Malam ini seperti biasa, dirinya akan bekerja sebagai seorang witers di salah satu club malam terkenal. Entah sampai kapan Medina bisa bertahan hidup di tempat seperti ini. Dia adalah seorang anak yatim piatu yang di adopsi seorang wanita bernama Sonya pada usia 17 tahun. Medina tentu mau karena dia ingin melanjutkan sekolahnya. Ibu panti tidak sanggup untuk membiayai anak-anak panti yang tidak sedikit itu untuk sekolah tinggi-tinggi. Jadi Medina langsung mengiyakan saat Sonya ingin mengadopsinya.
Namun, saat dia dibawa oleh perempuan itu. Medina harus kebingungan karena dirinya tidak tinggal bersama Sonya. Namun bersama para wanita dengan pakaian kurang bahan, alias sangat minim. Medina baru tahu jika ini adalah sebuah mess untuk semua wanita.
Pada awalnya dia masih merasa aman saja, tapi saat hari menjelang tengah malam. Suara musik dari belakang mess ini terdengar begitu jelas. Medina curiga, dia berjalan keluar dari kamarnya menuju pintu belakang dari mess ini. Sebelum sampai di pintu, Medina melihat banyak pria dan wanita yang lalu lalang. Masuk ke dalam kamar mereka. Hingga dia benar-benar sampai di pintu belakang mess.
Saat membukanya dia benar-benar terkejut, sebuah tempat hiburan malam yang sangat mewah. Suara musik terdengar begitu memekakkan telinga. Medina tercengang saat melihat beberapa wanita menari dengan pakaian sangat minim. Menari di sebuah tiang hanya untuk mendapatkan perhatian dari beberapa pelanggan pria yang datang ke tempat itu.
Mommy Sonya datang menghampirinya, dia menarik lengan Medina yang masih diam mematung dengan keterkejutannya. Mommy Sonya menariknya ke sebuah lorong kamar yang sepi. Dia memojokkan Medina di dinding, menatapnya dengan tajam.
"Apa? Kau terkejut dengan semua ini? Ya, ini adalah pekerjaan Mommy, Sayang. Dan kamu sebentar lagi akan menjadi anak buah Mommy yang sangat Mommy sayangi"
Deg..
Medina tidak bisa berbuat apa-apa, dia benar-benar terkejut dengan ucapan Mommy Sonya saat ini. Jadi, dia di adopsi dari panti bukan untuk di jadikan anak dalam kata yang sebenarnya, tapi di jadikan anak asuh Mommy Sonya dengan bekerja sebagai wanita malam. Tidak! Medina tentu tidak akan mau melakukan itu.
"Mommy, aku memohon pada Mommy untuk tidak mempekerjakan aku sebagai wanita malam. Aku tidak papa, jika Mommy akan mengembalikan aku ke panti asuhan atau membuangku di jalanan. Aku tidak papa"
Medina benar-benar akan memohon sebisa yang dia lakukan agar Mommy Sonya tidak menjadikannya seorang wanita malam. Mengingat usia Medina yang saat ini masih terlalu muda. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Sonya tersenyum dengan sinis, dia ingin menertawakan gadis tidak ada harganya di depannya ini. Masih tidak percaya jika ada seorang gadis yang masih mempertahankan harga dirinya, di saat uang sangat dia butuhkan.
"Tidak akan bisa Sayang, kamu sudah Mommy bawa kesini dan mulai sekarang kamu harus menjadi anak Mommy yang penurut" Sonya mengelus kepala Medina dengan lembut, seolah dia benar-benar menyayangi gadis itu.
Medina tetap menggeleng dengan tegas, sampai kapan pun dia tidak akan pernah mau menjadi seorang wanita malam. Apalagi Medina mempunyai seorang kekasih yang dia sangat cintai. Sudah pasti kekasihnya akan sangat kecewa saat mengetahui statusnya itu. Jadi, sekuat tenaga Medina akan tetap menolak tawaran Mommy Sonya, sebesar apapun itu.
"Tidak Mommy, Medi bisa bekerja apa saja selain satu hal itu..." Medina melirik ke arah lain, seorang dengan seragam putih hitam berjalan dengan membawa nampan di tangannya. Medina mulai menemukan jalan keluar dari masalahnya ini. "...Medi mau menjadi waiters di tempat Mommy, tapi tidak dengan pela*cur Mommy"
Sonya terhenyak mendengar ucapan anak angkatnya ini. Dia lebih memilih menjadi sebagai seorang waiters, yang jelas gajinya tidak seberapa. Daripada menjadi wanita malam untuknya, yang bisa membuatnya bahagia dengan penghasilan yang dia dapatkan dari setiap pelanggan yang dia layani. Namun, sepertinya Medina tetap pada pendiriannya.
"Baiklah, kau bisa bekerja menjadi waiters di club Mommy ini. Tapi yang Mommy jamin untuk hidupmu hanya tempat tinggal dab makan disini saja. Untuk segala kebutuhanmu, kau tanggung sendiri. Karena gajimu menjadi seorang waiters tidak seberapa"
"Baik Mom, aku mengerti"
Dan sejak hari itu, Medina benar-benar menjadi seorang waiters hingga saat ini. Medina berjalan mengelilingi club malam dengan membawa nampan berisi beberapa minuman untuk para tamunya. "Silahkan, apa mau wine?"
Ada beberapa orang yang mengambilnya, ada juga yang menolak dengan gelengan kepala. Meski sebenarnya Medina selalu takut karena dalam waktu kerja seperti ini, mau bagaimana pun dia tetap seorang wanita yang pastinya akan menjadikan dirinya menjadi pusat godaan pria yang datang ke tempat ini. Tapi Medina tetap harus melakukan pekerjaan ini, karena entah harus bagaimana caranya agar dia bisa bebas dari tempat terkutuk ini dan terlepas dari jerat Mommy Sonya.
Tempat hiburan malam ini akan di tutup menjelang pagi buta. Biasanya pukul 3 pagi akan di tutup. Jadi, saat pagi menjelang maka suasana kembali seperti biasa. Tidak akan ada yang curiga jika ada sebuah club malam di belakang mess yang d tempati ini.
*****
Pagi ini Medina segera bersiap untuk kuliah, sudah terbiasa jika malam hanya tidur beberapa jam saja karena memang dia harus kembali kuliah di pagi hari. Setidaknya Medina harus bisa merubah nasibnya saat nanti dia bisa terbebas dari tempat ini.
"Kuliah Me?"
Medina menoleh ke arah seorang wanita yang bertanya padanya. Wanita itu adalah anak asuh Mommy Sonya. Sama seperti dirinya, namun bedanya Medina hanya bekerja sebagai waiters. Tidak sepertinya yang bekerja menjadi wanita malam untuk Mommy Sonya.
"Iya Kak"
"Kamu itu sebenarnya tidak perlu kuliah, mendapatkan uang sangat gampang untuk kita yang tinggal disini. Tidak perlu memikirkan harga diri lagi"
Medina hanya mengangguk dan segera berpamitan pada wanita itu untuk pergi ke kampus. Medina tidak ingin menghiraukan ucapannya. Karena memang hanya Medina yang berkuliah di tempat ini, yang lainnya hanya berfikir untuk uang dan uang tanpa harus repot repot kuliah.
Tapi Medina berbeda, dia ingin merubah jalan hidupnya. Dia ingin segera bebas dari cengkraman Mommy Sonya. Medina tidak ingin selamanya hidup di dunia seperti ini. Sudah banyak hal yang dia lewati, sampai kisah percintaannya pun tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.
Medina turun dari angkutan umum, berjalan masuk ke kampusnya. Dia tidak memiliki teman, selain karena dirinya yang sangat tertutup dan juga dirinya yang tidak bisa terlalu bergaul dengan orang-orang. Membuatnya selalu seorang diri di waktu istirahat. Seperti saat ini, saat jam pertama selesai Medina sedang berada dikantin kampus. Dia memakan mie instan, uangnya hanya cukup untuk membeli ini saja. Setidaknya Medina tidak kelaparan saat makan siang.
Setelah hari ini, dia selesaikan dengan begitu lelah. Sudah saatnya Medina kembali ke tempat bekerja malamnya. Melayani setiap orang yang memesan minuman beralkohol disana.
Hingga seseorang yang menatapnya di sofa ujung ruangan ini membuat Medina mematung di tempatnya. Seorang pria yang menatapnya dengan tajam. Tatapan yang benar-benar merendahkan. Entah kenapa dia datang kembali ke tempat ini? Setelah beberapa tahun yang lalu dia pergi meninggalkannya.
"Waiters.."
Pria itu memanggilnya dengan melambaikan tangan.
Bersambung
"Waiters"
Medina tersadar dan mengerjapkan matanya. Dia berjalan mendekatinya dan memberikan minuman yang dia bawa di atas nampan. Sepertinya hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya, dirinya harus kembali bertemu dengan pria yang telah meninggalkannya sejak 5 tahun yang lalu.
"Silahkan Tuan"
"Hmm"
Pria itu menatap dingin padanya, lalu mengambil sebotol minuman dia atas meja. Menuangkannya ke dalam gelas lalu menenggaknya. Bodohnya Medina masih berdiri disana, entah apa yang dia harapkan. Apa mungkin Medina masih mengharapkan pria itu? Jelas jika dia sudah tidak akan pernah mau melirik Medina sebagai seorang perempuan.
Medina berbalik dan melangkah pergi darisana, namun suara dari pria itu membuat langkah kakinya seketika terhenti.
"Jadi, selama itu kau masih bekerja di tempat ini? Menjadi wanita malam dan menjual dirimu pada banyak pria"
Medina hanya menghela nafas, dia tidak bisa membantah karena memang dirinya hidup di dunia malam. Dan perpisahan dirinya dan Rega, juga karena semua ini.
*****
Sudah sering kali menolak untuk di antar sampai ke rumahnya. Hingga hari ini Medina benar-benar tidak bisa menolak lagi. Adrega, pria tampan yang menyatakan cinta dengan gagahnya di lapangan sekolah. Bagaimana Medina tidak menerimanya. Karena memang dia juga sudah lama menyimpan perasaan yang sama padanya. Namun, dengan tempat tinggalnya dan statusnya yang tidak jelas membuat Medina merasa tidak pantas untuknya. Namun, Rega tetap memaksa dan meyakikan dirinya jika Rega memang benar-benar mencintainya.
Akhirnya Medina memutuskan untuk tidak mengizinkan Adrega untuk mengantarkannya ke tempat tinggalnya. Medina tidak mau jika Rega akan mengetahui tentangnya. Medina masih membutuhkan banyak waktu untuk bisa membicarakan apa statusnya dan bagaimana kehidupannya. Tapi, saat ini Rega benar-benar tidak bisa menunggu lagi. Dia ingin mengetahui dimana tempat tinggalnya.
"Ohh, jadi kamu tinggal disini? Memangnya kamu kerja dimana? Kok bisa tinggal di sebuah mess?"
Medina menggeleng pelan, dia bingung harus menjawab apa karena memang dia tidak bekerja dimanapun sampai bisa tinggal di mess. "Aku hanya di suruh tinggal bersama Mommy disini"
"Ohh, jadi Mommy kamu yang bekerja dan tinggal disini?"
Sebuah kesalah fahaman yang Medina setujui. Dia mengangguk saja sebagai jawaban. Tidak pernah terpikirkan dalam pikirannya jika malam ini Rega akan datang ke tempat tinggalnya. Dan malam itu Rega melihatnya sedang berada di antara orang orang yang berdansa sambil berciuman dan juga para wanita yang menari dengan pakaian yang minim.
Dan sejak saat itu semuanya berbeda, Adrega pergi meninggalkannya setelah lulus kuliah tanpa kejelasan apapun.
*****
"Medina..."
Panggilan itu berhasil membuat Medina menoleh dan menatap ke arah Mommy Sonya yang berdiri menyandar di sebuah meja bar. Dia menghisap nikotin di mulutnya, dengan tatapan tertuju pada anak anak asuhnya yang sedang melayani para tamu dan juga para pelanggan yang tiba tiba datang.
Medina berjalan mendekati Mommy Sonya dengan nampan kosong yang dia peluk di dadanya. "Ada apa Mom?"
"Seorang pria memaksa untuk bertemu denganmu"
Medina mengerutkan keningnya, ini sudah terjadi berkali kali. Selalu ada yang memesan tubuhnya, yang jelas tidak Medina perjual belikan.
"Siapa?"
"Adrega, dia ingin bertemu denganmu dan memaksa kamu untuk menemuinya sekarang!" Ucapan Mommy Sonya terdengar penuh penekanan.
Medina menghela nafas, jika bukan Rega yang ingin menemuinya tentu dia tidak akan menyetujui itu. Medina akan menolak dengan sangat keras pada Mommy Sonya. Namun saat ini dia tidak menolaknya. Dan disinilah dirinya berada. Di depan sebuah mobil mewah. Kaca jendela mobil terbuka dan menampilkan sosok dingin Rega yang memegang kemudi.
"Masuk!"
Medina mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil. Dia hanya diam saat mobil mulai melaju meninggalkan parkiran. Sesekali Medina melirik ke arah Rega, wajah tampan itu masih sama. Namun Rega terlihat lebih dingin dari Rega yang dulu Medina kenal. Ada rindu yang menumpuk di hatinya, hingga Medina benar benar tidak bisa berkata kata lagi saat bertemu dengan cinta pertmanya ini.
Mobil berhenti di parkiran sebuah hotel, Medina sedikit terkejut saat Rega membawanya ke tempat seperti ini. Tapi, dia hanya mengikuti pria itu saat dia memerintahnya untuk mengikutinya.
Masuk ke sebuah kamar hotel yang mewah dengan segala fasilitas yang ada. Medina mulai tidak nyaman saat dia menatap Rega yang duduk di pinggir tempat tidur. Medina berdiri di jarak aman dari pria itu. Tatapan Rega benar-benar membuatnya sangat takut, pria itu menatapnya dengan dingin dan penuh kebencian. Suasana di kamar hotel ini menjadi sangat mencekam.
"Tidak menyangka selama 5 tahun, kau benar benar tidak bisa lepas dari pekerjaanmu itu" suara dingin Rega semakin membuat bulu kuduk Medina merinding. Terakhir kali dia melihat wajah dingin Rega dan suaranya yang seperti itu adalah saat Rega mengetahui dirinya yang bekerja di tempat hiburan malam milik Mommy Sonya.
"Ak-aku..." Sial kenapa aku jadi sulit berbicara seperti ini. Aku ingin menjelaskan semuanya, jika pekerjaan aku dan mereka berbeda. Meski kami bekerja di tempat yang sama.
Rega berdiri, dia mendekati Medina dengan wajah yang datar. Terus melangkah maju seiring tubuh Medina yang terus mundur karena takut dengan apa yang di lakukan mantan kekasihnya itu.
Medina terpojok di dinding, dengan kedua tangan Rega berada di sisi kiri dan sisi kanannya. Mengukungnya. Medina menatap wajah datar Rega dengan jantung yang sudah berdebar kencang. Melihat tatapan benci dari pria itu benar benar membuat hatinya sakit. Pria yang dulu dicintainya, sekarang harus menatapnya dengan benci.
"Tidak ku sangka demi uang, kau rela datang padaku dan menyerahkan dirimu padaku"
Deg..
Perkataan Rega benar benar melukai hatinya. Medina merasa saat ini pria yang mungkin masih menjadi pemiliki hatinya ini, sedang sangat merendahkan harga dirinya yang memang sebenarnya harga dirinya sudah jatuh dari awal.
Tanpa memberikan aba aba, Rega langsung mencium bibir Medina dengan sangat rakus. Medina yang terkejut dengan apa yang di lakukan Rega, hanya bisa terdiam tanpa berniat membalas kecupan dari pria itu.
"Buka mulutmu ja*lang!"
Tess...
Mendengar ucapan Rega padanya, benar benar membuat pertahanan Medina runtuh seketika. Air mata yang dia tahan sejak tadi, kini meluncur juga di kedua pipinya. Ja*lang, panggilan yang sangat menyakitkan. Jika perkataan itu bukan keluar dari mulut Rega, mungkin tidak akan sesakit ini untuk Medina. Tapi kenapa harus Rega? Kenapa harus pria yang pernah menjadi penyemangat hidupnya selama ini. Dan sekarang, pria itu malah menjadi sosok yang membencinya.
Ciuman itu masih terus berlanjut, bahkan dengan kasarnya Rega menggigit bibir bawah Medina agar wanita itu membuka mulutnya. Rega berhenti ketika merasakan ada yang basah di pipinya. Dan dia melihat air mata Medina yang mengalir di pipinya. Dan sialnya, sampai saat ini Rega sangat benci melihat air mata wanita itu. Hati Rega selalu terasa sakit saat melihatnya.
"Mandilah, aku ingin kau menemaniku malam ini. Dan tubuhmu sangat lengket, kau harus mandi dulu sebelum melayaniku"
Deg..
Jadi, dia ingin bertemu denganku hanya untuk ini? Apa bedanya dia dengan pria lain, Ya Tuhan. Tapi, semua ini juga karena kesalahanku.
Bersambung
Medina mengguyur tubuhnya di bawah shower. Membasahi seluruh tubuhnya dengan air mata yang terus mengalir. Pertemuannya dengan Rega, telah membuat dirinya kembali teringat masa lalu. Bagaimana masa-masa remaja dalam hidupnya begitu menyenangkan ketika dia bersama Rega. Namun, apa yang bisa Medina perbuat jika semuanya kini telah berakhir.
Seandainya aku tidak bekerja disana, mungkin aku tidak akan berpisah dengan Rega. Atau mungkin saat ini kita sudah menikah dan menjadi keluarga yang bahagia.
Terkadang Medina merasa lelah dengan hidupnya. Dia yang tidak tahu apa-apa, namun tiba-tiba harus terjebak dengan dunia malam. Meski dia tidak bekerja seperti kebanyakan anak buah Mommy Sonya, tapi semuanya tetap sudah terjadi. Apapun alasannya, prasangka setiap orang akan menjadikan dirinya sama seperti yang lain.
Medina pernah berusaha kabur dari tempat Mommy Sonya, tapi dia hanya mampu berlari beberapa hari saja dari Mommy Sonya, karena ternyata koneksi Mommy Sonya lebih banyak sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika sudah kembali di temukan oleh Mommy Sonya.
Medina keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi. Berjalan pelan saat melihat Rega yang sedang duduk menyandar di atas tempat tidur dengan ponsel di tangannya. Tubuhnya polos, hanya memakai celana panjang saja.
"Kesini kau!"
Medina menunduk, sebenarnya dia ingin menanyakan tentang baju ganti. Dia datang kesini tidak membawa apapun selain ponsel dan dompetnya. Medina berjalan perjalanan ke arah Rega. Kedua tangannya meremas pelan baju handuk yang dia kenakan. Berdiri diam di samping tempat tidur.
"A-apa ada baju ganti untukku?"
Rega mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Dia menatap Medina dengan pandangan merendahkan. Tatapan yang benar-benar membuat harga diri Medina terkoyak.
"Untuk apa baju ganti? Kau tidak perlu memakai pakaian apapun, karena aku sudah membayar tubuhmu untuk melayaniku"
Deg..
Nyatanya tidak ada lagi setitik cinta untuknya. Medina mulai sadar jika Rega sudah berbeda menatapnya. Dia menganggap dirinya ada seorang wanita malam yang menjual tubuhnya ke setiap pria.
"Naik! Kenapa kau seperti baru pertama kali saja melayani seorang pria. Bukannya ini sudah menjadi pekerjaanmu setiap hari"
Medina diam, dia tidak akan menjelaskan apapun. Karena merasa percuma saat dia harus menjelaskan, karena apapun yang dia katakan tidak akan pernah membuat Rega percaya lagi padanya. Pria itu sudah terlanjur kecewa karena merasa di bohongi oleh Medina.
"Naik, apa kau tuli!"
Medina mengerjap kaget mendengar suara bernada tinggi dari Rega. Dengan air mata yang sudah mulai menggenang di pelupuk matanya. Medina naik ke atas tempat tidur dengan tubuh yang bergetar.
"Naik ke atas tubuhku dan goda aku dengan kemampuan mu itu"
Medina tidak berkata apapun lagi, dia seolah sudah kehilangan kata-kata setelah melihat sikap Rega padanya. Kedua tangannya bergetar hebat saat dia mulai merangkak naik ke atas tubuh Rega.
Wajah Medina sudah berada di dada Rega dengan kedua tangan berada di bahu pria itu. Medina tidak berani menatap wajah Rega saat ini. Padahal jarak mereka berdua sudah sangat dekat. Tapi Medina sudah sangat tidak mengenali lagi pria ini. Dia sudah berubah, sudah bukan Adrega yang dia kenal lagi.
"Kenapa diam? Kecup aku dan goda aku dengan tubuh jala*ngmu ini"
Medina mendongak, dia menatap wajah Rega yang begitu datar dan dingin. Tatapannya begitu tajam menusuk ke relung hatinya. Tangannya semakin bergetar ketika Medina mulai menaikan wajahnya agar bisa mengecup bibir pria itu.
"Kenapa tubuhmu bergetar? Bukankah kau sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini? Ayo cium aku!"
Cup..
Akhirnya Medina berhasil mencium bibir Rega. Memberikan luma*tan halus di bibir pria itu. Dan tidak bisa di pungkiri jika Medina merindukan saat ini. Dimana mereka berciuman dengan saling memberikan luma*tan halus dan lembut. Entah kenapa, Medina merasa Rega juga membalas ciumannya dengan begitu lembut.
Sial. Kenapa rasanya masih sama. Aku tidak bisa menghentikannya.
Rega menahan tengkuk leher Medina dan semakin memperdalam ciumannya. Nyatanya Rega juga merindukan ciuman ini. Dia juga merindukan setiap luma*tan yang di berikan Medina. Rega merindukannya.
Saat Medina mulai tidak bisa mengatur deru nafasnya, barulah Rega melepaskan tautan bibir mereka. Keduanya saling tatap dengan pandangan penuh kerinduan. Medina tersenyum ketika tatapan Rega berubah menjadi lebih hangat. Namun, hanya beberapa detik saja, karena setelahnya Rega kembali menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin.
Grepp..
Rega memegang kedua lengan Medina lalu menjatuhkan tubuh gadis itu dari atas tubuhnya ke atas tempat tidur. Sekarang posisi berganti menjadi Medina yang berada di bawah Rega. Medina hanya pasrah saja apa yang akan di lakukan pria itu padanya setelah ini.
"Layani aku sampai puas"
Dan malam ini, Medina benar-benar harus menyerahkan apa yang dia jaga selama ini.
******
Pagi ini Medina terbangun saat merasakan sinar matahari yang mulai masuk lewat celah jendela kamar hotel yang dia tempati. Dia merasakan rasa sakit di bagian bawahnya, menandakan jika apa yang terjadi semalam bukanlah mimpi. Semuanya nyata.
Medina bangun dengan sedikit susah payah, duduk menyandar di atas tempat tidur dengan menarik selimut tebal itu untuk menutupi tubuhnya sampai ke dada.
Medina melirik ruang kosong di sampingnya, Rega tidak ada disana. Pria yang menjamah tubuhnya semalam tidak ada lagi di kamar itu. Medina tidak langsung berpikiran buruk, dia mencoba turun dan mengambil baju handuk lalu memakainya. Berjalan menuju kamar mandi, menyangka jika Rega ada disana. Namun ternyata kamar mandi dalam keadaan kosong.
"Kemana dia?"
Tok..tok..
Suara pintu yang di ketuk membuat Medina menoleh ke arah pintu kamar. Dia berjalan pelan menuju pintu kamar dan membukanya. Seorang pelayan hotel datang dengan membawa sarapan untuknya.
"Sarapan untuk Nona dan ini titipan dari Tuan Adrega" Pelayan itu menyerahkan satu paper bag pada Medina.
"Emm. Terima kasih, tapi kemana dia?"
"Tuan Adrega sudah pergi sejak pagi tadi. Saya permisi Nona"
Medina mengangguk ketika pelayan itu pergi dari ruangannya. Ada rasa sesak yang menjalar di hatinya yang sudah sangat terluka. Ternyata dirinya memang serendah itu di mata Rega. Pria yang dulu mencintainya, kini hanya menganggap Medina tidak lebih dari seorang wanita malam.
Medina membuka paper bag itu, ternyata baju ganti untuk Medina lengkap dengan pakaian dalam juga. Medina berjalan ke arah tempat tidur, duduk di pinggir tempat tidur dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.
"Ternyata kamu hanya menganggapku seperti ini? Bahkan percuma saja aku telah menjaganya selama ini hingga dia sendiri yang mengambilnya dariku. Namun, aku tetap tidak lagi berharga baginya. Tuhan, kenapa sakit sekali"
Medina terisak seorang diri di dalam kamar hotel ini. Bahkan sarapan yang di bawakan oleh pelayan hotel, sama sekali tidak dia sentuh. Berakhir dengan dirinya yang kembali mengguyur tubuhnya di bawah shower. Banyak jejak kemerahan di tubuhnya. Medina mengusap bagian kemerahan itu dengan tangisan yang semakin kencang. Ditubuhnya ini ada bekas sentuhan pria yang sampai saat ini masih menjadi pemilik hatinya.
Aku masih mencintainya, Tuhan.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!