Leonardo Damian (Leon, 25th)
Putra pertama keluarga Damian
Mahasiswa cerdas nomor 1 di universitas dimana Xixi belajar.
Penerus keluarga Damian.
Idola bagi para mahasiswa kampus.
Cicilia William (Xixi, 22th)
Putri bungsu keluarga William.
Mahasiswa cerdas jurusan management dan komputer.
Sering di bully di kampus, karena merahasiakan identitas dirinya yang sebenarnya.
Lucia Smith (Lulu, 22th)
Teman baik Xixi.
Putri bungsu keluarga Smith.
Adik dari Joseph Smith yang tersayang.
Mahasiswa jurusan management dan bisnis.
Rachel Scott (Rachel, 22th)
Putri tunggal keluarga Scott.
Anak dari sahabat orang tua Leon.
Sangat menyukai Leon, dan selalu berhayal akan menikah dengan Leon saat mereka sudah lulus kuliah.
*
*
*
"Dasar culun, kampungan! Cepat ambil tas ku yang kau jatuhkan!" Bentak seorang wanita berparas cantik pada gadis berkaca mata lebar.
Wanita berkaca mata itu dengan takut mengambil tas yang jatuh diatas lantai.
"Ini tas mu, tapi... itu bukan aku yang menjatuhkan tas mu." Ucap wanita berkaca mata.
"Kau ingin membatahku! Apa kau kira aku sudah buta, hah?"
Wanita berkaca mata itu mundur beberapa langkah dan kepalanya menunduk tidak berani menatap wajah wanita yang ada di depannya.
Wanita yang marah itu menyenggol tubuh wanita berkaca mata hingga dia terjatuh ke lantai. Wanita cantik itu menatapnya dengan tatapan menghina.
"Dasar culun, kampungan!" Desis wanita itu sebelum dia melangkah pergi.
Setelah wanita cantik dan beberapa temannya pergi, wanita berkaca mata itu menatap mereka dengan tatapan yang sulit di mengerti.
"Xixi, kau tidak apa-apa?" Tanya seorang wanita berparas manis sambil membantunya berdiri.
Wanita berkaca mata itu bernama Cicilia William, dan orang-orang biasa memanggilnya Xixi.
"Aku tidak apa-apa, terima kasih." Ucap Xixi.
Cicilia adalah putri kedua dari tuan William dan nyonya Flora. Dia mempunyai satu kakak perempuan cantik yang bekerja sebagai seorang model terkenal.
Selama dia menjadi mahasiswa, dia hanya mempunyai satu teman baik yang bernama Lulu.
Lulu selalu membantu dan menghiburnya ketika dia di bully oleh sekelompok wanita yang menganggap dirinya tidak pantas belajar di universitas terkenal itu.
Meski selalu di bully, Xixi tidak pernah membalas mereka. Karena itu semua hanya akan membuang energi dan waktunya.
Selain keluarga besar William dan para pekerja mereka, tidak ada seorangpun yang tahu jika Xixi adalah anak dari salah satu orang terkaya di nagara Y itu.
Juga tidak ada yang tahu jika dia adik dari seorang model terkenal. Itu karena dia tidak mau membuat kakaknya kesulitan, bahkan Lulu yang teman baiknya pun tidak tahu identitas Xixi yang sebenarnya.
"Ayo, kelas berikutnya akan segera di mulai." Ucap Xixi pada Lulu.
Lulu mengangguk, dia memberikan tas Xixi yang tadi ikut terjatuh saat dia di dorong.
Xixi mnegambil tas itu dan tersenyum, mereka lalu berjalan ke kelas lain untuk mengikuti mata pelajaran berikutnya.
Sebenarnya Xixi adalah salah satu anak orang terkaya di negara Y, tapi dia tidak pernah mau jika orang-orang tahu siapa dia sebenarnya. Jadi untuk menutupi itu, dia tinggal di sebuah apartemen kecil yang tidak jauh dari kampusnya.
Dia juga bekerja paruh waktu disebuah kafe yang berada di pertigaan jalan yang berjarak 100 meter dari apartemennya.
Keluarga William awalnya tidak setuju dengan apa yang Xixi inginkan. Tapi karena Xixi mempunyai alasan tersendiri, merekapun menyetujui dengan syarat semua kebutuhan Xixi dipenuhi oleh keluarga William itu.
Setelah meninggalkan keluarga William dan tinggal di apartemen yang kecil, Xixi hidup dengan identitas baru dan mengubah penampilannya menjadi seorang wanita biasa, bahkan bisa di bilang dia terlihat seperti wanita yang miskin.
Karena Xixi menyembunyikan identitas dan mengubah penampilan kesehariannya, ada beberapa mahasiswa di kampus membully dan bahkan menghinanya.
Sampai di kelas, Xixi dan Lulu berhenti melangkah. Dia melihat ke arah kursi yang ada di deretan paling belakang.
Biasanya tidak ada orang yang mau duduk di deretan kursi paling belakang, itu karena mereka berpikir akan sial jika duduk berdekatan dengan Xixi.
Ya, itu membuat Xixi sangat beruntung. Karena dia tidak harus mendengarkan para mahasiswa itu bergosip saat dosen mulai memberikan materi.
Hari ini, entah matahari terbit dari selatan atau memang mata Xixi yang bermasalah. Dia melihat laki-laki idola di kampusnya duduk di kursi yang biasa dia tempati.
"Apakah matahari akan terbenam lebih awal hari ini?" Tanya Xixi pada Lulu.
Lulu yang juga merasa heran menggelengkan kepalanya.
Xixi menghela nafas, dia lalu berjalan dan duduk di kursi kosong yang ada di sebelah laki-laki itu. Dia tidak peduli dengan tatapan kesal para mahasiswa yang duduk di depannya.
tap
tap
tap
Langkah kaki terdengar begitu merdu mendekati Xixi yang tengah mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
"Kau, pindah ke kursi yang lain. Aku ingin duduk disini." Ucap seorang wanita yang sudah berdiri di samping meja Xixi.
Xixi yang mendengar seseorang berbicara padanya menoleh, dia melihat seorang wanita yang cukup cantik namun arogan.
Wanita itu juga seorang idola bagi para kaum laki-laki di kampusnya, jadi dia menganggap dirinya paling hebat disana. Sementara Xixi dimata dia, hanyalah semut kecil.
"Aku dulu yang duduk disini, jika kau ingin duduk dan belajar. Maka cari kursi lain yang masih kosong." Ucap Xixi pada wanita itu.
"Kau! Kau hanya wanita culun yang kampungan, sudah bagus kau masih bisa kuliah disini. Aku bilang pindah ya pindah sana!"
Xixi tidak mengindahkan ucapan wanita itu, sejak awal masuk kedalam kelas itu, Xixi sudah menempati kursi di deretan paling akhir. Dan sekarang kursi yang biasa dia duduki sudah di tempati oleh orang lain, jadi mau tidak mau dia harus duduk di kursi belakang lain yang kosong.
Brak!
"Kau, beraninya kau tidak mendengarkanku! Kau itu wanita culun yang kampungan!"
Suara gebrakan meja dan teriakan dari wanita itu membuat mahasiswa yang ada didalam kelas menoleh dan melihat ke belakang.
Xixi menghela nafas, dia berniat akan memasukan kembali buku yang dia ambil tadi. Tapi buku itu ditahan oleh tangan yang cukup besar.
Xixi dan wanita itu menoleh untuk melihat tangan siapa yang menahan buku Xixi diatas meja.
"Jika kau kesini hanya untuk ribut, lebih baik kau keluar." Ucap laki-laki idola yang duduk disamping Xixi.
Semua orang yang ada didalam kelas tertegun mendengar ucapan laki-laki itu membela Xixi, dan mengusir wanita cantik yang di puja dan di kejar oleh banyak laki-laki itu.
"Ka... kak Leon, kau kenapa... kenapa membela wanita culun ini?" Ucap wanita itu.
Leon, laki-laki idola kampus menatap tajam wanita cantik bernama Rachel yang tidak lain anak dari sahabat orang tuanya itu.
Rachel yang ditatap dengan tajam oleh Leon hanya bisa mengeratkan gigi dan mengepalkan tangannya kuat, karena menahan kesal.
Dengan langkah kesal, Rachel pergi meninggalkan kelas itu.
Setelah wanita itu keluar, kelas kembali menjadi damai dan hanya ada suara bisik-bisik dari mahasiswa lain.
Xixi melihat kearah Leon yang telah kembali membaca bukunya.
Sebenarnya Xixi ingin berterima kasih, tapi sepertinya laki-laki yang duduk di sampingnya ini enggan untuk berbicara dengan orang lain.
Tak berapa lama, dosen datang dan materi pelajaran pun segera di berikan.
(Untuk cerita kali ini, Xia Lin pakai visual artis dan aktor korea. Jika ada kesamaan visual dengan cerita-cerita yang lain, mohon di maklumi 😁.
Setelah cerita time travel "King's Regrets". Ini juga cerita pertama Xia Lin, yang mengisahkan tentang wanita kaya dan cantik yang berpura-pura menjadi wanita miskin dan culun, untuk mendapatkan cinta sejati dari seorang pria.
Semoga kalian suka dengan cerita baru yang Xia Lin buat ini. Xia Lin usahakan agar ceritanya berbeda dari cerita-cerita wanita culun kebanyakan 😊.
Happy Reading untuk semua readers tersayang 💞💞💞).
Keesokan harinya Xixi dan Lulu juga melihat Leon duduk di kursi yang sama. Entah sejak kapan kursi itu seperti sudah menjadi hak milik bagi laki-laki itu.
Sementara Xixi terpaksa harus duduk di kursi yang lainnya, meskipun dia tetap memilih untuk duduk di deretan paling akhir.
Setelah mata pelajaran selesai, Xixi membereskan buku-bukunya dan berniat untuk pergi dari kelas itu.
"Kau, namamu Xixi?" Tanya Leon dengan suaranya yang cukup berat namun enak di dengar.
Xixi menoleh dan menatap Leon, dia lalu membenarkan kaca matanya.
"Iya, aku Xixi." Ucap Xixi pelan.
Leon mengangguk, dia lalu berdiri dan tiba-tiba merangkul bahu Xixi dari samping.
"Baiklah, kalau begitu mulai hari ini kau menjadi pacarku."
Kedua mata Xixi membulat mendengar ucapan Leon, dia tentu tidak percaya. Laki-laki yang di puja dan di idolakan di kampus tiba-tiba berkata jika dia ingin menjadikan dirinya pacaranya.
Xixi menghempaskan tangan Leon dari atas bahunya dan menatap dia dengan bingung.
"Kenapa, apa kau tidak mau menjadi pacarku?" Tanya Leon.
"Ka... Kau. Kau jangan membodohiku! Aku..."
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat pada bibir tipis Xixi dan itu membuat mahasiswa yang melihatnya berteriak dan menutup mulut mereka karena terkejut.
Leon tersenyum melihat reaksi Xixi saat ini. Terlihat bola mata yang membulat sempurna di balik kaca matanya yang besar, seolah mata itu akan loncat keluar.
"Dengan ini, kita sudah pacaran." Ucap Leon.
Plak!
Tamparan keras melayang dan jatuh tepat di pipi Leon, dan wajah Leon seketika berubah merah.
Lagi mahasiswa yang melihat ke belakang berteriak saat tangan Xixi menampar pipi Leon dengan keras.
"Siapa kau? Apa karena kau di tampan dan di sukai banyak wanita, kau jadi bisa melakukan apapun yang kau mau?" Seru Xixi pada Leon.
Xixi tampak sangat marah karena Leon dengan kurangajar telah menicuimnya, dan itu adalah ciuman pertamanya.
Leon memegangi pipi yang Xixi tampar, pipi itu terasa cukup panas akibat tamparan yang lumayan keras.
"Heh, apa kau pikir aku benar-benar menyukaimu?" Ucap Leon dengan nada menghina.
"Apa?"
"Yo! Aku berhasil mencium bibirnya. Berikan uang taruhannya padaku." Teriak Leon pada teman-temannya yang ada di luar kelas.
Beberapa orang masuk kedalam setelah Leon berteriak.
Tangan Xixi mengepal saat mengetahui jika dirinya di jadikan bahan taruhan oleh laki-laki br*ngsek yang ada di depannya.
"Leonardo Damian. Aku sudah mengingatmu, kau akan mendapatkan balasan karena sudah melakukan ini padaku."
Dengan kesal, Xixi berlari dengan cepat keluar dari kelas.
Lulu yang melihat itu menatap Leon dengan rasa jijik.
"Benar-benar menjijikan, bagaimana bisa kakak ku berteman dengan orang menjijikan seperti mu?" Ucap Lulu.
"Kau mengatakan apa?" Tanya Leon yang tidak terima.
"Kau, Leonardo Damian. Laki-laki paling menjijikan yang pernah aku temui di dunia ini. Jangan pernah injakan kakimu lagi di rumahku! Jika tidak, aku juga akan mengusir kakak ku keluar."
Setelah mengatakan itu, Lulu langsung pergi untuk menyusul Xixi, dan meninggalkan Leon yang kebingungan.
"Apa yang dia katakan, siapa dia?" Ucap Leon bingung.
"Dia adalah Lucia Smith." Ucap salah seorang mahasiswa.
Leon terdiam, dia mengingat-ingat apa yang tadi di katakan oleh Lulu.
"Oh ****! Dia adiknya Joseph." Gumam Leon.
Setelah tahu jika Lulu adalah adik dari teman dekatnya yang tidak pernah terlihat, Leon langsung bergegas keluar untuk mencarinya. Akan gawat kalau dia menceritakan hal tadi pada kakaknya, karena pasti bisa membuat hubungan pertemanan mereka kacau.
Joseph sendiri pernah berkata jika dia sangat menyayangi adik perempuannya, dan tidak akan pernah membuat adiknya itu kecewa. Dan tentu saja, setelah Lulu tahu jika teman kakaknya adalah orang yang brengs*k, pasti dia akan membencinya.
"Ck, dimana dia. Cepat sekali sudah menghilang!" Gerutu Leon yang berdiri di koridor kampus.
*
*
Di tempat lain, Xixi tengah berdiam di atap kampus. Dia duduk di sudut atap dan tatapannya lurus ke depan.
"Leonardo Damian, kau pasti akan menyesal. Dasar brengs*k, seenaknya saja mencium ku dan menjadikan aku bahan taruhan!" Gumam Xixi.
Pintu yang menghubungkan lantai atas dan atap terbuka.
Mendengar suara pintu terbuka, Xixi yang yakin itu adalah Lulu, langsung menenggelamkan wajahnya pada kedua kaki dan berpura-pura menangis.
"Xixi." Ucap Lulu sambil berlari mendekati Xixi yang tengah menangis.
"Lulu." Ucap Xixi pelan.
Lulu langsung memeluk tubuh Xixi yang bergetar karena menangis. Dia lalu mengusap pelan punggung Xixi berkali-kali untuk menenangkannya.
"Sudah, tidak apa-apa. Aku benar-benar tidak menyangka dia adalah laki-laki yang seperti itu." Ucap Lulu.
"Lulu, tidak apa-apa jika mereka menghinaku culun atau kampungan, tapi kenapa mereka juga harus melakukan itu padaku? Apakah aku seburuk itu?" Ucap Xixi sambil sesenggukan dalam pelukan Lulu.
"Tidak, kamu tidak seperti itu. Merekalah yang buruk, sangat buruk."
Lulu melepaskan pelukan mereka dan membantu Xixi menyeka air matanya.
"Jangan menangis lagi, aku akan membuat dia menyesal. Lihat saja aku akan mengatakannya pada kakak ku."
"Kakakmu?"
"Iya, Leon dan kakak ku berteman baik. Selama ini dia tidak tahu jika kak Joseph adalah kakak ku, karena setiap dia datang ke rumah, aku tidak pernah keluar dari kamar."
"Mereka teman baik?"
Lulu mengangguk "Tapi kamu tenang saja, kakak ku tidak akan terlibat hal menjijikan seperti apa yang sudah Leon lakukan. Lagi pula kakak ku berada di universitas yang berbeda dengan kita."
Xixi mnegangguk mengerti.
"Jadi berhentilah menangis, aku akan membuat kakak ku memukuli si laki-laki gila itu."
Lulu mengatakan itu sambil mengerucutkan bibirnya, jadi bukannya takut akan ucapan Lulu, justru malah ingin tertawa karena melihat tingkahnya yang lucu itu.
"Aku sudah tidak apa-apa, terima kasih." Ucap Xixi.
"Kita adalah teman, jadi untuk apa berterima kasih seperti itu."
Xixi tersenyum, dia sangat bersyukur dan beruntung mempunyai teman yang begitu baik dan peduli padanya.
"Baiklah, ayo kita pulang." Ajak Lulu.
"Iya, ayo."
Xixi dan Lulu pun berdiri dan berjalan masuk kedalam gedung kampus.
"Aku sangat lapar, bagaimana kalau kita pergi ke kedai pinggir jalan sebelum pulang?" Ucap Lulu saat mereka tengah menuruni tangga.
"Ya itu terdengar bagus, aku juga lapar."
"Oke, sudah di putuskan."
Mereka pun langsung pergi ke kedai pinggir jalan setelah keluar dari kampus.
Sebagai anak orang kaya yang terkenal, Lulu tidak pernah memilih makanan dan tempat untuk makan. Dimana makanan itu dia rasa enak, maka disitulah dia akan makan, apakah itu di pinggir jalan atau di sebuah restoran.
Sampai di kedai, mereka memesan makanan yang mereka inginkan pada pemilik kedai.
Kedai langganan mereka tidak begitu besar, selain rasa makanan yang buat enak, kedai itu cukup rapi dan bersih. Itu yang membuat Lulu dan Xixi sering datang ke kedai itu untuk makan.
Tak berapa lama setelah mereka memesan, makanan pun datang.
"Waahh, ini terlihat lebih enak dari biasanya." Ucap Lulu.
"Hahaha benarkah? Kalau begitu cepat makan sebelum itu dingin." Ucap pemilik kedai yang juga pembuat makanan itu.
"Baik, teirma kasih paman."
Lulu dan Xixi pun menikmati makanan mereka dengan tenang.
"Setelah ini apakah kau akan langsung bekerja, Xixi?" Tanya Lulu.
Xixi menggelengkan kepalanya "Hari ini aku minta libur."
"Benarkah, apa boleh?"
"Tentu saja, dalam satu minggu aku boleh mengambil satu hari untuk libur."
"Oh." Lulu mengangguk mengerti.
Selesai makan mereka pun berpisah di depan kedai, karena arah mereka pulang berlawanan.
"Sampai jumpa besok." Ucap Lulu.
"Iya, hati-hati di jalan."
Mereka saling melambaikan tangan sebelum akhirnya Lulu pergi.
Bis yang biasa Xixi naiki berhenti didepan halte tak jauh dari kedai. Xixi pun terpaksa berlari agar tidak tertinggal bis itu.
Sebenarnya Xixi bisa saja naik mobil pribadi miliknya, tapi dia menolak untuk menggunakannya. Itu karena orang-orang akan curiga padanya dan identitas yang selama ini dia sembunyikan pasti akan ketahuan.
Setelah kejadian di kelas hari itu, Xixi selalu mendapat perlakuan yang tidak baik dari beberapa mahasiswa yang tidak terima jika Leon di tampar olehnya.
Seperti hari ini, beberapa orang wanita mengerjai Xixi di kamar mandi hingga pakaian yang Xixi pakai hari itu basah semua.
"Xixi!" Seru Lulu yang terkejut melihat kondisi temannya yang sangat menyedihkan.
Lulu langsung memeluk Xixi yang tubuhnya bergetar karena menangis setelah di bully oleh beberapa wanita gila.
"Ayo, aku akan mengantarmu pulang. Besok aku akan membalas mereka semua." Ucap Lulu.
Xixi menggelengkan kepalanya beberapa kali "Tidak, jangan lakukan itu. Itu hanya akan membuat mereka memusuhi mu juga."
"Aku tidak peduli, mereka sudah sangat keterlaluan."
Lulu membantu Xixi berdiri dan memapahnya keluar dari kampus.
Di depan kampus. Tanpa di duga, Joseph. Kakak dari Lulu tengah berdiri di samping mobilnya dan berbicara dengan Leon.
Joseph yang melihat adiknya memapah seseorang dari jauh langsung menghampiri mereka dengan cemas.
"Apa yang terjadi?" Tanya Joseph pada Lulu, adiknya.
"Kakak, kenapa kau disini?" Tanya Lulu heran.
"Iya, kakak sudah tidak ada kelas. Jadi kakak kesini untuk menjemput mu."
"Bagus, kalau begitu bawa aku dan Xixi pulang sekarang. Dia sudah kedinginan."
Joseph melihat Xixi yang basah kuyup dan mulai menggigil.
"Apa yang terjadi dengannya?"
Lulu baru saja akan menjawab, tapi dia melihat Leon yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Kakak tanyakan sendiri pada teman kakak yang menjijikan itu, semua karena dia!" Seru Lulu sambil menatap Leon dengan marah.
Joseph berbalik dan melihat Leon yang berdiri di samping mobilnya.
"Leon? Apa maksudmu?"
"Aku tidak peduli dengan pertemanan kalian, jika sesuatu terjadi lagi pada Xixi, jangan harap kakak bisa tinggal di tempatku lagi!"
"Lulu sayang, apa yang kau..."
Lulu berjalan melewati kakaknya yang belum selesai bicara. Dan saat melewati Leon dia menatapnya dengan penuh kebencian dan rasa jijik.
Leon sendiri melihat tubuh Xixi yang basah dengan perasaan kasihan dan menyesal. Bagaimanapun itu juga kesalahannya karena menjadikan Xixi sebagai bahan taruhan dengan teman-temannya waktu itu.
Joseph yang bingung dengan adiknya, berjalan mendekati Leon.
"Apa kau sudah membuat tuan putri ku marah?" Tanya Joseph pada Leon.
Tuan putri adalah panggilan khusus dari Joseph untuk lulu, adik tersayangnya.
"Aku akan menceritakan semuanya nanti, lebih baik kau antar mereka pulang dulu."
"Aku harap kau tidak membuat masalah dengannya, kau tahu bagaimana adik ku."
"Ya, aku tahu. Cepat pulanglah."
Joseph menepuk bahu Leon sebelum dia pergi menuju mobilnya dimana Lulu dan Xixi sudah berada didalamnya.
Leon menghembuskan nafasnya, dia tidak menyangka jika apa yang dia lakukan akan membuatnya menjadi kesulitan seperti ini.
Dia tahu bagaimana sifat Lulu dari Joseph yang pernah menceritakan tentang adiknya itu. Dan yang membuatnya tidak habis pikir, Xixi adalah teman baik dari adik kandung Joseph yang pernah Joseph ceritakan padanya.
"Jika aku tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak akan pernah menerima taruhan itu. Ah, s*alan sekali!"
Leon menendang botol kosong yang ada di depannya untuk melampiaskan kekesalannya itu.
*
*
Di dalam mobil, Lulu mencoba mengeringkan tubuh Xixi dengan handuk yang ada di belakang kursi mobil yang mereka duduki. Sementara Joseph hanya diam sambil menyetir, dia tidak berani berbicara pada Lulu, karena takut akan membuatnya semakin marah.
Joesph menurunkan suhu AC didalam mobil agar tubuh Xixi yang sudah menggigil tidak bertambah kedinginan.
Melihat Lulu begitu perhatian pada temannya, Joseph merasa sedikit lega, tapi juga khawatir.
Itu karena selama ini dia tidak pernah melihat Lulu dekat dengan orang lain, bahkan selama Lulu bersekolah tidak ada seorang teman pun yang benar-benar mau berteman dengannya.
"Jadi namanya Xixi, semoga kau tidak seperti teman-teman Lulu sebelumnya."
Mobil terus melaju sampai akhirnya mereka tiba didepan sebuah rumah yang cukup besar dan mewah.
...Rumah Lucia (Lulu) hadiah dari orang tuanya, karena dia di terima di universitas terkenal di negara Y....
Josep membukakan pintu mobil untuk Lulu, dan membantu Lulu menggendong Xixi yang meringkuk kedinginan.
"Bawa saja dia ke kamar ku, kak." Ucap Lulu.
Joseph berhenti berjalan setelah mendengar ucapan adiknya.
"Kak, kenapa kau berhenti? Cepat bawa Xixi ke kamar ku." Ucap Lulu lagi.
"Kau ingin dia di kamar mu?" Tanya Joseph meyakinkan.
Lulu mengangguk dengan pasti "Iya, cepat bawa dia. Dia sudah sangat kedinginan."
Joseph benar-benar di buat terkejut oleh Lulu. Pasalnya dia tidak pernah mengijinkan orang lain masuk kedalam kamarnya. Bahkan yang harus membersikan kamar Lulu hanya boleh kepala pelayan di rumahnya saja.
Dengan hati-hati Joseph membaringkan Xixi diatas ranjang besar di kamar Lulu.
"Sekarang kakak keluar dan tolong panggilkan Imel untuk kesini." Ucap Lulu setelah dia melihat kakaknya membaringkan Xixi.
Joseph langsung keluar dari kamar adiknya dan memanggil Imel.
Imelda, biasa di panggil Imel. Dia adalah salah satu pelayan yang Lulu percayai di rumah itu.
tok
tok
tok
Suara ketukan pintu terdengar dari dalam kamar. Lulu berjalan mendekati pintu itu dan membukanya.
"Nona muda, anda memanggil saya?" Tanya Imel pada Lulu.
"Iya, ayo masuk dan bantu aku mengganti pakaian teman ku."
Lulu menunjuk Xixi yang tengah berbaring diatas tempat tidurnya.
Imel yang melihat ada orang lain tengah berbaring diatas ranjang Lulu sangat terkejut, dia tidak percaya jika disana ada orang lain yang sedang berbaring. Itu adalah orang lain, bukan Lulu.
"Imel, kenapa kamu diam saja. Ayo masuk dan bantu aku." Ucap Lulu lagi.
"Ah, iya maaf nona muda. Ayo biar saya bantu."
Lulu yang di bantu oleh Imel mengganti semua pakaian yang Xixi kenakan dengan hati-hati.
"Nona muda, apakah teman anda ini terjatuh didalam kolam renang?" Tanya Imel yang penasaran, karena melihat semua pakaian yang Xixi pakai basah.
"Tidak, ini semua perbuatan mahasiswa di kampus."
"Perbuatan mahasiswa? Kejam sekali mereka." Ucap Imel terkejut.
Lulu mengangguk "Dia benar-benar kasihan, setiap hari selalu di bully oleh wanita-wanita jahat."
Imel melihat Lulu yang begitu peduli dan perhatian pada temannya. Dan itu membuatnya ikut merasa kasihan juga.
"Saya akan membuatkan bubur dan sup untuk teman nona muda. Agar setelah dia bangun, dia bisa langsung memakannya."
"Iya, terima kasih Imel."
"Tidak perlu sungkan nona muda."
...Kamar Lucia (Lulu)...
Imel lalu keluar dari kamar Lulu sambil membawa handuk dan pakaian Xixi yang basah.
"Imel, bagaimana dengan teman Lulu. Apa sudah bangun?" Tanya Joseph saat Imel melewati ruang tv.
Imel menggelengkan kepalanya "Dia masih tidak sadarkan diri tuan muda, saya sangat kasihan melihat teman nona muda."
"Ya, kau benar."
"Saya permisi dulu tuan muda, saya mau membuatkan bubur dan sup untuk teman nona muda."
"Iya, pergilah."
Imel mengangguk, dia lalu pergi meninggalkan Joseph.
Joseph mengambil ponselnya yang ada diatas meja, lalu menghubungi seseorang.
Orang-orang yang dekat dengan Lulu tentu harus jelas siapa dia, karena Joseph tidak mau orang lain mendekati adiknya hanya ingin memanfaatkannya saja.
Karena itu Joseph menghubungi seseorang untuk menyelidiki siapa Xixi sebenarnya dan bagaimana dia hidup serta dimana dia tinggal.
"Maaf putri, kakak melakukan ini demi kebaikanmu. Kakak tidak mau jika kau hanya akan di manfaatkan oleh orang yang kau anggap teman baik."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!