Bismillahirohmanirohim
"Dimana ini?" gadis berseragam SMA itu entah bertanya pada siapa. Yang pasti dia berada di tempat sangat pengap dan sedikit pengap..
Dia masih mencerna apa yang terjadi hari ini pada dirinya, dia merasa tidak mengenal tempatnya berada saat ini.
Gadis berseragam SMA itu, perlahan membuka kedua bola matanya yang masih sedikit terpejam, ada sesuatu yang membuat dia merasa ganjal.
"Kenapa aku bisa memakai kacamata?" pertanyaan kembali terlontar dari mulut gadis tadi, pertanyaan yang dia lontarkan untuk diri sendiri.
Belum mendapatkan jawaban dimana dia berada? dan kenapa dia bisa memakai kacamata? gadis itu kembali dibuat terkejut dengan pakaian yang dia kenakan.
"Seragam SMA" gumunnya. "Bukankah seharusnya aku mengenakan seragam pencak silat perguruan Kalam Kilat, tapi kenapa aku berada disini? dan menggunakan seragam anak SMA. Aku mengingat betul jika aku lulus dari SMA 2 tahun lalu, sebelum menjadi salah satu guru bela diri di Kalam Kilat"
Berbagai pertanyaan berputar di kepala gadis itu, tapi dia tak menemukan jawabnya satupun yang dia sadari saat ini, hanya dirinya berada di dalam gudang berukuran kecil, karena banyak sekali barang yang sudah tidak terpakai lagi di dalam gudang kecil, juga gudangnya yang tidak terawat semakin membuat pengap yang amat di dalam gudang.
Sampai tiba-tiba saja gadis itu memegang kepalanya yang terasa begitu sakit, ada sesuatu memasuki kepalanya seakan menjawab semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya tadi.
"Argh….! kepalaku sakit sekali! Ada apa ini? Apa yang terjadi?" keluhnya.
Sampai gadis itu seperti melihat beberapa kejadian yang dia alami sebelumnya, saat kepalanya terasa sakit.
"Siapapun yang berbuat salah yang sangat fatal akan dihukum mati! walaupun dia murid atau guru dari perguruan Kalam Kilat!" suara yang didengarnya membuat kepala gadis itu semakin terasa sakit.
"Laura adalah satu-satunya guru bela diri termuda di perguruan Kalam Kilat, perguruan beladiri tertinggi di kota ini. Dia sudah melanggar peraturan perguruan kita"
"Hari ini aku sebagai ketua tertinggi di perguruan Kalam Kilat, akan memutuskan hukuman untuk Laura Anindita. Sebagai salah satu guru Kalam kilat akan dihukum mati dengan cara dipenggal lehernya"
"Aku perintahkan pada seluruh petugas Eksekusi sekarang juga!"
Setelah itu nyawa Laura sudah melayang begitu saja, tanpa dia bisa membuktikan semuanya jika dirinya hanya difitnah, Laura tak tahu apa-apa kejadian yang menimpanya begitu cepat.
Pro dan kontra terjadi saat pemimpin perguruan Kalam Kilat memutuskan hukum mati pada Laura.
Tak sampai disana, kakak Laura yang menyaksikan hal pilu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa, dia hanya bisa menangis dan menangis, tidak ada lagi yang dia punya kecuali Laura, sayang juga Laura sudah pergi meninggalkan dirinya.
Bukti yang begitu kuat atas tuduh pada Laura yang telah menjual informasi rahasia perguruan mereka membuat sang kakak pasrah, tapi dia percaya jika Laura tak mungkin melakukan hal itu.
"Argh! Sakit, ini sakit sekali"
Deg!
Suara rintihan yang keluar dari mulut Laura membuat dirinya terdiam setelah mengetahui apa yang sudah ia alami.
"Lalu kenapa aku masih hidup? seharusnya aku aku sudah bertemu dengan ibu dan bapak di alam lain, kenapa? Aku membenci mereka semua yang telah memfitnahku"
Laura mengacak rambutnya frustasi, tak terasa butiran bening menetes dari pelupuk matanya dalam ingatnya Laura melihat kepalanya yang terpisah dengan badannya sendiri.
"Lalu saat ini aku berada dimana? dan tubuh siapa ini? Apa yang aku alami saat ini sungguh aku tak mengerti sama sekali" pertanyaan demi pertanyaan kembali terlontar dari mulut Laura.
Tanganya bergerak mencari sesuatu di dalam tas terletak di sebelahnya, Laura ingin memastikan apakah mukanya masih sama seperti yang dulu.
Pikiran Laura sudah sangat kacau sekarang ini.
Laura menemukan apa yang dia inginkan dengan segera dia memeriksa wajahnya. "Argh! Wajah siapa ini? Kenapa wajahku bisa begini tidak etis sekali"
Namu Laura kembali merasakan sakit di berbagai badannya, dari mulai perut, kaki, tangan hingga kepala Laura kembali berdenyut sangat sakit. Sekelebat bayangan kembali memasuki kepala Laura, rasa sakit melebihi dari yang sebelumnya.
"Dasar cupu! lo nggak pantas berada di sekolah ini, hahaha, ups salah, kamu lebih tepatnya tidak pantas berada di dunia ini" tiga anak berseragam SMA masuk ke dalam ingatan Laura.
"Aku pergiatan pada lo Liana! kalau lo berani macam-macam sama gue, maka lo akan m@ti, paham!" gadis cupu yang dipanggil Liana itu hanya terduduk lesu tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Jawab dong! Lo udah berani ya sama gue sekarang!" gadis cupu itu hanya menggeleng kan kepalanya sekuat mungkin.
"Ikut gue! Lo harus m@ti Liana! karena gue tidak mau di sekolahan ini ada cewek cupu kayak lo!"
Setelah itu perempuan yang sedari tadi mengancam orang yang dipanggil Liana itu, beralih bicapa pada satu anak berseragam SMA seperti dirinya. "Bantu bawa dia ke gudang!"
Setelah sampai di gudang, lagi-lagi gadis cupu yang bernama Liana disiksa tanpa belas kasihan sedikitpun, bahkan luka lembab sudah Liana dapatkan disekujur tubuhnya.
"Pastikan dia sudah tak bernyawa dan hilangkan semua jejak yang kita lakukan hari ini, ingat hanya kita berdua yang tahu kejadian ini!"
"Baik Jesika aku pastikan apa yang terjadi hari ini tidak akan ada yang mengetahuinya selain kita berdua!"
"Dia sudah tidak bernyawa."
"Good, ayo sekarang kita pergi sebelum ada yang melihat kita di tempat ini!" ajak gadis yang dipanggil Jesika tersebut pada temannya.
"Ayo kita pergi sekarang." ajak Jesika lagi.
'Akhirnya lo pergi juga cupu. Liana gue sudah lama menunggu momen ini terjadi, akhirnya nyawa lo, habis di tangan gue! Selamat menikmati alam baka Liana!' batin Jesika begitu senang.
"Argh!...argh…!argh….!" Laura meremas rambutnya sekuat mungkin, sakit di kepalanya tak kunjung berhenti.
"Siapa Liana? Siapa Jessica!!" teriak Laura akhirnya setelah dia sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit di kepalanya.
"Ha-ha-ha-ha" nafas Laura terengah-engah dan terburu-buru, sebagai salah satu guru beladiri handal Laura tahu langkah apa yang harus dia ambil jika dalam hal terdesak seperti ini.
Laura menenangkan dirinya terlebih dahulu, sampai dia tersadar jika muka Liana yang ada di dalam bayangannya tadi begitu mirip dengan mukanya saat ini.
"Gadis cupu, mati di gudang luka lembab di seluruh tubuh." gumun Laura setelah merasa tenaga dan mencerna apa yang saat ini tengah dia alami.
"Jadi gadis yang bernama Liana ini mati karena dibully? oleh teman sendiri sungguh malang, sementara aku m@ti dipenggal sungguh menyedihkan."
"Tapi sekarang yang harus aku pikirkan bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari gudang ini."
Bismillahirohmanirohim.
Berbagai cara Laura lakukan untuk keluar dari dalam gudang, akhirnya usaha yang dia lakukan tidak sia-sia lagi, Laura yang ternyata kini jiwanya sudah bersemayam di dalam tubuh Liana, gadis SMA yang berpenampilan sangat cupu dan memiliki fisik yang begitu lemah, bahkan Liana tergolong salah satu siswi terbodoh di sekolahnya.
Laura tidak tahu dia harus pergi kemana sekarang ini, Laura terus saja berjalan mengikuti kemana kakinya membawa dia melangkah. Sampai di depan gerbang sekolah Laura bertemu dengan seorang .satpam.
"Neng Liana dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang?" tanya satpam sekolah.
Laura tak langsung menjawab dia terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. 'Liana, benar juga aku bisa pulang ke rumah anak yang bernama Liana, tapi jika seperti ini bukankah sama saja aku membohongi banyak orang?' Laura terus berpikir dalam benaknya.
Sampai suara satpam sekolah membuyarkan semua isi kepalanya. "Neng Liana kenapa bengong?"
"Hag, Eh iya pak boleh saya minta tolong" Laura menatap penuh harapan pada satpam sekolah, dia tidak tahu dimana letak rumah Liana, jadi dengan bantuan satpam sekolah pasti Laura akan sampai di rumah Liana.
"Minta tolong apa neng?"
"Begini pak badan saya semuanya terasa sakit, saya habis terpeleset di kamar mandi, boleh antar saya pulang?"
"Baiklah bapak akan mengantar neng Liana pulang."
Satpam sekolah benar-benar mengantar Laura sampai ke rumah Liana. menggunakan sepeda motor miliki sekolah.
"Terima kasih banyak pak." ucap Laura, setelah sampai di depan rumah Liana.
"Sama-sama neng Liana, bapak pergi dulu ya maaf tidak bisa mampir bapak sedang terburu-buru." Laura mengangguk saja.
Saat ini di depan Laura berdiri sebuah bangunan rumah yang tidak terlalu mewah, tapi juga tidak begitu kecil, Laura bisa menilai jika pemilik rumah ini tak terlalu kaya, tapi sepertinya berkecukupan.
Saat tengah asyik memandangi rumah di hadapannya Laura tiba-tiba melihat seorang wanita paruh baya berparas lumayan ayu keluar dari rumah tersebut dengan muka yang terlihat begitu cemas.
'Apa dia mama Liana?' hanya satu pertanyaan yang muncul di kepala Laura.
"Liana akhirnya kamu pulang juga, mama sangat mengkhawatirkanmu." wanita paruh baya itu cepat mendekati Liana yang di dalam tubuhnya ada jiwa Laura.
Laura terlihat canggung saat ibu dari Liana memeluk dirinya. 'Jadi ini mama nya Liana? ternyata begini rasanya dipeluk sama seorang ibu' pelupuk mata Laura sudah berair.
"Maafkan Liana mama, Liana terjebak di sekolah, Liana harus ke uks terlebih dahulu sebelum pulang sekolah, habis kepleset di kamar mandi" tentu saja Laura berbohong.
Sementara ibu Liana yang bernama Wati menyertikan dahinya kala sang anak bicara panjang lebar dan menjelaskan apa yang terjadi, tapi Wati merasa senang karena sang anak mau bercerita pada dirinya tidak seperti kemarin-kemarin yang banyak diam.
"Ayo masuk." ajak Wati.
"Loh Liana jam segini kenapa baru pulang? gue dari tadi nyariin lo di sekolah, tapi nggak ketemu-ketemu, sebenarnya lo kemana aja sih!" baru saja masuk ke dalam rumah Liana, Laura merasa dirinya sudah mendapat ancaman di rumah itu.
"Vano jangan seperti itu Vano, adikmu baru saja pulang sekolah" tegur Wati.
"Maaf mama, ya sudah Liana kamu istirahat dulu." ucap Vano.
'Jadi dia kakak Liana?' Laura sama sekali tidak merespon ucapan Vano.
"Belagu banget itu anak." dengus Vano saat Laura sudah pergi ke kamarnya diantar Wati.
Pagi hari Laura sudah bersiap sekolah dia akan memainkan perannya sebagai Liana, setelah mencari informasi di internet Laura akhirnya tahu apa yang dia alami, ternyata dirinya bertransmigrasi seperti cerita-cerita di dalam novel, awalnya Laura tak percaya tapi bukti dan kenyataannya sudah ada di depan mata.
Laura dan Vano berangkat bersama diantar oleh papa mereka, menggunakan mobil sederhana yang dimiliki keluarga mereka. Laura merasa senang karena ibu dan bapak Liana ternyata begitu menyayangi Liana, hanya saca Laura merasa ada yang aneh pada Vano, dia seakan tak menyukai Liana sama sekali.
Vano juga bersikap terang-terangan di depan orang tua Liana, jika dia tak menyukai Liana
Laura sengaja tidak merubah penampilan cupu Liana, hanya kacamata yang sudah tidak melekat di wajah gadis itu, Laura ingin melihat siapa saja orang yang membully Liana di sekolah.
Sampai di dalam kelas Liana, Laura disambut dengan seorang yang bersikap begitu baik padanya, hanya satu anak di dalam kelas itu yang memperlakukan dirinya dengan baik.
"Liana akhirnya lo datang juga, bosen tau gue nungguin lo lama." ucap gadis yang duduk di sebelah Laura.
"Siapa suruh kamu nungguin gue." jawab Laura dengan singkat.
Anak perempuan itu mendelik tak percaya. "Tega ih lo ya Li! Sama sahabat sendiri" lalu Laura membaca name tag gadis itu yang bernama Zara.
"Maaf Zara becanda doang kali, ilah sensi amat sih" sekarang Laura tahu jika Liana memiliki sahabat.
Saat sedang asyik mengobrol dengan Zara, tiba-tiba saja ada dua orang yang menghampiri Zara dan Laura, orang itu langsung menarik rambut Laura dengan kuat.
"Woi cupu! Berani lo masih masuk sekolah!"
Jessica dan Gina tentu kaget melihat Liana masih hidup. Padahal kemarin Liana sudah tak bernafas lagi.
"Jessica." ucap Laura pelan yang masih dapat didengar oleh Jessica.
"Iya kenapa hah!? Lo lupa sama gue! tenang aja gue akan selalu membuat lo mengingat siapa Jessica!"
"Woi lepas!" teriak Zara saat melihat sahabatnya disakiti oleh Jessica dan Gina teman karib Jesika.
Sedangkan Laura masih mengingat-ingat dimana sebelumnya dia melihat Laura dan Gina. 'Aku ingat sekarang mereka berdua yang telah mengurung Liana di gudang, sampai gadis itu tak lagi bernyawa' batin Laura merasa kesal sendiri.
Belum sempat Laura menjawab ucapan Jessica dan teriakan Zara sama sekali tidak dipedulikan oleh jessica dan Gina, seorang masuk ke dalam kelas dengan muka marah dan menatap Laura tajam. 'Mau apa Vano kesini' bati Laura saat melihat tatapan tajam yang Vano tunjukkan pada dirinya.
"Au, sakit Liana kenapa kamu menarik legaku dengan kasar."
"Drama!" ketus Zara, dia yakin Jessica ingin mencari perhatian pada Vano.
Melihat hal itu tatapan tajam semakin Vano tunjukkan untuk Liana. "Liana apa yang kamu lakukan!" bentak Vano pada adiknya dia cepat menolong Jesika.
"Kamu tak apa?" suara lembut keluar dari mulut Vano saat bicara dengan Jessica.
"Au, sakit kak" bohong Jessica padahal Laura sama sekali tak menyentuh Jessica.
"Liana! Kamu tega ya nyakitin orang lain!" bentak Vano pada adik sepupunya sendiri.
Laura hanya memutar kedua bola matanya dengan malas, Gina yang melihat hal itu ikut berprotes.
"Lo udah mulai berani sama kita ya Liana!" sentak Gina. Liana sama sekali tidak takut dengan bentakan dari Gina.
Bismillahirohmanirohim.
Istirahat akhirnya tiba, para murid di sekolah tempat Laura berada keluar dari kelas mereka masing-masing menuju kantin.
sedangkan Laura sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempat duduknya, Laura menghembuskan nafasnya kasar, dia tak habis pikir kesempatan keduaan yang dia dapat, tapi sama saja mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang-orang sekitar.
Laura yang sedang melamun akhirnya tersadar ketika mendengar suara Zahra. "Liana Ayo kita ke kantin." Laura langsung menoleh pada Zara.
"Aku lagi malas ke kantin Zara, kamu aja nggak apa."
Zara paham dengan keadaan sahabatnya, dia tahu jika Liana memang jarang pergi ke kantin, pasti jika Liana ada di kantin orang-orang akan menindasnya. Tapi sebenarnya bukan itu yang dipikirkan oleh Laura saat ini. Dia masih malas saja.
"Baiklah aku akan pergi sendiri ke kantin, Jadi kamu mau titip apa Liana?"
Laura tampak berpikir sejenak dia sepertinya merasa haus, "Aku titip air mineral saja Zara Ini uangnya." ucap Laura sambil menyodorkan uang Rp10.000.
"Oke."
5 menit Setelah kepergian Zara dari kelas mereka, kini Laura hanya berada sendirian di dalam kelas, tiba-tiba saja Jessica dan Gina datang menghampiri Laura yang sedang asyik termenung dengan pikirannya.
"Woi gadis cupu! sana beliin gua minum!" titah Jessica pada Laura tidak ada ramah-ramahnya.
'Mereka lagi' Laura menatap malas Gina dan Jessica.
Laura tak langsung menjawab ucapan Jessica karena dia bukan Liana, jika Liana pasti saja sudah langsung menuruti apa yang Jessica suruh padanya.
"Eh, malah bengong! lu udah berani sama kita berdua, sana beliin kita minum dong!" ini giliran Gina yang bicara Ketus pada Laura.
Laura menatap Jengah kedua gadis yang ada di hadapannya ini. Ingin sekali dia menendang mereka berdua saat ini juga. Sayangnya Laura masih menahan semuanya, dia tidak ingin mencari gara-gara dulu sekarang.
"Wah, wah, kayaknya lo emang cari gara-gara sama kita berdua, lo belum kapok kita berdua tindas hah! jangan berani-berani sama gua dengar nggak! inget apa yang gue katakan atau lo akan keluar dari sekolah ini saat ini juga! " Jessica sangat geram pada tingkahlaku Laura.
Melihat Liana hanya diam tanpa membalas ucapannya ataupun bergerak dari tempatnya untuk memenuhi keinginannya. Membuat Jessica sangat geram tanpa aba-aba Jessica langsung menarik rambut Laura begitu saja.
'benar-benar keterlaluan!' batin Laura masih diam.
Melihat Liana diam saja membuat Jessica tersenyum penuh kemenangan, dia menyangka Liana tetap saja Liana cupu dan sangat mudah dia tindas.
"Kenapa diam gadis cupu! apa kamu menyesal telah menentang perintahku?" Jessica tersenyum miring.
Sama halnya dengan Jessica, Laura juga tersenyum miring, tapi Jessica dan Gina sama sekali tidak menyadari senyum mengerikan Laura. Itu bukan senyum milik Liana tapi senyum milik Laura.
Jessica dan Gina kembali menyiksa Liana yang sekarang sudah ada Laura di dalam jiwa Liana.
Lagi dan lagi Laura hanya terdiam malas untuk meladeni Jessica dan Gina. "Kayaknya si cupu ini memang sudah benar-benar menyesal Jessica sudah berani melawan kita." sambung Gina yang ikut mengompori Jessica.
Jessica dan Gina tak hanya menarik rambut tapi juga menampar kuat pipi Liana dan tak sampai di situ saja, Jessica dan Gina sama-sama menendang Liana.
Laura yang sudah geram akhirnya mendorong tubuh kedua orang itu secara bersama dan saat bersama itu juga Vano masuk ke dalam kelas mereka, Vano melihat semua apa yang terjadi.
"Apa yang kamu lakukan Liana!" sentak Vano dia kembali marah seperti tadi pagi.
Tadi pagi memang Vano tidak melihat jelas apa yang sudah terjadi, tapi kali ini dia benar-benar melihat Liana mendorong kuat Jessica dan Gina.
Mendengar pertanyaan dari Vano, Laura sama sekali tidak peduli, dia menatap datar ketiga orang itu, lalu pergi begitu saja dari kelas tersebut tanpa mempedulikan mereka.
Laura sudah bosan berpura-pura dia akan segera membalas apa yang sudah mereka lakukan pada Liana, termasuk untuk Gina, Jessica dan Vano.
pulang sekolah pun akhirnya tiba, tapi saat dia baru saja menyusuri jalan dari pulang sekolah Laura melihat seorang yang begitu dia kenali.
"Kakak." ucap Laura tertahan, dia tahu pasti saat ini sang kakak tidak dapat mengenalinya lagi semuanya sudah berbeda.
"Kenapa Kakak diserang?" Laura bertanya-tanya pada dirinya sendiri, dia melihat kakaknya begitu kewalahan meladeni 4 orang sekaligus.
"Aku harus membantu kakak." putus Laura akhirnya.
Tanpa basa-basi Liana yang sebenarnya Laura itu menendang kuat salah satu perut orang-orang yang menyerang kakaknya tepat di inti perut preman itu.
Dug!
Dug!
semua orang segera menoleh ke sumber suara, suara hempasan yang begitu kuat Ternyata satu orang laki-laki sudah berada di bawah kaki Liana.
"Kalian pergi dari sini atau akan bernasib sama seperti teman kalian ini!" ancam Laura tidak main-main.
Tapi mereka tidak peduli dengan ucapan Laura, Ketiga orang itu segera menyerang Laura dan kakaknya secara bersama.
Baku hantam pun kembali terjadi Laura terus menangkis setiap Serangan yang ditujukan pada dirinya sesekali Dia menendang dan meninju muka juga perut para orang-orang itu.
10 menit berlalu akhirnya Laura dan Filia berhasil membuat orang-orang jahat itu tumbang.
"Akhirnya selesai juga." ucap Laura sambil menepuk-nempuk kedua tangannya untuk membersihkan sisa-sisa para preman yang menempel pada dirinya.
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Laura khawatir.
Filia menggelengkan kepalanya, tak tahu kenapa dia tiba-tiba mengingat Laura saat melihat Liana. "Kakak tidak papa, Terima kasih sudah menolong kakak"
"Sama-sama Kak Bukankah sudah kewajiban kita untuk saling tolong-menolong bagi sesama manusia." Filia mengangguk membenarkan apa yang Liana katakan.
"Sebagai tanda terima kasih Kakak, Bagaimana jika kamu ikut Kakak ke perguruan kakak tidak jauh dari sini kok." ajak Filia pada Liana.
"Terima kasih Kak."
Laura akhirnya mengikuti Filia menuju perguruan kalam kilat di mana tempat Laura dulu berada. Belum ada yang tahu jika saat ini dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh anak SMA ya walaupun jarak umurnya tidak terlalu jauh.
"Ayo masuk." ajak Filia.
Saat mereka masuk Liana menatap curiga pada beberapa guru yang memang Laura kenali, sepertinya ada hal yang mereka sembunyikan, Laura sebenarnya menebak jika mereka lah yang sudah menjebak Filia dan juga memfitnah dirinya.
"Filia, Kenapa kau mengajak orang asing ke perguruan kita?"
"Betul." sahut salah satu ketua di perguruan tersebut.
'Menarik sepertinya aku harus mendaftarkan diri untuk masuk ke perguruan ini, aku harus kembali terikat dengan perguruan Kalam kilat, dan mencari tahu siapa dalam yang sudah memfitnahku tak kusangka aku akan berhadapan dengan dua tempat sangat mengancam.'
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!