"Nikmat bukan?"
Satu hentakan lolos memporak-porandakan bagian terdalam tubuh gadis di bawah nya saat Badai berkata nikmat bukan, gadis di bawah nya tersebut mencoba menahan tangisannya atas rasa sakit tubuhnya yang terbelah dua, sungguh luar biasa, hal paling berharga, darah pertama nya di ambil secara paksa dan brutal.
bisa dia rasakan milik laki-laki tersebut meluluh lantakkan bagian inti nya, menyeruak masuk menerjang selaput darah keperawanan nya tanpa belas kasih sama sekali.
ini adalah malam pertama nya, kali pertama dia melakukan nya, tanpa penetrasi, tanpa pemanasan lebih dulu, Laki-laki itu melakukan nya benar-benar tanpa hati.
Yeah Badai menggoyangkan pinggulnya naik turun setelah menghantam mahkota suci yang belum terjamah oleh siapapun sama sekali, Seolah-olah tiada ampunan sedikit pun yang diberikan laki-laki tersebut pada gadis yang sempurna menjadi perempuan tersebut.
Tidak ada kelembutan yang dipersembahkan oleh laki-laki yang ada di atas sosok tidak berdaya itu, dimana laki-laki tersebut telah sah menjadi suami nya dalam beberapa jam yang lalu.
Kau tidak akan pernah membayangkan malam pertama yang indah.
Badai bersumpah tidak akan pernah memberikan malam pertama indah yang di bayangkan oleh gadis dibawah nya tersebut, dia tidak akan mempersembahkan keindahan seperti di drama-drama televisi yang di tonton anak-anak zaman kini sama sekali, laki-laki tersebut sengaja menyakiti gadis yang bernama pelangi tersebut dari sejak sebelum akad nikah terlaksana hingga saat ini.
Badai, laki-laki keras dan tidak ber hati tersebut sengaja melakukan nya, memompa tubuh gadis yang kini sempurna menjadi seorang perempuan ditangan nya penuh dengan kepuasan yang mendalam, dia semakin mempercepat pompahan nya tanpa peduli air mata perempuan cantik dibawah kungkungan nya tersebut, meskipun pelangi menangis dan berkali-kali berkata ampun dan meminta nya untuk berhenti sejak tadi.
"Aku mohon berhenti, ini sakit, please aku mohon akhhhh"
Bisa dia dengar perempuan tersebut terus memohon, meringis dan berusaha menggigit kuat-kuat bibir nya, linangan air mata perempuan itu sudah memenuhi seluruh permukaan pipi nya, sisa riasan pengantin terlihat kacau balau dimana-mana, bahkan meskipun perempuan itu berkali-kali berusaha mendorong tubuh Badai agar melepaskan diri nya nyatanya Badai tidak tertarik sama sekali untuk melepaskan nya.
Pelangi nama perempuan tersebut, begitu indah dan cantik seperti nama nya, tapi pesona pelangi tidak akan mampu meluluh lantakkan hati Badai, pelangi tidak akan mampu membuat Badai mengiba dan memberikan ampun pada nya, bahkan sampai mati pun Badai tidak akan pernah jatuh cinta pada nya atau memberikan sedikit pun hati nya.
"sakit? Jeritan mu terdengar semakin membuat ku bersemangat untuk melakukan nya lagi dan lagi"
suara laki-laki tersebut terdengar begitu mengerikan, terus memompa pelangi tanpa jeda sejak tadi, peluh membasahi diri diiringi suara saling adu milik mereka memenuhi kamar mendominasi berwarna gelap tersebut.
"akhhhhhh please, sakit..."
Dan demi apapun tidak ada kenikmatan yang dirasakan perempuan itu, Badai yakin yang dirasakan gadis tersebut hanya rasa sakit dan perih, berkali-kali perempuan itu berusaha mencari pegangan, ingin sekali melarikan diri namun pada akhirnya sosok itu tidak memiliki daya untuk melakukan nya.
"Aku mohon, berhenti...sakit..."
Lagi pelangi meringis, dia menangis sambil membiarkan bibir nya mengeluarkan darah atas rasa sakit di malam pertama, laki-laki di atas nya begitu brutal, persis seperti hewan predator buas yang tidak memiliki perasaan dan siap membunuh mangsanya.
Alih-alih mendengarkan rengekan dan permohonan pelangi, badai semakin mengencangkan gerakan pinggulnya, dia sengaja menyiksa perempuan tersebut dimalam pertama mereka, menikmati teriakan penuh kepiluan dari bibir perempuan tersebut seolah-olah terdengar seperti satu kenikmatan tersendiri dan kesenangan atas sesuatu yang diingat nya dimasa lalu.
semakin pelangi berusaha untuk menyingkirkan tubuhnya, semakin Badai menarik pinggul tersebut agar tidak lari dari nya, dua menghentakkan milik nya secara kasar tanpa berpikir jika ini adalah yang pertama kali nya untuk pelangi.
sisa darah perawan yang baru dia hancurkan di atas sprai tidak membuat dia kagum sama sekali, dia puas karena pada akhirnya dia benar-benar menggenggam erat perempuan tersebut ditangan nya tanpa ampun.
pelangi terus mengerang dan menangis, membuat Badai sesekali memejamkan bola matanya dengan puas, persis seperti psikopat gila yang menikmati penyiksaan atas korbannya.
Suara tangis pelangi menggema dibalik telinga nya, hal tersebut mengingatkan nya pada tangisan yang sama, dan mengingatkan nya pada penderitaan yang sama dari seseorang yang begitu berharga di masa lalu.
dia puas, sangat puas karena sampai pada apa yang dia harapkan selama ini.
"please..."
pelangi masih berusaha untuk meminta berhenti, di antara tangis dan kesadaran nya yang mulai menipis, mencoba mengiba dan meminta belas kasih dari laki-laki yang terus menunggangi nya tanpa henti.
"Diam dan nikmati, atau aku akan memukul mu kali ini"
Laki-laki tersebut siap melayangkan pukulan nya jika perempuan tersebut tetap merengek untuk minta berhenti.
Pelangi diam, mengeluarkan air matanya, menutup mulutnya dan membiarkan Badai berlaku sesuka hati nya kali ini.
Yah percuma dia memohon dan berkata berhenti, iblis di atas nya itu tetap lah seorang iblis, yang tidak memiliki belas kasihan untuk melepaskan dirinya.
Dia pada akhirnya kehilangan tenaga, yakin mungkin malam ini akan menjadi malam kematian nya, rasa hancur didalam hati nya dan sakit luar biasa di bagian inti dan seluruh tubuh nya bercampur aduk menjadi satu, hal paling berharga nya di rusak dengan cara tidak normal oleh laki-laki gila yang tidak memiliki hati bahkan dia diperlakukan dengan tidak manusiawi sama sekali.
Badai terus mengencangkan pompahan nya, menikmati penyatuan sempurna mereka dengan jutaan kesenangan, dia hampir tiba pada puncak kepuasan nya saat perempuan dibawah nya mulai kehilangan kesadaran nya.
Tidak peduli apakah pelangi akan mati setelah malam ini, yang jelas dia puas telah mendapatkan apa yang dia inginkan dan dia puas atas pencapaian nya hingga hari ini.
Menjatuhkan Angkasa group, menghancurkan Brahma dan dewa juga merampas kebahagiaan putri Brahma juga menghancurkan kehidupan adik kesayangan Dewa.
Ini pembalasan paling setimpal yang dia berikan untuk keluarga Angkasa atas sakit yang di terima keluarga Dirgantara dimasa lalu.
Tapi yakinlah bagi badai semua Ini belum seberapa.
"Ohhhh **** kau sempit sekali ****** kecil sialan"
Laki-laki tersebut mengeram, mendapatkan pelepasan kenikmatan nya seiring kesadaran pelangi yang menghilang secara perlahan.
Dia menumpahkan pelepasan nya dan menembakkan nya pada dinding rahim pelangi, mengabaikan semua hal atas pelepasan penuh kenikmatan nya saat ini.
Setelah puas laki-laki tersebut secepat kilat mencabut senjata kebanggaan nya, menatap pelangi yang tidak sadarkan diri.
"cihhhhh"
dia berdecih, mengejek kearah Perempuan muda yang usia nya belum 20 tahun tersebut, berbeda terlalu jauh dari nya yang jelas telah melewati kepala tiga.
"Ja..lang kecil sialan"
dia menghirup sisa aroma percintaan, merasa Cukup puas atas pencapaian malam ini, bergerak cepat turun dari kasur, mengabaikan pelangi yang tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali.
Seolah-olah berpikir, biarkan saja bocah itu mati, toh sejak awal dia tidak pernah ingin membiarkan satu pun Anggota kekuarga Angkasa selamat dari api kemarahan atas dendam membara nya di masa lalu.
Badai bergerak meninggalkan pelangi yang tidak sadarkan diri, dia sama sekali tidak peduli bagaimana keadaan pelangi, bagi nya Membuat perempuan tersebut menderita merupakan kepuasan tersendiri untuk dirinya.
Bisa di lihat kilatan bola mata laki-laki tersebut memancarkan satu kepuasan yang mendalam, Badai berjalan menjauh dari kasur tersebut, bergerak mendekati kursi sofa dan dia meraih sebuah handuk mendominasi berwarna putih yang ada di atas sana, laki-laki tersebut menarik nya dengan cepat kemudian menggunakan untuk melingkarkan ke pinggang nya.
Otot-otot indah dengan bentuk roti sobek kotak-kotak tersebut terlihat begitu sempurna menghiasi tubuh Badai, katakan pada nya mata perempuan mana yang tidak akan tergoda melihat keindahan tersebut saat ini? terlalu indah dan mampu membuat perempuan mana saja rela tenggelam didalam nya, tidak ingin menjauh atau lepas dari dekapan dada bidang, perut sobek dan tubuh indah tersebut.
Bagian tubuh tersebut terlihat begitu indah menawan, membuat siapapun melihat nya menjadi candu dan mengemis untuk memiliki nya, sekali jatuh kedalam dekapan Badai, tidak akan ada yang Sudi melepas kan diri mereka dari nya.
Kharismatik dan ke rupawan'an Badai jelas tidak diragukan, apalagi disertai tatapan dingin dan tidak tersentuh oleh siapapun di sekitar nya membuat perempuan mana pun pasti semakin menggila di buat nya.
Seharus nya memiliki Badai menjadi sebuah anugerah untuk para perempuan yang memimpikan nya, tapi bagi Pelangi memiliki Badai bagaikan sebuah bencana untuk kehidupan nya, realita nya dalam seumur hidup nya tidak akan mengecam kebahagiaan selama berada didalam genggaman Badai, laki-laki tersebut telah bersumpah akan menyakiti Pelangi bahkan hingga ke alam kuburnya, bukan hanya raga bahkan dia mengutuk pelangi akan menyakiti nya sampai kedalam jiwa dan Sukma nya.
Bahkan Badai tidak akan menciptakan satu kebahagiaan pun untuk pelangi, senyum yang terbit pun tidak dia izinkan mengembang dibalik wajah cantik nan polos tersebut
Kini laki-laki itu perlahan bergerak menuju ke arah kamar mandi, membiarkan diri
nya masuk kedalam sana, mulai menyalakan air dan membersihkan diri dari sisa keringat percintaan mereka tadi, Badai tidak begitu suka bercinta dengan perempuan itu.
Sungguh sial.
Itu umpatan yang dia sematkan.
Tapi dia menikmati ke histeris'an dan tangisan penuh permohonan ampun di balik bibir pelangi.
Terdengar begitu indah dan memukau, bahkan dia ingin terus mendengarkan nya nanti, lagi, lagi dan lagi.
Dia suka, dia bahagia dan dia puas pada pencapaian nya saat ini, seulas senyuman picik dan licik terbit di balik bibir indah Badai, laki-laki tersebut langsung mengguyur tubuhnya dalam kucuran air di balik balutan besi berwarna hitam elegant di atas kepalanya, menetralisir rasa dikepala nya dan juga rasa di lubuk hati nya yang masih panas membara tanpa ada obat dingin nya.
Nuansa kamar mandi mendominasi berwarna hitam tersebut terlihat begitu gelap dan suram, semakin menambah tingkat kelam kehidupan yang Badai jalani selama puluhan tahun ini, dia merupakan laki-laki penuh rahasia yang di liputi jutaan dendam yang membara tanpa obat sedikit pun di hati nya dan percaya lah tidak ada yang mampu lagi membuat Badai kembali ke sosok dirinya yang dulu sejak hari itu hingga saat ini.
Begitu air mengucur deras membasahi kepala hingga wajah tampan mendominasi tersebut, Badai memejamkan sejenak bola mata nya dan sekelabat memori mengembalikan diri nya pada kenangan indah masa lalu.
"Kak..."
Satu suara halus dan indah terdengar mengalun dibalik telinga nya, guncangan terasa di seluruh bahu kanan nya.
"Kak Badai bangun kakak...."
Suara itu begitu lembut dan halus, tidak manja tapi terdengar begitu candu untuk orang-orang yang baru mengenal nya.
Badai muda masih lelah, sisa pegal di tubuh nya akibat dari kegiatan memanjat gunung Kemarin membuat dia masih enggan membuka mata nya, tapi kerinduan mengalahkan semua rasa pada pemilik suara yang mengganggu tidur nya.
"kakak sudah pulang? kapan? kenapa tidak membangunkan aku semalam?, mama dan papa menunggu kita untuk mendapatkan makan pagi bersama"
Lagi suara lembut tersebut menyeruak masuk dibalik telinga nya, terdapat kerinduan dibalik suara indah tersebut, satu tusukan lembut dari jemari indah itu mengenai pipi kanan Badai, dia yakin gadis itu mencoba membuat lesung pipi yang nyaris tidak terlihat di wajah nya agar tenggelam dan terlihat seperti milik gadis tersebut.
"Kak?"
"Hmmmm?"
Pada akhirnya Badai muda menyahut perlahan, mencoba membuka bola mata nya yang masih mengantuk dan enggan, dia membuang sisa lelah ditubuhnya demi gadis yang terus berusaha keras untuk membangunkan nya tersebut.
"Bangun, tidak kah kakak rindu pada ku?"
Lagi suara tersebut terdengar dibalik telinga nya.
Badai mencoba melebarkan senyuman, menahan tangan nya pada silau cahaya matahari yang menyeruak masuk dari sisi kanan nya.
Ketika bola mata nya perlahan terbuka, satu wajah cantik memenuhi penglihatan nya, senyuman merekah dari gadis yang duduk disebelah nya seperti biasa memenuhi hari-hari nya.
"Anggun akan siapkan air mandi untuk kakak"
Sebaris gigi putih menawan tersebut mengembang sempurna dibalik wajah gadis yang menggunakan seragam SMP nya, terlihat bahagia melihat kakak tercinta nya bangun setelah perjuangan diri nya membangunkan Badai.
Dia hendak beranjak, tapi secara perlahan Badai Meraih tangan nya, laki-laki remaja tersebut langsung menenggelamkan adik kesayangannya tersebut kedalam pelukan nya.
"Berapa hari tidak bertemu?"
Badai bertanya membiarkan Anggun tengelam kedalam pelukan nya.
"Belum sebulan"
Gadis tersebut melebarkan senyumannya, dia memejamkan bola matanya, membiarkan diri tenggelam kedalam pelukan kakak kesayangan nya.
Ingatan tersebut seolah-olah tergulung pada satu kenangan yang berbeda, dimana dia melihat dan mendengar tangisan dari bibir cantik adik nya.
"Kak..."
Wajah cantik tersebut terlihat kacau balau, darah terlihat memenuhi pakaian mendominasi berwarna putih yang digunakan. Anggun tidak berdaya dalam kesekaratan nya,dia berbaring di atas branker dorong dengan sisa kesadaran yang menghilang secara perlahan, terdapat banyak sekali luka di sekujur tubuh nya, beberapa sobekan di bibir dan biru memenuhi tubuh indah tersebut.
Setelah Dirgantara hancur berkeping-keping di tangan Angkasa group, adik nya....
"Seseorang memperkosa nya, dia diserang secara brutal dan...."
Dokter dihadapan Badai menundukkan kepalanya.
"Maafkan kami, kami sudah mencoba semaksimal mungkin"
Brakkkkkkk.
Satu hantaman keras memecah keheningan malam, Badai membuka bola matanya dimana kepalan tangan kanan nya menghantam dinding kamar mandi yang ditempati nya bergema memecah ingatan nya.
Darah mengucur deras dari pinggir tangan nya, bagian barisan punggung jemari mengeluarkan darah nya secara perlahan, kilatan amarah dan kebencian terlihat memenuhi seluruh bola mata yang menggelap tersebut, Badai mengeratkan rahangnya dengan penuh dendam yang membara.
Semua baru permulaan.
Dia membatin dalam kobaran dendam yang tertancap di dadanya selama puluhan tahun silam.
Brakkkkkkk.
Suara kasar hantaman pintu terdengar menggelegar memecah keheningan pagi, membuat seluruh penghuni kediaman Badai seketika tercekat.
pranggggg.
Lagi suara pecahan piring makan berhamburan memecah keadaan, hal tersebut menambah ketakutan semua orang.
Beberapa pelayan berhamburan menegang mendekati tuan nya, bahkan seorang laki-laki yang merupakan kepala pelayan kepercayaan di mansion mewah tersebut terpaksa berjalan tergopoh-gopoh untuk segera mendekati laki-laki tersebut.
Mood tuan mereka pagi ini tidak baik-baik saja, dan itu jelas akan terasa begitu menegang kan untuk seluruh penghuni mansion utama.
Badai, laki-laki tersebut tidak pernah bisa lagi mengontrol kemarahan nya sejak dulu hingga sekarang, dia bukan lagi laki-laki lemah lembut yang penuh dengan cinta, temperamental Badai terus memburuk seiring berjalannya waktu karena tidak ada yang bisa menjadi peredam dalam amarah nya tiap kali laki-laki tersebut mendapatkan masalah, Belum lagi akibat dendam di masa lalu semakin membuat buruk kelakuan Badai.
Mereka berbaris sejajar menghadap kearah Badai yang berdiri di ruang tengah, bisa mereka lihat pecahan piring yang berisi makanan berhamburan di lantai, membuat beberapa orang memejamkan sejenak bola mata nya.
Kini sang tuan mereka tersebut berkacak pinggang menatap satu persatu semua orang yang ada di hadapannya, tatapan penuh kemarahan terlihat jelas di balik bola mata laki-laki tersebut, seolah-olah dia siap untuk mencekik leher siapapun yang ada di hadapannya saat ini.
"Katakan pada ku siapa yang membuat sarapan pagi ini?"
Suara Badai menggema disepanjang ruangan, terdengar begitu dingin dan datar, terlalu mengerikan untuk para orang-orang yang ada dihadapan mereka.
mendapatkan pertanyaan seperti itu seketika membuat semua orang menelan saliva mereka.
"Tidak ada yang menjawab?"
Badai paling benci ketika dia bertanya tidak ada yang menjawab nya, dia langsung bergerak kearah sisi kanan nya, meraih sesuatu diatas meja hingga membuat semua orang membelalakkan bola mata mereka.
Klatakkkkkk.
Seketika laki-laki tersebut mengacungkan pistol yang kini berada di dalam genggaman nya, membuat semua orang terkejut dan refleks dua pelayan langsung bersujud dengan cepat, bersimpuh memohon ampunan.
"Maafkan kami tuan"
"Itu kesalahan kami"
Dua perempuan berusia sekitar 35-40 tahunan seketika langsung bicara gemetaran, mencoba bersimpuh dan memohon ampunan.
Ketika Badai menatap tajam kearah dua pelayan tersebut, bola matanya menangkap sosok pelangi yang mematung di atas tangga, perempuan tersebut terlihat ketakutan, menampilkan sisi gemetar nya menatap perlakuan Badai.
Pelangi mencoba untuk berpegangan pada anak tangga, ingin mundur kebelakang karena cukup terkejut melihat pemandangan di bawah sana.
"Seret perempuan itu kemari dan biar dia melihat nya"
Dan tiba-tiba Badai bicara, menatap kearah pelayan lainnya, meminta mereka mendapatkan pelangi di atas sana.
Mendengar perintah Badai seketika pelangi tercekat, satu pelayan jelas terkejut.
"Tuan?"
Wanita tersebut tercekat.
"Bawa dia kemari sekarang juga"
Dan teriakan Badai kembali menggema, membuat pelayan tersebut bergerak cepat menaiki anak tangga, mencoba menggapai pelangi dan membawa Perempuan tersebut dengan jutaan rasa bersalah.
Seharusnya tidak ada yang membuat kekacauan di pagi hari ini, hingga membuat tuan mereka harus menghukum siapapun yang ada di hadapannya.
"Maaf kan aku nona"
Wanita tersebut menundukkan kepalanya, mencoba membawa Perempuan tersebut turun ke bawah.
pelangi jelas bergetar, mencoba untuk turun saat dia di tuntun untuk turun kebawah, bisa dia lihat kobaran api kemarahan dibalik wajah Badai, membuat perempuan tersebut sejenak memejamkan bola matanya.
Adakah hari ini akan menjadi hari kematian dirinya?!.
Dan dia kini sudah berdiri dihadapan Badai, di mana rahang laki-laki tersebut kini mengeras, menatap penuh kemarahan pada semua orang termasuk pada pelangi.
"Kau..."
Dan tiba-tiba saja Badai menggenggam rahang pelangi, membuat perempuan tersebut terkejut setengah mati.
Setelah siksaan semalam dimana bagian terdalam paling berharga nya di koyak dan masih meninggalkan sisa rasa perih dan luka atas perlakuan kasar Badai, kini laki-laki tersebut kembali berlaku kasar pada nya, mencengkeram wajah nya dengan kasar kemudian berkata.
Pelangi memejamkan bola matanya, jangan di tanya bagaimana rasa nya, begitu sakit dan ngilu saat tangan kokoh tersebut mencengkeram rahangnya.
Seharusnya tangan itu melindungi makhluk bernama istri, yang memang tugas seorang suami untuk melakukan nya, tapi alih-alih melindungi Badai nyata nya lebih suka mengintimidasi, memberikan siksaan san memperlakukan istri nya dengan cara yang begitu kasar dan kejam.
"Kau lihat ketidakbecusan mereka?"
Suara Badai memecah kembali keadaan, membuat pelangi membuka bola mata nya.
Netra mereka bertemu untuk beberapa waktu, ini kali pertama mereka benar-benar saling menatap antara satu dengan yang lainnya.
Nyala api kemarahan dan kebencian berkumpul menjadi satu dibalik netra Indra Badai, tidak menampilkan sisi hangat atau kelembutan sedikit pun didalam nya.
Pelangi membiarkan dia menatap bola mata laki-laki tersebut, bertanya-tanya kenapa laki-laki itu memperlakukan semua orang dengan buruk termasuk dirinya.
Jika menikahinya hanya untuk menyiksa nya, pertanyaan pelangi untuk apa?!.
Mereka jelas tidak saling mengenal, perusahaan ayah nya tidak baik-baik saja, hancur karena satu peristiwa pelik yang membuat ayah nya terdesak keadaan, mengenal Badai dan menerima bantuan dari laki-laki dihadapan nya tesebut dalam jumlah bantuan yang tidak sedikit, pada akhirnya Angkasa group berada pada bawah payung Dirgantara group, kemudian tiba-tiba Badai meminta satu hal yang mengejutkan mereka pada hari itu.
"Berikan putri dirgantara pada ku"
Kala itu Badai bicara dimana laki-laki tua yang tidak lain ayah nya semakin terlilit hutang besar dimana pihak Bank bergerak akan menyita seluruh aset Dirgantara.
"Aku akan menyelesaikan semua nya"
Tatapan mata Badai begitu datar, menunggu jawaban ayah pelangi untuk sebuah kesepakatan dalam keadaan yang terjepit.
"Aku menunggu jawaban mu 1 x 24 jam"
Dan ayah nya benar-benar tidak memilih pilihan lain, bertanya pada pelangi apakah pelangi mau membantu keadaan keluarga mereka.
Sebagai seorang anak yang berbakti, tentu saja pelangi tidak memiliki pilihan lain, sebagai tanda bakti karena tidak mampu membalas jasa Budi, dia menyetujui pernikahan yang lebih mirip sebuah paksaan halus untuk menghabiskan masa depan nya menikah dengan laki-laki asing yang tidak dia kenal.
pelangi mengangguk kan kepala nya tanda setuju, tapi tidak pernah berpikir jika dia akan masuk kedalam cengkraman Badai, melewati hidup tidak baik-baik saja dan memulai rasa tersiksa dimulai sejak malam pertama.
"Mengadulah pada ayah mu, mari bercerai dan aku akan menarik semua saham Dirgantara group dari Angkasa company, aku akan menuntut ayah mu atas kasus penipuan dan menjebloskan satu persatu keluarga mu ke penjara, mencabut fasilitas kakak laki-laki mu yang berbaring kaku dalam ketidak berdayaan nya di rumah sakit"
Ancaman Badai sungguh luar biasa di malam pertama pernikahan mereka, membuat pelangi kehilangan kata-kata nya.
"Kau lihat bukan bagaimana mereka mulai tidak becus mengurus makanan ku, kau pergi ke dapur dan buatkan sarapan untuk ku"
suara Badai kembali menggema, laki-laki tersebut kini memberikan perintah dan titah, tidak peduli bagaimana ekspresi wajah pelangi, yang jelas dia mengintimidasi, memaksa kehendak nya pada orang lain tanpa perasaan, dia melepaskan Cengkraman nya dengan penuh kebencian, menghempaskan tubuh pelangi dengan kasar ke lantai.
Bugggggggg.
Pelangi terhuyung dan jatuh, namun dengan cepat di bantu satu pelayan untuk membuat nya berdiri secara perlahan.
Pelangi menatap Badai dengan bola mata berkaca-kaca, dia gemetaran, mencoba berdiri dengan sisa tenaga dan ketakutan luar biasa nya.
Dia ingin menangis tapi berusaha untuk menggigit bibirnya.
Semua pasti baik-baik saja.
Dia membatin dalam jalan nya yang tertatih-tatih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!