sudah keluar dari lubang itu dan dia menutup lubangnya rapat-rapat. Dengan berani dia berjalan ke lorong dan tak lama kemudian, beberapa pengawal Hyacinth menangkapnya. Hyacinth dan Liliana juga ada disana, kondisi mereka sangat tidak baik.
"Rupanya kau ada disini, sayangku." Hyacinth memegang dagu Selena. Gadis itu memalingkan wajahnya. Selena benar-benar jijik pada Hyacinth yang sudah menipunya dan juga menipu keluarganya.
"SELENA! KENAPA KAU KEMBALI? APA KAU TIDAK MENURUTI PERINTAH DARI IBUMU?!" sentak Liliana dengan mata berkaca-kaca, dia memandang putrinya tajam.
"Ibu..." lirih Selena pada ibunya.
"Kau--benar-benar!"
"Kalian banyak bicara!" seru Hyacinth, lalu tanpa aba-aba dia menusuk perut Liliana pedangnya. Wanita itu ambruk dengan memuntahkan darah dan perutnya mengeluarkan darah juga.
SREK!!
"IBU! TIDAAAAKKKKK!!!" teriak Selena syok, lalu dia pun berontak berusaha melepaskan dirinya dari pengawal Hyacinth untuk menghampiri ibunya. Ia tidak tega melihat wanita yang telah melahirkannya ke dunia, bersimbah darah kesakitan.
"Hyacinth kau iblis! HYACINTH KAU JAHAT! KAU SANGAT KEJAM!" teriak Selena murka.
"Memang." balas Hyacinth santai. Selena berontak dan akhirnya dia bisa menghampiri ibunya yang sudah sekarat. Hyacinth membiarkannya sebelum ia membuat gadis itu menyusul ibunya juga.
"Ibu...ibu...maafkan aku ibu...hiks..." Selena memeluk tubuh ibunya dengan penuh duka di hatinya.
"Jangan... pernah...menyalahkan dirimu...ini... bukan--salah--mu...bukan...nak...dan...dan ibu... mencintaimu...uhuk...uhuk..."
"Ibu... bertahanlah ibu!" Selena menggunakan kekuatan penyembuhannya, namun sayangnya tidak berguna. Darah di tubuh ibunya terus mengalir tanpa henti. Hyacinth tertawa melihatnya, ia berterimakasih pada pedang iblis nya yang membuat kekuatan Selena tidak berguna untuk Liliana.
"Ibu akan menyusul...ayah dan adikmu...ibu mohon.... bertahanlah hidup." Liliana menatap putrinya dalam, ia menyunggingkan senyuman terakhir untuk Selena. Lalu tangannya terkulai lemah dan wanita itu memejamkan mata untuk selamanya didalam pelukan Selena. Gadis itu, Selena menjerit histeris karena ia kehilangan orang-orang yang ia cintai.
Hyacinth tidak membiarkan wanita itu berlama-lama disana, ia harus mengambil kekuatan Selena. Tanpa perasaan Hyacinth merobek dada Selena dan mengambil jantung dan hatinya lalu memakannya.
Sebelum kematian menjemputnya, Selena bersumpah bahwa dia akan kembali untuk membalas dendam pada Hyacinth bagaimanapun caranya.
"Kau akan hidup menderita Hyacinth...akan aku pastikan itu...AKU AKAN MEMBALASMU!" itulah kata-kata terakhir Selena sebelum dadanya di robek dan organ dalamnya diambil.
****
Ditempat lain, terlihat seorang gadis berpakaian pelayan sedang berada di sebuah kamar mandi dan memegang sikat. Gadis berambut perak itu membuka matanya yang tadi sempat terpejam.
"Hey! Rubi, sedang apa kau disini? Apa kau sudah menyelesaikannya?" tanya seorang wanita yang berdiri diambang pintu kamar mandi yang mewah itu.
Gadis itu tampak bingung, dia adalah Selena yang kini berada didalam wujud yang lain. "Kau--siapa? Dan siapa--Ruby?"
...*****...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys 🙈🙈biar aku gak pindahin novel ini ke yang lain 😬😆
...🍀🍀🍀...
Selena bingung, seharusnya dia sudah mati karena jantung dan hatinya dimakan oleh Hyacinth. Tapi kenapa dia malah berada di kamar mandi, memegang sikat cuci dan memakai pakaian maid. Dan--ada seseorang yang memanggilnya dengan nama Ruby.
"Kau--siapa? Dan siapa Ruby?" tanya Selena didalam wujud Ruby itu pada si wanita yang berdiri di ambang pintu kamar mandi.
"Kau ini bicara apa? Kalau sudah selesai membersihkan kamar mandinya, cepatlah ke dapur! Kau harus ikut membantu memasak bersama yang lainnya." kata wanita muda itu kata Ruby.
Ruby berdiri tegak didepan wanita muda itu, dia menatapnya bingung. Dia masih belum menangkap apa yang terjadi saat ini. Bukankah harusnya dia sudah berada bersama ibu, ayah dan juga adik nya di akhirat?
"Jelaskan apa maksudmu? Aku siapa?" tanya Ruby.
"Kau jangan banyak bertanya, atau nyonya Hilda akan menghukummu lagi!" seru si wanita itu jutek, bukannya menjawab tapi dia malah bicara lain-lain.
Ruby menarik baju si wanita berpakaian pelayan itu dan membuat tubuhnya berdekatan. Ruby menatap tajam padanya tanpa rasa takut.
"Kau! Apa kau mau memukulku? Apa kau BERANI?" sentak wanita muda itu dengan bingung, sebab si Ruby yang pendiam tiba-tiba saja berani menatapnya dan hendak memukulnya.
"Ku suruh kau menjawab pertanyaanku, bukannya bicara yang lain-lain. Siapa aku ini, siapa kau, lalu dimana aku berada? Kau hanya perlu menjawab 3 pertanyaan ini, maka kau akan ku lepaskan." kata Ruby dengan menarik baju si pelayan itu semakin kencang.
"Kau ini kenapa? Apa kau kerasukan?!" hardik wanita muda itu dengan bingung.
"Kau siapa?!" sentak Ruby dengan tajam.
"A-aku..."
"Jawab!" bentak Ruby tak sabar.
"Aku Anya, pelayan di mansion ini!" seru Anya kesal, namun dia takut pada sepasang mata berwarna merah yang menatapnya itu. Apalagi tangan Ruby masih mencengkram bajunya.
"Lalu--siapa aku?" tanya Ruby lagi.
"Masa kau tidak mengenal dirimu sen--"
Kata-kata Anya terhenti manakala Ruby mencengkram bajunya semakin erat, matanya melotot seakan mau keluar. Sungguh menakutkan untuk Anya.
"Kau adalah Rubiana Asteria, pelayan di mansion ini."
'Apa dia kerasukan setan? Kenapa dia jadi seperti ini?' batin Anya kaget.
"Baik, lalu mansion siapa ini dan berada di kerajaan mana ini?" Ruby langsung menanyakan dua pertanyaan sekaligus.
"I-ini adalah mansion Duke Abraham di kerajaan Lostier." jelas Anya yang membuat Ruby terdiam dan akhirnya ia melepaskan cengkeramannya dari Anya. Ruby bergumam sendiri. Ia paham sekarang bagaimana keadaannya.
Entah bagaimana caranya jiwanya berpindah pada tubuh Rubiana Asteria. Seorang pelayan di mansion Duke Abraham di kerajaan Lostier, kerajaan yang tak jauh dari kerajaan Istvan dan sempat bermusuhan dengan Istvan.
"Kau sudah gila, sepertinya kau kerasukan setan!" seru Anya marah dengan sikap Ruby padanya.
"Kau bilang aku harus kemana?" tanya Ruby tanpa mau berbasa-basi dan mendengarkan ocehan Anya. Kini dia mempunyai tujuan
"Ke dapur, cepatlah!" ujar Anya lalu beringsut pergi dari sana dengan wajah marah. Dia agak terganggu dengan tatapan yang menyimpan amarah di dalam diri Rubiana. Anya yang paling dekat dengan Ruby, alias memusuhinya. Dia tau bahwa Ruby itu adalah gadis polos dan penakut, lalu apa-apaan dengan tatapan dan sikapnya itu.
Rubiana terdiam sejenak di dalam kamar mandi itu, matanya menyiratkan kesedihan dan kemarahan yang mendalam. "Ibu...ayah...Arsen...aku bersumpah akan membalaskan dendam ini. Aku bersumpah tidak akan mati sebelum membalaskan dendam ini, Hyacinth! Aku akan membunuhmu! Aku akan menghancurkanmu!" tangan Ruby bergetar hebat, dia menahan tangis dan marah dalam dirinya pada Hyacinth, pria yang sudah membuatnya kehilangan keluarga dan kerajaannya.
Ruby tak sengaja melihat gelang yang terpasang ditangannya. "Gelang ini...apa karena gelang ini, aku hidup kembali walau dalam tubuh orang lain?" gumamnya pelan.
****
Sementara itu di kerajaan Istvan, kini Hyacinth telah berkuasa dan menjadi Raja baru dari kerajaan itu. Hyacinth mendapatkan kekuatan dari Liliana, Maximilian dan juga Selena.
Semua orang di kerajaan itu tunduk padanya, tidak ada pilihan lain selain patuh. Sebab Hyacinth mengancam akan menghancurkan negeri itu dan rakyatnya bila menentang pemerintahannya ini.
"Barak...apa kau melihat ini? Lihatlah sekarang aku sudah menjadi raja, akulah penguasa yang paling kuat di seluruh benua ini." kata Hyacinth dengan bangga duduk di singgasana raja sebelumnya yaitu Maximilian Gallan Istvan yang sudah di bunuhnya kemarin malam.
"Saya ucapkan selamat Yang Mulia, tapi--ada satu masalah lagi yang kurang sempurna dan harus anda penuhi sebagai seorang Raja. Agar mengukuhkan posisi anda saat ini." tutur Barak.
"Apa?" Hyacinth melirik ke arah Barak, si ajudan setianya itu rela berkorban jiwa dan raganya untuk Hyacinth.
"Anda harus memilih seseorang untuk mengisi kursi permaisuri." jawab Barak yang membuat Hyacinth berpikir keras.
"Kursi permaisuri?"
...****...
...🍀🍀🍀...
Bicara soal kursi permaisuri, Hyacinth belum memikirkan siapa yang pantas untuk mengisi kursi permaisuri. Namun hanya ada nama satu wanita yang terlintas di kepalanya. Selena Eileen Aurella Istvan. Hanya wanita itu yang cocok menjadi permaisuri dan sayang sekali bahwa Selena adalah anak dari pria yang sudah membunuh kedua orang tuanya di masa lalu. Dan dia juga sudah mati karena jantung dan hatinya diambil oleh Hyacinth.
"Selena...sayang sekali dia sudah tiada. Jika saja aku tidak membutuhkan jantung dan hatinya, jika saya dia bukan anak dari Maximilian dan Liliana. Dia pasti sudah menjadi permaisuri ku saat ini... sejujurnya kursi itu pantas untuknya. Tapi--memang takdirnya harus mati." Hyacinth tersenyum tipis, mengingat sosok Selena. Wanita yang pernah menjadi tunangannya dan dia bunuh dengan kedua tangannya sendiri.
"Untuk sementara ini kosongkan dulu kursi permaisuri."
"Maafkan saya Yang Mulia, tapi jika posisi permaisuri tidak segera terisi. Para bangsawan kelas atas dan juga rakyat di negeri ini, mereka akan protes dan mereka bisa menjadikan alasan ini untuk menurunkan posisi yang mulia sebagai Raja." jelas Barack yang kurang setuju dengan kekosongan posisi permaisuri.
"Hah? Rakyat? Bangsawan? Bagi mereka yang tidak setuju, tinggal ku bunuh saja...apa susahnya." ucap Hyacinth santai, baginya membunuh adalah hal lumrah bagi yang melawan.
"Yang Mulia, anda tidak bisa begitu untuk yang satu ini...apa artinya sebuah negri dan kerajaan tanpa adanya rakyat. Jadi maksud saya, anda harus mendengarkan rakyat demi kebaikan anda sendiri." Barack kembali menjelaskan demi kebaikan rajanya.
"Kau benar juga Barack, tapi ngomong-ngomong kenapa sekarang kau jadi makin KURANG AJAR." sorot mata Hyacinth berubah menjadi tajam, tiba-tiba saja keluar cahaya hitam dari tangannya dan cahaya hitam itu melingkar di leher Barack.
SREK!
"Ack! Yang--mu--mulia...tolong lepaskan hamba... aarghh!!" Barack memekik kesakitan lehernya seperti mau putus saja dengan sihir yang digunakan oleh Hyacinth kepadanya.
"Lebih baik kau jangan banyak bicara BARACK!" Hyacinth masih belum melepaskan sihirnya dari Barack.
"Ya-yang Mulia...sa-saya melakukan ini untuk yang mu-lia." kata Barack terbata.
Tak lama kemudian, Hyacinth melepaskan Barack. Tubuh si ajudan itu terjatuh ke lantai dengan cukup keras, terlihat luka bakar di lehernya.
"Uhuk...uhuk..." Barack berusaha untuk menghirup udara yang tadi sempat tidak bisa ia hirup dengan benar.
"Iya kau benar juga. Kau melakukan ini demi kebaikanku. Baiklah kalau begitu, tentang permaisuri...buatlah sayembara, pemilihan permaisuri." tegas Hyacinth mengambil keputusan.
"Baik Yang Mulia, akan saya sampaikan..." ucap Barack lalu kembali berdiri menegakkan badannya.
****
Kerajaan Lostier, mansion Duke Abraham.
Para pelayan di kediaman itu terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Hari ini mansion Abraham akan kedatangan Raja Lostier yaitu Theodore Lostier yang tak lain adalah sahabat baik dari Selena. Raja Theodore dan rombongannya baru saja pergi dari perbatasan dan bermaksud untuk mampir terlebih dahulu ke mansion itu. Sebab duke Abraham juga memiliki hubungan yang baik dengan mendiang raja, alasan ayahnya Theodore yang telah wafat beberapa bulan yang lalu. Hingga Theodore diangkat menjadi raja di usianya yang masih muda, yakni 17 tahun.
Saat Theodore datang, semua pelayan dan pengawal di Mansion megah itu langsung menyambutnya dengan hangat. Bahkan beberapa pelayan ada yang berdandan berlebihan saat sang Raja datang.
"Selamat datang Yang Mulia Raja, hormat saya!" sambut pria paruh baya itu seraya membungkukkan badannya didepan si Raja muda dari Lostier. Dia adalah Rudiger Abraham, pemilik kediaman duke Abraham.
Theodore tersenyum lebar, senyuman itu mampu membuat para wanita yang melihatnya terpesona dan membuat para pria jadi insecure karena wibawanya.
"Salam saya, Duke Abraham." balas Theodore ramah.
Ketika semua pelayan pergi untuk melihat Theodore dari dekat, ada satu orang yang hanya memperhatikannya dari kejauhan. Matanya berkaca-kaca melihat sosok Raja yang terkenal baik hati itu.
"Theo... sahabatku. Apa kau tau apa yang terjadi padaku? Apa kau tau aku merindukanmu Theo? Maafkan aku...karena aku tidak mempercayai ucapanmu sebelumnya tentang Hyacinth. Kau pasti sudah membenciku kan? Kau pasti puas karena aku sudah mati dan kau pasti akan mengatakan bahwa aku yang benar dan kau yang salah Selena. Ya, aku menyesal Theo...kau yang benar...aku yang buta." bulir air hangat membasahi pipinya, ia ingat benar bagaimana Theodore mengingatkannya soal Hyacinth yang tidak tulus mencintainya, tapi gadis itu tetap keras kepala ingin bersama Hyacinth.
"Tidak, aku tidak boleh menangis. Aku harus kuat untuk membalas dendam!" Ruby pun mengusap air matanya. "Mulai sekarang aku bukan Selena, tapi Rubiana! Dan Rubiana akan membalaskan dendam Selena..." gumam gadis itu penuh rasa dendam.
Ruby sudah menyusun rencana bahwa dia harus keluar dari mansion ini dan pergi ke kerajaan Istvan. Bagaimanapun caranya.
Ketika Ruby akan kembali bersembunyi di dapur, kepala pelayan di rumah itu melihatnya dan meminta Ruby untuk ikut menjamu Raja. Sebab Ruby yang paling baik dan menarik bila melayani tamu. Padahal itu adalah Ruby yang asli, bukan dirinya yang Selena.
Nafas Rubiana seperti tersendat saat melihat sosok Theo tengah berada di atas meja makan dan mengobrol dengan Duke, istri dan juga anaknya. Sedangkan disana, Ruby bertugas menyajikan teh hangat.
'Theo' batin Ruby dengan tangan yang menyajikan teh ke cangkir.
"Oh ya, Yang Mulia...apa anda sudah pergi ke kerajaan Istvan?" tanya Duke Abraham.
"Kerajaan Istvan? Mengapa? Oh tentang pernikahan putri Selena itu?" tanya Theodore dengan lirih.
"Yang Mulia, jadi anda belum tau tentang apa yang terjadi pada kerajaan Istvan?" Duke Abraham tampak bersemangat untuk bercerita.
"Memangnya apa yang terjadi?"
"Kerajaan Istvan kini telah di kuasai oleh Yang mulia Hyacinth dan apa Baginda Raja tau? Semua anggota keluarga kerajaan Istvan yang sebelumnya kecuali Raja Aiden dan putri Rosela, sudah tiada."
Prang!!
Wajah Theodore memucat saat mendengar berita itu sampai ia menjatuhkan cangkirnya tepat ke arah Ruby.
...****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!