Tettt ....
Terdengar bunyi bel pulang sekolah begitu nyaring di telinga. Semua siswa di kelas XII IPA bersorak gembira, karena sudah waktunya mereka untuk mengistirahatkan otak yang sudah memanas, setelah seharian mengerjakan latihan soal.
Terlihat seorang gadis cantik yang bernama Ayla Qatrunada Bramantyo sedang terburu-buru membereskan alat sekolah. Hari ini, hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Dia pasti sudah ditunggu di rumah oleh keluarganya.
"Jessy, aku pulang duluan ya!" pamit Ayla pada sahabatnya.
"Nanti dulu, Ay! Kita sama-sama ke parkiran. Bukankah Agya tidak sekolah hari ini?" cegah Jessy.
"Iya, dia sedang tidak enak badan. Ya sudah deh, aku bareng sama kamu ke parkiran."
"Nah, gitu dong! Itu baru namanya sahabat," seru Jessy dengan tersenyum manis.
Mereka pun jalan beriringan menuju ke parkiran. Namun, saat tiba di sana, Ayla langsung mendapatkan lemparan tepung dari teman-temannya. Gadis itu langsung berlari tunggang langgang tidak tentu arah.
"Ayla tunggu! Jangan pergi!" teriak temannya.
"Yah pesta kejutannya gagal, dia sudah kabur. Ini telor sama tepung mau kita apakan?" keluh teman Ayla yang tidak berhasil mengejar gadis itu.
"Dibikin bolu saja tinggal tambah gula sama margarin."
Terus saja mereka saling mendumel tidak karuan. Sementara Ayla yang sudah jauh dari teman-temannya, dia asal masuk begitu saja ke sebuah mobil sport berwarna hitam metalik. Dia berniat sembunyi di dalam mobil itu.
Lumayan lama Ayla sembunyi di sana. Sampai akhirnya, karena rasa lelah yang mendera, gadis itu tidak kuasa menahan kantuknya. Perlahan dia pun memejamkan mata dan melupakan kalau dia sedang bersembunyi di dalam mobil orang lain.
Tidak berapa lama kemudian, datang seorang pemuda tampan dengan jas mahal yang melekat di tubuhnya. King Elgar Wiratama, seorang CEO muda perusahaan AP Technologi, dia terus saja menggerutu seraya masuk ke dalam mobilnya.
"Gila aja! Minta duit gak tanggung-tanggung. Memangnya dia pikir, dia siapa? Barang second kayak gitu minta bayaran mahal. Masih untung aku kasih uang, dia malah minta tambah."
"Memang benar kata opa, kita tidak boleh meninggikan diri kita karena akan dianggap rendah oleh orang lain. Tetapi kita harus merendahkan diri agar orang lain tidak merendahkan kita."
"Sudahlah lupakan Nike! Cuma pegang-pegang saja, permintaan dia banyak banget. Bagaimana kalau aku celup-celup, sudah pasti dia ngelunjak. Tapi jijik banget kalau harus celap-celup sama cewek yang sudah dicicipi orang lain. Kecuali kalau benar-benar dapat yang ori dan menggemaskan, mungkin aku baru rela melepas keperjakaanku."
Elgar terus saja bicara sendiri seraya menjalankan mobilnya. Dia baru saja menemui artis pendatang baru yang menjadi mainannya. Namun, sepertinya Elgar dibuat kesal oleh gadis itu karena banyak maunya.
"Kesel sama cewek itu, aku sampai lupa buat minum."
Elgar berniat mengambil minuman yang dia beli di minimarket. Namun, tangannya justru memegang yang lain. Sesuatu yang terasa kenyal tersentuh oleh tangannya.
"Apa yang tadi aku pegang?"
Dadanya bergedup lebih kencang dari biasanya. Dia mengarahkan kaca mobil ke kursi belakang. Matanya melotot sempurna, saat melihat seorang gadis berseragam sekolah sedang tertidur pulas di kursi belakang.
"What the hell, siapa gadis itu?"
Elgar segera menepikan mobilnya, agar dia bisa memastikan siapa penumpang gelap, yang sudah berani masuk ke dalam mobilnya. Elgar mendekatkan jari telunjuknya ke lubang hidung gadis itu. Terasa hangat hembusan napas gadis itu.
Dia ingin membangunkan penumpang gelap di mobilnya. Namun setan di dirinya membisikkan sesuatu yang di luar kebiasaannya.
Bawa saja gadis itu ke villa, kamu bisa bersenang-senang dengannya. Bukankah kamu ingin gadis yang masih ori dan menggemaskan?
Tetapi sisi baik di dirinya berkata lain, jangan lakukan itu! Kasian orang tuanya pasti akan mencari dia. Lebih baik cepat kamu bangunkan! Lalu antar dia pulang.
Bodoh sekali kamu Elgar kalau menyia-nyiakan kesempatan emas di depan mata. Sudah! Bawa saja dia ke villa Kenangan dan ajak bersenang-senang di sana. Kalau takut ketahuan opa, sembunyikan saja di ruang bawah tanah.
Jangan Elgar! Lebih baik suruh pulang saja gadis itu. Kamu jangan macam-macam! Ingat, opa kamu kalau kasih hukuman tidak tanggung-tanggung.
Terus saja Elgar berperang dengan pikirannya sendiri. Hingga akhirnya, sisi devil dia yang memenangkan pertarungan hati itu. Elgar mengurungkan niat untuk membangunkannya. Dia justru membawa gadis itu ke villa Kenangan yang jauh dari keramaian ibu kota.
"Malam Den Elgar!" sapa Satpam villa. "Datang dengan siapa, Den?" tanya Satpam itu lagi dengan celingukan melihat ke arah dalam mobil.
"Malam, Pak! Bukain pintu basemen ya, Pak. Aku mau langsung ke sana," pinta Elgar dengan memberikan beberapa lembar uang kertas berwarna pink. "Jangan bilang siapa pun kalau aku ke sini tidak sendiri. Dia adik sepupu aku yang kabur dari rumah. Sudah cepat buka, Pak!"
"Siap, Den!" ujar Satpam itu dengan membukakan pintu pagar villa dan pintu basemen-nya.
Elgar pun langsung membawa mobilnya ke dalam basemen. Dia tidak mau kalau sampai pengurus villa itu mengetahui kalau dia membawa seorang gadis. Bisa-bisa dia mendapatkan amukan dari opa dan papanya.
"Gila tuh bocah! Dari Jakarta ke sini kan lumayan jauh, tapi dia gak bangun-bangun. Mobil sudah berhenti juga, masih saja molor. Oke, bocil! Aku akan buat kamu terkejut dan menganggap kalau kamu sudah ada di surga."
Elgar terkekeh pelan dengan segudang rencana di otaknya. Perlahan dia mengangkat gadis itu dan langsung membawanya ke lift khusus menuju ke ruang bawah tanah yang ada di basemen villa.
"Sial! Berat juga nih bocil. Ya ampun tidur udah kaya orang koma, diapa-apain juga pasti tidak akan bangun. Hahaha ... Aku jadi penasaran, kalau aku kerjain bagaimana ya!"
Elgar tersenyum devil saat terlintas sebuah rencana brilian menurutnya. Rasa berat yang dia rasakan saat pertama kali menggendong gadis kecil itu, mendadak menguap begitu saja.
Perlahan, dia pun membaringkan gadis penyusup di tempat tidur yang terlihat seperti dalam film-film kerajaan negeri ginseng. Karena memang, ruang bawah tanah itu dibangun untuk mengingatkan anak cucu Keluarga Wiratama, tentang asal usul nenek moyang mereka. Yang memang berasal dari negeri itu.
Selesai membaringkan gadis itu, Elgar menatap lekat gadis abegeh yang masih terlelap. Wajah cantik, kulit seputih susu, hidung mancung, dan pipi chubby yang menggemaskan. Ingin rasanya dia mencubit pipi itu. Namun, Elgar menahan dirinya agar tidak menyentuh sesuatu yang terlihat indah di depannya.
Lucu banget nih cewek! Sayang dia masih kecil. Tapi kayaknya seru kalau dia jadi mainan baruku. Welcome to my world, you are one of the girls who are chosen as my pet.
...~Bersambung~...
...Hai Kakak Reader semua, terima kasih sudah berkenan mengikuti cerita Elgar dan Ayla. Semoga menghibur kakak semua. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya, dengan like, comment, rate, vote, gift dan subscribe ....
...Terima kasih....
Perlahan Ayla membuka matanya. Dia terus mengucek mata untuk menetralkan cahaya yang masuk ke dalam pupil matanya. Namun, saat dia sudah benar-benar sadar, Ayla sangat terkejut ketika menyadari kalau dia berada di kamar yang tidak dikenalinya.
"Hahh! Aku dimana? Ini kamar siapa? Apa aku masuk ke dalam cerita film? Astaga! Apa aku sedang bermimpi sedang syuting bersama dengan Jungkok? Ya ampun, ya ampun. Apa yang harus aku lakukan kalau bertemu dengan dia. Yang pasti aku harus mandi dulu. Tidak mungkin, bertemu dengan dia dalam keadaan berantakan seperti ini."
Ayla langsung berlari menuju ke kamar mandi. Dia tidak tahu kalau di dalam sana, ada seorang pemuda tampan yang sedang membersihkan dirinya. Hingga saat Ayla sudah berada di dalam kamar mandi, barulah dia menjerit histeris.
"Aaaaa ...!!!" pekik Ayla dan Elgar bersamaan.
"Mama ... Ada cacing gede!!!" teriak Ayla seraya berbalik badan dan lari terbirit-birit ke luar kamar mandi.
"Apa katanya? Cacing? Gila tuh bocil, gede gini dibilang cacing. Awas saja kamu, akan aku kasih pelajaran!"
Elgar segera memakai pakaian bagian intinya. Dia kemudian menutup tubuh atletisnya dengan jubah mandi. Saat keluar kamar mandi, terlihat Ayla sedang mencoba membuka pintu kamar. Namun, sayangnya pintu itu seakan enggan untuk terbuka sedikit pun.
"Mau kemana kamu, Bocil?" tanya Elgar seraya mendekat pada gadis itu.
"Om, Om siapa? Bukankah aku mau ketemu artis negeri Ginseng? Kenapa aku ketemu dengan Om? Apa Om itu seorang pedopil?"
Ayla menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia takut kalau laki-laki di depannya akan melakukan hal menjijikkan kepadanya.
"Apa kamu bilang? Mulut tuh asal cuap-cuap terus. Aku pemilik rumah ini!"
Elgar terus mendekat dan semakin mendekat, membuat tubuh gadis di depannya jadi bergetar ketakutan. Sementara Elgar hanya tersenyum miring melihat gadis itu ketakutan.
Grep!
Elgar mencengkeram rahang Ayla dengan satu tangannya mengunci pergerakan gadis itu. Laki-laki itu merasa geram, dengan apa yang Ayla katakan padanya.
"Apa kamu bilang? Cacing? Pedopil? Coba kamu lihat wajahku dengan jelas! Apa laki-laki tampan seperti aku pantas menyandang dua kata itu?"
"I-iya maaf, Om! To-long lepas-kan aku, Om!" pinta Ayla dengan suara yang terbata ketakutan.
Dia yang selalu dimanja oleh keluarganya, jelas merasa sangat kaget dan takut dalam situasi seperti ini. Ini pertama kalinya bagi Ayla mendapatkan kekerasan dari orang lain.
"Baiklah, aku maafkan! Tapi dengan satu syarat, kamu harus menciumku." Elgar melepaskan cengkraman tangannya pada Ayla.
Apa? Mencium dia, setan tampan itu harus aku cium? Bagaimana kalau nanti aku jadi berubah seperti dia? Menjadi setan cantik. Ditambah lagi aku hamil anak dia seperti film twilight. Gara-gara ciuman Bella jadi hamil anak vampir. Tidak mau! Aku harus melawannya, batin Ayla.
Ayla tersenyum seraya mengumpulkan keberaniannya. Secepat yang dia bisa, dia mengayunkan tangannya dan akan menampar pipi Elgar. Namun, tangan Elgar lebih cepat menangkap dan menghempaskan tangan Ayla dengan kuat.
"Berani sekali kamu, Bocil! Apa kamu ingin aku cium, hah?!"
"Jangan harap, Om! Aku tidak mau hamil, kata Mama kalau ciuman nanti akan hamil."
Grep!
Elgar langsung menangkap tangan kecil itu, saat Ayla akan menampar kembali pipi laki-laki dewasa di depannya. Dia mendekatkan kembali tubuhnya pada Ayla. Membuat gadis itu kembali terpojok ke daun pintu.
"Kamu berani menamparku, hah? Apa kamu sudah siap dengan konsekwensinya?"
"Tidak, Om!" Air mata Ayla mengalir deras dari pelupuk matanya. Dia benar-benar merasa ketakutan melihat sorot mata Elgar yang tajam. Seolah-olah ingin mencabik-cabik dirinya.
Elgar hanya diam, menyusuri wajah cantik yang ketakutan olehnya. Namun, saat netranya menangkap bibir tipis yang sedang digigit dan dilipat ke dalam oleh pemiliknya, ada sesuatu yang mendorongnya untuk segera mencicipi bibir ranum itu.
Sial! Bibirnya memintaku untuk mencicipinya. Kenapa dia takut hamil saat aku minta mencium aku. Padahal aku hanya minta cium pipi bukan bibir. Tapi sepertinya tidak buruk juga kalau aku mencoba mencium bibirnya. Eits! Tapi nanti dulu, dia baru bangun tidur. Sudah pasti bau jigong, batin Elgar.
Laki-laki itu mulai merencanakan sesuatu, dia langsung menggendong Ayla seperti karung beras dan membawanya ke kamar mandi. Jelas saja, Ayla memberontak meminta untuk diturunkan.
"Om, lepasin aku, Om! Aku minta maaf, Om. Tapi jangan membunuhku! Aku belum pernah ngerasain pacaran. Belum pernah nikah, belum pernah ciuman. Aku masih kecil Om! Hari ini aku baru tujuh belas tahun."
Terus saja Ayla bicara tidak karuan seraya memukuli punggung Elgar. Namun, sedikitpun laki-laki itu tidak merasakan kesakitan. Saat sudah di kamar mandi, barulah Elgar melemparkan Ayla ke dalam bathtub yang penuh terisi air.
Byur!
Terdengar begitu nyaring suara benda yang jatuh ke dalam air dengan cukup keras. Ayla meringis kesakitan, saat bokongnya lebih dulu mendarat di dasar bathtub.
"Bersihkan dirimu! Aku tunggu di sini sampai kamu selesai mandi. Cepat bersihkan tubuhmu! Jangan menangis seperti itu kalau tidak ingin aku kerjai kamu di sini," suruh Elgar dengan suara keras.
"I-iya, Om! Tapi Om jangan melihat ke sini. Aku-aku mau buka baju."
Elgar hanya mengikuti apa yang gadis itu minta. Karena sesungguhnya dia pun takut khilaf saat melihat tubuh gadis yang masih tersegel itu. Meskipun dia sudah sering melihat tubuh wanita cantik yang menjadi teman kencannya.
Akan tetapi, Elgar selalu merasa jijik saat mereka akan menyerahkan tubuhnya. Karena dia hanya suka bermain-main saja. Menyentuh sequisy kembar atau bagian lainnya. Tanpa ada niat untuk bercocok tanam di ladang mereka.
Setelah memastikan Ayla mandi dengan benar, Elgar pun keluar dari kamar mandi. Dia mengambil jubah mandi yang ada di lemari baju. Saat sudah mendapatkannya, dia pun kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Terlihat Ayla yang sedang membilas tubuhnya di bawah guyuran air shower. Jelas saja, hal itu sukses membuat mata Elgar melotot sempurna. Bagaimana tidak, semua bagian tubuh Ayla terlihat pas dan sempurna di matanya.
Ayla yang baru menyadari kehadiran Elgar, lagi-lagi menjerit kaget. "Aaaa ... Om jangan mengintip aku!"
"Aku sudah melihat semuanya. Pakailah! Agar kamu tidak kedinginan. Aku akan mencari baju yang pas untukmu."
Elgar melemparkan jubah mandi pada Ayla. Dia langsung berbalik dan pergi dari kamarnya. Sungguh, Elgar tidak bisa membohongi dirinya, kalau dia tiba-tiba saja menginginkan tubuh gadis yang tadi dilihatnya.
"Sial! Aku harus menidurkannya. Sebaiknya aku ke kamar papa dan menumpang kamar mandi di sana," gerutu Elgar seraya berjalan tergesa-gesa.
Sementara Ayla langsung memakai jubah mandi yang Elgar berikan. Dia pun segera menuju ke tempat tidur dan duduk di tepinya. Ayla termenung sendiri, mencari cara agar bisa keluar dari tempat yang terlihat indah, tetapi sangat mengerikan baginya.
Mama, Papa, tolong aku! Om jahat itu mengurung aku di sini. Mama, Papa, Aku ingin pulang!
...~Bersambung~...
Lumayan lama Elgar berada di kamar mandi. Menidurkan sesuatu yang nampak berdiri tegak. Dia jadi berfantasi liar pada tubuh gadis kecil itu, membuat dia harus menidurkan El kecil yang tiba-tiba saja terbangun.
Gila! Benar-benar gila, baru kali ini aku merasakan hal yang seperti ini. Aku hanya ingin bermain-main dengan dia. Tapi sekarang ... Melihat tubuhnya saja membuat aku kalang kabut. Sepertinya aku harus mencobanya, menyentuh apa yang ingin aku sentuh. Sebelum aku pulangkan dia ke rumahnya. Hehehe ... Kamu memang hebat Elgar!
Elgar segera membersihkan dirinya setelah bermain solo. Dia mencari baju mamanya yang tersimpan di sana. Setelah mendapatkannya, dia pun kembali ke kamarnya. Namun, baru saja dia akan membuka pintu, ponsel pintarnya terdengar berbunyi. Tertera di sana, nama assisten-nya melakukan panggilan.
"Halo Lexy, ada apa?" tanya Elgar setelah tersambung.
"Lagi di mana, Bos?"
"Di villa, kenapa?"
"Apa Bos lupa kalau satu jam lagi meeting dengan klien dari luar negeri? Bukankah aku sudah mengingatkan sebelumnya? Kenapa belum kembali ke perusahaan?"
"Sial! Kenapa sampai lupa kalau ada meeting? Kamu jemput aku pakai heli di villa Kenangan, sekarang!"
"Baik, Bos!"
Elgar segera menutup panggilan teleponnya. Dia bergegas masuk ke kamar dan memberikan baju ganti untuk gadis itu.
"Pakailah! Kali ini kamu selamat, karena aku ada urusan mendesak. Entah kalau besok, persiapkan dirimu untuk melayani aku."
Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Elgar langsung berbalik akan pergi. Namun, Ayla segera memegang tangan Elgar erat dan berkata, "Om, aku lapar! Apa tidak ada makanan di sini?"
"Ck! Merepotkan!" dengus Elgar kasar. "Kamu tunggu di sini! Jangan coba-coba kabur! Karena tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke dalam ruangan ini tanpa seijin keluargaku."
Elgar langsung pergi begitu saja, meninggalkan Ayla yang sedikit ketakutan berada di kamar itu sendiri. Laki-laki itu langsung masuk ke ruang utama villa itu dan mencari keberadaan pengurus villa. tapi sepertinya pasangan paruh baya yang biasanya melayani keluarganya itu, sedang beristirahat di kamarnya.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Elgar pun mencari makanan di dapur. Tetapi tidak banyak makanan yang tersedia di sana. Hanya ada buah-buahan dan susu yang memenuhi isi lemari es.
"Bibi belum belanja kali ya, sampai kosong begini. Padahal, setiap kali aku dan keluarga liburan, isi lemari es pasti penuh dengan makanan. Aku suruh Lexy saja untuk belanja dan membawa banyak makanan ke sini," gumam Elgar.
Dia pun segera merogoh kantong jasnya dan mengambil ponsel yang selalu dia simpan di kantong jas bagian dalam. Setelah mendapatkannya, Elgar segera menghubungi asistennya.
"Halo Lexy, bawa makanan yang banyak saat menjemput aku. Apa saja, yang penting bisa membuat perut kenyang dan tidak mudah basi. Aku tunggu!"
"Baik, Bos!"
Tanpa permisi, laki-laki tampan itu langsung menutup ponselnya. Dia menunggu kedatangan Lexy seraya berseluncur di dunia maya. Saat dia melihat sosial media sepupunya, Elgar baru tahu kalau gadis yang dia bawa itu ternyata teman satu sekolah sepupunya.
"Eh, ternyata dia temannya Shaka. Biarkan saja! Paling satu minggu aku sembunyikan dia di sini. Setelah itu baru aku suruh pulang. Aku penasaran bagaimana rasanya bermain-main dengan bocah cabe-cabean."
Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara helikopter di halaman belakang villa. Elgar segera menghampiri Lexy yang baru turun dengan dua tentengan kantong plastik yang berisi makanan.
"Ini Bos pesanannya! Untuk siapa?"
"Jangan kepo kamu Lexy! Sudah cepat sini, kamu tunggu sebentar! Aku masuk dulu ke villa."
Elgar segera mengambil dua kantor plastik dari tangan Lexy. Setengah berlari, dia memasuki villa dan menuju ke ruang bawah tanah. Terlihat Ayla sudah berpakaian rapi sedang menonton televisi di kamar.
"Ini makanannya! Oh iya, nama kamu siapa?"
"Aku Ayla, Om! Nama Om siapa? Om, boleh aku menelpon keluargaku dulu gak? Aku hanya mau bilang kalau aku dikurung sama Om di sini. Biar keluarga aku gak cemas. Karena hari ini aku ulang tahun Om. Pasti mama papaku sedang menunggu aku pulang," pinta Ayla dengan wajah yang memelas.
Setelah tadi dia berpikir banyak, Alya berpikir kalau harus merayu laki-laki itu agar dia dibebaskan. Kalau dengan perlawanan, sudah pasti dia akan kalah.
"Tidak bisa! Kalau kamu ingin segera dibebaskan, kamu harus patuh dan berkelakuan baik. Tidak boleh membantahku! Aku pergi dulu!"
Secepatnya Elgar keluar dari ruang bawah tanah. Selain sudah ditunggu oleh Lexy, Elgar tidak mau kalau pengurus villa mengetahui tentang gadis yang dia kurung.
Sementara Ayla, memakan makanan yang Elgar bawa dengan terus menggerutu, "Dasar tua bangka! Cowok nyebelin! Setan jelek! Dia pergi entah kemana, sedang aku harus di sini sendiri. Coba kalau aku di rumah, sekarang mungkin sedang pesta. Makan kue tart, dapat kado dari mama papa, om tante dan si kutub es Kelvin."
"Oh iya baru ingat, Kelvin bilang, mau kasih kado istimewa buat aku pas ulang tahun ke tujuh belas. Kira-kira apa ya?"
Ayla terus saja bergelut dengan pikirannya. Sampai tanpa terasa roti satu bal sudah habis dia makan semua. Perlahan Ayla kembali tertidur dengan perut yang kekenyangan.
Sementara jauh dari daerah villa, tepatnya di sebuah rumah megah milik keluarga Bramantyo. Terlihat pasangan suami istri sedang mondar-mandir di rumahnya. Pasalnya, hari sudah sore tetapi putri mereka belum juga pulang. Apalagi, hari ini ulang tahun anak kembarnya yang ke tujuh belas.
"Pah, sudah kirim orang untuk mencari ke sekolah Ayla? Kenapa perasaan Mama sangat tidak enak?" tanya Mama Rafika, ibu kandung Ayla.
"Sudah, Mah. Papa juga merasakan hal yang sama. Seperti terjadi sesuatu pada putri kita. Tapi Mama jangan cemas! Papa pasti akan berusaha untuk mencari keberadaan dia," jawab Papa Erlangga, ayah kandung Ayla.
"Aku sudah menghubungi teman-teman Ayla, Mah, Pah. Tapi kata mereka, Ayla sudah pulang dari tadi. Tidak ada yang tahu ke mana Ayla pergi," ucap Agya, saudara kembar Ayla.
"Apa tadi, dia tidak pulang dengan Kelvin?" tanya Mama Rafika lagi.
"Tidak Mah, Kelvin pulang sore, katanya habis latihan basket di sekolah. Tapi dia tidak melihat Ayla saat pulang sore."
"Ya Tuhan, ke mana putriku? Tidak biasanya Ayla pergi sendiri. Pasti ke mana-mana ada yang menemani. Apa yang harus kita lakukan sekarang, Pah?"
"Kenapa Mama tidak mencoba telepati dengan Ayla. Bukankah Mama bisa melakukan hal itu dengan Aki?" tanya Erlangga dengan menatap dalam istrinya.
"Mama belum pernah mencobanya. Kalau dengan Aki, Mama sering melakukannya sedari Mama kecil. Ya sudah, Mama mencobanya dulu. Semoga saja, Mama masih bisa berkonsentrasi. Karena semenjak Aki meninggal, Mama tidak pernah memakainya lagi."
...~Bersambung~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!