LATAR TEMPAT TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN TEMPAT MANA PUN YANG MENGHUBUNGKAN SEJARAH ATAU AGAMA TERTENTU !!!
DI MOHONKAN UNTUK MEMILIH BACAAN YANG TEPAT SESUAI USIA 🙏🙏🙏
Selamat Membaca 💕💕💕
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kekaisaran Lavensberg, Tahun 469
Kekaisaran kuat yang menguasai benua dan memiliki pamor yang paling tertinggi, serta pusat ekonomi dan bisnis, sehingga membuat tiga wilayah dari kerajaan tunduk pada nya.
Pusat dari kekuatan sihir putih terbesar, dan satu-satu nya kekaisaran yang masih memiliki berkat dari Dewi.
Umum nya rakyat dari kekaisaran Lavensberg menyembah Dewi Elaine yang di percaya sebagai cahaya kekaisaran.
Dan setiap keturunan kaisar mendapat berkat dari Dewi Elaine berupa mana dan kekuatan suci.
Setiap 100 tahun sekali, rakyat kekaisaran Lavensberg percaya Dewi Elaine akan memilih seseorang yang merupakan inkarnasi dari diri nya dan seseorang itu lah yang akan menjadi saintes sampai kemunculan saintes yang baru.
18 Tahun yang lalu seorang gadis bernama Camilla Palvis yang memiliki warna rambut perak dengan mata yang biru cerah di tunjuk sebagai Saintes baru setelah membuktikan keabsahan nya pada kuil suci.
Namun sayang di tahun 457 kalender Lavensberg, Saintes Camilla beserta rombongan nya menghilang setelah kunjungan nya ke daerah yang terkena bencana longsor.
Tak ada yang tau apa yang terjadi, lenyap bagaikan di telan oleh bumi dengan kreta kuda yang bahkan tak rusak satu goresan pun.
......................
Istana Kekaisaran, Tahun 469
Malam pesta dansa istana.
Wajah pucat dan tubuh yang gemetar dari seorang Lady muda yang berusia 12 tahun.
Mata nya menerjap ke arah pria yang mengenakan jubah tidur nya, angin malam yang dingin masuk dari semua pintu dan jendela yang terbuka lebar.
Semua kain tipis yang menjadi penghalang sinar mentari di siang itu berkibar, keheningan yang mencekam menambah hancur dan takut yang menyelimuti gadis muda itu.
Gaun biru mengembang yang memiliki pita dengan warna gradasi seperti lambang dari keluarga nya tergeletak di lantai.
Suara tangisan tampak berusaha bersembunyi dari keheningan yang masih terjaga.
Aroma tembakau yang terbakar masuk ke dalam hidung nya, iris nya bergetar dan mulai menunduk.
Pria yang berdiri di ujung balkon itu melirik ke belakang, smirk nya terlihat dan kemudian ia mulai berbalik mendekat ke arah gadis yang baru mulai memasuki usia remaja awal itu.
Greb!
Mata yang bergetar dengan tatapan marah dan tak berdaya itu melihat ke arah nya.
"Sstt! Jangan terlalu di pikirkan, kau sudah melakukan tugas mu dengan baik."
Bisik pria itu tersenyum dengan mata yang menunjukkan kepuasan dan tatapan haus akan menguasai.
Bibir dan tubuh Lady muda itu gemetar hebat, ia begitu takut dan terluka tentang apa yang ia alami.
Ia tak tau apapun sampai seseorang membawa nya ke kamar dan menanggalkan gaun nya.
"Bi.. biarkan sa.. saya pulang Yang Mu.. Mulia.." ucap nya dengan suara tercekat dan ketakutan.
Seluruh tubuh nya yang masih dalam masa perkembangan itu mendapat kan sesuatu yang tidak ia ketahui sama sekali.
Pria itu menaikkan smirk nya, ia menarik tali simpul di jubah nya dan melepaskan nya sekali lagi.
"Cyra ku..."
"Matahari ku..."
Pria itu bergumam dan mendorong tubuh Lady muda itu hingga jatuh kembali ke ranjang nya.
Malam yang panjang dengan di penuhi rasa takut dan mimpi buruk dari seorang gadis muda.
...
Theodore Von Levensberg, merupakan Pangeran pertama dari Permaisuri Maline yang merupakan istri pertama kaisar.
Setelah kematian Permaisuri Maline di tahun 455 kalender kekaisaran dan yang saat itu Pangeran Theodore masih berusia 4 tahun.
Kaisar mengangkat nya dan menaikan posisi pangeran menjadi Putra Mahkota dari Kekaisaran Lavensberg sebelum mengangkat putri dari Marquis Cullen menjadi permaisuri kedua. Putri Helena Cullen
Dan sekarang Theodore Von Lavensberg merupakan Putra Mahkota dari kekaisaran Lavensberg.
Pria tampan yang tahun ini sudah menginjak usia dewasa yaitu 19 tahun di kalender kekaisaran, seorang sword master yang memiliki banyak bakat berpedang dan telah memberikan bantuan dalam peperangan selama tiga tahun di mulai dari usia 15 tahun.
Memiliki wajah yang tampan, sosok yang di kagumi rakyat dan di anggap akan menjadi kaisar selanjutnya yang bijaksana. Tak ada satu pun cela yang bisa di katakan.
Setelah kembali membawa kemenangan satu tahun silam di upacara kedewasaan nya ia memilih langsung nona bangsawan yang akan menjadi permaisuri nya.
Cyra De Ecklart seorang putri dari Grand Duke Pavel De Ecklart yang merupakan penguasa Duchy Helemites.
Nona muda yang baru menginjak usia 12 tahun, wajah yang cerah dan tatapan yang polos mengira jika kehidupan nya akan memiliki kisah cinta yang manis seperti yang ia baca dan akan menyelamatkan nya dari kekangan sang ayah.
Cyra bukan lah putri tunggal, ia memiliki satu kakak laki-laki yang berusia sama dengan tunangan nya yaitu putra mahkota, Tarrant De Ecklart, menyandang gelar komandan ksatria karna kemampuan berpedang yang di akui seluruh kekaisaran walaupun belum menyandang sebagai Sword master.
Dan 2 adik kembar perempuan yang berusia 8 tahun, masih tak menunjukan bakat apapun.
Ke empat saudara yang di lahirkan dari ibu yang berbeda.
......................
Tiga Minggu setelah kejadian pesta dansa.
Istana Kekaisaran.
Meja yang panjang dengan makanan yang penuh di atas nya, berbagai menu hidangan terlihat.
Hanya untuk 6 orang yang bersiap untuk menyantap nya.
Gadis muda itu menunduk, ia tak berani sama sekali melihat ke arah mata yang memiliki warna coklat cerah bagai mentari dengan rambut pirang yang mengkilap di bawah sinar cahaya yang menjadi penerangan di atas langit-langit bangunan istana yang mewah itu.
Senyuman simpul naik di sudut bibir pria yang menatap ke arah tunangan nya yang tampak gemetar dan terus menundukkan kepala nya.
Percakapan tentang pertunangan dan penyatuan kedua kelurga terdengar menjadi pembahasan, semua nya tampak senang walaupun permaisuri Helena tampak tak bisa menyembunyikan rasa tak suka nya di balik senyuman palsu.
Tentu ia tak begitu ingin putra pertama dari mendiang permaisuri sebelum nya melakukan pertunangan dengan putri dari Grand Duke karna hanya akan membuat dukungan putra mahkota lebih banyak di bandingkan dengan pangeran yang ia lahirkan.
"Sa.. saya tidak ingin menikah dengan Pu.. Putra Mahkota!"
Suara yang terdengar gemetar dan gugup setelah berhasil menyatukan semua keberanian nya.
Hening....
Semua terdiam bahkan sendok yang tadi nya masih bergerak pun kini senyap.
"Apa yang anda bicara kan Putri? Apa Putra Mahkota melakukan sesuatu yang tidak Putri sukai?" tanya pria paruh baya yang kini sudah hampir melewati setengah abad di usia nya.
Pria yang paling berpengaruh dan berkuasa di kekaisaran itu.
"Putra... Putra Mahkota me.. menodai kehormatan saya! Sa.. saya tidak ingin menikah dengan nya!"
Suara nya tampak begitu gemetar, jemari tangan nya bersaut satu sama lain seakan begitu gugup.
Kaisar Levensberg pun mulai menunjukkan wajah tak senang nya padahal baru beberapa detik yang lalu ia bertanya dengan nada yang ramah.
"Bukan kah anda harus berhati-hati saat bicara putri?" kali ini suara nya terdengar menekan hingga membuat gadis yang berusia 12 tahun itu merasa tertekan.
"Maaf Yang Mulia, Putri masih sangat muda, saya akan mengajari nya lagi tentang sopan santun." ucap Grand Duke yang merasa tentu akan langsung mendisplinkan putri nya ketika tiba di kediaman nya nanti.
"Tapi ucapan Putri tadi sangat berbahaya, bagaimana jika ada yang salah mengira?"
Mendengar suara bariton yang rendah itu membuat gadis berusia 12 tahun semakin menegang, ia meremas gaun nya dan tak satu pun dari makanan nya yang tersentuh.
Ia takut dan terguncang menciptakan trauma yang begitu dalam ketika memiliki peristiwa yang menghancurkan nya dalam satu malam.
"Putri? Bisa anda jawab kapan saya melakukan nya?"
Deg!
Seluruh tubuh gadis muda itu tampak sedang berhenti seketika, rasa takut menjalar di tubuh nya, ia mengingat kembali setiap bisikan dan suara er*ngan yang terdengar di telinga nya malam itu.
"Putri Cyra?"
Tak ada jawaban, nona muda dari bangsawan ternama itu hanya diam dan menunduk.
"Cyra De Ecklart? Saya harap anda bisa menjawab saya." pengulangan nama tanpa gelar di depan nya merupakan suatu kata perintah.
"A... Anda membawa saya ke kamar.. Dan! Dan..." tak ada lagi yang tersebar selain suara tangisan yang lirih yang menjadi suara di kebisuan nya.
Pria tampan itu tertawa, nyala mata yang tampak bersinar itu menatap dengan tajam.
"Memang seperti nya ada sedikit kesalahpahaman di sini, saya memang membawa seorang Lady ke kamar saya karna karna dia bilang ingin melihat langit malam yang lebih indah. Jadi saya berpikir pemandangan terbaik hanya berada di balkon kamar saya." ucap nya yang menerangkan dengan nada bicara yang tenang.
"Tidak! Anda meny-"
"Maafkan ketidaksopanan saya, mungkin karna terlalu banyak di Medan perang saya sampai tidak mengetahui etika sosial." ucap pria itu yang meminta maaf dan menundukkan kepala nya.
"Maaf Yang Mulia, saya akan mengajari putri saya lebih baik lagi." ucap Grand Duke Pavel yang menundukkan kepala nya.
Cyra masih terdiam namun hanya ia yang tau jika pria itu tak membawa nya untuk melihat langit malam dan ia pun tak pernah meminta nya karna sejak awal ia di seret dan di bawa ke kamar pria itu.
"Ta.. tapi saya tetap ingin membatalkan pertunangan saya..." ucap nya dengan bibir gemetar yang melakukan tindakan ceroboh.
Wajah kaisar mulai tampak berubah, ucapan seorang gadis muda itu tampak menurunkan derajat nya dan membuat nya merasa kesal.
"Seperti nya sulit untuk melanjutkan makan malam ini, aku akan hentikan lebih dulu." ucap pria yang paling berpengaruh di benua itu dan beranjak pergi.
Keheningan mencekam, wajah dari mata biru gelap itu menatap dengan tatapan yang mencekik putri nya.
......................
Kediaman Ecklart
PLAK!!!
Suara tamparan yang terdengar kuat begitu nyaring membelah keheningan di mansion yang mewah dan megah itu.
Rasa perih dan panas di pipi putih dan bahkan membuat tubuh kecil itu langsung terpental ke lantai.
"Ambilkan cambuk!"
Mata tajam itu menatap dengan begitu marah, ia tak menunggu untuk membawa ke ruang bawah tanah dan langsung ingin menghukum di tempat.
Satu cambukan yang besar dari tali yang kuat itu tampak di berikan di tangan pemilik mansion mewah di kediaman yang lebar itu.
Ctas!
Ctas!
Gadis itu menangis, ia ketakutan dan meringkuk namun ia sudah terbiasa menahan rasa sakit sehingga ia bisa menahan suara nya.
Tak ada yang menghentikan nya sama sekali, lebih tepat nya tak berani.
Greb!
"Anak bodoh! Kau mau batalkan pertunangan mu! Berani sekali kau!"
Teriakan yang terdengar seperti ingin memecah indera pendengaran nya.
"Saya tidak akan menikah dengan Pangeran! Kalau Ayah tidak setuju maka saya akan bilang pada Kaisar jika penanganan sungai Denfil dan peruntuhan bangunan di desa Verip adalah ide saya! Bahkan kekuatan yang di gunakan pun milik saya!"
Gadis muda itu berteriak, memang selama ini ia di jadikan kartu as sang ayah dan di manfaatkan dengan kekuatan suci yang ia miliki.
Tak ada yang tau jika Saintes yang hilang 13 tahun yang lalu melahirkan seorang putri setelah di culik dan mengalami pemerk*saan secara berkala untuk memberikan keturunan sempurna yang memiliki kekuatan yang hebat.
Namun begitu anak yang di lahirkan seorang perempuan maka pria kejam itu langsung membunuh nya dan anak tak berdosa itu?
Di biarkan hidup hingga ketika usia nya 4 tahun, kekuatan suci dan aliran dari berkat Dewi Elaine mulai terlihat.
Ia pun mulai memanfaatkan putri nya yang polos dan naif itu untuk keperluan guna memenuhi keserakahan dan ketamakan nya.
PLAK!!!
Satu tamparan keras membuat sudut bibir gadis muda itu pecah. Darah mengalir keluar dari tubuh kecil itu ketika seluruh gaun nya sudah tampak rusak dan kotor dengan noda darah.
"Tidak! Berhenti Yang Mulia!"
Suara teriakan dari wanita yang menangis itu berjalan mendekat dan memeluk nona muda nya.
"Bibi?" Bibir yang penuh darah itu melihat seseorang yang sudah seperti ibu bagi nya.
Wanita yang menjadi pengasuh nya sejak kecil dan begitu menyayangi nya.
"No.. nona baru saja menggunakan kekuatan nya... Ka.. kalau Yang Mulai memukuli nona seperti ini No.. Nona bisa mati..."
Suara yang gemetar itu terdengar, memang ia hanya memanggil nona di bandingkan putri karna ia sudah memiliki hubungan yang dekat dengan gadis bangsawan itu.
"Mati?! Biarkan saja anak ini mati!" ucap Grand Duke Pavel yang begitu murka sembari terus melayangkan cambukan nya.
Pengasuh yang bernama Catherine itu tak melepaskan nona nya, bagi nya gadis itu sudah seperti putri yang ia besarkan sendiri.
Genangan dari cairan merah yang kental itu mulai mengelilingi kedua perempuan itu. Mata sayup yang menatap dengan kecil itu melirik ke arah wanita yang memeluk nya dengan erat.
Pelukan hangat yang biasa nya selalu menghibur nya.
"Pergi..."
"Bi.. bi pergi..."
Suara yang terdengar samar, ia bisa mendapatkan pengobatan setelah mendapatkan hukuman sang ayah.
Namun pengasuh nya?
Tak akan ada yang memberikan perhatian bagi seorang pelayan yang sudah cukup tua itu.
"Tidak apa-apa, nona jangan takut..."
"Saya di sini, saya akan melindungi anda..."
Catherine menatap dengan senyuman tipis, mata yang berair dan aliran cairan kental jatuh dan menetesi ke arah nona muda yang berada dalam pelukan nya.
Ia tau tuan nya baru nya memanfaatkan kekuatan suci nona nya untuk mengerjakan urusan nya, dan jika setelah itu si pemilik raga dari kekuatan itu mendapatkan luka atau cidera yang berat maka akan menimbulkan keretakan mana.
Tubuh yang rusak tidak akan mampu menangani kekuatan yang besar, ia sangat tau hal itu. Maka dari itu ia sama sekali tak akan membiarkan nona nya terluka.
Cyra tak bisa merasakan apapun lagi, suara cambukan masih terdengar di telinga secara samar.
Satu persatu tubuh nya merasa kebas, rasa sakit luar biasa yang ia rasakan membuat tubuh nya merasa kebas.
Apa yang sudah ia lakukan?
Apa mengatakan kebenaran tentang apa yang terjadi pada diri nya adalah suatu kesalahan?
Pandangan nya perlahan menggelap, pemandangan terakhir yang ia lihat adalah wanita yang memeluk nya dengan erat dan cambuk yang melayang.
Aroma yang tercium adalah anyir dari darah segar yang terus mengalir dan menyiprat mengotori lantai di mansion megah itu.
...
Dua hari kemudian.
Deg!
Mata gadis itu terbuka, seluruh tubuh nya sudah terbalut dengan perban di balik baju tidur nya.
"Bibi!"
Nona bangsawan itu tak bisa memikirkan hal lain kecuali bibi yang sebelum nya melindungi nya.
Di lihat dari kondisi tubuh nya yang mulai membaik dengan cepat sudah pasti menggunakan kekuatan suci.
Kaki gadis itu turun tanpa mencari alas kaki nya, namun.
"Akh!"
Ia memekik, tubuh nya langsung terjatuh ke lantai dan kaki yang lemas.
"Bi.. Bibi..."
Suara nya gemetar sembari merangkak melihat wanita dengan pakaian yang sama seperti yang terkahir kali ia lihat, darah merah itu telah mengering, aroma anyir sudah berubah menjadi amis yang pekat.
"Ja.. jangan..."
Gadis itu menangis, berusaha mengeluarkan sinar dari tangan nya untuk pengasuh yang sangat ia sayangi itu.
Deg!
Tidak ada kekuatan yang mampu menghidupkan orang yang telah mati, apa lagi mati sejak dua hari yang lalu.
"Hua! Bibi! Huhu!"
Tangis nya pecah, memeluk mayat yang sudah berada di kamar nya selama dua hari. Ia berusaha memanggil seseorang dari luar, namun
"Buka! Buka pintu nya!"
Tangan nya berusaha menggedor dan memukul pintu besar yang terbuat dari kayu yang tebal itu tak ada jawaban sama sekali.
Tangisan nya terdengar lirih, ia kembali mendekati mayat pengasuh nya dan masih menangis meratapi kesedihan nya.
Namun waktu semakin berlalu, pintu kamar nya tak ada satu pun yang terbuka.
Roti kering dengan segelas air di lempar kan setiap hari sekali.
Satu hari...
Dua hari...
tiga hari...
Satu Minggu...
Dua Minggu...
Tak ada satupun yang datang, wajah yang pucat, bibir yang kering dan tubuh yang mulai semakin kurus walau hanya dengan waktu singkat.
Organisme lain mulai menggerogoti mayat yang berada di kamar gadis bangsawan itu.
Aroma amis kini mulai berubah menjadi aroma busuk, Lalat dan ulat mulai datang dengan sendiri nya mengerumuni mayat wanita itu.
Rasa tangis dan duka kini mulai berubah menjadi kosong, tatapan yang sebelum nya penuh dengan air mata kini tak memberi kan apapun.
Melihat kematian dari orang yang di sayangi dan kemudian melihat nya berubah menjadi bangkai yang membusuk selama 24 jam.
Gadis itu merangkak kembali ke pintu dan kemudian mengetuk nya.
"Ayah..."
"Saya salah..."
"Ampuni saya..."
Suara yang lemah itu terdengar, tatapan yang kosong namun tetap mengalirkan buliran bening yang jatuh ke pipi nya.
Brak!
Pintu yang besar itu terbuka, pria yang berdiri dengan tegap dan senyuman senang menyambut nya.
"Sekarang kau sudah tau kesalahan mu putri ku? Kali ini aku akan mengampuni mu." ucap nya yang berjongkok sembari memegang dagu putri nya yang begitu pucat.
Cyra mengangguk, mata nya yang kosong itu mirip dengan boneka kayu yang akan mengikuti perintah apapun yang di berikan padanya.
"Siapkan diri mu dan setelah itu minta maaf lah pada putra mahkota, bahkan kalau kau perlu mengemis di kaki nya, jangan sampai biarkan dia membatalkan pernikahan mu." ucap Grand Duke Pavel pada putri nya.
Duchy Helemites
Kedua anak manis yang kali ini bisa mengunjungi sang kakak pun datang dengan segera.
Tangisan yang pilu dan pelukan yang erat membuat nya memeluk tubuh gadis berusia 12 tahun.
"Ka.. kami sudah beri tau kak Tarrant, dia pasti akan kembali!" ucap Yvoine De Ecklart yang merupakan anak bungsu di keluarga Grand Duke itu.
Saudara tertua kelurga bangsawan itu saat ini tengah pergi untuk mengalami dan menangani krisis di wilayah timur dan tentu tak akan kembali dengan cepat.
"Iya! Kami sudah menulis surat nya! Ka.. kakak ga apa-apa kan?" tanya Yvaine yang merupakan saudari kembar Yvoine. Tangisan nya masih terdengar lirih.
"Tidak apa-apa," jawab gadis itu tersenyum. Ia tentu tak ingin menunjukkan kesedihan nya juga pada kedua saudari nya yang menangis khawatir pada nya.
Ia tak tau harus apa, kemarahan nya terpendam. Rasa takut lebih menyelimuti nya membuat nya bungkam kembali.
......................
Dua Minggu kemudian.
Istana Kaisar.
Teh yang di suguhkan menampilkan asap yang mengepul ke udara, aroma bunga yang harum dan taman yang begitu indah terlihat.
"Baik, aku akan memaafkan mu walaupun kau sudah sangat tidak sopan putri." ucap pria itu dengan mata yang tajam saat melihat ke arah gadis muda yang tertunduk dengan ketakutan itu.
Cyra tak bisa mengatakan apapun, ia ketakutan karna trauma dengan pria itu setelah mendapatkan pelec*han atau mungkin lebih dari itu?
Namun biarpun begitu tetap ia lah yang harus meminta maaf, dan ia juga yang harus menanggung hukuman.
Theodore tampak menaikkan smirk nya, ia melihat ke arah gadis yang ketakutan itu.
"Menurut mu bagaimana di taman ini?" tanya nya meletakan teh nya.
"Ya?" Cyra menaikkan wajah nya dan menatap ke arah pria itu.
Walaupun ia memiliki kekuatan suci namun ia sendiri tak menyadari kemampuan diri nya.
"Tidak akan ada yang datang ke tempat ini," ucap pria itu yang perlahan bangun.
"A.. apa maksud anda Yang Mulia?" tanya Cyra dengan suara bergetar saat pria itu mendekat pada nya.
"Panggil aku Theo, lagi pula hanya kau yang akan jadi permaisuri." ucap nya tersenyum.
Pria itu tak tau tentang cinta atau bagaimana perasaan nya pada nona muda yang malang itu.
Namun ia tau jika putri sulung dari Duchy Helemites itu memiliki kekuatan yang hampir setara dengan Saintes dan ia menginginkan nya.
Tubuh Cyra membeku, ujung jemari yang besar dan hangat itu membelai wajah nya dan.
Greb!
Ia tak berani memberontak, rasa takut menjelajah di tubuh nya.
Humph!
Bibir nya terbungkam, pangeran yang sangat di agungi itu sekali lagi melakukan sesuatu yang membuat nya merasa kotor sebagai lady dari keluarga terhormat.
Theodore membuka mata nya sejenak, tubuh nya terasa ringan dan segar. Ia belum menemukan sihir untuk menguras kekuatan gadis itu namun dengan sentuhan dan tubuh yang terhubung ia bisa memindahkan nya walau hanya sedikit.
......................
4 Hari kemudian.
March Stovoide
Cyra melihat ke arah anak laki-laki yang sebaya dengan nya itu. Walaupun umur nya sama namun jelas anak lelaki itu memiliki perawakan yang lebih besar dari nya.
"Kau siapa?" wajah tampan yang terlihat masih imut itu menatap dengan tatapan curiga melihat ke arah gadis yang masuk ke dalam mansion nya itu.
"Sa.. saya Cyra De Ecklart," ucap Cyra yang langsung memperkenalkan diri nya dengan sopan dan anggun karna darah bangsawan yang kental mengalir di darah nya.
"Ecklart? Kau dari Duchy Helemites?" tanya anak lelaki itu.
Cyra mengangguk dan tampak gugup, apa yang di lakukan oleh Theodore membekas di ingatan nya sehingga membuat nya semakin menjadi gadis yang penakut.
"Maafkan ketidaksopanan saya Putri, Saya Edward La Blaze. Selamat datang di March Stovoide." ucap nya yang mengenalkan diri dengan resmi dan berlutut dengan hormat karna gadis di depan nya memiliki pangkat bangsawan yang lebih tinggi.
Ia merupakan putra tunggal dari Marques Defrond La Blaze yang memegang wilayah kekuasaan dari March Stovoide.
"Ti.. tidak! Jangan berlutut! Anda kan sedang terluka!" ucap Cyra yang terkejut.
"Ya?" Edward melihat dengan mata nya yang terkejut.
"A.. anda terluka," ucap Cyra yang beranjak mendekat dengan hati-hati.
Ia bisa menyembuhkan luka seseorang karena itu salah satu dari kelebihan kekuatan nya.
Edward terdiam, gadis itu menyentuh ujung tangan nya dan membuat seluruh tubuh nya ringan dan segar serta luka yang ia dapat saat latihan berpedang hilang.
Mata nya terpaku sejenak, ia terpesona tanpa sadar. Gadis yang memiliki rambut panjang yang halus dan wajah yang begitu cantik karna tak heran jika di sebut sebagai bunga kekaisaran.
"A.. anda tidak bisa memegang pria sembarangan Putri!" ucap nya yang menarik tangan nya dengan wajah yang memerah.
"Ma.. maaf!" ucap Cyra lirih.
Ia dan ayah nya datang ke wilayah kekuasaan Marquis Defrond untuk kerja sama dengan tambang yang di miliki di tempat itu.
Lalu ia pun di bawa tentu saja untuk di manfaatkan oleh sang ayah agar bisa mengubah batu mentah itu menjadi berlian berkualitas tinggi walaupun ia harus menghabiskan banyak mana untuk itu.
"Jangan meminta maaf dan lagi anda tidak perlu terlalu formal pada saya," ucap Edward yang merasa enggan dengan sendiri nya.
Tak ada jawaban, Cyra hanya menunduk dan tak berani menatap.
"Maafkan saya, tapi tangan anda juga akan kotor putri." ucap nya yang menghela dan meraih tangan gadis itu dengan lembut.
Cyra tersentak dengan sentuhan itu, namun hal itu juga sentuhan terlembut yang pernah ia terima dari seseorang.
Tes...
Mata nya berair, hanya sentuhan ringan yang remeh namun membuat nya merasa di perlakukan dengan baik untuk pertama kali nya.
Memang di Duchy tak semua orang jahat seperti sang ayah, namun karna semua orang takut dengan Grand Duke tentu saja akan sedikit membatasi diri dengan nya.
"Anda menangis? Maafkan saya putri," ucap Edward yang tersentak dan mencoba mencari sesuatu untuk menghapus air mata nona bangsawan itu.
Karna ia baru saja berlatih pedang tentu ia tak memiliki sapu tangan untuk di bawa.
"Tidak apa, saya baik-baik saja..." ucap Cyra dengan senyuman tipis dan mata yang masih berair.
Awal yang mungkin akan menjadi madu dalam racun di hidup nya.
......................
5 Tahun kemudian
Pesta debutante, istana Kekaisaran, tahun 474
Alunan musik yang meriah, bintang utama yang tak ada lagi di atas lantai dansa.
"Kau tidak apa-apa berada di sini? Bagaimana jika putra mahkota mencari mu?" tanya Edward pada gadis itu yang kini tak lagi memanggil dengan gelar kehormatan karna kedua nya sudah dekat.
Cyra tersenyum manis, satu-satu nya orang yang memperlakukan nya dengan baik kecuali kakak dan kedua adik kembar nya adalah pria yang berada di depan nya.
Tak arogan seperti tunangan nya yang dan begitu lembut pada nya sehingga ketertarikan pun timbul dengan sendiri nya.
Cup!
"Tidak apa-apa, lagi pula dia juga sudah pergi kan?" tanya Cyra dengan senyuman tipis setelah mencium bibir pria itu.
"Kau yakin kita akan seperti ini terus? Tidak masalah kalau kau mengangkat ku jadi selir nanti, tapi itu juga harus masuk ke dalam persetujuan kaisar." ucap Edward yang menatap ke arah gadis itu.
Cyra diam sejenak, ia tak bisa mengatakan apapun untuk beberapa saat mengingat apa yang di katakan pria itu benar.
Dalam Kekaisaran saat ini seseorang berhak melakukan pernikahan monogami, poligami, atau poliandri.
Baik kaisar maupun permaisuri dapat memiliki selir sendiri, namun untuk kaisar bisa memiliki berapapun selir tak terbatas dan permaisuri hanya boleh memiliki lima selir pria.
Dan waktu tidur pun harus di jadwal agar tak ada kecurigaan tentang anak yang akan di lahirkan dari permaisuri yang memiliki selir.
"Lalu?" tanya Cyra yang bingung.
"Aku tau kau tunangan nya, tapi..."
"Aku tidak mau melihat mu tidur dengan nya," ucap Edward yang dalam artian tak ingin membagi wanita nya.
Cyra diam sejenak, ia tak bisa mengatakan apapun saat mendengar pria itu mengatakan demikian.
"Kau mau kabur? Kita bisa bersembunyi di kerajaan Zevron." ucap nya yang mulai mengatakan niat nya.
"Kabur?" Cyra mengulang, ucapan itu bagaikan sihir hipnotis untuk nya.
Untuk dirinya yang lelah ketika sang ayah terus memperbudaknya dan tunangan arogan yang memasangkan sihir untuk mengambil kekuatan suci nya yang membuat diri nya merasakan sakit seperti di kuliti dan organ dalam yang di peras keluar.
"Lalu bagaimana dengan mu? Kau baru menjadi master pedang kan?" tanya Cyra sekali lagi.
"Tidak masalah, aku mau hanya kita..." ucap Edward sekali lagi, tentu ajakan kabur nya bukan semata-mata karna ingin memiliki sendirian.
Namun karna ia tau gadis di depan nya hanya akan mati perlahan jika tetap berada di posisi nya saat ini, ia tau sihir pemindahan kekuatan itu, ia juga tau gadis yang memiliki gelar yang paling terhormat setelah permaisuri itu selalu mendapat hukuman jika tak menyelesaikan tugas yang harus nya menjadi tanggung jawab Grand Duke.
"Kita bisa?" tanya Cyra yang tak yakin.
Edward tersenyum, gadis itu seperti terpengaruh pada nya dan ingin mengikuti nya.
......................
Duchy Helemites
Pria itu mengernyit, ia mendengar cerita sang adik yang bersemangat dan tampak berapi-api untuk lari dengan kekasih yang di cintai nya.
"Kau yakin? Kalau putra mahkota sampai tau Duchy akan hancur dan menganggap keluarga kita sebagai pengkhianat." ucap Tarrant yang menatap ke arah saudari nya.
Cyra terdiam sejenak, ia tak peduli dengan Duchy yang juga tak pernah penderitaan nya dan bahkan seluruh tempat itu menganggap nya sebagai gadis boros yang manja seperti citra yang di bangun sang ayah tanpa pernah mencari tau bagaimana ia sesungguhnya.
"Tapi aku ingin keluar dari neraka ini..." ucap lirih yang juga ingin merasa bahagia.
Tanpa cambukan yang mengoyak kulit nya, tanpa sihir yang menghancurkan organ dalam nya.
Tarrant diam sejenak, belum sempat ia berpikir...
"Kami setuju!"
Suara kedua anak kembar yang cantik itu langsung terdengar, Yvaine dan Yvoine terlihat langsung datang.
Kedua saudara kembar itu menguping dan mendengar kakak perempuan nya yang ingin pergi.
"Kami akan bantu Kak Cyra! Kak Tarrant tidak tau kan? Ayah selalu mengurung kak Cyra di penjara bawah tanah dan mencambuk nya kalau tidak mau mengeluarkan kekuatan nya!" ucap gadis itu yang mendukung kakak perempuan yang selalu melindungi nya itu.
Tarrant diam sejenak, ia melirik ke arah gadis yang memang menarik perhatian nya lebih dari saudari itu.
"Baik, aku akan membantu mu. Tapi setelah kau berhasil lari itu akan menjadi tanggung jawab mu." ucap nya yang pergi setelah nya.
Cyra terdiam sejenak, kakak nya yang dingin dan kaku itu setuju dengan mudah?
......................
Dua bulan kemudian
Kapal yang kali ini masih berlabuh di dekat pantai yang berseberangan dengan selat yang memisah kekaisaran itu tampak mirip seperti kapal biasa.
"Sstt!" Edward menutup mulut gadis itu dan menyuruh nya diam.
Karakteristik putri mahkota begitu menyebar, rambut perak dan mata berwarna perak dengan kecantikan memukau di wajah yang tampak pucat dan bibir kemerahan.
Cyra menangguk, ia menatap ke arah pria itu dan menurut.
......................
Tiga Minggu kemudian
Istana, kekaisaran
Kabar tentang hilang nya putri mahkota sudah sampai ke telinga pria itu.
Theodore tampak melihat dengan mata nya yang bercahaya emas itu sembari bermain di taman beracun nya yang banyak mendatangkan kupu-kupu.
"Dia kabur? Seharusnya aku sudah tau saat dia bermain-main dengan Marquis muda itu," ucap nya lirih.
"Siapkan kuda, kita akan pergi ke Duchy." ucap nya pada bawahan nya.
Ia tentu datang bukan untuk langsung menyerang namun memberikan estimasi waktu untuk sang putri di temukan dan di cari oleh Duchy nya sendiri.
......................
Skip
Satu tahun kemudian.
Kerajaan Zevron
Gadis itu tersenyum, ia menatap ke arah pria yang masih melihat dan memegang dua besi nya.
"Masih lama?" tanya nya dengan senyuman tipis sembari mengusap perut nya yang membesar dan sudah membulat sempurna itu.
"Tumben datang ke sini? Bagaimana dengan bunga mu?" tanya pria itu yang kemudian berbalik melihat ke arah gadis yang sudah ia nikahi di wilayah yang berbeda dangan identitas yang baru pula.
Memang sulit untuk menjadi rakyat biasa dari seorang yang sebelum nya berpangkat bangsawan.
Namun kenapa yang ia rasakan saat ini lebih bahagia? Pria yang sebenarnya sword master itu kini membuka toko pedang dan membuat nya sendiri.
Sedangkan gadis yang sebelum nya berpangkat mulia sebagai putri mahkota kini menjual bunga yang ia ciptakan sendiri dengan kekuatan nya. Ia tak perlu memeras tenaga dan mendatangkan rasa sakit. Ia terbebas dari semua itu.
"Aku memasak sup jamur lagi," ucap Cyra dangan senyuman manis.
"Jamur? Kali ini bukan jamur beracun lagi kan?" tanya Edward yang memiringkan wajah nya mengingat kemampuan memasak gadis itu kurang dan cenderung tak bisa.
Cyra tertawa, pria itu tampak tersenyum dan gemas hingga mengecup lagi bibir kemerahan itu.
DUAR!!!
Suara ledakan membuat gadis itu tersentak, Edward pun langsung mengintip dan melihat ke luar karna ledakan itu seperti berasal dari lingkungan tanah nya.
Deg!
Mata biru nya terperanjat, ia langsung menarik tangan gadis itu dan mengambil pedangnya.
"Prajurit kaisar!" ucap nya yang mendekat dan menarik tangan sang istri.
"Kau pergi naik kuda yang lewat pintu belakang, aku akan ambil perhatian mereka!" ucap nya yang menatap ke arah gadis yang saat ini tengah mengandung anak pertama nya.
Cyra menggeleng, "Kita pergi bersama!" ucap nya yang menatap ke arah pria itu.
"Aku akan baik-baik saja, masuk ke hutan dan pergi ke arah timur setelah masuk ke kuil yang berada ujung hutan. Kaisar atau kerajaan tidak boleh merusak tempat Dewa. Minta bantuan mereka, aku akan menjemput mu nanti." ucap nya yang memegang tangan gadis nya.
Cyra menangguk, ia segara menurut dan mengikuti pesan dari sang suami.
...
Tak!
Tak!
Tak!
Suara kuda itu terdengar berlari cepat, gadis itu mengalami kram di perut besar nya namun ia berusaha menahan nya hingga.
Hiaa....
Kuda itu tiba-tiba terjatuh, dan tentu tubuh nya langsung terhuyung seketika.
"Kita menemukan putri!"
Ukh!
Cyra menggenggam pasir dan tanah tempat ia jatuh, perut besar nya merasa begitu sakit sampai membuat nya tak bisa bergerak.
Ia melihat kuda yang membawanya tadi terluka dengan anak panah dan prajurit kaisar yang langsung mendekat dan mendatangi nya.
Hah...
Hah...
Hah...
Mata nya terasa berat, tubuh nya kaku dan rasanya ia mulai mengantuk.
......................
Skip
Istana Kekaisaran
Gadis perlahan terbangun, namun begitu ia membuka mata nya ia langsung tersentak dan sadar jika perut nya tak lagi besar.
"Sudah bangun tuan putri?" tanya seorang yang menunggu di sebuah kursi dengan alkohol yang kuat itu.
"Anak ku? Di mana anak ku?" tanya nya yang melihat dan memegang perut nya yang tak sebesar sebelum nya.
Pria dengan mata dan rambut yang cerah seperti mentari itu tertawa.
"Siapa yang mau kau lihat dulu? Anak mu? Atau kekasih mu? Kakak mu? Atau saudari kembar mu?" tanya pria itu dengan senyuman.
Cyra tersentak, ia membatu beberapa saat.
"Dan lagi, aku belum memberi tau mu ini. Grand Duke Ecklart sudah di penggal, Duchy Helemites juga sudah hancur. Sekarang kau hanya bangsawan yang sudah jatuh." ucap nya yang tertawa.
"Di... Di mana anak ku..." ucap nya lirih.
"Bayi itu lebih dulu?" tanya Theodore mengangguk.
"Di sini," Ucap nya yang mengangkat kain dan memberikan nya.
"Akh!"
Cyra menjerit seketika saat melihat ke arah lain yang ia buka itu, bayi mungil yang tak lagi bernyawa dan saat ia sentuh pun seluruh tulang nya sudah seperti di remukan.
"Jangan terlalu terkejut, masih ada kejutan lain." ucap pria itu yang menarik tangan gadis yang masih terkejut itu dan membawa nya keluar istana untuk melihat apa yang di gantung di pintu depan.
Wajah cantik itu pucat seketika, kaki nya langsung lemas dan ia terduduk segera.
"Ed? Edward...." tangis nya lirih yang begitu terkejut saat melihat kepala yang di gantung itu.
"Penghianat! Titisan iblis!"
Seru masyarakat setiap ada yang melewati kepala dan tubuh yang di pisah dan di gantung itu.
"A.. Apa yang anda lakukan?" tanya Cyra dengan gemetar.
Pahlawan kekaisaran kini di penggal dan di jatuhkan martabat bangsawan nya.
"Aku hanya memberi tau mereka jika Marquis muda adalah pengikut iblis dan sihir gelap yang menculik putri Kekaisaran dan mempengaruhi keluarga nya." ucap Theodore.
Bangsa iblis sudah punah sejak dua ratus tahun yang lalu saat para penyihir putih bergabung dan memusnahkan bangsa yang sebenarnya memiliki wilayah sendiri.
Namun tentu ada beberapa manusia yang lebih buruk dari iblis itu sendiri.
"Kau yang iblis!" ucap Cyra yang menatap benci ke arah pria itu.
Pria itu hanya tertawa ia pun menarik dan memegang tangan gadis yang masih menangis pilu lalu membawa nya ke penjara bawah tanah.
Deg!
Deg!
Deg!
Mata nya terperanjat sekali lagi, ia melihat sang kakak yang sebelumnya selalu kuat namun kini tampak terduduk dengan kaki dan tangan yang terpotong sedangkan kedua adik kembar nya tampak terluka dengan tubuh yang di tutup seadanya.
"Mereka tidak mau mengatakan apapun, jadi aku menyiksa Kakak mu dan memberikan kedua adik mu untuk menjadi pel*cur prajurit," ucap Theodore yang tampak tak merasa bersalah.
Cyra menatap ke arah pria itu dengan tatapan yang gemetar.
"Sedikit lagi, kau sudah memberikan ku banyak kekuatan sayang ku..." bisik nya yang memang ia menjadi lebih kuat karna mencuri kekuatan gadis itu dan juga mengambil fragmen peninggalan iblis untuk menjadi lebih kuat.
Tiga tahun kemudian
Istana kekaisaran
Setelah kehancuran Duchy Helemites, Theodore melakukan pemberontakan besar-besaran yang membuat nya menghunus pedang pada sang ayah dan seluruh anggota kerajaan lain.
Ia melakukan pembersihan bangsawan lama dan bagi yang mengikuti nya maka akan tetap di biarkan hidup.
Semua kubu permaisuri lama dan pangeran kedua sudah habis, pria itu kini tak terkalahkan.
Mengambil kekuatan suci tunangan nya, melakukan perjanjian dengan artefak bangsa iblis yang sudah punah sekaligus memiliki berkat dewa karna keturunan langsung dari kaisar.
Theodore mengangkat tunangan nya sebagai permaisuri dan kemudian mengurung nya di dalam istana. Selama tiga tahun terakhir ia belum mengangkat satu selir pun walaupun sudah banyak yang menawarkan pada nya.
Permaisuri yang cantik, dengan wajah yang pucat, rambut dan mata yang berwarna perak serta tubuh yang kurus namun di balut dengan gaun yang indah.
Ruang lingkup nya hanya sebatas kamar kaisar yang di tutup dengan kurungan besi yang merantai kaki dan tangan nya.
Dap!
Pintu besar itu terbuka, iris nya bergerak menatap ke arah seseorang yang datang.
"Kau tidak memakan makanan mu lagi?" tanya pria itu yang menatap dengan mata pirang nya yang tajam dan jernih.
Gadis itu tak menjawab, ia hanya menatap sayup dan berharap pria itu untuk segara membunuh nya saja seperti anggota kelurga nya yang lain.
"Cyra? Cyra ku? Lihat aku?" ucap Theodore yang menarik dagu permaisuri nya.
Permaisuri yang bahkan tak pernah duduk di singgasana nya dan hanya menjadi mahkota kosong.
"Kenapa kau tidak membunuh ku juga?" tanya Cyra lirih dengan suara yang sudah mulai rusak.
Kalung yang indah menggantung di leher nya, namun itu untuk menutup bekas luka saat pria di depan nya ingin memotong pita suara nya karna terus meminta untuk di lepaskan.
"Benar? Kenapa aku tidak membunuh mu? Kau sudah tidak berguna lagi untuk ku." gumam Theodore sembari membuka jeruji besi yang mengurung permaisuri nya.
Ia melepaskan satu persatu rantai di kaki dan tangan gadis itu lalu menggendong nya ke atas ranjang.
Cyra tak lagi memberontak, bukan nya tak ingin namun ia tak bisa lagi. Pria itu sudah menghancurkan tulang kaki nya dan mematahkan tangan nya.
Memang terlihat baik-baik saja karna sihir yang di pasang namun sebenarnya rasa sakit dari tulang yang hancur itu terus ia rasakan selama 24 jam penuh.
"Bunuh aku..."
"Kau sudah mengambil semua nya, tidak ada yang tersisa lagi..."
Cyra berbicara dengan suara serak nya yang terdengar samar dan hampir habis itu, namun tentu pria itu tak memiliki hati untuk mendengarkan nya.
Gaun nya kembali di lucuti, rasa takut nya kini telah hambar dan berubah menjadi amarah dan kebencian. Rasa sakit yang terus membelah tubuh nya membuat nya merasakan neraka yang di ciptakan pria tampan itu.
Theodore menatap ke arah mata perak yang menangis itu dengan sorot kesedihan dan kebencian pada nya, namun ia tak peduli.
Ia tak mengerti mengapa masih mempertahankan permaisuri tanpa mahkota itu, keinginan nya sudah terwujud namun ia masih tak bisa melepaskan gadis itu.
"Mungkin karna ini aku tidak membunuh mu," bisik nya dengan suara yang berat sembari mencium lengkung leher gadis itu.
Cyra tak mengatakan apapun, rasa sakit yang di ciptakan pria itu kini seperti tak ada apa-apa nya dengan seluruh tulang nya yang sudah remuk di dalam.
Ia diam, menahan sakit nya tanpa merengek sama sekali.
...
Skip
Cerutu yang terbakar dengan asap yang mengepul itu memenuhi ruangan kerja yang besar dan hanya di terangi dengan cahaya bulan itu karna tak ada lilin yang di hidupkan atau cahaya sihir yang di aktifkan.
"Yang mulia? Saya sudah mencari tau apa yang anda minta," ucap salah satu ksatria yang merupakan bawahan langsung pria itu.
Theodore berbalik, kaisar tiran pertama yang banyak melakukan pembersihan dan membuat istana mendapat julukan lautan darah.
Ia melihat ke arah lukisan beserta dengan surat yang menunjukkan identitas seseorang.
"Kau yakin kekuatan Dewi Elaine juga ada pada nya?" tanya nya yang menatap lukisan gadis yang berambut pirang itu.
"Ya, usia nya masih 15 tahun saat ini, dan kekuatan itu muncul satu tahun yang lalu saat ia pergi ke kuil untuk berdoa." jawab Kesatria Devye
"Kalau begitu panggil dia dan jadikan selir ku," ucap Theodore dengan singkat.
"Jangan lupa beri dia gelar bangsawan," ucap Theodore yang tak lupa meminta gelar bangsawan untuk anak petani yang akan di angkat menjadi selir nya.
Ksatria Devye diam sejenak namun ia mengangguk mengindahkan perintah dari tuan nya.
......................
Kekaisaran Levensberg, Tahun 478
Pawai pernikahan kedua dari kaisar pun di adakan meriah semeriah pernikahan pertama.
Namun demikian rakyat lebih menyukai nya, karna di pernikahan sebelum nya mereka beranggapan jika putri dari Grand Duke Ecklart itu sudah terkontaminasi sihir gelap dan menganggap nya sebagai wanita kotor karna kabur dengan pria lain.
Masyarakat yang menghina dengan keji tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.
...
Setelah Pawai Theodore kembali ke kamar nya, satu-satu nya yang tinggal di kamar kaisar hanya Permaisuri pertama nya.
Ia datang, menceritakan pernikahan kedua nya dan bagaimana rakyat yang sangat antusias dengan itu.
Mungkin kekanakan namun Theodore berharap gadis itu cemburu.
Cyra mendengarkan dengan datar, ia tak merasa cemburu sama sekali dan hanya ingin pria itu cepat mengakhiri hidup nya.
"Ck! Kau seperti batu!" ucap pria itu dan kemudian pergi saat melihat tak ada respon dari gadis itu.
...
Tiga Bulan kemudian
Pintu kamar yang besar itu kembali terbuka, namun kini bukan pelayan atau pun sang pemilik kamar yang datang melainkan gadis yang tampak terkejut melihat nya.
"Yang mulia?" tanya nya dengan suara lirih yang menatap ke arah gadis yang terjerat di dalam kandang besar itu.
Cyra menoleh namun ia tak memberikan reaksi.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan Yang Mulia Permaisuri!" ucap nya yang memberi perintah namun tak ada yang mendengarkan.
"Maaf nyonya, ini adalah kekuasaan kaisar." ucap kepala pelayan yang menemani selir dari penguasa benua itu.
Gadis yang bersama Larissa Manford itu pun tersentak, ia memang meminta untuk menemui Permaisuri namun ia tak tau kondisi nya saat ini.
Cyra melihat tatapan iba dari gadis yang tampak lebih muda dari nya itu.
"Selamat atas pernikahan mu," ucap nya dengan suara yang pelan dan membuat Larissa mendekat.
"Ya? Ada yang anda butuhkan?" ucap Larissa yang memang sangat ingin membantu.
Cyra diam sejenak dan kemudian mulai berbicara dengan suara yang berbisik sembari menarik tangan nya memberikan isyarat agar gadis itu mendekat.
"Dendrocnide moroides, berikan aku estrak nya. Itu obat ku..." bisik nya lirih.
Larissa mengernyit mendengar nya, "Bukan nya itu beracun?" tanya nya dengan mata yang polos karna ia memang masih belum tau apapun tentang kekuasaan dan politik istana.
Cyra menggeleng, "Jangan beri tau siapapun. Ku mohon..."
"Aku kesakitan..."
Larissa diam sejenak namun rasa iba nya menjadi kuat karna dulu nya ia hanya gadis petani biasa yang memiliki kelurga harmonis.
"Saya akan memberikan nya segara! Anda harus bertahan!" ucap Larissa yang memegang tangan Cyra.
Cyra hanya diam, ia memang memanfaatkan gadis itu untuk membawa racun karna ia memang sangat menginginkan kematian.
......................
Skip
Deg!
Deg!
Deg!
Theodore menatap nanar, ia terkejut. Permaisuri kesayangan kini tampak tergeletak dengan mulut yang terus mengeluarkan darah dan mata perak yang menatap sayup.
"Cyra? Apa yang kau lakukan?!" ucap nya yang menatap ke arah gadis itu.
Untuk pertama kali nya, gadis itu tersenyum dengan mulut nya yang terus mengeluarkan darah. Pria yang ingin menjadikan diri nya sebagai dewa itu kini terlihat begitu panik.
"Bajingan! Aku akan membunuh mu suara saat nanti!"
Ucap nya lirih tepat sebelum ia menutup mata nya.
...
...
...
Seluruh tubuh ku terasa kebas dan dingin, satu persatu rasa sakit mulai menghilang.
Rasa nya seperti sedang ada yang memeluk ku, aku lupa kapan terkahir kali aku merasa senyaman ini walau sedang kedinginan.
Jika Dewi Elaine memang ada, ku harap dia mendengarkan doa ku kali ini.
Bukan doa yang baik melainkan kutukan!
Aku akan membunuh Dewi itu dengan kekaisaran iblis nya dan menghancurkan mereka bersama dengan ku.
Aku akan melakukan nya...
Tapi sebelum itu...
Ku rasa aku sedang tenggelam...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!