Syera Alana Lurious, seorang gadis muda berusia 20 tahun. Berwajah cantik dan manis dengan kepribadian ceria juga mudah bergaul. Namun, Syera sering kali salah pergaulan hingga membuat sang Ayah marah.
Syera terbawa arus kehidupan bebas ala orang barat, dia sering pulang malam bahkan sampai tak pulang dan menginap di rumah teman nya agar sang ayah tak mengetahui perbuatan nya.
Yaps, gadis itu dewasa sebelum waktunya. Dia sering pulang dalam keadaan mabuk hingga membuat ayahnya kewalahan menghadapi sifat putri semata wayang nya itu.
Hingga suatu hari, sang ayah Robertino Lurious menyewa seorang pengawal untuk mengawal putrinya dari pergaulan bebas.
Bisa di tebak, gadis itu marah besar pada Robert karena dia merasa kebebasan nya di renggut paksa. Otomatis, dengan adanya pengawal pasti dia takkan bisa have fun di bar atau sekedar dugem di diskotik bersama teman-teman nya.
Juan Karessa Mahendra, seorang pria tampan yang di pilih oleh Robert untuk menjadi pengawal putrinya. Kepribadian nya yang tegas dan disiplin akan sangat bertolak belakang dengan Syera yang suka ngaret.
Pria tampan berwajah datar nan dingin itu berusia 26 tahun saat ini, usia nya masih terbilang muda sebagai pengawal. Tapi, kemampuan bela diri nya sangat mumpuni dan itulah yang membuat Robert mempercayakan putrinya pada Juan.
"Selamat siang, Tuan."
"Ohh, Juan. Masuklah." Sambut Robert saat Juan datang. Hari ini, adalah hari pertama Juan bekerja sebagai pengawal untuk Melisa. Gadis nakal yang membuat ayahnya ini sering darah tinggi karena kelakuan nya.
Pria tinggi itu masuk dan duduk berhadapan dengan sang tuan.
"Sebentar lagi Syera turun, tunggu saja. Kau ingin kopi?"
"Aahh tidak usah, Tuan." Juan menolak tawaran sang tuan dengan sopan.
"Hmm, baiklah. Kau tau bagaimana putriku kan? Aku rasa dia akan sangat merepotkan mu, Ju."
"Tidak masalah, Tuan. Sudah resiko pekerjaan saya." Jawab Juan dengan yakin, padahal dia belum tau senakal apakah gadis bernama Syera ini.
"Papih.."
"Ya, kemarilah." Ajak Robert saat melihat putrinya menuruni tangga dengan pakaian kurang bahan. Hanya tangtop hitam ketat dan celana hotpants, itu pun robek-robek di bagian paha nya.
"Hmm, ada apa Pih?" Tanya Syera dengan wajah datar nya, seperti nya dia belum menyadari kehadiran Juan.
"Mulai sekarang, papih menyewa pengawal untuk menjaga mu kemana-mana."
"Hah, yang benar saja pih? Syera udah gede, ya kali mesti di kawal."
"Ya, tapi pergaulan mu itu di luar batas Syer. Papih tak suka, dan meskipun kau menolak, keputusan papih sudah bulat."
"Pih, ayolah."
"Juan, ini Syera. Gadis yang harus kamu jaga." Ucap Robert, membuat Syera menoleh ke belakang. Dia terkejut, namun di detik berikutnya dia bertingkah seolah tak terjadi apapun.
"Baik Tuan."
"Syer, ini Juan pengawal kamu." Syera memutar mata nya jengah, lengkap dengan kedua tangan yang bersedekap di dada.
Juan tersenyum kecil pada Syera dan sedikit membungkuk hormat, namun di balas delikan oleh gadis itu.
"Dia terlalu muda untuk jadi seorang pengawal, Pih."
"Jadi, kamu maunya pengawal yang seperti apa hmm? Seperti pengawal ala mafia?" Tanya Roberts membuat putrinya itu mendengus.
"Ya sudahlah."
"Jadi, tugas pertama mu mengantar Syera ke kampus." Ucap Roberts.
"Baik, Tuan."
"Cepatlah." Ucap Syera ketus, menunjukan kalau dia sangat tak suka dengan keberadaan Juan sebagai pengawal nya.
'Ke kampus, pakai pakaian seperti itu?' Batin Juan, saat melihat Nona Lurious itu sudah berjalan menjauh dengan pakaian yang tadi. Dia kira, gadis itu akan mengganti pakaian nya terlebih dulu sebelum ngampus, tapi ternyata sungguh di luar dugaan.
'Sabar, Ju. Baru juga sehari kerja.'
"Heh, cepetan!"
"Baik, Nona." Jawab Juan, lalu segera menyusul gadis itu. Juan membukakan pintu belakang untuk Syera, namun gadis itu tak kunjung masuk juga.
"Nona.."
"Aku ingin di depan." Jawabnya, masih dengan suara ketus nya. Membuat Juan harus ekstra sabar menghadapi nona muda Lurious ini.
Juan pun menurut dan membukakan pintu mobil depan untuk sang Nona, setelah memastikan nya duduk dengan nyaman, barulah Juan ikut masuk dan duduk di belakang kemudi.
"Universitas apa, Nona?"
"Jalan saja, nanti aku tunjukkan jalan nya."
"Baik, Nona." Jawab Juan.
'Cantik sih, tapi ketus banget ini cewek.' Batin Juan merutuk. Mana berani dia merutuk secara langsung, yang ada nanti dia di pecat. Juan memang sedang membutuhkan pekerjaan untuk biaya pengobatan ibu nya yang sakit, juga untuk biaya hidup sehari-hari nya.
"Belok kanan." Juan menurut dan membelokkan mobil ke arah kanan.
"Siapa nama mu?"
"Juan Karessa, Nona." Jawab Juan berusaha serakah mungkin, meskipun ini bukanlah sifat nya.
"Bagus juga, kau terlihat masih muda. Berapa usia mu?"
"26 tahun, Nona."
"Hmmm.." Syera hanya berdehem, setelah percakapan itu tak ada lagi pembicaraan kecuali saat gadis itu mengarahkan jalan untuk menuju kampus.
Setelah sampai di kampus, Syera langsung keluar tanpa mengatakan apapun pada Juan.
'Bikin salah fokus dah itu baju nya.' Batin Juan, meskipun tak berniat untuk mesuum. Tapi tetap saja, dirinya pria normal yang bila di suguhi pemandangan semacam itu, tetap saja akan melirik meskipun hanya sedetik atau dua detik.
Juan keluar dari mobilnya, menyaksikan gadis itu berjalan santai dengan sepasang kaki jenjang, putih mulus bak porselen, proporsi tubuhnya nyaris sempurna.
"Hai baby.." Sapa seorang pria yang langsung merangkul pinggang Syera dengan posesif, kedua nya pun tak ragu saling memaguut di lingkungan publik membuat Juan yang melihat hal itu terkejut.
Jantung nya terasa berhenti berdetak yang membuat pasokan darah nya berkurang, hingga membuat wajah tampan itu memucat.
"Auhhh, baby kenapa menggigit.." Ringis pria itu sambil memegangi bibirnya.
"Kamu begitu tidak tau tempat, Babe!"
"Hei, bukan nya kau suka?" Tanya pria itu lagi.
"Berbaliklah, kau lihat ada pria yang berdiri dengan pakaian serba hitam? Itu pengawal ku, jangan sampai tingkah mu ini di laporkan sama papih. Ngerti?"
"Aaahh ya, baiklah baby." Jawab nya, lalu keduanya pun berjalan beriringan masuk ke dalam area kampus.
"Mata suci ku ternoda, apa-apaan ini. Baru aja beberapa jam kerja, sudah di suguhi pemandangan semacam ini. Astaga, seperti nya keputusan ku untuk bekerja disini itu salah besar." Gerutu Juan, dia yang notabene nya sudah tak polos-polos amat itu merutuki keputusan nya.
Meskipun sudah pernah melakukan hal semacam itu, bahkan mungkin lebih dari sekedar ciuman, tapi tetap saja dia merasa malu sendiri saat menyaksikan orang lain yang melakukan nya tepat di depan nya.
"Tapi, gaji nya sangat besar pasti aku bisa membayar seluruh biaya pengobatan ibu dengan gaji itu. Aaahh sudahlah, tutup saja mata mu dan fokus saja bekerja, Juan."
......
🌻🌻🌻🌻
Juan kembali masuk ke dalam mobil, dia membulatkan kedua mata nya saat melihat ponsel canggih dan mahal milik Nona Lurious tertinggal di mobil.
Pria tampan itu mengambil ponsel dan bergegas pergi ke dalam kampus untuk memberikan ponsel mahal keluaran terbaru itu.
"Permisi, apa Nona tau kelas Nona Syera?" Tanya Juan.
"Syera Alana Lurious, atau yang mana? Di kampus ini ada beberapa orang bernama Syera." Jawab nya.
"Iyaps, itu orang nya Nona."
"Di kelas desain, belok kanan di paling pojok." Jawab nya, Juan pun mengangguk lalu berterimakasih pada sosok gadis cantik itu.
"Kau siapa nya Syera?"
"Saya supirnya, Nona." Jawab Juan sambil tersenyum ramah.
"Ohh, bisa minta nomor ponsel?"
"Eemm, maaf Nona. Saya tak punya ponsel, hehe." Jawab Juan sambil cengengesan.
"Hmm, ya sudah kalau begitu."
"Saya duluan, Nona." Juan pun pergi menuju kelas yang sudah di tunjukkan oleh gadis tadi.
"Supir nya Syera boleh juga, ganteng banget, badan nya juga bagus. Pasti menyenangkan saat melihat nya berkeringat di atas ku." Gumam gadis itu sambil tersenyum mesuum.
Juan berjalan dengan langkah tegap nya, membuat nya menjadi pusat perhatian karena wajah tampan dan penampilan nya yang nampak sangat rapi.
'Gilee, pantesan aja Nona Syera berpakaian seperti itu, disini baju nya pada kurang bahan semua. Katanya orang kaya, masa gak punya duit buat beli baju yang bener sih?' Batin Juan, dia cukup risih saat melewati mahasiswi yang berpakaian sangat minim. Hampir sama lah seperti cara berpakaian Nona nya.
"Eehh, lu sape?"
"S-aya?"
"Iya, ngapain disini? Mahasiswa baru?" Tanya nya.
"Bukan, saya kesini cari Nona Syera."
"Laki nya Syera?"
"B-bukan, saya supir nya." Jawab Juan sambil tersenyum, membuat gadis yang bertanya itu terpesona, apalagi saat melihat lesung pipit di pipi kanan nya, membuat pria itu sangat manis.
"Supir ya? Boleh juga." Gumam nya sambil menatap penuh minat ke arah Juan, membuat bulu kuduk pria muda itu merinding seketika.
"Juan.." panggil seseorang, membuat pria tampan itu berbalik. Dia tersenyum kecil, lalu segera berjalan mendekat.
"Nona.."
"Ngapain masuk kesini? Mau tebar pesona?" Tanya Syera ketus.
"Eehh nggak kok, Non. Ini ponsel Nona Syera ketinggalan di mobil." Jawab Juan.
"Ohh, thanks."
"Sama-sama, Non. Kalau begitu saya tunggu di mobil." Jawab Juan, Syera hanya mengendikan bahu nya acuh. Dia masih merasa kesal dengan pria di depan nya, ya meskipun ini bukanlah seratus persen kesalahan Juan, tapi tetap saja dia kesal saat melihat wajah pria itu.
"Heh, Syer."
"Apa?" Ketus Syera.
"Supir Lo buat gua ya?"
"Kalo dia doyan cewek modelan kayak Lo, ambil aja." Jawab Syera, lalu pergi entah kemana dengan menenteng tas nya.
Sedangkan di mobil, Juan merasa bosan sendiri. Hingga tatapan mata nya berbinar saat melihat ada tukang jualan yang lewat di dekat mobilnya.
"Bang, beli." Ucap Juan, dia pun keluar dari mobil dan membeli jajan untuk sekedar mengusir rasa bosan karena menunggu nona nya kuliah.
"Panas banget nih." Gumam pria itu, dia duduk sambil memakan jajanan nya di bawah pohon.
Tak lama kemudian, dia melihat Syera keluar bersama pria yang tadi berciuman dengan gadis itu. Keduanya berjalan dengan langkah pelan, sambil bercanda ria, mereka juga terlibat sentuhan fisik. Pria itu bahkan tidak canggung untuk menggoda Syera.
Juan berjalan mendekat, lalu melepas genggaman tangan kedua nya dan menarik Syera ke belakang tubuhnya.
"Juan.." Pekik Syera.
"Apa-apaan Lo hah?" Sewot pria itu, membuat Juan tersenyum smirk.
"Tugas saya adalah menjaga Nona Syera dari pria seperti anda." Ucap Juan berbicara formal, bahkan Syera saja terkejut. Kenapa Juan terlihat seperti berbeda orang saat ini? Padahal tadi, pria itu nampak sedikit lebih ramah.
"Heh, memang nya gue lakuin apa sama dia?"
"Anda menyentuh nya, apa perlu saya patahkan tangan anda karena sudah menyentuh Nona Syera?" Balik tanya Juan, rahang nya mengeras menandakan dia tengah menahan emosi nya.
"Juan, sudahlah. Lagipula, dia hanya menyentuh dagu ku."
"Diamlah, masuk ke dalam mobil."
"T-api Ju.."
"Masuklah, saya hitung sampai tiga kalau Nona tidak segera masuk ke dalam mobil, saya akan mengadukan Nona pada tuan besar." Syera bergeming, dia tak menuruti perkataan Juan.
"Satu…" pria itu mulai menghitung, membuat Syera bingung. Haruskah dia tetap disini, ataukah masuk ke dalam mobil sesuai perintah pengawal nya?
"Tiga…"
Tanpa ba bi bu lagi, Juan langsung mengangkat Syera di pundaknya, seperti karung beras dan memasukan nya ke dalam mobil.
"Ju.. Juan!"
Juan tak mendengarkan teriakan Syera, dia memutari mobil dan melajukan mobil itu menjauhi kampus.
"Lo tuh apa-apaan sih, Ju?"
"Saya hanya melakukan tugas saya sebagai pengawal." Jawab Juan datar, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Syera.
"Lagian nih sentuhan kayak gitu tuh wajar kali, kayak gak pernah aja!"
"Harusnya, Nona membatasi sentuhan dengan pria." Ucap Juan.
"Memang nya kenapa? Dia kekasihku."
"Baru sebatas kekasih, bukan suami." Celetuk Juan, membuat Syera mendengus.
"Nyebelin." Syera memalingkan wajahnya, dia memilih menatap ke arah jendela. Sedangkan Juan fokus mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang.
'Nona Syera kalau lagi ngambek gemesin juga, cuma ketus doang.' Juan membatin.
Beberapa saat kemudian, kendaraan yang Juan lakukan sudah sampai di rumah besar milik Robert.
Syera langsung keluar begitu saja dari mobil, tanpa sepatah kata pun.
"Kenapa dia, Ju?" Tanya Robert pada Juan yang baru saja keluar dari mobil.
Juan pun menjelaskan semua nya dari awal, membuat Robert tersenyum. Sepertinya dia tak salah memilih Juan sebagai pengawal anaknya.
"Kenapa, Tuan?"
"Tidak. Kau pulang?"
"Iya tuan, kasihan ibu saya sendirian di rumah." Jawab Juan.
"Ya, baiklah. Hati-hati di jalan, Juan."
"Baik tuan, besok saya akan kesini pagi-pagi."
"Ya." Juan pun membungkukan punggung nya hormat, lalu pergi dengan menggunakan motor matic miliknya yang sudah kucel dan ketinggalan jaman.
Juan pun pulang dengan mood yang cukup bagus di hari pertama nya bekerja, sejauh ini pekerjaan nya cukup menyenangkan. Selain mengantar Nona nya ke kampus, ada keuntungan lain yang dia dapatkan.
Yakni melihat pemandangan di sana, kumpulan gadis-gadis cantik dengan pakaian serba kekurangan, menampilkan berbagai bagian tubuh yang cukup menggiurkan. Ya meski cukup risih saat melihat tatapan mereka padanya, tapi rasanya terlalu munafik kalau Juan mengatakan dia tak suka.
"Sudah pulang, Nak?" Sapa Romlah, ibu nya Juan yang hanya bisa duduk di kursi roda. Setahun lalu, ibu Romlah tertabrak mobil hingga membuat kaki nya lumpuh permanen. Sayang sekali, orang yang menabrak wanita paruh baya itu tak bertanggung jawab dan entah dimana keberadaan nya saat ini.
Sejak itulah, Juan yang menjadi tulang punggung keluarga nya, bekerja banting tulang untuk biaya sekolah adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar juga untuk biaya berobat ibu nya, belum lagi untuk kebutuhan sehari-hari nya.
"Sudah, Ma."
"Bagaimana pekerjaan mu?"
"Lancar kok, Ma." Jawab Juan sambil duduk menyejajarkan posisi nya dengan sang ibu yang duduk di kursi roda.
"Syukurlah, Nak." Ibu Romlah mengusap kepala putra nya dengan lembut.
"Juan masuk dulu ya? Mau mandi."
"Iya Nak, kalau mau makan lauknya di lemari paling bawah."
"Iya Ma, mama udah makan? Rinda kemana?" Rinda adalah nama adik perempuan Juan. Adik satu-satunya yang Juan punya.
"Main sama temen nya, tadi pamitan mau main di sawah."
"Pasti kotor-kotoran lagi dah itu bocah." Gerutu Juan, karena tugas mencuci pakaian adalah tugas nya. Sedangkan cuci piring biasanya di lakukan oleh Rinda, kedua kakak beradik itu saling membagi tugas untuk meringankan pekerjaan rumah.
Sedangkan untuk memasak, itu masih tugas sang ibu. Meskipun kadang kesulitan untuk memasak sendiri dengan keadaan nya saat ini, tapi dia tak bisa menyerahkan semua pekerjaan pada kedua buah hati nya.
.......
🌻🌻🌻🌻🌻
Pagi harinya, Juan bersiap-siap untuk pergi bekerja kembali. Seperti biasa, dia berpamitan pada sang ibu. Sebelum pergi ke tempat kerja, Juan terlebih dulu mengantarkan Rinda ke sekolah.
"Sekolah yang bener ya, Da." Ucap Juan sambil mencubit pipi cabi adik perempuan nya.
"Iya bang, abang hati-hati kerja nya."
"Yaudah, Abang pergi dulu ya." Juan mengacak rambut adiknya dengan gemas, lalu kembali melajukan motor matic nya menjauh dari sekolahan tempat adiknya menimba ilmu.
Juan mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang, dia bersenandung ria menikmati semilir angin sejuk pedesaan yang belum terjamah polusi. Tapi begitu melewati perempatan jalan, suasana berubah seketika. Juan menutup helm nya, karena di daerah ini sudah banyak polusi karena ada nya pabrik.
Beberapa menit kemudian, Juan sampai di rumah Roberts. Pemuda itu langsung masuk dan mencuci mobil yang akan di gunakan nya mengantarkan Syera nanti.
"Pagi, Ju."
"Eehh, selamat pagi Tuan." Jawab Juan ramah.
"Kau datang lebih awal hari ini, Ju."
"Seperti janji saya, Tuan. Saya mencuci mobil terlebih dulu." Jawab Juan dengan senyum kecilnya.
"Baiklah, lanjutkan."
"Baik tuan." Jawab Juan, Roberts pun pergi dari hadapan pemuda itu.
Juan membuka seragam nya, menyisakan kaos polos berwarna putih dan celana pendek selutut berwarna hitam. Dia memegang selang dan menyemprotkan airnya untuk membilas busa di atas mobil.
Namun, air nya malah memercik mengenai kaos yang di pakai oleh Juan hingga membuatnya basah dan sesuatu di balik kaos itu tercetak jelas.
Syera menatap hampir tanpa berkedip ke arah Juan, sungguh dia tak menyangka kalau pengawal yang juga supir nya itu punya perut kotak-kotak atau sixpack yang menggoda.
Berkali-kali, Syera menelan ludahnya dengan kasar melihat pemandangan di depan nya. Selain wajah nya yang tampan, rupanya tubuh Juan juga sangat menggoda. Apalagi otot-otot bisep nya yang selalu menonjol di lengan nya, lalu sekarang di sajikan dengan perut dengan roti sobek.
"Aisshh basah.." Gumam Juan, dia pun tanpa ragu langsung membuka kaos nya. Dia tak tau kalau sedari tadi ada yang memperhatikan nya dengan kedua mata yang membulat sempurna, apalagi sekarang perut dengan roti sobek itu terpampang nyata tanpa penghalang apapun lagi.
Juan mengibas-ngibaskan kaos nya, lalu menggantung nya di tempat yang cukup terkena angin dan panas, karena jam sudah menunjukan pukul 9 pagi.
Hampir saja Syera ngeces melihat betapa gagah nya Juan saat ini, rambut basah dengan punggung yang kokoh, dada bidang dan perut roti sobek. Sempurna, bahkan pesona Martin kekasihnya bisa di bilang kalah jauh oleh Juan.
"Nona, sejak kapan Nona disini?" Tanya Juan. Awalnya, dia cukup terkejut saat melihat Syera di teras tengah menatap ke arah nya. Tapi, begitu melihat tatapan gadis itu yang terlihat memuja tubuhnya, Juan tersenyum kecil.
"H-ah.." Syera terlihat salah tingkah saat ketahuan Juan tengah menatap kagum tubuh nya.
"Sejak kapan Nona disitu?"
"A-apa maksudmu?"
"Apa Nona memperhatikan saya sedari tadi?" Tanya Juan dengan senyum menggoda.
"Dih, gak usah kepedean!" Ketus Syera.
"Hmm, cieee salting ya Non?" Goda Juan lagi, membuat Syera mendengus. Lalu masuk ke dalam rumah dengan kaki yang di hentak-hentakkan.
Juan tertawa melihat tingkah Syera, gadis itu terlihat sangat menggemaskan saat sedang kesal. Apalagi melihat wajah nya memerah saat dia menegur nya tadi.
Setelah selesai mencuci mobil dan mengeringkan nya, Juan pun kembali memakai kaos dan seragam nya. Tak lupa menyisir rambut nya ke belakang dengan jari nya.
"Selamat pagi, Nona." Ucap Juan saat melihat Syera keluar dengan mini dress yang mencetak jelas lekuk tubuh nya yang berisi.
Syera tersenyum mengejek tanpa menjawab sapaan Juan sama sekali, pemuda itu membukakan pintu mobil dan membiarkan Nona nya masuk lebih dulu.
Setelah memastikan Syera duduk dengan nyaman, barulah Juan memutari mobil dan duduk di balik kemudi.
"Kita kemana hari ini, Nona?" Tanya Juan.
"Kampus." Jawab Syera singkat, mata nya terlihat fokus menatap layar ponsel. Jari tangan nya bergerak lincah mengetikan sesuatu, sepertinya Syera sedang bertukar pesan.
"Nona.."
"Hmm.." Syera hanya menjawab dengan deheman.
"Maaf, bukan nya saya lancang. Tapi, siapa pria yang kemarin bersama Nona?" Tanya Juan, memang itu bukanlah urusan nya. Tugasnya disini, hanya mengawal Syera agar tak salah pergaulan seperti yang di inginkan ayahnya.
Tapi, Juan merasa pergaulan bebas yang Syera lakukan bersumber dari pria yang kemarin bersama Syera. Terlihat dari cara menatap, bahkan saat kedatangan pertama gadis itu, tanpa ragu pria itu langsung mencium Syera di depan umum.
"Apa urusan mu?"
"Hanya bertanya saja." Jawab Juan acuh. Keduanya sama-sama bersikap acuh.
"Dia Martin, kekasihku." Jawab Syera akhirnya.
Juan hanya membulatkan bibir nya membentuk huruf O.
"Kau bisa menunggu, aku hanya ada satu kelas saja hari ini."
"Baik, Nona." Jawab Juan, dia pun membiarkan Syera turun setelah mobil berhenti di parkiran. Juan turun dan memperhatikan sekitar, hingga kedua mata nya memicing saat melihat pria yang kemarin kembali mendekati Syera dan merangkul nya dengan mesra.
Juan mendengus, entah kenapa dia tak menyukai pria itu. Dari gerak gerik nya saja dia tau, kalau pria itu bukanlah pria yang baik.
"Sedikit menjauhlah, kau membuatku risih." Ucap Syera, entah kenapa juga dia merasa tak nyaman dengan sentuhan Martin sekarang.
"Kamu kenapa honey? Tak biasa nya kamu bersikap seperti ini, apa karena pengawal mu itu?"
"Jangan menyalahkan orang lain, Martin." Ucap Syera sedikit ketus, membuat Martin menggeretakan gigi nya karena kesal.
"Syera.."
"Aawwwhhhsss.." Syera memekik saat tangan nya di cekal dengan kuat oleh Martin.
"Sakit, Martin!"
"Ikut aku!" Dengan kasar, Martin menyeret Syera ke sebuah ruangan.
"Lepaskan aku, Martin!"
"Tidak akan pernah, kau menolak ku kan?" Bentak Martin. Suasana di ruangan itu sangat hening, Syera ketakutan hingga tubuhnya bergetar.
"Martin.."
Pria itu tersenyum smirk, lalu mencekal kedua tangan Syera dan mengunci nya di atas kepala gadis itu.
Satu tangan nya lagi mencengkeram dagu gadis itu, lalu mencium nya dengan kasar dan brutal, membuat Syera meronta mencoba melepaskan diri, tapi tenaga yang di miliki Martin sangat besar hingga Syera tak bisa menandingi nya.
"Eempphhhh.."
Buakk..
Ciuman itu terlepas, lalu tubuh Martin yang terjerembab ke lantai. Siapa pelaku nya? Juan.
Tadi dia merasa curiga pada tingkah Martin dan Syera, akhirnya dia mengikuti nya secara diam-diam. Tapi saat belok di lorong, Juan kehilangan jejak hingga dia mencari dengan kebingungan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Nona baik-baik saja?" Tanya Juan, dia menarik Syera ke dalam pelukan nya. Syera nampak shock hanya terdiam, tak berontak apapun saat Juan memeluknya.
"Ju.." Lirih Syera.
"Iya, Nona. Ada yang sakit?" Tanya Juan. Gadis itu mendongakan kepala nya, pemuda itu membulatkan kedua mata nya saat melihat bibir Syera berdarah.
"Astaga, Nona.." Juan menggunakan kaos nya untuk mengelap darah di bibir gadis itu.
"Sial, kenapa kau selalu saja mengganggu ku hah?" Bentak Martin, dia mengusap ujung bibir nya yang berdarah karena pukulan Juan tadi.
"Kau yang sialan!" Juan meradang, dia melayangkan pukulan membabi buta pada Martin.
"Sudah Ju, aku ingin pulang." Ucap Syera, dia menarik pakaian Juan agar pria itu menghentikan serangan nya.
Juan merapikan pakaian nya, lalu pergi dari ruangan itu, meninggalkan Martin yang terkapar tak berdaya setelah di pukuli oleh Juan.
'Sialan, awas saja. Aku pastikan Syera akan tetap menjadi milik ku!' Batin Martin, menatap penuh kemarahan kepergian Juan dan Syera.
......
🌻🌻🌻🌻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!