Terlahir cantik, manis, dan menggemaskan, itulah Nina sewaktu kecil. Karena parasnya yang imut-imut, dia selalu digendong oleh tetangga juga sanak saudara dari pihak Mama maupun Papa nya. Nina Verra Gandi, nama yang cantik yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Sejak kecil dia memiliki teman pria yang bernama Rifki Yohannes. Keduanya selalu bersama karena memang mereka bertetangga. Selain itu, orang tua Nina dan Rifki juga teman sebangku saat kuliah di Sulawesi Selatan. Nina, panggilan singkat dari orang-orang, termasuk dari orang tuanya, adiknya, dan sahabatnya itu. Saat ini, Nina baru SMA kelas dua. Dia sekolah di salah satu SMK yang ada di Kabupaten Bacan, namanya SMK Aktif Belajar. Di sana dia mengambil Jurusan Kesehatan.
Awalnya Nina ingin masuk Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, namun Rifki melarangnya lantaran di Jurusan TKJ atau Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan–kebanyakan pria. Memang ada wanita, tapi biasanya tak bertahan lama mereka akan pindah jurusan. Itulah yang Rifki katakan pada Nina. Nyatanya tidak, Rifki hanya ingin Nina masuk Jurusan Kesehatan, seperti dirinya.
Terlahir dengan paras cantik, membuat Nina kerap digoda oleh kaum pria bermodal tampan. Walau begitu, Nina menolak cinta para pria tersebut. Hingga kehadiran pria yang bernama Haikal Lutfi membuat Nina membuka hati untuk pertama kalinya.
Rifki Yohanes, pria tampan di Kesehatan SMK Aktif Belajar. Ia kerap dipanggil Iki, nama yang cukup singkat. Iki jatuh hati pada gadis cantik yang sekolah di SMA Satu, namanya Novita Jasmine. Dia dan Novi menjalin hubungan namun kandas ditengah jalan, entah apa alasannya, Iki pun tak diberitahu.
Dika Argantara, anak orang kaya yang bergonta ganti kekasih. Dia juga anak SMK Aktif Belajar Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Dia dan Rifki memulai pertemanan sejak mereka ospek.
Sinta Lestari, dia termasuk wanita yang pernah pacaran dengan Haikal Lutfi, kekasih Nina. Saat SMK kelas satu, Sinta menaksir Rifki. Namun, cinta nya tak pernah ia utarakan. Sinta lebih memilih memendam daripada mengutarakan, hingga rasa itu beralih pada salah satu teman prianya yang juga satu kelas dengannya.
Gio Bisfain, dia juga satu jurusan dengan Nina, Sinta, Lutfi dan Rifki. Sejak SMK kelas satu, dia telah jatuh cinta pada Sinta. Berhubung dia dan Sinta cukup dekat, dia tak mau pertemanan mereka menjadi renggang–karenanya, dia memilih diam. Setahun lebih memendam, akhirnya Gio mengutarakan cintanya pada Sinta.
Alan Mandala, pria tampan jurusan Akutansi di sekolah yang sama dengan Nina dan kawan-kawannya. Alan jatuh cinta pada satu wanita yang tak lain adalah teman dekat Sinta, namanya Clara Clarisa. Tidak percaya diri, Alan memendam rasa itu hingga mereka SMK kelas dua.
.
.
Bacan, Labuha 24 April 2014
Suasana sekolah begitu ramai, banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang di depan ruang kelas. Karena memang saat ini sedang jam istirahat pertama. Di kantin, dekat pohon mangga, Nina dan Sinta serta Clara sedang menikmati nasi kuning hasil olahan Ci Wia yang dikenal enak. Bahkan beberapa siswa dari sekolah lain datang ke SMK Aktif Belajar hanya untuk menikmati nasi kuning di kantin Ci Wia.
Nasi kuning, sambal pedas, kerupuk udang, tahu rebus yang dicelupkan dengan saus pedas–itulah yang ada di dalam piring Nina, Sinta dan Clara. Di samping piring ada segelas es rasa mangga kesukaan mereka bertiga.
"Pedas tapi enak!" Sinta bergumam dan sekali kali dia menyeruput minumannya.
"Nasi kuning Ci Wia memang lezat!" timpal Clara mengeluarkan udara dari mulutnya.
"Yang bikin aku rajin sekolah ya ini, nasi kuning ini yang bikin aku nggak betah di rumah," ujar Nina yang pada dasarnya benar. Pagi sebelum apel, Nina akan ke kantin. Jam istirahat pertama, dia juga akan ke kantin, jam istirahat ke dua, dia juga akan ke kantin. Pulang pun, dia akan ke kantin hanya untuk mengambil nasi kuning yang sudah dia bayar dari pagi hari.
Bel masuk bergema, Nina dan kedua temannya segera menghabiskan makanan mereka. Lalu kembali ke kelas. Duduk di kursi masing-masing, Nina mencari keberadaan sahabatnya, Rifki. Dan juga Haikal, kekasihnya. Menoleh di depan Jurusan Sekretaris, dia melihat Rifki jalan bersama Ana.
"Cis! Suka sekali dekati anak orang tapi ujung-ujungnya hati untuk cinta pertamanya." Nina bergumam. Menghembuskan napas pelan, dia tersenyum setelah melihat Haikal masuk ke dalam kelas.
"Dari mana kamu?" tanya Nina setelah Haikal duduk di kursi.
"Dari Smansa," jawab Haikal dengan jujur.
Tak ingin bertanya buat apa di sana, Nina hanya mengangguk lalu mengeluarkan bedak dari dalam tasnya. Memoles wajahnya dengan sedikit bedak, kemudian membenarkan rambutnya yang digerai. Poni yang sempat acak acakan, ia benarkan akan menampilkan keindahan.
"Cantik bangat sih pacar aku ini," bisik Haikal.
Dipuji oleh kekasih hati, tentu membuat Nina berbunga bunga. Gadis cantik itu tersenyum menatap wajahnya lewat cermin kecil yang selalu ia bawa. "Aku memang cantik dari sejak lahir. Jadi berterima kasihlah pada orang tuaku karena telah melahirkan aku yang imut ini."
Haikal terkekeh. Sementara menggoda Nina, satu pesan masuk di ponselnya–segera pria itu membuka lalu membacanya. "Iya, nanti aku jemput," tulis Haikal dalam pesan balasan.
"Haikal, dari siapa?" tanya Nina mengerutkan kening.
"Dari teman aku, dia minta aku menjemputnya. Jadi aku bilang iya, kebetulan rumah kami searah," jelas Haikal. Benar, temannya itu meminta dijemput, tapi teman yang ia maksud bukan sembarang teman.
Kembali mengangguk, Nina percaya tanpa curiga. Kehadiran Rifki membuat Nina melupakan Haikal yang ada di sampingnya. Nina melambaikan tangan pada Rifki meminta pria itu untuk segera menghampirinya.
"Bagaimana? Ana mau?" tanya Nina penasaran.
"Mau? Mau apa?" tanya Rifki tak paham.
Nina mendekatkan wajah pada Iki. "Kamu mau tanya Ana kan? Ayo ngaku ...." Tersenyum, Nina menjauhkan wajahnya.
.
.
Tiba waktunya pulang, Nina dan Rifki juga Haikal ke parkiran. Haikal sengaja mengenakan helem pada Nina karena dia tidak suka melihat Rifki membantu Nina mengenakan helem. "Hati-hati ya," ucap Haikal tersenyum.
Mengangguk, Nina langsung naik di atas motor. Dia dibonceng oleh Rifki karena orang tua Nina tak mengizinkan Nina mengendarai motor sendiri. Melihat Nina dan Rifki sudah keluar dari area parkiran, Haikal segera mengendarai motornya menuju SMA Satu. Setibanya di sana, seorang wanita berseragam putih abu-abu menghampirinya.
"Lama bangat sih, Kak!" Ketusnya seraya naik di atas motor.
"Maaf, Sayang," ucap Haikal tersenyum. Melanjutkan perjalanan, Haikal dan wanita yang ia panggil sayang itu ke rumah makan Afi. Di mana di dalam sana sudah ada dua keluarga tengah berkumpul menikmati makan siang bersama.
Memarkirkan motor, Haikal dan Novi menghampiri keluarga mereka. Berbincang mengenai Haikal dan Novi, mereka semua tampak bahagia.
Sementara di lain tempat, Nina baru saja tiba di rumah. Dia masuk ke dalam sambil melihat chat masuk di aplikasi WhatsApp. Masa bodo, Nina yakin, Sinta sengaja mengirim foto Haikal yang sedang boncengan dengan Novi. Secara Sinta dulu dia pernah pacaran dengan Haikal, bisa jadi dia masih memiliki perasaan pada Haikal. Pikir Nina.
Tanpa Nina ketahui, Haikal memiliki kekasih lain selain dirinya. Dan itu adalah Novi. Bahkan dia juga memiliki pacar, namanya Hana, ana SMK Kelautan.
Kompleks BTN Sirna, jln Bunga Sari, RT 04, blok A2/2, itulah alamat rumah Nina dan blok A2/3 adalah alamat rumah Iki. Dari jarak sekitar 150 meter, music terdengar menggema, bahkan banyak Ibu-Ibu, Bapak-bapak, bahkan anak remaja yang sedang berjoget di dalam tenda. Mereka memeriahkan acara pernikahan yang digelar di depan rumah Bapak RT. Rifki yang hobi menonton orang joget, berniat akan ke sana walau hanya sekedar nonton saja. Sebelum ke acara, Rifki menyempatkan diri untuk mandi.
"Iki ..."
"Iki ..."
"Iki ..."
Nama itu terus dipanggil oleh seseorang. Dialah Nina Verra. Nina memasang telinga di tembok kamar samping tempat tidur. Karena memang kamarnya bersebelahan dengan kamar Rifki.
"Dia di mana sih!" ketus Nina.
Sang pemilik nama keluar dari kamar mandi setelah mendengar sahabatnya, Nina, memanggilnya. "Iya, Nina, bagaimana?" tanya Iki mengambil tempat di sisi tempat tidur dekat dinding. Mengeringkan rambutnya sambil mendengar apa yang akan dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Temani aku ketemuan, yuk," pinta Nina.
"Besok saja, Nina. Malam ini aku mau nonton orang joget," balas Rifki menjelaskan.
"Ayolah, Iki ... Kan masih ada besok malam," bujuk Nina.
Menghela napas panjang, menghembuskannya perlahan. "Ya sudah, cepat bersiap-siap." Iki beranjak dari sisi tempat tidur.
"Oke, aku bersiap siap dulu." Nina segera beranjak dari tempat tidur kemudian bersiap siap. Selesai, dia memanggil Iki lagi. Empat kali memanggil namun pria di sebelah rumah tidak menjawab. Tiba-tiba saja pintu kamar Nina diketuk dari luar, Nina segera membuka pintu dan mendapati adiknya, Sukini di depan pintu.
"Ada Kak Iki di depan," beritahu Sukini berlalu meninggalkan sang Kakak.
Nina tersenyum, dia segera menemui Iki yang saat ini sedang duduk bersama Papa Nawan dan Mama Sarah, orang tua kandung Nina. Mengambil tempat di samping Iki, Nina menyenggol lengan sahabatnya itu. "Ayo," ajak Nina berbisik.
"Om, Tante, nanti jam sepuluh kami sudah di rumah," ucap Iki sebelum beranjak dari sofa.
Papa Nawan dan juga Tante Sarah tersenyum. "Jangan lewat dari jam sepuluh, jika itu terjadi, maka kalian berdua akan Om jodohkan."
Nina terkekeh, begitu juga dengan, Iki. Iki dan Nina mencium tangan Mama Sarah dan Papa Nawan kemudian keluar dari rumah. Seperti biasa, Iki selalu membantu Nina mengenakan helem. "Kamu ini, mau sampai kapan begini terus. Kamu harus bisa mengenakan helem sendiri," cecar Iki.
"Sampai kita berdua dipisahkan oleh ajal. Ingat, kamu harus menikah dengan adikku, dengan begitu kita akan tinggal di rumah yang sama." Tersenyum, Nina berucap sesukanya.
"Aku ini laki-laki, setelah menikah, aku akan mengajak istriku pergi. Jadi kita berdua pasti akan dipisahkan oleh takdir. Ayolah, Nina. Kamu harus bisa mandiri," nasehat Iki.
Nina cemberut, dia naik di atas motor. Begitu juga dengan Iki yang naik di atas motor. Melaju dengan kecepatan sedang, Iki menyanyikan lagu cinta yang diikuti oleh Nina. Bernyanyi bersama, Nina lupa memberitahu alamat dan Iki pun tidak bertanya.
"Iki, kita di mana sekarang?" tanya Nina yang baru sadar.
"Sepertinya di Tembal," jawab Iki dengan santai.
"Ciisssss ... Kok kamu nggak nanya sih!" ketus Nina.
"Ya sudah, Nina, kita mau ke mana?" tanya Iki dengan santai. Pertanyaan Iki yang telat membuat Nina menggeram kuat. Bahkan dia mencubit pinggang Iki. Iki hanya bisa menarik senyum tanpa menimbulkan suara.
"Putar balik! Aku dan Haikal ketemuan di pantai Mandaong," jelas Nina sedikit ketus.
Melaju dengan kecepatan sedikit tinggi, akhirnya Nina dan Iki tiba di pantai Mandaong. Mereka mencari Haikal namun pria itu tidak ada. Nina melirik jam pada pergelangan tangannya, masih lima menit lagi dari waktu yang disepakati. Itu tandanya Nina datang lima menit lebih awal.
Dua puluh menit berlalu, Haikal tak jua menunjukan batang hidungnya, bahkan nomor pria itu tidak aktif. Nina kesal, juga sedih. Dia mendekati Iki yang duduk di atas motor. "Ayo kita beli es krim," ajak Nina lalu duduk di belakang Iki.
Sepanjang jalan, Nina terus diam seribu bahasa. Iki pun tak ingin bertanya kenapa, karena memang dia sudah tahu apa penyebab sahabatnya itu diam. Tak berapa lama, terdengar Nina menangis. "Iki, kok kamu nggak nanya sih aku kenapa!" ketus Nina menyeka air matanya.
"Kamu haid?" tanya Iki. Dia dan Nina berteman sejak kecil. Dia tahu bagaimana Nina. Bahkan dia tahu makanan dan warna kesukaan Nina. Iki juga tahu bagaimana Nina saat sedang kedatangan tamu. Dan yang pasti, dia adalah pria pertama yang tahu Nina haid untuk pertama kalinya.
"Iya," jawab Nina pelan.
"Ya sudah, ayo kita pulang." Iki menambah laju kenderaan roda dua yang dikendarainya. Tak berapa lama, mereka tiba di rumah. Iki mengantar Nina sampai wanita itu masuk ke dalam rumah. Lalu dia berjalan masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Nina. Bahkan mereka satu pagar rumah.
Sesampainya di kamar, Nina memanggil Iki. "Iki, kamu sudah mau tidur?" tanya Nina.
Tak ada jawaban, karena Memang Iki masih di dapur mengambil air minum. Iki tinggal sendiri karena orang tuanya tinggal di Luar Kota. Bukan tak ingin mengajak Iki ikut bersama mereka tapi Iki yang tidak mau ke Bandung.
"Iki, kamu dengar nggak?" tanya Nina lagi.
Terdengar pintu kamar di sebelah terbuka. Nina yakin, Iki baru masuk kamar. "Iki," panggil Nina.
"Iya, Nina. Apa lagi?" tanya Iki.
"Besok kan hari minggu, bagaimana kalau kita ke Derbi," tawar Nina.
"Percuma juga ke sana, Nina. Kamu nggak bisa mandi-mandi. Kan kamu lagi kedatangan tamu," jelas Iki.
Nina terdiam membenarkan. Dia tak lagi mengajak Iki bercengkrama, melainkan sibuk menghubungi Haikal. Dua kali mencoba dan nomor Haikal aktif. Panggilan ke tiga langsung di jawab oleh si pemilik ponsel.
"Hallo," sapa seseorang di seberang telepon.
Nina mengerutkan kening. "Kok suara perempuan," batin Nina.
"Maaf, Kakak siapa ya? Bukannya ini nomor Haikal."
"Ah iya, ini memang ponsel Haikal. Tadi ponselnya kehabisan daya jadi dia minta aku untuk mengisi daya ponselnya. Boleh tahu ini dengan siapa ya?" wanita di ujung telepon bertanya.
"Aku temannya," jawab Nina berbohong.
"Sayang, Mama nyariin kamu tuh," kata seorang pria di ujung telepon. Sepertinya itu ditunjukan pada wanita yang menjawab panggilan dari Nina. Tapi ... suara pria tadi seperti Haikal. Benar, itu suara Haikal. Siapa, siapa wanita yang menjawab panggilan dari Nina. Dan kenapa dia memanggilnya Sayang. Dan lagi, Mama mencarinya. Mama? Mama siapa? Orang tua wanita itu atau orang tua Haikal.
Nama wanita yang menjawab panggilan dari Nina adalah Novita Jasmine. Dia calon istri Haikal yang tak lain adalah mantan pacar Rifki Yohanes. Ya, Haikal dijodohkan dengan Novi namun pria itu bermain gila di belakang wanita yang telah dijodohkan dengannya. Hubungan Haikal dan Nina tak diketahui oleh orang tua Haikal, bahkan orang tua Nina juga tidak tahu itu. Setahu orang tua Haikal, putra mereka tidak memiliki kekasih.
Hari senin tiba, seperti biasa, Haikal mengantar Novi ke sekolah sebelum ia ke sekolahnya. Haikal sekolah di SMK Aktif Belajar sementara Novi di SMA Satu atau biasa disebut Smansa. Mereka satu arah, namun Smansa lebih dulu baru SMK.
"Sayang, nanti aku pulang naik ojek aja. Soalnya hari ini kami pulang agak cepat," kata Novi. Seperti kakak beradik, Novi mencium tangan Haikal sebelum ia masuk ke dalam gerbang sekolah. Teman teman Novi pun mengira Haikal adalah Kakak sepupu Novi, karena memang Novi tak memberitahu mereka siapa Haikal sebenarnya.
Haikal memastikan Novi masuk ke dalam gedung sekolah barulah pria itu melanjutkan perjalanan. Tiba di sekolah, Haikal melihat Nina bersama Iki yang juga baru tiba. Haikal segera menghampiri Nina.
"Nina, maaf ya, semalam ponselku kehabisan daya." Haikal meraih tangan Nina.
"Lalu siapa yang kamu panggil, Sayang?" tanya Nina tanpa menunggu nanti. Memang sejak semalam Nina ingin bertanya tapi dia takut, takut wanita yang tak Nina kenal akan akan membaca pesan darinya.
Degh!! Haikal menelan sedikit saliva nya. Beberapa detik setelahnya ia menarik senyum. "Ah itu, itu adik sepupu aku yang sekolah di Smansa. Aku memang suka memanggilnya, Sayang," jelas Haikal berbohong.
Tersenyum, Nina bahagia mendengarnya. Baik Nina maupun Haikal mengabaikan keberadaan Iki yang masih duduk di atas motor. Dia mendengar dengan jelas bahkan sangat jelas tentang perbicangan Nina dan Haikal. Nina mengikuti Haikal ke kantin, di susul oleh Iki yang selalu menjaga Nina bagai saudara atau lebih tepatnya Iki seperti bodyguard Nina.
Iki mengambil tempat di meja paling sudut dekat Nina. Dia mengambil satu bungkus nasi kuning, kerupuk dan tak lupa memesan minuman dingin. Kemudian ia mengambil piring dan juga sendok serta sambal. Makan dengan lahap, Iki mengabaikan perbincangan Nina dan Haikal.
"Sudah?" tanya Nina pada Iki.
"Sudah, tapi aku belum minum," jawab Iki. "Ci Lia, jangan lupa pesananku," ucap Iki mengingatkan.
Wanita separuh baya yang berkerudung silver itu tersadar, dia belum menyiapkan minuman dingin untuk Rifki. Segera dia mengambil segar sari rasa mangga. Tak berapa lama, minuman dingin pesanan Iki diantarkan. "Maaf, Rifki, tadi Ibu lupa!" Tersenyum, Ci Lia segera berlalu setelah Rifki membalas senyum Ci Lia.
Bel apel pagi mulai terdengar, Rifki segera beranjak dari kursi menyusul Nina dan Haikal yang sudah lebih dulu pergi. Rifki berdiri di samping Nina, dia memang selalu seperti itu. Baik apel pagi maupun apel siang, dia selalu berdiri di samping Nina.
Usai apel pagi, Rifki masuk ke kelas. Seperti biasa, dia duduk di belakang Nina karena di samping Nina ada Haikal. "Belajar dulu, Nina. Nanti saja pacarannya," tegur Iki.
Nina cemberut, namun dia menurut. Sementara Haikal mulai sibuk dengan gawainya. Pria itu mengirim pesan pada Novi. Tentu itu tanpa sepengetahuan dari Nina. Karena tak ingin ketahuan, Haikal kerap menghapus pesan masuk maupun pesan keluar. Dia tidak mau Nina tau tentang dia dan Novi.
"Selamat pagi." Ibu Guru Karmila masuk ke dalam kelas lalu berdiri di sisi meja guru. "Kumpul semua buku tugas kalian di atas meja Ibu." titahnya kemudian duduk.
Semua siswa dan siswi mengumpul buku tugas mereka. Lalu bersiap menerima materi yang akan dibawakan oleh Ibu Karmila. Proses belajar dimulai, Nina begitu serius memperhatikan juga mencerna apa yang diterangkan Ibu Karmila di depan kelas hingga kelas pertama berakhir.
"Nina, temani aku ke perpustakaan yuk, sekalian kita buat tugas matematika di sana," ajak Iki.
"Maaf, Iki. Aku dan Haikal mau ke Toko Bandung, ada yang mau Haikal beli di sana," jelas Nina.
Iki tak menanggapi apa-apa lagi, dia langsung saja berdiri. "Sinta, ke perpus yuk." Iki mendekati wanita yang dia panggil Sinta itu.
Sinta bersorak girang dalam hatinya. Tak mengapa dia memendam perasaannya terhadap Iki, daripada mengungkapnya namun ditolak. Iya, kan. "Ayo, Rifki." Sinta berdiri.
"Iki, sama aku juga." Clarisa, teman Sinta juga berdiri. Sementara teman-teman yang lain ada yang sibuk memoles bedak pada wajah, ada yang mengenakan lipstik, ada yang merapikan rambutnya bahkan ada yang sudah di kantin. Bukan hanya itu saja, ada juga yang ke tempat pertemuan para wanita dan pria–gedung belakang sekolah Jurusan TKJ juga Sekretaris. Berbeda dengan Farmasi yang belakangnya kuburan. Sementara gedung Akutansi, di belakangnya pagar rumah orang lain.
Nina dan Haikal dalam perjalanan ke Toko Bandung, keduanya tertawa bersama. Bahkan Nina tak segan berpegang pada pinggang Haikal, tapi bukan berarti gunung kembarnya juga mengenai belakang Haikal. Tidak! Nina masih waras.
Setibanya di Toko Bandung, Nina dan Haikal berkeliling mencari jaket untuk Haikal. "Sial!" umpat Haikal.
Haikal menarik tangan Nina untuk bersembunyi namun Satpol PP telah melihat mereka. Akibatnya mereka di seret keluar oleh Satpol PP. Seperti biasa, anak-anak yang di diduga berkeliaran di jam sekolah akan dipanggil orang tuanya atau diantar kembali ke sekolah menggunakan mobil satpol PP.
"Pak, tolong jangan hubungi orang tua saya." Nina menangis. "Nanti Papa sama Mama Saya marah." Tambahnya.
"Nina, jangan menangis," tegur Haikal.
Nina masih saja menangis, dia malu, malu dilihat orang-orang. Mobil Satpol PP selalu menjadi pusat perhatian orang-orang saat mobil itu berkeliaran di jam sekolah. Tiba di sekolah, para siswa dan siswi berteriak meledek bahkan ada yang sampai tertawa.
"Itu apa, masih jam sekolah tapi sudah pacaran." komentar siswa jurusan Farmasi.
"Bikin malu sekolah saja," gumam Sinta yang sementara mengintip lewat jendela.
Iki hanya diam menatap Nina yang menunduk, seperti dugaan Iki, Nina pasti menangis. Sebagai sahabat, juga tetangga rumah, Iki merasa kasihan pada Nina. Iki yakin, Nina malu bahkan kemungkinan besar Nina tidak akan masuk sekolah.
"Sinta, Clarisa, aku harus pergi sekarang. Tugasnya besok baru dilanjut ya." Iki beranjak dari kursi, kemudian menghampiri Nina di kelas.
Nina menenggelamkan wajah di meja, tangisnya sudah mereda namun rasa malu masih menyeruak di dalam dirinya.
"Nina," panggil Iki setelah berdiri di samping Nina.
Nina mendongak, mendapati Iki menatapnya. "Iki," lirih Nina.
"Ayo pulang," ajak Iki. Iki mengambil tas Nina kemudian menarik tangan sahabatnya itu. Mereka ke parkiran dimana Iki memarkirkan motornya. Seperti biasa, Iki akan membantu Nina mengenakan helem. Dan hal itu dilihat oleh Haikal yang termakan api cemburu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!