Bugh!
Kamila Regina Putri membanting pintu mobilnya dengan keras kemudian berlari ke dalam rumah mewah yang ia tempati selama dua tahun ini bersama Lucky Firmaji sang suami.
Beberapa berkas yang sudah ia siapkan sejak semalam untuk presentasi hari ini ia lupa taruh dimana. Dan ketika sudah berada di seperdua jalan menuju kantornya ia baru ingat kalau ternyata berkas itu tidak ikut bersamanya.
"Oh ya Allah, tolong ingatkan Aku dimana berkas itu," gumamnya pelan dengan perasaan yang sangat panik. Ia pun memasuki kamarnya yang sudah tampak rapih dan juga bersih itu dengan mata memindai seisi ruangan.
"Apa mungkin Kak Luky atau Mak Siti yang sudah pindahkan ke tempat lain ya?" tanyanya dengan suara pelan. Ia pun keluar dari kamar itu untuk mencari Asisten Rumah Tangga yang bertugas membersihkan kamarnya.
"Mak Siti!" panggilnya pada seorang perempuan paruh baya yang sedang mengatur hiasan-hiasan yang terbuat dari kaca yang ada di lemari dihadapannya.
Prang!
Sebuah benda cantik yang bernilai mahal itu langsung terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai dengan suara yang cukup nyaring.
"Eh, Nyonya....Maaf, saya..." Mak Siti langsung berjongkok dan mengambil pecahan kaca itu dengan gugup dan takut. Kamila Regina Putri langsung mendekat dengan wajah bingung.
Tak biasanya Mak Siti sangat ceroboh seperti ini.
"Mak Siti kok sampai kaget begitu sih? kayak gak pernah lihat Aku sebelumnya," ucap Kamila seraya ikut berjongkok dan membantu perempuan itu memungut pecahan kaca yang berserakan di lantai.
"Maafkan saya Nyonya. Gaji saya silakan dipotong untuk harga benda ini," balas Mak Siti dengan tangan gemetar takut. Kamila langsung meraih tangan itu dan menggenggamnya.
Nyonya cantik dan baik hati itu menatap Mak Siti dengan senyum teduhnya. Ia ingin perempuan paruh baya tidak merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi barusan.
"Harga benda ini tidak seberapa jika dibandingkan banyaknya jasa Mak Siti sama Aku di Rumah ini. Jadi tidak perlu dipikirkan ya," ucap Kamila menenangkan. Akan tetapi entah kenapa wajah perempuan itu tidak juga berubah lebih cerah dan lebih baik.
Wajah Mak Siti semakin tegang dengan bulir keringat dingin disekitar dahinya. Kamila jadi takut sendiri dengan keadaan perempuan paruh baya itu.
"Apa Mak ada masalah? Atau mungkin lagi sakit? Kalau soal benda yang sudah pecah ini gak usah dipikirin ya, tidak akan aku minta ganti rugi kok."
"Sekarang Aku cuma mau tanya sama Mak, dimana berkas yang Aku taruh di atas meja di dalam kamar?" tanya Kamila seraya memandang lurus ke arah mata Mak Siti.
"Maaf Nyonya, tapi tidak ada berkas yang saya lihat di atas meja. Mungkin ditaruh di tempat lain," jawab Mak Siti dengan perasaan yang masih sangat takut dan tak nyaman.
Kamila menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia pun memandang penanda waktu yang ada di tangannya. Ia sudah hampir terlambat.
"Ah iya, astaghfirullah. Aku ingat sekarang. Maaf ya Ma, udah bikin ikut mikir, hehehe," kekeh Kamila seraya memukul dahinya pelan. Ia langsung berdiri dari posisinya dan berlari arah ke sebuah kamar yang ia datangi semalam.
Mbak Siti langsung merasakan tubuhnya semakin gemetar takut. Ia ingin menahan perempuan cantik itu tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Akhirnya ia hanya bisa menutup matanya dengan perasaan nyeri.
Brakk!
Kamila mendorong pintu kamar itu dengan keras dan bersemangat. Matanya tiba-tiba melotot dengan apa yang ia lihat di depan matanya. Tubuhnya ia rasakan gemetar hebat.
Dua orang yang ada didalam kamar itu tersentak kaget dan langsung menghentikan kegiatannya. Mereka berdua menatap Kamila dengan wajah terganggu. Tak nampak rasa bersalah diwajah mereka yang sedang bermandi peluh.
Kamila Regina Putri keluar dari sana dengan perut bergolak ingin muntah. Cairan bening pun tak tinggal diam ingin mendesak keluar dari kelopak matanya. Terjawab sudah teka-teki yang selama ini menghantui pikirannya.
Dirinya yang terkenal cantik dan sangat menarik menurut beberapa pria yang pernah dekat dengannya itu ternyata sama sekali tak pernah dilirik oleh suaminya.
Brakk
Perempuan itu meninggalkan kamar itu dan membanting pintunya dengan keras. Ia tak punya kata-kata untuk memaki atau marah. Yang ia tahu saat ini adalah ia kalah. Kecantikannya yang ia banggakan kini tak ada gunanya.
Punggungnya ia sandarkan di dinding ruangan itu dengan rasa sakit yang teramat perih. Ia menangis dan merutuki nasibnya yang buruk.
"Oh ya Allah, apa salahku hingga engkau memberiku cobaan seperti ini hiks,?" ratapnya seraya menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Tangisannya yang begitu memilukan bagi siapapun yang mendengarnya menghiasi isi ruangan yang sangat lengang dan sepi itu.
Tiba-tiba saja tangannya bergerak menjambak rambutnya sendiri saat mengingat bagaimana suaminya sedang melakukan sesuatu yang sangat menjijikkan di depan matanya.
Lucky Firmaji yang sangat tampan yang banyak digilai oleh banyak perempuan itu sedang sangat menikmati hubungan menjijikkan dengan seorang pria yang nampak lebih menarik dengan pria itu sendiri.
"Aaaargh!" teriak Kamila dengan tangis sesenggukan. Impiannya memiliki keluarga bahagia bukan lagi retak tetapi hancur tak bersisa.
🌺🌺🌺
*Bersambung
Hai readers tersayang, jumpa lagi kita di karya yang baru dan masih sangat fresh karena baru keluar dari oven hehehe.
Jangan lupa kasih rating bintang lima ya, like dan komentar yang mendukung serta hadiah yang banyak agar othor semangat menghalu.
Okey deh...love you all yang masih selalu setia dengan othor receh ini.
Mak Siti mengintip dari balik dinding dengan hati yang ikut sakit. Hal Inilah yang sudah lama ia takutkan. Dan akhirnya terjadi juga.
"Maafkan saya Nyonya," ucapnya dengan suara tercekat seraya menyusut airmatanya. Perempuan paruh baya itu pun segera melangkahkan kakinya dengan takut-takut ke arah Kamila yang sedang duduk di lantai dengan kepala tertunduk.
"Nyonya saya bawa ke kamar dulu ya?" ucapnya dengan tangan mengelus punggung perempuan cantik itu. Kamila mengangkat wajahnya kemudian menatap wajah tuanya.
"Apa Mak Siti sudah lama tahu hal ini?" tanyanya dengan mata masih dipenuhi genangan air mata. Perempuan tua itu menganggukkan kepalanya pelan.
Sebuah perselingkuhan paling menjijikan yang sudah lama ia ketahui tetapi ia sembunyikan karena Luky Firmaji selalu mengancam akan memecatnya jika ia menceritakan apa saja yang pria itu lakukan jika Kamila sudah tidak ada di rumah.
"Maafkan saya Nyonya," ucapnya lagi dengan wajah ia tundukkan tak mampu memandang mata sedih Kamila.
"Mak," Kamila akhirnya memeluk tubuh asisten rumah tangganya itu dengan tangis yang kembali pecah. Hatinya sangat sakit saat ini. Hidup bersama dengan seorang pria yang mempunyai kelainan seperti itu membuatnya sangat jijik dan ingin muntah.
"Ayo Nyonya. Kita pergi dari sini," ajak Mak Siti seraya membantu Kamila untuk berdiri. Perempuan itu ingin membawa majikannya ke kamar pribadi sang Nyonya untuk menenangkan diri. Kamila pun ikut dengan langkah loyo tak bersemangat.
"Apa Nyonya ingin saya ambilkan sesuatu?" tanya Mak Siti setelah perempuan cantik itu sudah duduk di atas ranjangnya. Kamila hanya menggelengkan kepalanya dengan tatapan kosong.
"Baiklah Nyonya, saya akan tunggu di luar saja kalau begitu," ucap Mak Siti kemudian mengundurkan dirinya dari kamar itu. Kamila tidak menjawab. Cairan bening kini kembali meluncur bebas lagi dari kelopak matanya.
Huffft
Kamila menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya berkali-kali. Dadanya sungguh terasa sangat sesak memikirkan hal yang sungguh diluar nalarnya.
"Ibu, Aku ingin pergi saja dari Rumah ini," ucapnya pelan kemudian melempar dirinya ke atas ranjang dan kembali menangis dengan keras. Cahaya, sang ibu ia rasakan seperti sedang mengelus lembut kepalanya.
"Ibu, kenapa ini terjadi padaku huaaaa," tanyanya lagi seraya memukul-mukul bantal yang ia tempati. Bayangan ibunya yang membujuknya menikah dengan Luky Firmaji kini terbayang kembali di dalam ingatannya.
Flashback on
"Mil, kamu tahu Tante Sugi 'kan?" tanya Cahaya pada putrinya di suatu sore. Kamila hanya mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya menggoreng tahu berontak untuk jualan ibunya.
"Kenapa Bu? Apa dia mau pesan makanan jualan kita?" tanyanya dengan tatapan ia alihkan ke wajah ibunya.
"Tidak Mil. Kemarin dia datang ke Rumah dan mencarimu, tapi kamu kan lagi ke kampus."
"Oh begitu? trus?" Kamila mulai mengangkat tahu-tahu yang sudah matang itu ke atas sebuah tirisan.
Ia adalah putri pertama Cahaya yang sangat rajin membantunya jika tidak ada perkuliahan di kampusnya. Ke Kurang beruntungan nya dalam hal ekonomi tidak lantas membuat patah semangat untuk menuntut ilmu.
"Mil, kamu dilamar oleh Tante Sugi untuk putranya yang baru tiba dari luar negeri!" Kamila Langsung mematikan kompor kemudian menghampiri ibunya.
"Ibu pasti bercanda 'kan?" tanyanya pada sang ibu yang sedang sibuk mengupas bawang merah dan putih untuk membuat bumbu gado-gado yang akan mereka jual. Cahaya menghentikan kegiatannya kemudian menatap Kamila putrinya.
"Tidak sayang. Mereka benar-benar menginginkanmu menjadi menantu di keluarga mereka," jawab Cahaya tersenyum.
"Tapi Bu, Aku kan sudah punya Kak Andri," jawab Kamila dengan wajah lesu. Ia tidak mungkin meninggalkan pacarnya itu dengan orang yang belum ia kenal samasekali.
"Andri yang pengangguran itu?" tanya Cahaya dengan bibir terangkat. Dari dulu ibunya tidak pernah setuju dengan pilihan hatinya itu.
"Kak Andri bukan pengangguran ibu. Ia sedang mendaftar jadi tentara," jawab Kamila berusaha membela pacarnya.
"Halah, sudah dua tahun kamu mengatakan itu. Ia mendaftar tentara. Tapi mana buktinya? sampai sekarang tidak lulus-lulus juga," dengus Cahaya dengan wajah kesal. Setiap membahas pacar dari putrinya itu maka pada akhirnya mereka akan selalu berdebat.
"Lihat tuh, si Usman anaknya Bu Leni satu kali mendaftar langsung lolos. Pacarmu itu cuma menang di fisik saja, tapi kenyataannya otaknya mungkin tak sampai."
Kamila merasakan kupingnya langsung panas. Ia tidak mungkin marah dengan perkataan ibunya. Akhirnya ia hanya diam saja dan melanjutkan menyalakan kompor dan mulai menggoreng lagi.
"Tante Sugi berharap hubungan keluarga kita dengannya bisa semakin dekat Mil. Dan Ibu sama Ayahmu juga setuju," lanjut Cahaya untuk meloloskan misinya. Kamila tidak menjawab. Ia belum bisa mengambil keputusan saat ini karena hatinya masih begitu sayang pada Andri.
"Jawab sekarang Mil."
"Aku belum bisa Bu."
"Keluarga mereka kaya Mil. Dan perlu kamu tahu kalau selama ini biaya pendidikanmu itu Tante Sugi semua yang bayarin." Kamila langsung menatap sang ibu dengan tatapan tak percaya.
"Kamu pikir kamu bisa belajar di Universitas sampai semester akhir dengan hasil jualan tahu berontak dan gado-gado saja?" tanya Cahaya yang semakin membuat hati gadis itu terasa diremas perih.
"Pikirkan ini baik-baik Mil. Dan jangan sampai kamu membuat ibu dan Ayahmu kecewa," lanjut Cahaya kemudian berdiri dari duduknya untuk mengambil sayuran yang akan ia cuci.
Kamila hanya bisa menahan agar airmatanya tidak tumpah saat itu. Ia tidak tahu akan berkata apa pada Andri nantinya. Padahal ia sudah berjanji akan selalu setia menunggu sampai pacarnya itu mendapatkan pekerjaan.
🌺
Setelah pulang dari kampusnya. Kamila pun mendatangi Rumah Andri untuk meminta maaf karena ia terpaksa harus menikah dengan Luky Firmaji putra Tante Sugi.
"Kak Andri ada Bu?" tanyanya pada seorang perempuan paruh baya yang merupakan ibu kandung dari Andri sang kekasih.
"Mila? masuk dulu nak. Andri kan lagi ikut tes terakhir hari ini. Kamu doakan ya semoga pacarmu itu lolos dan kalian bisa segera menikah."
Kamila Langsung tersenyum meringis kemudian memeluk perempuan yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu dengan hati sedih.
"Semoga Kak Andri lolos Aamiin," doa gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Ia sungguh tidak sanggup mengatakan hal yang sebenarnya pada Sari kalau ia akan menikah dengan orang lain.
"Kalau gitu Aku permisi aja deh Bu. Sampaikan salamku saja pada Kak Andri kalau udah kembali. Assalamualaikum," ucapnya kemudian segera pergi dari sana dengan tangis yang hampir pecah.
Sari hanya memandang punggung gadis itu yang sudah semakin jauh dengan perasaan curiga di dalam hatinya.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
Kamila sampai di depan Rumahnya dengan perasaan yang masih tidak tenang. Sebelum bertemu dengan Andri, rasanya ia begitu berat melakukan pernikahan ini. Ia merasa sangat bersalah karena telah mengkhianati janji yang telah dibuatnya bersama dengan pria itu.
Cahaya menyambutnya di depan beranda rumahnya dengan wajah panik. Ia sudah lama menunggu putrinya itu karena ada hal yang ingin disampaikannya. "Mil, kamu dari mana saja Nak?"
"Dari kampus Bu trus singgah di Kak Andri," jawab Kamila kemudian meraih tangan sang ibu dan menciumnya.
"Untuk apalagi kamu kesana Mil?" tanya Cahaya dengan langkah mengikuti putrinya itu ke dalam Rumah.
"Besok pagi kamu sudah harus menikah. Jadi seharusnya kamu tidak perlu menemui pria itu lagi," lanjut perempuan paruh baya itu lagi. Kamila langsung menghentikan langkahnya lalu berbalik. Ia menatap wajah Ibunya dengan tatapan tak percaya.
"Secepat inikah Ibu? Kami bahkan belum pernah bertemu. Dan bagaimana dengan admistrasi pernikahannya?" Wajah gadis itu benar-benar menunjukkan rasa keberatan yang sangat tinggi.
"Kalian akan saling mengenal seiring berjalannya waktu Mil. Dan mengenai administrasi. Kamu tidak tahu kalau keluarga Tante Sugi itu rata-rata bekerja di Kantor Urusan Agama. Jadi kamu tidak perlu pikirkan itu."
"Sekarang kamu makan dan istirahat. Malam ini kita akan mengadakan pengajian dan mengundang keluarga dan tetangga untuk datang mendoakan kamu." Kamila hanya menarik nafasnya berat. Ia berdoa semoga saja apa yang akan dilakukannya ini bisa membuatnya bahagia.
"Ayo cepetan kamu ke dapur dan makan. Kamu seharusnya tidak menunjukkan wajahmu yang nampak seperti orang terpaksa gitu," tegur Cahaya dengan wajah serius.
"Doa mu sudah terjawab. Kamu kan sudah sering mengatakan ingin menjadi istri orang kaya. Nah sekaranglah waktunya," lanjutnya dengan wajah yang nampak sangat bahagia.
Kamila hanya mendengus pelan kemudian meninggalkan ibunya dan langsung melangkahkan kakinya ke dapur. Ia duduk di depan meja makan dan mulai mengisi piringnya setelah mencuci tangannya.
"Nih, baca!" Cahaya menyodorkan beberapa lembar kertas berharga di depannya setelah ia selesai makan.
"Apa ini Bu?" tanyanya bingung. Ia membaca kertas itu kemudian memandang wajah ibunya yang nampak tersenyum lebar.
"Itu yang tidak bisa diberikan oleh pacarmu itu. Itu adalah mahar pernikahanmu Mil."
"Apa?" tanya Kamila dengan wajah tak percaya. Matanya kembali membaca kertas-kertas berharga itu dengan cermat.
Sebuah Surat kepemilikan rumah dan juga beberapa harta lainnya untuk dirinya sebagai mahar pernikahannya dengan Luky Firmaji. Seketika jiwa matrenya meronta-ronta. Impian menjadi orang kaya tiba-tiba berkelebatan di depan matanya.
"Ibu? Apakah ini tidak terlalu berlebihan?" Kamila menyodorkan kembali surat-surat berharga itu dengan wajah berubah curiga.
"Apa putra Tante Sugi itu tidak sedang mengalami sakit parah? Masak sih kita yang cuma dari keluarga miskin ini mau dijadikan besan?"
"Hush! Ngomong apa kamu Mil, bukannya bersyukur dapat calon suami kaya. Ini malah berprasangka buruk." Cahaya langsung menatap tajam putrinya itu dengan wajah kesal.
"Sampai puluhan tahun pun kamu menikah dengan Andri, kamu tidak akan mendapatkan harta sebanyak ini," lanjutnya dengan senyum mencibir.
"Ah ibu apa salah Kak Andri padamu. Ia sudah berusaha untuk mencari pekerjaan dengan ikut mendaftar sana sini."
"Ah sudahlah. Yang jelasnya mulai sekarang kamu harus melupakan pacarmu itu. Jadikan ia mantan yang tidak perlu diingat lagi. Gak ada gunanya juga." titah Cahaya dengan tatapan lurus kedalam bola mata sang putri.
"Sekarang kamu mandi dan istirahat. Ibu mau mengecek kesedian Katering Jeung Susi."
"Hah? sampai ambil katering juga Bu? biasanya kan kita masak sendiri."
"Kita ini calon orang kaya Mil. Ya wajar lah. Keluarga Tante Sugi itu keluarga pejabat. Dan otomatis kita juga akan kecipratan jadi pejabat juga," jelas Cahaya kemudian segera meninggalkan putrinya itu.
Flashback off
Kamila menyusut airmatanya kemudian bangun dari posisinya. Ia merapikan rambutnya kemudian menatap dirinya di dalam pantulan cermin meja riasnya.
Bukankah ini niatmu dan keluargamu Mil?
Kamu ingin mendapatkan suami kaya dan juga tampan. Semua sudah dikabulkan oleh Tuhan, jadi kenapa kamu harus bersedih?
Hati kecilnya terus menyudutkannya agar ia tidak menyalahkan takdir buruknya.
"Tapi Aku juga ingin mendapatkan kebahagiaan yang sempurna!" teriaknya seraya melempar kaca meja rias itu dengan botol parfumnya hingga pecah.
"Aaargh!" Kamila menjambak rambutnya dengan keras kemudian kembali menangis. Ia jadi teringat bagaimana ranjangnya selama dua tahun ini yang begitu dingin dan menyedihkan.
"Aku sudah mencoba bersabar dengan semua ini tapi ternyata, oh ya ampun. Ini sungguh tidak benar." ujarnya kemudian segera keluar dari kamarnya. Saat ini juga ia ingin meminta cerai. Ia tidak akan sanggup satu atap dengan pria yang punya kelainan seperti itu.
"Mil," ujar Luky Firmaji saat ia membuka pintu kamarnya. Pria yang telah menikahinya itu berdiri dihadapannya dengan wajah yang tampak biasa dan tak merasa berdosa sama sekali.
"Ceraikan Aku!"
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!