NovelToon NovelToon

Cinta Dan Perbedaan

Awal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh ...

Jika terjadi Typo atau Plot hole atau kesalahan lainnya ... Othor Minta kritik dan saran dari kalian di kolom komentar ❤️

Thank you ...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Ketika cinta harus memilih antara harus bertahan atau pergi?

Maka Dilema akan melanda jiwa dan hati yang semula tenang menjadi gelisah.

Cinta bukan hanya tentang memiliki, tapi cinta adalah rela melepaskan demi melihat orang yang kita cintai bahagia.

Cinta adalah pengorbanan yang rela menderita hanya untuk melihat orang kita cintai bahagia.

Cinta adalah melepaskan, jika dalam genggaman tertancap duri-duri yang mematikan.

Cinta adalah air mata yang mampu menghanyutkan kesedihan hingga pada akhirnya hanya akan ada kebahagiaan dan ketenangan yang akan kita gapai.

Seperti perjalanan Cinta Zahra, Danis dan Azka. Cinta segitiga yang mereka alami begitu rumit, hingga tanpa sadar mereka saling menyakiti satu sama lain.

Zahra dan Danis saling mencintai, namun cinta mereka terhalang dengan perbedaan hingga pada akhirnya Zahra di jodohkan dengan Azka yang ternyata adalah pemilik restoran tempatnya bekerja.

Siapakah yang akan menjadi jodoh Zahra pada Akhirnya?

Danis~ Kekasih Zahra yang sangat Zahra cintai. Namun, pria itu berasal dari agama yang berbeda.

Atau Azka~ orang yang dijodohkan dengan Zahra, pria sholih lulusan Istanbul. Namun, Zahra tidak bisa melihat kebaikannya, karena buta akan cintanya pada Danis.

Bagaimana kisah mereka? Ikuti yuk karya Author tufa_hans

👇👇👇👇👇

______________

"Hai Sayang ...," Zahra memeluk tubuh Danis dari belakang.

Pria itu berdiri di depan apartemen Zahra, menjemput kekasihnya tersebut untuk mengantarnya bekerja.

Danis tersenyum, lalu melepaskan pelukan Zahra serta menatap sang kekasih yang kini menggunakan pakaian minim seperti biasanya.

"Masuk dulu yuk, Sayang. Tas ku masih di ruang keluarga tadi!" ucap Zahra dengan senyum cerianya.

Danis pun menganggukkan kepalanya dengan Zahra yang menarik pergelangan tangan pria itu hingga Danis mengikuti langkah kekasihnya tersebut.

"Sayang ... kenapa kamu masih berpakaian seperti ini? Kamu pasti akan lebih cantik kalau kamu memakai pakaian yang tertutup," ucap Danis seraya duduk di sofa ruang tamu.

"Memangnya kenapa, Sayang? Bukankah aku terlihat lebih Sexy jika berpakaian seperti ini?" tanya Zahra seraya memutar tubuhnya di depan Danis memamerkan penampilannya yang menurut Zahra sangat menarik.

Danis hanya tersenyum mendengar ucapan kekasihnya tersebut. Lalu menatap sang kekasih penuh cinta.

"Kalau kamu nggak percaya, coba deh besok kamu pakai pakaian yang lebih tertutup, pasti akan terlihat lebih cantik," ucap Danis yang masih berusaha meyakinkan kekasihnya tersebut.

"Jadi kamu tidak suka sama aku jika aku berpenampilan seperti ini?" tanya Zahra dengan wajah kecewa.

Danis terkejut setelah melihat wajah sedih Zahra, seketika ia menarik tangan Zahra yang masih berdiri hingga wanita itu duduk di sampingnya.

"Tidak, Sayang! Bukan seperti itu. Hanya saja, aku suka melihat wanita muslimah, melihat penampilan mereka yang serba tertutup membuat hatiku merasa damai dan sejuk," ucap Danis jujur.

"Jika kamu sangat menyukai wanita muslimah, lalu kenapa kamu tidak memutuskan untuk masuk Islam? Setelah itu, tidak akan ada perbedaan lagi di antara kita!" ucap Zahra seraya menatap Danis dengan kening yang mengerut.

Danis tersenyum mendengar ucapan kekasihnya, lalu ia menatap sang kekasih penuh kelembutan. "Jika suatu saat aku ditakdirkan untuk memeluk Islam, aku tidak ingin masuk Islam karena cinta, melainkan dari keinginanku sendiri, agar ibadahku nanti akan sempurna," jawab Danis dengan senyum lembutnya.

"Lagi pula, aku hanya bilang menyukai wanita muslimah, bukan berarti aku tidak percaya pada Tuhanku," lanjut Danis yang tidak mengalihkan tatapannya dari Zahra.

"Aku harap kamu juga begitu!"

"Maksudnya?" tanya Zahra seraya menatap Danis dengan kening yang mengerut.

"Jika aku percaya pada Yesus, maka kamu harus percaya pada Allah. Kita jangan pernah meninggalkan Tuhan kita hanya karena Cinta," ucap Danis dengan senyum yang mengembang.

Deg

Seketika Zahara terdiam. Ia merasa malu pada dirinya sendiri. Ia menundukkan kepalanya dengan mata yang terpejam.

..."Ya Allah ... "...

..."Sungguh selama ini hamba jauh darimu. Jika orang Non-muslim seperti Danis sangat percaya pada Tuhan-Nya, lalu kenapa hamba harus meragukan-Mu? Maafkan hamba ya Allah, maafkan hamba," ucap Zahra dalam batin....

Danis yang melihat kekasihnya memejamkan mata dengan wajah tertunduk, ia mengerutkan kening seraya mengambil dan menggenggam tangan orang yang dicintainya tersebut.

"Sayang kamu kenapa? Apa kamu tersinggung dengan ucapanku? Maafkan aku, ya," ucap Danis dengan perasaan bersalah.

Zahra mengangkat kepalanya, seraya menatap kekasihnya dengan senyum yang terukir dari bibirnya.

"Tidak apa-apa kok, Yang. Aku rasa ucapanmu benar. Ya sudah aku ganti baju dulu!" pamit Zahra seraya melepaskan tangan Danis.

"Tidak! Kamu tidak perlu ganti baju. Ambil switer saja itu sudah cukup." ucap Danis tersenyum.

"Ya sudah, tunggu sebentar! Aku ambil switer di kamar sebentar," pamit Zahra seraya beranjak dari tempat duduknya.

Danis tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, lalu Zahra membalas senyuman Danis dan melangkah menuju kamarnya.

________

Beberapa menit kemudian Zahra Kembali dengan pakaian yang lebih tertutup dari sebelumnya, hingga membuat Danis mengembangkan senyum karena Zahra mengikuti ucapannya.

"Ternyata benar, kamu lebih cantik jika berpakaian lebih tertutup seperti ini," ucap Danis seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Gombal." Zahra salting mendengar gombalan kekasihnya tersebut.

"Ya sudah, ini sudah hampir jam kerja. Ayo berangkat!" Ajak Danis seraya melihat jam di pergelangan tangannya.

Zahra pun menganggukkan kepalanya dengan senyum yang mengembang.

"Yuk!"

...🌷🌷🌷🌷🌷...

...TBC...

Detak Jantung

Dalam perjalanan Zahra terus menatap wajah Danis hingga membuat Danis mengalihkan tatapannya sekilas pada orang yang dicintainya tersebut.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Danis tersenyum. Lalu, pria itu menatap jalanan kembali dengan senyumnya yang tak memudar.

"Nggak apa-apa, aku hanya ingin menatapmu sepuas-puasnya, aku takut suatu saat aku tidak akan bisa menatap wajahmu lagi," ucap Zahra tanpa mengalihkan tatapannya dari Danis.

"Kenapa kamu bilang seperti itu?" tanya Danis.

Zahra menghembuskan nafasnya berat. Lalu, wanita itu mengalihkan tatapannya dari Danis seraya menatap lurus ke depan.

"Aku bukan tidak yakin dengan cinta kita, tapi aku tidak yakin bahwa cinta kita bisa menyatu dengan perbedaan yang mungkin tidak akan pernah bisa sama."

"Apa kamu percaya, bahwa kita bisa berjodoh?" tanya Zahra seraya menatap Danis kembali.

Danis pun tersenyum, namun ia masih tetap fokus mengemudi tanpa menoleh pada kekasihnya tersebut.

"Kenapa tidak? Jika kita jodoh, nanti pasti akan ada jalan untuk kita menyatu," ucap Danis tersenyum.

________

"Kita sudah sampai," ucap Danis saat mobilnya terparkir di depan sebuah restoran ternama di kota tersebut.

"Ya sudah, aku turun dulu! Kamu nggak mampir dulu?" tanya Zahra menatap kekasihnya dengan seulas senyum.

"Tidak, Sayang! Aku langsung berangkat saja, nanti sore aku jemput," jawab Danis membalas senyuman kekasihnya tersebut.

"I love you," ucap Danis sebelum Zahra turun.

"I love you too," jawab Zahra yang semakin mengembangkan senyumnya.

Setelah itu Zahra membuka pintu mobil, lalu menutupnya kembali dan melambaikan tangannya pada Danis setelah pria itu melajukan mobilnya meninggalkan restoran tersebut.

Setelah mobil Danis hilang dari pandangan mata Zahra, wanita itupun melangkahkan kakinya menuju pintu masuk.

Lalu, ia memasuki restoran dengan beberapa pelayan yang membungkukkan sedikit badannya dan menyapanya ramah.

Semua mata tertuju padanya, melihat kecantikan wanita itu membuat siapa saja terpana tak terkecuali sang pemilik restoran.

Zahra bekerja sebagai Manager di restoran tersebut dengan pemilik restoran yang selalu berusaha mendekati wanita itu, namun Zahra tidak menanggapinya karena cintanya yang hanya untuk Danis.

"Pagi Zahra," sapa Azka~ pemilik restoran tersebut.

"Pagi Pak!" jawab Zahra tanpa menatap wajah atasannya tersebut.

Mereka tidak sengaja berada dalam satu lift. Azka terus menatap wajah cantik Zahra, sementara Zahra tetap berwajah datar tanpa menoleh sedikitpun pada Azka.

Begitu lift terbuka, Zahra langsung melangkah lebih dulu menuju ruangannya tanpa menoleh sedikitpun pada Azka, sementara pria itu keluar dari pintu lift dan hanya menatap punggung Zahra yang kini melangkah menjauh.

"Ayah ... bagaimana aku harus mendekati wanita yang dijodohkan denganku? Sementara dia selalu menghindar, bahkan dia tidak mau menatapku sedikit pun," ucap Azka tersenyum. Lalu, Azka melangkahkan kakinya menuju ruangannya sendiri.

Sementara Zahra memjamkan mata setelah menutup pintu. Lalu, ia bersandar pada pintu ruangannya setelah ia mengunci ruangan tersebut dengan begitu rapat.

"Maafkan aku, Pak. Aku tidak mau membuat orang lain menyukaiku hingga aku terpaksa bersikap dingin pada pria mana pun tak terkecuali Bapak," ucap Zahra.

Setelah itu, Zahra melangkah menuju kursi kerjanya, lalu fokus tanpa mengingat apapun lagi.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ponsel wanita itu berdering hingga membuat Zahra menghentikan kerajaannya untuk mengangkat ponselnya tersebut.

"Assalamualaikum ... ," ucap Zahra tanpa menatap nama yang tertera di layar ponselnya.

Wanita itu yakin bahwa yang menghubunginya bukan Danis, karena Danis biasanya menghubungi Zahra jika jam istirahat.

Saat tidak mendapatkan jawaban, Zahra melihat layar ponselnya, ia mengerutkan kening saat melihat nomor ponsel yang ternyata tidak ada di kontaknya.

"Maaf, ini siapa ya?" tanya Zahra dengan kening yang mengerut.

Namun, masih tidak ada jawaban hingga membuat Zahra bingung dan memutuskan untuk mematikan ponselnya untuk melanjutkannya kerajaannya yang masih menumpuk.

Sementara di tempat lain, Azka memegang jantungnya yang berdegup kencang saat ia mencoba untuk menghubungi Zahra.

Namun, ia tidak berani membuka suara dan ia menjawab salam Zahra dengan menjauhkan ponselnya hingga suaranya tidak terdengar oleh wanita tersebut.

Ia terus mendengarkan suara Zahra tanpa menjawab pertanyaan wanita itu sampai akhirnya Zahra menutup panggilannya karena tidak mendapat jawaban.

"Ya Allah ... Sesulit inikah mendekati wanita?" ucap Azka seraya memegang dadanya dengan jantung yang berdegup tak beraturan.

...🌷🌷🌷🌷🌷...

...TBC...

Aku sudah punya kekasih

Setelah lama berkutat di depan laptop, kini kerjaan Zahra selesai. Lalu, ia pergi ke toilet untuk merapikan penampilannya, karena ia akan rapat dengan klien begitu jam makan siang.

Saat sampai di toilet, wanita itu tersenyum melihat penampilannya seraya mengingat tentang ucapan Danis.

'Kamu terlihat lebih cantik jika berpenampilan tertutup seperti ini?'

"Terima kasih, Sayang. Ternyata kamu benar, jika aku berpenampilan seperti sebelum-sebelumnya, aku terlihat kurang sopan, tapi kalau seperti ini, aku terlihat lebih manis!" ucap Zahra seraya memutar tubuhnya di depan cermin dengan senyum yang terukir dari bibirnya.

"Ya sudah, sepertinya aku tidak perlu makai make up terlalu tebal juga, biar Danis tidak risih melihat penampilanku yang seperti tante-tante!" ucap Zahra.

Wanita itu mengambil air dan mencuci mukanya sampai bersih. Setelah itu, ia memakai make up tipis agar tidak terlihat pucat karena terbiasa memakai make up tebal.

"Aku harap Danis senang melihat penampilanku yang baru!" ucap Zahra yang terus mengingat kekasihnya tersebut.

"Perfect!" ucap Zahra tersenyum, begitu ia selesai dengan riasan barunya. Lalu, ia keluar dari toilet untuk melanjutkan menyiapkan berkas yang akan ia bawa untuk meeting.

Namun, saat Zahra membuka pintu, ia terkejut karena sudah ada Azka di ruangannya sambil duduk di sofa yang terletak di ujung ruangan.

Senyuman wanita itu pun memudar, wanita itu mengalihkan tatapannya dari Azka seraya melangkah menuju kursi kerjanya.

"Kenapa Pak Azka bisa ada di ruanganku?" tanya Zahra dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Zahra merasa risih dengan perhatian Azka yang menurutnya terlalu berlebihan. Keduanya tidak mengenal terlalu lama, hanya saja Azka selalu berusaha mendekati Zahra hingga membuat wanita itu tidak suka berada di dekat wanita tersebut.

Azka tersenyum melihat wajah dingin Zahra, ia berusaha bersabar demi berbakti pada orang tuanya.

"Kenapa kamu selalu bersikap dingin padaku? Apakah aku punya salah?" tanya Azka menatap Zahra lekat.

Pria itu terus menatap Zahra yang masih duduk di kursi kerjanya dengan wajah yang berpaling.

"Aku tahu Bapak punya perasaan lebih untukku, aku hanya tidak ingin mengecewakan Bapak jika aku menolaknya nanti. Aku tidak ingin memberi harapan pada siapapun, karena hatiku sudah dipenuhi kekasihku," ucap Zahra.

Deg

Azka terkejut mendengar pernyataan Zahra, karena ia tidak tahu apapun tentang wanita itu selain ia dan Zahra dijodohkan.

"Kekasih?" tanya Azka dengan kening yang mengerut.

"Iya kekasih. Aku sudah punya kekasih!" jawab Zahra penuh penekanan. Hingga membuat Azka menundukkan kepalanya dengan mata yang terpejam.

"Kenapa Ayah menempatkanku di posisi yang salah? Tidak seharusnya aku berada di antara pasangan yang saling mencintai!" batin Azka dengan wajah kecewa.

"Maafkan saya, Pak! Saya tidak ingin mengecewakan Bapak, tapi aku tidak mau menyakiti Bapak lebih dalam lagi, jika Bapak meneruskan perasaan Bapak," ucap Zahra dengan wajah datar.

Wanita itu menoleh ke arah Azka, karena tidak mendapatkan jawaban dari pria itu dan seketika ia merasa bersalah karena ia menyakiti atasannya meskipun dia tidak ingin.

"Maafkan aku, Pak! Aku tahu Bapak pasti kecewa, tapi mungkin ini lebih baik," batin Zahra.

"Pak! Apakah Bapak, baik-baik saja?" tanya Zahra.

Azka pun mengangkat kepalanya seraya menatap Zahra dengan senyum lembutnya. "Maafkan aku, kamu tau sendiri kalau aku masih baru di sini. Jadi aku tidak tau kalau kamu sudah punya kekasih," ucap Azka tersenyum.

Pria itu menyembunyikan wajah kecewanya, agar ia tidak terlalu terlihat menyedihkan di depan Zahra.

"Ya sudah, ayo kita temui klien! Mereka memajukan pertemuannya, aku ke sini hanya untuk memberimu kabar, karena ponselmu tidak diangkat dari tadi," ucap Azka dengan senyum kakunya.

"Jadi Bapak ke sini untuk memberitahukan itu?" tanya Zahra salah tingkah.

Wanita itu bicara panjang lebar tanpa menanyakan maksud kedatangan atasannya tersebut hingga membuat ia malu sendiri.

"Siapkan berkas-berkas yang dibutuhkan! Tadinya aku ke sini ingin menanyakan tentang berkas untuk rapat dan akan membantumu untuk menyelesaikan jika belum kelar. Tapi sepertinya kamu terganggu dengan kehadiranku," ucap Azka tersenyum.

Zahra pun menundukkan kepalanya, wanita itu memejamkan mata erat, ia merasa malu karena ia terlalu percaya diri hingga tidak memberi kesempatan pada Azka untuk berbicara.

"Aku duluan." Azka beranjak tanpa menunggu jawaban dari Zahra, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa menatap wajah Zahra kembali.

Setelah memastikan Azka pergi, Zahra langsung lari menuju pintu dan menutup pintu ruangannya tersebut.

Wanita itu berdiri di balik pintu seraya memegang dadanya, ia merasa malu sendiri karena ia terlalu percaya diri hingga tidak mendengarkan ucapan atasannya tersebut.

"Mampus aku! Kenapa aku percaya diri sekali? Memangnya aku siapa? Sok kecantikan banget sih ... " Zahra menepuk-nepuk jidatnya karena merasa malu.

Setelah itu, Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya seraya melangkah menuju meja kerjanya dan menyiapkan berkas untuk meeting.

"Pak Azka 'kan masih seminggu di sini, aku kenapa langsung menyimpulkan bahwa dia menyukaiku? Bodoh banget sih?" Zahra terus menggerutu sendiri.

"Pak Azka lulusan Istanbul, jadi mana mungkin dia menyukaiku? Secara, dia bisa mendapatkan wanita yang melebihi aku dari segala-galanya."

...🌷🌷🌷🌷🌷...

...TBC...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!